TUGAS UAS ILMU SOSIAL DAN PERILAKU SANITASI DAN KESEHATAN LINGKUNGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS HIDUP MASYARAKAT YANG ADA DI SUMBA
FIADOLOF LAHAL 1711080023
PROGRAM PASCA SARJANA ILMU KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG 2017
SANITASI DAN KESEHATAN LINGKUNGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS HIDUP MASYARAKAT YANG ADA DI SUMBA A. PEMBAHASAN Dalam kehidupan sekarang banyak sekali masyarakat yang tidak menerapkan hidup sehat. Hal tersebut bisa disebabkan karena masyarakat Sumba yang tidak mengerti bagaimana menerapkan hidup sehat atau bahkan ada yang mengerti tetapi tidak menerapkannya karena suatu alasan tertentu, misalnya masalah ekonomi keluarga. Dalam menerapkan hidup sehat, harusnya masyarakat memulainya dari kebersihan lingkungan terlebih dahulu. Di Sumba, masih banyak sekali penduduk yang tinggal di tempat-tempat kumuh karena kekurangan sulitnya mendapatkan biaya untuk menghidupi dirinya dan keluarganya. Akhirnya mereka menyewa rumah dengan harga yang murah. Biasanya karena harga murah tersebut, lingkungan yang ada di sekitarnya itu jauh dari kata bersih. Mulai dari pembuangan kotorannya hingga penyediaan air bersih. Masih banyak penduduk Sumba yang tidak memiliki tempat pembuangan tinja dan melakukan praktik BAB sembarangan. Padahal kebersihan lingkungan, terkait pembuangan BAB sembarangan akan berhubungan dengan tercemarnya air di sekitar lingkungan rumah penduduk tersebut. Hal tersebut membuat Indonesia memiliki image yang kotor dan kumuh. Oleh karena itu, perlu bagi pemerintah Indonesia menggalakkan program tentang sanitasi lingkungan. Dan harusnya juga menitik beratkan hal tersebut karena hal itu juga menjadi permasalahan dunia. Sanitasi merupakan salah satu komponen dari kesehatan lingkungan, yaitu perilaku yang disengaja untuk membudayakan hidup bersih untuk mencegah manusia bersentuh langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya, dengan harapan dapat menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia. Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembangunan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih, dan sebagainya. Kesehatan lingkungan di Indonesia masih memprihatinkan. Belum optimalnya sanitasi di
Indonesia ini ditandai dengan masih tingginya angka kejadian penyakit infeksi dan penyakit menular di masyarakat. Sanitasi sangat menentukan keberhasilan dari paradigma pembangunan kesehatan lingkungan lima tahun ke depan yang lebih menekankan pada aspek pencegahan dari aspek pengobatan. Dengan adanya upaya pencegahan yang baik, angka kejadian penyakit yang terkait dengan kondisi lingkungan dapat di cegah. Selain itu anggaran yang diperlukan untuk preventif juga relative lebih terjangkau daripada melakukan upaya pengobatan penyakit, banjir, pandangkalan saluran/sungai, tersumbatnya saluran sungai, dialirkan pada saluran sungai. Ternyata manfaat sanitasi yang baik itu sangat besar, tidak hanya bagi kesehatan masyarakat. Tapi juga berdampak positif bagi perekonomian dan pembangunan bangsa. Berikut ini adalah manfaat sanitasi menurut Direktur Perumahan dan Permukiman Bappenas, Nugroho Tri Utomo : 1. Menghindari angka pertumbuhan ekonomi semu. Kerugian ekonomi akibat sanitasi buruk sebagaimana diuraikan di atas, jika dihitung detail, seharusnya akan mempengaruhi dan mengurangi laju pertimbuhan ekonomi. 2. Meningkatkan kualitas kesehatan, pendidikan, dan produktivitas masyarakat. Menurut WHO, kondisi dan perilaku sanitasi yang baik dan perbaikan kualitas air minum dapat menurunkan kasus diare yang akan mengurangi jumlah hari tidak masuk sekolah dan tidak masuk kerja hingga 8 hari pertahun atau meningkat 17% yang tentunya berdampak pada kesempatan meningkatkan pendapatan. 