Isi.docx

  • Uploaded by: Plorita Situmorang
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Isi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,608
  • Pages: 20
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari pekerjaan. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari menjadi dorongan seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan. Apapun jenis pekerjaannya selalu dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan sehari-hari, mulai dari pekerjaan yang beresiko rendah hingga pekerjaan yang beresiko tinggi. Disamping itu faktor kesehatan dan keselamatan dalam bekerja masih kurang diperhatikan, padahal dalam melakukan suatu pekerjaan, faktor kesehatan dan keselamatan bagi pekerja merupakan suatu faktor yang sangat penting dan harus diperhatikan agar pekerjaan tersebut dapat berjalan dengan baik. Jika kesehatan para pekerja tidak di perhatikan maka kemungkinan dapat terjadinya kecelakaan kerja yang dapat merugikan pekerja ataupun perusahaan. Kecelakaan kerja sendiri iyalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan sering kali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau properti maupun korban jiwa yang terjadi di dalam suatu proses kerja industri atau yang berkaitan dengannya. Kecelakaaan kerja juga berarti kecelakaan yang berhubugan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti, bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Didalam meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja, perusahaan wajib membuat program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No.1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja dituliskan bahwa “setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional”. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan upaya untuk menciptakan suasana bekerja yang aman, nyaman dan mencapai tujuan yaitu produktivitas setinggitingginya. Kesehatan dan Keselamatan Kerja sangat penting untuk

1

dilaksanakan pada semua bidang pekerjaan tanpa terkecuali, karena penerapan K3 dapat mencegah dan mengurangi resiko terjadinya kecelakaan maupun penyakit akibat melakukan kerja. Syarat-syarat kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja ditetapkan sejak tahap perencanaan, pembuatan, pengang kutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang, produk teknis, dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan. Perusahaan juga harus membuat dan melaksanakan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) secara konsisten. Seperti yang tercantum dalam peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 50 tahun 2012 pasal 5 ayat 2 yang menyatakan bahwa “Setiap perusahaan yang memperkerjakan tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih dan atau mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi wajib menerapkan SKM3 di perusahaan”. Menurut International Labour Organization (ILO) tahun 2015, diperkirakan secara global ada 60.000 kecelakaan kerja fatal per tahunnya. Sekitar 1 dari 6 kecelakaan fatal yang dilaporkan, terjadi pada sektor konstruksi. Health and Safety Executive (HSE) di Inggris tahun 2014 mengemukakan bahwa jenis pekerjaan dengan jumlah kematian tinggi yang dialami oleh pekerja diantaranya yaitu roofers, carpenters, joiners dan construction. Dari 142 kematian, penyebab utama disebabkan karena jatuh dari ketinggian sebesar 45%, lainnya merupakan kontak dengan mesin atau listrik serta kejatuhan benda masing-masing mempunyai persentase sebesar 7%. Sedangkan kecelakaan non-fatal dengan luka berat yang terjadi pada tahun 2013-2014 yaitu 150 per 100.000 pekerja. Dari luka berat yang terjadi 31% diantaranya terjadi karena jatuh dari ketinggian, 27% karena terpeleset, tersandung dan terjatuh, 13% karena kejatuhan benda, dan 9% karena pekerjaan handling (ILO, 2015). Berdasarkan Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan dari tahun 2014 sampai dengan 2015 menunjukkan Indonesia memiliki angka kecelakaan yang cukup tinggi. Pada tahun 2014 kasus mencapai 105.383 dengan cacat fungsi sebanyak 3.618 kasus, cacat sebagian sebanyak 2.616

