Jabariyah.docx

  • Uploaded by: laili nur
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Jabariyah.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,565
  • Pages: 10
“ JABARIYAH “

DI S U S U N OLEH :

KELOMPOK : 3 IRFAN MUNADI MULIA FITRI RAHMAZATUL JANNAH

PENGASUH : SAMSUHADI, MA MATA KULIAH : ILMU KALAM

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH PERGURUAN TINGGI ISLAM AL-HILAL SIGLI 2019

KATA PENGANTAR Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia –Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Jabariyah” ini dengan baik. Dalam penyusunan makalah ini, dengan kerja keras dan dukungan dari berbagai pihak, kami telah berusaha untuk dapat memberikan yang terbaik dan sesuai dengan harapan, walaupun didalam pembuatannya kami menghadapi kesulitan, karena keterbasan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang kami miliki. Oleh karena itu pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada pembimbing Ilmu Kalam. Dan juga kepada teman –teman yang telah memberikan dukungan dan dorongan kepada kami. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan,oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami butuhkan agar dapat menyempurnakannya di masa yang akan datang. Semoga apa yang disajikan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi teman-teman dan pihak yang berkepentingan.

Penyusun,

JABARIYAH

Firqoh Jabariyah 1. Sejarah timbulnya Firqoh Jabariyah timbul bersama dengan timbulnya Firqoh Qadariyah, dan tampaknya merupakan reaksi daripadanya. Daerah tempat timbulnya juga tidak berjauhan. Firqoh Qadariyah timbul di Irak, sedangkan firqoh Jabariyah timbul di Khurasan Persia. Pemimpinnya yang pertama adalah Jaham bin Sofyan, karena itu, firqoh ini kadang-kadang disebut Al-Jahamiyah. Ajaran-ajarannya banyak persamaannya dengan ajaran dengan aliran Qurro’ agama Yahudi dan aliran Ya’cubiyah agama Kristen. Mulamula Jaham bin Sofyan adalah juru tulis dari seorang pemimpin bernama Suraih bin Haarits, Ali Nashar bin Sayyar dan memberontak di daerah Khurasan terhadap kekuasaan Bani Umayah. Dia terkenal orang yang tekun dan rajin menyiarkan agama. Fatwanya yang menarik adalah bahwa manusia tidak mempunyai daya upaya, tidak ada ikhtiar dan tidak ada kasab. Semua perbuatan manusia itu terpaksa (majbur) di luar kemampuannya, sebagaimana keadaan bulu ayam terbang ke mana arah angin bertiup atau sepotong kayu di tengah lautan mengikuti arah hempasan ombak dan badai. Ringkasnya bahwa orang-orang Jabariah berpendapat bawa manusia itu tidak mempunyai daya ikhtiar, merupakan kebalikan dari paham Qadariyah, yang mana semua gerak manusia dipaksa adanya kehendak Allah SWT. Dalam segi-segi tertentu, Jabariyah dan Mu’tazilah mempunyai kesamaan pendapat, misalnya tentang sifat Allah SWT. Surga dan neraka tidak kekal, Allah SWT. Tidak bisa dilihat di akhirat kelak, Al-qur’an itu makhluk dan lain sebagainya. Jahan bin Sofyan terbunuh oleh pasukan Bani Umayah pada 131 H. Jabariyah berpendapat bahwa hanya Allah SWT. sajalah yang menentukan dan memutuskan segala amal perbuatan manusia. Semua perbatan itu sejak semula telah diketahui Allah SWT. Dan semua amal perbuatan itu adalah berlaku dengan kodrat dan iradat-Nya. Manusia tidak mencampurinya sama sekali. Usaha manusia sama sekali bukan ditentukan oleh manusia sendiri. Qodrat dan iradat Allah SWT. Adalah membekukan dan mencabut kekuasaan manusia sama sekali. Pada kahikatnya segala pekerjaan dan gerak-gerik manusia sehari-harinya adalah merupakan paksaan (majbur) semata-mata. Kebaikan dan kejahatan itu pun semata-mata paksaan pula, sekalipun nantinya manusia memperoleh balasan surga dan neraka.