3. Menurunkan angka kemiskinan. Akibat buruknya sanitasi, rata-rata keluarga di Indonesia harus menanggung Rp 1,25 juta setiap tahunnya. Ini jumlah yang sangat berarti bagi keluarga miskin. Biaya-biaya tersebut mencakup biaya berobat, perawatan rumah sakit, dan hilangnya pendapatan harian (opportunity cost) akibat menderita sakit atau harus menunggu dan merawat anggota keluarga yang sakit. 4. Memberdayakan masyarakat. Perubahan perilaku terhadap akses sanitasi, telah dibuktikan dapat mendorong kontribusi investasi sanitasi. Pengalaman pembangunan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Jawa Timur menunjukkan leverage factor, bahwa setiap Rp 1
yang dikeluarkan telah berhasil menggerakan investasi sanitasi dari masyarakat sendiri hingga Rp 35. 5. Menyelamatkan masyarakat. Manfaat dari investasi sanitasi tentu saja terkait motto di bidang kesehatan yang sudah dikenal luas, yaitu mencegah selalu lebih murah dari mengobati. Bayangkan negara kita harus kehilangan Rp 58 triliun pertahun karena kita memilih tidak mengalokasikan anggaran sebesar Rp 11,2 triliun pertahun untuk memperbaiki kondisi sanitasi. 6. Menjaga lingkungan hidup. Bank
Pembangunan
Asia
(2009)
menyatakan
bahwa,
kita
telah
gagal
menginvestasikan USD 1 untuk menangani sanitasi, sehingga sungai kita tercemar, maka akan diperlukan pengeluaran biaya sebesar USD 36 untuk memulihkan kembali kondisi air sungai tersebut.
B. Teori Yang Digunakan Dalam ilmu perilaku ada beberapa teori yang mampu menjelaskan alasan seseorang berperilaku sehat atau tidak sehat. Salah satu dari teori-teori itu adalah Teori Lawrence Green. Menurut Green perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, tradisi dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan atau yang biasa disebut Faktor predisposisi/pendorong (predisposing factor). Disamping itu ketersediaan fasilitas kesehatan atau yang biasa disebut Faktor pendukung/pemungkin (enabling factor), sikap dan perilaku para petugas kesehatan (reinforcing factor) juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.
1. Factor pendorong (predisposing factor) Masyarakat kurang memahami dampak akibat sanitasi dan kesehatan lingkunagan, kareana
itu
masayakat
harus
di
edukasi
lagi
degan
mempertajam
lagi
penegtahuan,sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan sebagainya, dalam perilku sanitasii dan kesehatan lingkunagan. 2. Factor pemungkin Factor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tuindakan sarana dan prasarana fasilitas untuk sanitasi dan kesehatan lingkungan yang kurang memadai 3. Factor pendukung Factor yang mendorong atau memperkuaat terjadinaya prilaku. Namun terkadang meskipun orang tahu dan mampu untuk berprilaku sehat, tetapi tidak melakukannya. Contoh yang baik dari tokoh masayarkat setempat atau dari petugas kesehatannnya sehingga masayakat awam masih banyak yang tidak memiliki tempat pembuangan tinja dan melakukan praktik BAB sembarangan. Padahal kebersihan lingkungan, terkait pembuangan BAB sembarangan akan berhubungan dengan tercemarnya air di sekitar lingkungan rumah penduduk tersebut. Dari tiga factor diatas dapat simpulkan bahwa ternyata sanitasi dan kesehatan lingkungan serta pengaruhnya terhadap kualitas hidup masyarakat yang ada di sumba bukan hanya masalah penegetahuannya saja. Tapi bisa saja Factor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan sarana dan prasarana. fasilitas untuk sanitasi dan kesehatan lingkungan yang kurang memadai dan pengaruh tokoh masyarakat, tokoh agama, pemerintah, petugas kesehatan yang lainnya pun harus memberikan contoh yang baik kepada masyarakat.