2

kasus, cacat total sebanyak 43 kasus, dan meninggal sebanyak 2.375 kasus. Pada akhir tahun 2015 telah terjadi kecelakaan kerja sejumlah 105.182 kasus dengan korban meninggal dunia sebanyak 2.375 orang (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan, 2015). Sedangkan sepanjang di tahun 2017 tercatat kasus kecelakaan kerja sebanyak 123.000 kasus. Setiap kecelakaan mempunyai penyebab yang banyak, faktor penyebab kecelakaan yang langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan kecelakaan. Kecelakaan kerja dapat terjadi dalam beberapa sebab, salah satunya karena kesetrum arus listrik. Kasus kecelakaan kerja yang diakibatkan kesetrum arus listrik pernah terjadi di Medan yang dimuat dalam Koran Posmetro Medan Online pada tanggal 3 Oktober 2013. Kamis (3/10) pukul 10.00 WIB dilaporkan kasus kecelakaan pada tiga pekerja teknisi lapangan PT Telkom disebabkan oleh kesetrum arus litrik. Satu orang tewas di tempat pada saat mencabut tiang telepon, kejadian lain terjadi di Depok. Kejadian ini dialami oleh Benny Kardianto (53), pekerja pembuat teralis, tewas mengenaskan tersengat listrik dan jatuh dari lantai dua sebuah rumah di Perumahan Adi Karya, RT 1/15, Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoranmas, Kota Depok, Kamis (26/4/2018) sore sekitar pukul 15.00. Dan kasus kecelakaan kerja yang terbaru yang diangkat dalam makalah ini adalah kasus kecelakaan kerja yang terjadi di PT Telkom Pangkalan Bun Kalteng . PT Telkom Pangkalan Bun Kalteng adalah perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi. Perusahaan ini memiliki pekerja yang bekerja di bagian teknisi lapangan dengan proses kerja memasang jaringan (network installation), perbaikan jaringan (network improvements), dan pemeliharaan jaringan (network maintenance). Pekerjaan teknisi lapangan meliputi penggalian tanah untuk memasang kabel tanam (Fiber Optic), memanjat tiang jaringan, mengangkat tiang jaringan, dan aktivitas kerja lainnya. Para pekerja berpotensi terhadap kemungkinan terjadinya kasus kecelakaan kerja. Kasus kecelakaan kerja yang mengakibatkan tewasnya tiga pekerja teknisi lapangan dilaporkan terjadi di Kalimantan Tengah yang dimuat dalam situs berita online merdeka.com pada tanggal 06 Februari 2019. Rabu (6/2) pukul 16.00 WIB dilaporkan kasus kecelakaan pada tiga pekerja teknisi lapangan PT Telkom

3

disebabkan oleh kesetrum arus litrik. Tiga orang tewas di tempat pada saat memasang tiang besi Telkom . Kasus ini terjadi disaat pekerja tidak menyadari tiang Telkom menyentuh kabel tegangan tinggi milik PT PLN sehingga menyebabkan semuanya tersetrum listrik. Kasus ini terjadi di daerah Kecamatan Pangkalan Lada, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar),Kalteng. Menurut informasi yang diperoleh dari pihak perusahaan, kasus kecelakaan kerja yang terjadi adalah faktor manusia atau pekerja yang tidak aman seperti kurang hatihati saat bekerja, melaksanakan pekerjaan diluar Standar Operasional prosedur (SOP) dan ketidak seriusan saat bekerja. Pihak manajemen perusahaan telah melakukan upaya perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) khususnya bagi para pekerja bagian teknisi lapangan seperti pengawasan, pelatihan, peraturan (kebijakan), penyediaan Alat pelindung Diri (APD), Standar Operasional Prosedur (SOP), dll. Tindakan para pekerja bagian teknisi lapangan yang tidak aman seperti tidak memakai Alat pelindung Diri (APD) lengkap, posisi tangga panjat tidak dalam posisi yang sesuai, kondisi tiang yang dekat dengan tiang istrik. Hal ini dapat berpotensi terhadap terjadinya kecelakan kerja yang dapat berakibat fatal, mulai dari kecacatan hingga kematian. Setelah dilakukan pencarian ternyata kasus kecelakaan kerja di Kalteng tergolong tinggi seperti pada 31 Desember 2013 mencapai angka 1.159. Seribu lebih kasus kecelakaan kerja ini, berasal dari perusahaan besar swasta (PBS) baik pertambangan maupun perkebunan. Berdasarkan Data BPJS Ketenagakerjaan selama tahun 2018 angka kecelakaan kerja yang tercatat di Kalteng sebanyak 2.705 kasus. Sedangkan di Kotim dan Seruyan tercatat sebanyak 831 kasus kecelakaan kerja. Kabupaten Kobar, Lamandau dan Sukamara sebanyak 225 kasus. Kasus kecelakaan kerja didominasi oleh human error (kelalaian manusia).