Pembahasan surga atau neraka itu bukan sebagai ganjaran atas kebaikan yang diperbuat manusia sewaktu hidupnya, dan balasan kejahatan yang dilarangnya, tetapi surga dan neraka itu semata-mata sebagai bikti kebesaran Allah SWT. Dalam qodrat dan iradat-Nya. Kalau manusia itu tidak diserahi qodrat dan iradat sendiri dalam mewujudkan usahanya dan Allah SWT. Saja yang menanggung qodrat dan iradat yang menentukan perbuatan manusia tersebut, hal itu sulit diterima. Ibaratnya orang yang diikat lalu dilemparkan ke dalam laut, seraya diserukan kepadanya : “Jagalah dirimu, jangan sampai tenggelam ke dalam air.” Akan tetapi, paham Jabariyah ini melampaui batas, sehingga mengiktikadkan bahwa tidak berdosa kalau berbuat kejahatan, karena yang berbuat itu pada hakikatnya Allah SWT, pula. Kesesatannya mereka berpendapat bahwa orang itu mencuri, maka Tuhan pula yang mencuri, bila orang shalat maka Allah SWT, pula yang shalat. Jadi kalau orang berbuat buruk atau jahat lalu dimasukkan ke dalam neraka, maka Tuhan itu tidak adil. Karena apa pun yang diperbuat manusia, kebaikan atau keburukan, tidak satu pun terlepas dari qodrat dan iradat-Nya. Sebagai pengikut Jabariyah beranggapan telah bersatu dengan Tuhan. Di sini menimbulkan paham Wihdatul wujud, yaitu Menunggaling Kawulo Lan gusti, bersatunya hamba dengan Dia. Perbuatan yang dilakukan manusia baik yang terpuji ataupun yang tercela pada hakikatnya bukanlah hasil pekerjaannya sendiri, melainkan hanyalah termasuk ciptaan Tuhan, yang dilasanakan-Nya melalui tangan manusia. Dengan demikian, manusia itu tiadalah mempunyai perbuatan, dan tidak pula mempunyai kuasa untuk berbuat. Sebab itu, orang Mukmin tidak akan menjadi kafir karena dosa besar yang dilakukannya, sebab ia melakukannya semata-mata karena karena terpaksa. Dia adalah laksana sehelai bulu uang terkatung-katung di udara, bergerak kesana-sini menurut hembusan angin yang menerpanya.

2. Ajaran dan Perkembangannya Jaham bin Shofwan berpendapat mengenai firqoh Jabariyah adalah : 65

“Manusia tidak mempunyai qodrat untuk berbuat sesuatu, dan dia tidak mempunyai “kesanggupan” Dia hanya terpaksa dalam semua perbuatannya. Dia tidak mempunyai qodrat dan ikhtiar, melainkan Tuhanlah yang menciptakan perbuatperbuatan pada dirinya, seperti ciptaan-ciptaan Tuhan pada benda-benda mati. Memang perbuatan-perbuatan itu dinisbatkan kepada orang-orang tersebut. Tetapi itu hanyalah nisbah majazi, secara kiasan, sama halnya kalau kita menisbahkan sesuatu perbuatan kepada benda-benda mati, misalnya dikatakan : “Pohon itu berbuah”, atau “air mengalir”, “Batu bergerak”. “Matahari terbit dan tenggelam”, “langit mendung dan menurunkan hujan”, “Bumi bergoncang dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, dan lain sebagainya. Pahala dan siksa pun adalah paksaan, sebagaimana halnya dengan perbuatan-perbuatan”. Jaham berkata: “Apabila paksaan itu telah tetap maka taklif adalah paksaan juga”. Jaham dan kawan-kawannya memperkuat pendapat mereka tentang “paksaan” itu dengan mengemukakan ayat-ayat yang mereka pandang dapat memperkuatnya, misalnya ialah firman Allah SWT.

“Bahwasanya engkau (hai Muhammad) tidaklah berkuasa untuk memberi petunjuk kepada orang yang engkau cintai, akan tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya.” (QS. Al-Qashas [28] : 56) Dan firman Allah SWT

“Dan andaikata Tuhanmu menghendaki, niscaya berimanlah orang-orang yang ada di bumi ini semuanya.” (QS. Yunus [10] :99) Dan firman Allah SWT

“Allah telah mencap hati dan pendengaran mereka; dan penglihatan mereka ditutup.” (QS. Al-Baqarah [2] :7) Dan firman-Nya lagi:

“Nasihatku takkan bermanfaat lagi bagimu, jika aku mau memberimu nasihat, kalau sekiranya Allah ingin menyesatkan kamu.” (QS. Hud [11] : 34)

Mayoritas kaum muslimin menolak paham Jabariyah ini, karena dapat menyebabkan orang menjadi malas, lalai, da menghapuskan tanggungjawab, dengan mengmukakan ayat-ayat yang terang maksudnya, yang dengan ayat-ayat tersebut Al-Qur’anul Karim tersebut sebagai berikut.