C. Intervensi Keadaan Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan Terdapat hubungan yang erat antara masalah sanitasi dan penyediaan air, dimana sanitasi berhubungan langsung dengan: 1. Kesehatan. Semua penyakit yang berhubungan dengan air sebenarnya berkaitan dengan pengumpulan dan pembuangan limbah manusia yang tidak benar. Memperbaiki yang satu tanpa memperhatikan yang lainnya sangatlah tidak efektif. 2. Penggunaan air Toilet siram desain lama membutuhkan 19 liter air dan bisa memakan hingga 40% dari penggunaan air untuk kebutuhan rumah tangga. Dengan jumlah penggunaan 190 liter air per kepala per hari, mengganti toilet ini dengan unit baru yang menggunakan hanya 0,7 liter per siraman bisa menghemat 25% dari penggunaan air untuk rumah tangga tanpa mengorbankan kenyamanan dan kesehatan. Sebaliknya, memasang unit penyiraman yang memakai 19 liter air di sebuah rumah tanpa WC bisa meningkatkan pemakaian air hingga 70%. Jelas, hal ini tidak diharapkan di daerah yang penyediaan airnya tidak mencukupi, dan hal tersebut juga bisa menambah jumlah limbah yang akhirnya harus dibuang dengan benar. Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air bersih banyak hubungannya dengan pengelolaan sampah. 3. Biaya dan pemulihan biaya a. Biaya pengumpulan, pengolahan dan pembuangan limbah meningkat dengan cepat begitu konsumsi meningkat. Merencanakan hanya satu sisi penyediaan air tanpa memperhitungkan biaya sanitasi akan menyebabkan kota berhadapan dengan masalah lingkungan dan biaya tinggi yang tak terantisipasi. Pada tahun 1980, Bank Dunia melaporkan bahwa dengan menggunakan praktik-praktik konvesional, untuk membuang air dibutuhkan biaya lima sampai enam kali sebanyak biaya penyediaan. Ini adalah untuk konsumsi sekitar 150 hingga 190 liter air per kepala per hari. Informasi lebih baru dari Indonesia, Jepang, Malaysia dan A. S. menunjukkan bahwa rasio meningkat tajam dengan meningkatnya konsumsi; dari 1,3 berbanding 1 untuk
19 liter per kepala per hari menjadi 7 berbanding 1 untuk konsumsi 190 liter dan 18 berbanding 1 untuk konsumsi 760 liter. b. Penggunaan ulang air. Jika sumber daya air tidak mencukupi, air limbah merupakan sumber penyediaan yang menarik, dan akan dipakai baik resmi disetujui atau tidak. Karena itu peningkatan penyediaan air cenderung mengakibatkan peningkataan penggunaan air limbah, diolah atau tidak dengan memperhatikan sumber-sumber daya tersebut supaya penggunaan ulang ini tidak merusak kesehatan masyarakat. Penyakit yang ditimbulkan oleh sanitasi yang kurang baik serta pembuangan sampah dan air limbah yang kurang baik diantaranya adalah: a. Diare b. Demam berdarah c. Disentri d. Hepatitis A e. Kolera f. Tiphus g. Cacingan dan Malaria Negara harus bekerja lebih untuk menanggung kehidupan dari penduduknya agar setidaknya dapat merasakan kehidupan yang layak. Kesehatan Pemukiman Sebenarnya penduduk = potensi. Sebagai pembangunan negara, sebagai pelaksana, dan objek dari pembangunan. Namun apabila jumlahnya terlampau banyak dan di sisi lain kualitas SDM itu sendiri tidak memadai untuk menjadi pelaksana pembangunan, maka hal ini akan menjadi masalah karena penduduk hanya menjadi objek pembangunan bukan pelaksana. Namun faktanya masih banyak rakyat Indonesia yang hidup dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Kepadatan penduduk yang terjadi di Indonesia mengakibatkan terbatasnya lahan untuk tempat tinggal sehingga hal ini memaksa masyarakat untuk membentuk suatu pemukiman kumuh. Tentu saja kondisi ini menyebabkan sulitnya penduduk untuk memperoleh fasilitas kehidupan yang layak.
D. Evaluasi Masalah Sanitasi Lingkungan 1.
Pengadaan Air Bersih.