4

1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah bagaimana cara pekerja mengimani k3?

1.3 Tujuan Makalah Tujuan penulisan makalah adalah untuk mengetahui strategi pekerja dalam mengimani k3.

1.4 Manfaat Makalah Penulisan makalah ini diharapkan menjadi masukan bagi perusahaan agar lebih memperhatikan kondisi kesehatan para pekerja. Program K3 harus dikelola sebagaimana dengan aspek lainnya dalam perusahaan, aspek K3 tidak akan bisa berjalan tanpa adanya intervensi dari manajemen karena dengan adanya program K3 dapat meminimalkan terjadinya kecelakaan kerja.

5

BAB II ANALISIS KASUS

2.1 Kasus “Tiga Pekerja PT Telkom Tewas Tersetrum Listrik”

Merdeka.com

- Kepolisian

Sektor

Pangkalan

Lada,

Kabupaten

Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, menyelidiki tiga dari enam pekerja harian lepas PT Telkom Akses yang tewas tersetrum. Kecelakaan kerja terjadi di Kecamatan Pangkalan Lada, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), Kalteng, Rabu tanggal 06 Februari 2019 sore sekitar pukul 16.00 WIB. Menurut Waris, awalnya enam orang pekerja akan mendirikan tiang besi milik PT Telkom Akses di depan Puskemas Pandu Sanjaya, Pangkalan Lada, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, tiang itu didirikan di bawah kabel listrik tegangan tinggi PT PLN. Namun di luar dugaan terjadi kecelakaan kerja yang mengakibatkan tiga orang meninggal dunia. Sementara, tiga orang lainnya mengalami luka-luka dan telah dibawa ke RSUD Sultan Imannudin Pangkalan Bun untuk menjalani perawatan. Kalau penyebab kecelakaan kerja, perkiraan kami karena mereka kurang memperhatikan batas aman antara kabel tegangan tinggi milik PT PLN dan tiang besi yang akan didirikan. Adapun identitas pekerja PT Telkom Akses yang meninggal tersebut adalah Mathesim (37), Mohammad Saputra (25) dan Moh Halil (35), ketiganya meninggal dunia di lokasi kejadian. Sedangkan tiga orangnya lainnya, yakni Asmuni (33), Syahyedi (35) dan Umam (34) mengalami luka luka dan mendapat perawatan intensif di RSUD Sultan Imannudin.

6

2.2 Analisis Penyebab Dapat diketahui penyebab umumnya ialah tiga pekerja meninggal akibat tersetrum saat hendak memasang tiang besi telepon di bawah kabel tengangan tinggi milik PT PLN. Sedangkan dari sudut pandang penyebab khusus nya adalah kelalaian pekerja karena mereka kurang memperhatikan batas aman antara kabel tegangan tinggi milik PT PLN dan tiang besi yang akan didirikan. Menurut berita yang terlampir 3 pekerja tersebut tewas karena tersengat listrik saat memasang tiang besi milik PT Telkom. Menurut penyebab terjadinya kecelakaan yang tertera pada penjelasan di atas yaitu kerja terlalu dekat dengan kabel listrik bertegangan tinggi menjadi salah satu penyebab kecelakaan serius yang berujung kematian. Seharusnya pada saat pemasangan tiang besi, pekerja tau batas aman atau lebih berhati-hati dengan kabel listrik yang ada di dekat pemasangan tiang besi tersebut atau lebih baiknya kabel listrik dimatikan demi kenyamanan dan keselamatan pekerja yang bertugas. Walaupun misalkam pada saat itu listrik sudah dimatikan para pekerja tetap harus menggunakan peralatan-peralatan yang sudah menjadi standarnya dan menggunakan alat pelindung diri sesuai standar. Kurangnya pengetahuan dan pengalaman pekerja tentang cara kerja dan keselamatan kerjapun dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja. Pengalaman akan berpengaruh dalam meningkatkan pengetahuan seseorang, karena pengetahuan seseorang juga diperoleh dari pengalaman(Apriluana, 2016).