“Orang-orang yang musyrik itu akan berkata : “Andaikata Tuhan menghendaki, niscaya kami tidak akan musyrik, dan tidak pula bapak-bapak kami, dan kami tidak akan mengharamkan apa-apa. Begitu pula orang-orang yang sebelum mereka berbuat dusta, sehingga mereka merasakan siksaan Kami. Katakanlah : “Adakah kamu mempunyai keterangan yang bisa kamu untukkan kepada Kami? Kamu hanya menuruti sangkaan-sangkaan saja, dan kamu hanya berdusta”. Katakanlah: “Maka hanya Allah-lah yang mempunyai alasan yang kuat.” (QS. Al-An’am [6] : 148-149) Difirmankan Allah SWT :

“Dan orang-orang musyrik berkata : Jikalau Tuhan menghendaki tentu kami tidak akan menyembah apa pun selain daripada-Nya (tidak) kami dan tidak pula bapakbapak kami, dan tentu kami tidak akan mengharamkan sesuatu pun tanpa (izin) Nya”. Demikian pulalah diucapkan oleh orang-orang sebelum mereka. Maka bukanlah kewajiban Rasul-rasul itu hanya menyampaikan (seruan) yang nyata?” (QS. An-Nahl [16] : 35) Dan firman Allah SWT

“Dan apabila dikatakan kepada mereka : “Nafkahkanlah sebagian dari apa-apa yang telah dikaruniakan Allah kepada kamu!” (maka) berkatalah orang-orang kafir itu kepada orang-orang Mukmin: “Apakah (perlu) kami berikan makan orang jika Allah menghendaki tentu Dia memberinya makan? Kamu benar-benar berada dalam kesesatan!” (QS. Yasin [36] : 47)

Dan firman-Nya lagi :

“Dan mereka berkata: Jikalau Yang Maha Pengasih menghendaki, niscaya kami takkan menyembah mereka itu”. Ingatlah, bahwa mereka itu tidak mempunyai pengetahuan tentanghal itu. Mereka hanya berdusta” (QS. Az-Zukhruf [43] :20)

Menurut paham Ahlus Sunnah, bahwa segala sesuatu itu memang dijadikan oleh Allah SWT. Tetapi Allah SWT, juga menjadikan ikhtiar dan kasab bagi manusia. Suatu yang diperbuat manusia adalah pertemuan ikhtiar manusia dengan takdir-Nya. Ikhtiar dan kasab hanya sebagai sebab saja, bukan yang mengadakan atau menciptakan sesuatu. Umpamanya, kalau sesuatu benda tersentuh api, maka ia terbakar. Bila orang itu makan maka kenyanglah. Tetapi perlu diingat bahwa bukan api yang membakarnya dan buka pula nasi yang mengenyangkannya, semua karena Allah SWT. Semata-mata, bisa terjadi sebaliknya, bila Allah, menghendaki, banyak benda yang tersentuh api tidak terbakar. Banyak orang yang berusaha sekuat tenaga, tetai justru sial dan kemalangan yang diperoleh. Kalau obat itu mesti dapat menyembuhkan penyakit, tentu tidak ada orang yang mati. Sebab sakit apa pun dapat disembuhkan dan obat dapat mencegah kematian. Bermacam-macam obat untuk bermacam-macam penyakit, kenyataan menunjukkan bahwa banyak penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Tua dan kematian, sesuatu yang tidak ada obatnya. Manusia memperoleh hukuman karena ikhtiar dan kasabnya yang tidak baik dan akan diberi pahala atas ikhtiar dan kasabnya yang baik. Firman Allah SWT:

“Dia mendapat pahala 9dari kebijakan) yang diusahakannya dan dia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.” (QS. Al-Baqarah [2] : 286)

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tngan manusia.” (QS. Ar-Rum [30] : 41) Aliran jahamiyah berpendapat :66

“(manusia) dengan terpaksa atas perbuatannya dan mengingkari daya kemampuan keseluruhannya, menganggap bahwa surga dan neraka keduanya rusak dan binasa dan berangggapan juga bahwa sesungguhnya iman itu adalah makrifat kepada Allah Taala saja. Sesungguhnya kufur adalah sebuah kebodohan belaka, tak ada perbuatan dan amal perbuatan bagi seseorang selain Allah Taala.” Aliran Al-Barariyah membuat bid’ah dalam fiqih :67

“Mengharamkan bawang putih, brambang dan mewajibkan (batal) wudu karena berbunyinya perut.”

DAFTAR PUSTAKA

--------Buku pemikiran Kalam (Teologi Islam) prof. Dr. K.H. sahilun A. Nasir, M. Pd.I --------Abbas, Zainal Abidin, Perkembangan Pikiran Terhadap Agama (Medan: Firma Islamiyah, 1959 M/ 1376 H) -------- Abduh, Shaikh Muhammad, Risalah Al-tauhid, Kairo: 1969

More Documents from "laili nur"