Air Hujan Penampungan Air hujan dapat ditampung didalam suatu dam (danau buatan) yang dibangun berdasarkan partisipasi masyarakat setempat. Semua air hujan dialirkan ke penampungan tersebut melalui alur-alur air. Kemudian disekitar danau tersebut dibuat sumur pompa atau sumur gali untuk umum. Air Sumur Agar air sumur pompa gali tidak tercemar oleh kotoran di sekitarnya, perlu adanya syarat-syarat sebagai berikut : a.
Harus ada bibir sumur agar bila musim hujan tiba, air tanah tidak akan masuk ke dalamnya.
b.
Pada bagian atas kurang lebih 3 m dari permukaan tanah harus ditembok, agar air dari atas tidak dapat mengotori air sumur.
c.
Perlu diberi lapisan kerikil di bagian bawah sumur tersebut untuk mengurangi kekeruhan. Sebagai pengganti kerikil, ke dalam sumur ini dapat dimasukkan suatu zat yang dapat membentuk endapan, misalnya aluminium sulfat (tawas) Pemukiman rumah Secara umum dapat dikatakan sehat apabila memenuhi
kriteria sebagai berikut : a.
Menuhi kebutuhan fisiologis, yaitu : pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.
b.
Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu : privasi yang cukup, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup, memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.
Pengolahan Sampah Teknik pengelolaan sampah yang baik dan benar harus memperhatikan faktor-faktor, berikut:
a. Penimbunan sampah. b. Penyimpanan sampah. c. Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali. d. Pengangkutan. e. Pembuangan Tempat Umum & Pengolahan Makanan Agar kesehatan masyarakat selalu terjaga perlu digalakkan gerakan hidup bersih dan sehat. Pola hidup bersih dan sehat dapat diartikan sebagai hidup di lingkungan yang memiliki standar kebersihan dan kesehatan serta menjalankan pola/perilaku hidup bersih dan sehat. Lingkungan yang sehat dapat memberikan efek terhadap kualitas kesehatan. Untuk mencapai sanitasi dan kesehatan lingkungan yang memadai, Bank Dunia juga akan berpartisipasi dalam pelaksaannya, yaitu dengan melaksanakan berbagai program. Program tersebut meliputi : a.
Memainkan peran sebagai pemimpin global untuk mengadvokasi negaranegara agar mengalokasikan investasi yang dibutuhkan untuk mencapai target sanitasi mereka dan menghapuskan praktik BAB sembarangan, yang berdampak pada 40% kalangan termiskin di negara-negara tersebut.
b.
Bekerja sama dengan sektor swasta lokal dan global untuk memperluas upaya pemenuhan kebutuhan rumahtangga dan masyarakat terhadap produk-produk dan layanan sanitasi, bergerak dari BAB sembarangan ke jamban sehat menuju ke pengolahan limbah yang layak.
c.
Bekerja sama dengan negara-negara di mana praktik BAB sembarangan masih banyak terjadi untuk memastikan bahwa dana bantuan Bank Dunia dan pengetahuan berbasis-bukti yang dihasilkan mendukung pelaksanaan layanan sanitasi layak, seperti melalui pemantauan dan penggunaan data secara efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Budiyati, Sri. Tanpa tahun. Kesehatan Lingkungan . Bogor: Departemen Biologi FMIPA IPB Notoadmojo, Soekidjo. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat . Jakarta: Rineka Cipta Alfian, Bayu. 2011. Sanitasi. http://bayualfian66degagajago.blogspot.com/2011/0 5/sanitasi.html Anonim. 2010. Masalah Lingkungan Sambah Indonesia. http://carapedia.com/masalah_lingkungan_sampah _indonesia_info3024. Anonim. 2013. Masalah Sampah di Indonesia. http://semacamsemut.blogspot.com/2012/03/ masalah-sampah-di-indonesia.html (diunduh tanggal 7 Oktober 2013) Anonim. Tanpa tahun. Masalah Lingkungan. http://id.wikipedia.org/wiki/Masalah_lingkungan. https://diskusilingkungan.wordpress.com/2013/07/10/apa-sih-manfaat-sanitasi/ http://www.slideshare.net/EsaStandford/sanitasi-dan-kesehatan-lingkungan