Pengalaman

yang

dilalui

seseorang

akan

membantu

yang

bersangkutan untuk menentukan langkah-langkah tertentu yang dapat menunjang keberhasilan kerja demikian juga hal-hal yang harus dihindari karena akan menjadi penghambat dan berujung pada kegagalan. Masa kerja merupakan salah satu faktor pada karakteristik tenaga kerja yang membentuk perilaku. Semakin lama masa kerja, akan membuat tenaga kerja lebih mengenal kondisi lingkungan tempat kerja. Jika tenaga kerja telah mengenal kondisi lingkungan tempat kerja dan bahaya pekerjaannya maka tenaga kerja akan patuh menggunakan APD.

7

2.3 Analisis Topik Keselamatan kerja listrik adalah keselamatan kerja yang bertalian dengan alat, bahan, proses, tempat (lingkungan) dan cara-cara melakukan pekerjaan. Tujuan dari keselamatan kerja listrik adalah untuk melindungi tenaga kerja atau orang dalam melaksanakan tugas-tugas atau adanya tegangan listrik disekitarnya, baik dalam bentuk instalasi maupun jaringan. Pada dasarnya keselamatan kerja listrik adalah tugas dan kewajiban dari, oleh dan untuk setiap orang yang menyediakan, melayani dan menggunakan daya listrik. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 adalah undang-undang keselamatan kerja, yang di dalamnya telah diatur pasal-pasal tentang keselamatan kerja untuk pekerja-pekerja listrik. Penyebab utama kematian atau kecelakaan serius yang berhubungan dengan pekerjaan listrik adalah sebagai berikut: a. Menggunakan peralatan-peralatan tanpa maintenance yang baik. b. Kerja terlalu dekat dengan kabel listrik bertegangan tinggi. c. Penggalian kabel bawah tanah bertegangan. d. Praktek yang tidak aman saat menggunakan supply utama. e. Menggunakan peralatan-peralatan yang tidak standar.

A. Tipe Kecelakaan Listrik Akibat yang diderita ketika seseorang terkena kontak listrik yaitu: 1. Electric shock. 2. Electrical burns. 3. Loss of muscle control

Prosedur keselamatan saat bekerja dengan peralatan listrik : 1. Cek peralatan Anda apakah sesuai dan memenuhi standar. 2. Gunakan equipment bertegangan rendah sedapat mungkin. 3. Jika menggunakan 230 volt, gunakan peralatan ELCB. 4. Cek peralatan Anda apakah masih valid sticker Portable Appliance Test (PAT)-nya.

8

5. Cek power point, three pin plug dalam keadaan bagus. 6. Cek kabel-kabel dilantai jangan sampai menyebabkan tripping hazard.

Prosedur keselamatan saat bekerja dengan Electrical Equipment, Mesinmesin dan Instalasinya: 1. Perencanaan yang matang, pemilihan peralatan-peralatan yang tepat 2. Dikerjakan oleh orang yang kompeten 3. Gunakan equipment yang standar dan sesuai.

B. Cara Melindungi Pekerja dari Bahaya Sengatan Listrik 1. Pelatihan Alasan umum terjadinya sengatan listrik adalah ketika seorang pekerja yang tidak berpengalaman atau kurang terlatih mencoba melakukan pekerjaan yang belum sanggup untuk mereka kerjakan. Bahkan jika pekerjaan tersebut tampak cukup sederhana, sangat penting untuk memastikan bahwa hanya pekerja yang kompeten dan memiliki kemampuan yang memadailah yang melakukan pekerjaan perawatan dan perbaikan peralatan listrik. 2. Alas Pengaman (safety matting) Pekerja yang bekerja di depan panel listrik (switchboard) terbuka, atau pada peralatan bertegangan tinggi memerlukan perlindungan khusus. Alas pengaman listrik akan memberikan tambahan tingkat keamanan, karena alas pengaman listrik biasanya terbuat dari bahan isolator, misalnya karet. Dengan demikian pekerja Anda akan terisolasi dari tanah dan risiko sengatan listrik berkurang. 3. Pengujian dan pemeliharaan rutin Kabel cacat, peralatan rusak, dan colokan yang tidak terpasang dengan benar dapat meningkatkan risiko sengatan listrik. Karenanya, penting

untuk

melakukan

penilaian

risiko

secara

teratur,

memperingatkan pekerja untuk selalu waspada, dan melaporkan potensi bahaya listrik sesegera mungkin. Ingatlah, mencegah lebih baik daripada mengobati.

9

4. Pertolongan pertama Ketika terjadi sengatan listrik, sangat penting bagi pekerja untuk tahu bagaimana bertindak. Salah satunya adalah untuk selalu memperhatikan instink. Mendekati korban yang terkena sengatan listrik dapat membahayakan, sehingga langkah pertama yang harus dilakukan adalah memutus/mematikan sumber listrik. Ketika akan mendekati korban, berhati-hatilah dan isolasi tubuh dari tanah menggunakan alas karet. Jika aman untuk dilakukan, jauhkan sumber sengatan dengan memakai tongkat kayu atau benda lain dengan konduktivitas rendah. Segera cari bantuan dan telepon nomor darurat. 5.

Menyediakan Alat Pelindung Diri Sediakan alat pelindung diri yang tepat dan sesuai standar pada para pekerja. Para pekerja yang berada di lokasi serta yang akan bekerja mesti memakai pakaian kerja serta memakai Alat Pelindung Diri (APD) semisal helm, sepatu listrik atau Safety shoes, kacamata Safety (goggles), Sarung tangan Safety (Safety Gloves), selimut api, detektor gas (gas detector) serta tabung pemadam kebakaran.

10

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Defenisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan pemberian perlindungan kepada setiap orang yang berada di tempat kerja yang berhubungan dengan pemindahan bahan baku, penggunaan peralatan kerja konstruksi, proses produksi dan lingkungan sekitar tempat kerja. Definisi K3 menurut OHSAS 18001:2007 dalam terms and definitions yaitu kondisi-kondisi dan faktor-faktor yang berdampak, atau dapat berdampak, pada kesehatan dan keselamatan karyawan atau pekerja lain (termasuk pekerja kontrak dan personil kontraktor, atau orang lain ditempat kerja).

3.2 Tujuan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Adapun tujuan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yaitu sebagai berikut : 1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan baik secara fisik, sosial dan psikologis. 2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunkan sebaik-baiknya dengan seefektif mungkin. 3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya. 4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai. 5. Agar meingkatkan kegairahan, keserasian dan partisipasi kerja. 6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja. 7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

11

3.3 Komitmen dan Kebijakan SMK3 di PT Telkom Kalteng Sesuai dengan persyaratan standar Sistem Manajemen K3L, perusahaan menetapkan Kebijakan SMK3L untuk diterapkan secara menyeluruh dalam organisasi. Kebijakan harus secara jelas menyatakan tujuan dan sasaran K3L yang akan dicapai dalam penerapan SMK3L. Kebijakan K3L ini harus disahkan oleh pucuk pimpinan perusahaan, dinyatakan secara tertulis dan ditandatangani oleh pimpinan puncak. Untuk mencapai komitmen dan tekad dimaksud, manajemen secara terus menerus meningkatkan performansi kinerja perusahaan dengan menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3L) secara konsisten dan berkesinambungan melalui upaya-upaya sebagai berikut : 1.

Terjaminnya kesesuaian sistem manajemen keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan dengan persyaratan peraturan, perundangundangan serta standar norma-norma K3L yang berlaku

2.

Efektif dalam menerapkan program pencegahan terhadap kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja

3.

Lindungi lingkungan melalui pencegahan pencemaran dan efisiensi sumber daya alam

4.

Kesinambungan perbaikan terhadap teknologi, sumber daya manusia dan peralatan yang aman, nyaman, sehat dan ramah lingkungan (Go Green)

5.

Organisasi wajib membangun komitmen dan partisipasi seluruh karyawan TELKOM, Mitra Kerja dan Unit Kerja untuk menjalankan SMK3L 12

6.

Melarang penggunaan narkoba dan turunannya serta minuman keras di lingkungan kerja TELKOM pada saat jam kerja atau diluar jam kerja.

3.4 Perencanaan SMK3 Sebelum memulai menerapkan sistem manajemen K3L dilakukan kajian awal untuk mengidentifikasi potensi resiko K3L dari kegiatan TELKOM. Prosedur untuk mengkaji ulang resiko-resiko K3L tersebut dan sistem pengendaliannya akan diterapkan secara rutin guna memperbaharui rekaman bahaya dan resiko serta aspek dan dampak lingkungan. Semua resiko/ dampak yang penting akan selalu dikendalikan dan dipantau. Dalam melakukan kajian tersebut juga dipertimbangkan semua peraturan perundangan yang terkait dengan operasi perusahaan, serta penanggungjawab dan cara untuk memperoleh peraturan perundangan tersebut sebagaimana yang diperlukan. Semua fungsi dilingkungan perusahaan harus mengkaji kinerja K3L dilingkungannya masing-masing secra rutin dan membandingkan yang berlaku. Semua kepala fungsi harus meninjau hasil pelaksanaan dan kemajuan program peningkatan dan pencapaian sasaran dan harus menetapkan target baru setiap tahunnya. Pimpinan Unit Bisnis harus mengkaji kinerjanya terhadap adanya teknologi baru dan resiko bagi pekerja, kontraktor, tamu dan masyarakat sekitar. Program perbaikan harus menyebutkan penanggung jawab dan target waktu pencapaiannya.

13

PT Telkom juga membuat program SMK3L . Program SMK3L dibuat berdasarkan hasil identifikasi bahaya/aspek lingkungan dan penilaian resiko/dampak, hasil audit atau hasil Tinjauan Manajemen. Untuk pelaksanaan program akan ditunjuk penanggung jawab, jangka waktu, sumber daya untuk mencapai tujuan dan sasaran dari SMK3L program dipantau oleh P2K3 dan SAS dan harus dilaksanakan peninjauan ulang secara berkala. 3.5 Penerapan SMK3 Penerapan SMK3 dilakukan oleh seluruh lapisan organisasi yang ada di PT. Telkom untuk mencapai keberhasilan implementasi SMK3 dengan baik. Pihak manajemen menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk penerapan dan pengendalian SMK3L. Pihak manajemen menunjuk

seorang

Wakil

Manajemen,

yang

memiliki

peran,

tanggungjawab, wewenang untuk : a. Memastikan bahwa, persyaratan SMK3L ditetapkan dilaksanakan dan dipelihara. b. Melaporkan Kinerja SMK3L kepada pucuk Pimpinan untuk ditinjau ulang sebagai dasar perbaikan SMK3L. 3.6 Pengukuran Dan Evaluasi SMK3 A. Pemantauan dan Pengukuran Membuat

dan

merawat

prosedur

untuk

pemantauan

pengukuran kinerja K3L, prosedur tersebut mencakup : 1. Mengukur baik secara kuantitatif maupun kinerja K3L.

14

dan

2. Memantau

kesesuaiannya

dengan

tujuan/sasaran

yang

telah

ditetapkan. 3. mengukur dan merencanakan kesesuaiannya dengan program yang telah ditetapkan, criteria operasi dan persyaratan peraturan perundangan. 4. Mengukur dan memantau kecelakaan, sakit dan insiden. 5. Mencatat semua hasilnya untuk tujuan perbaikan/ pencegahan dan alat-alat ukur harus dikalibrasi dan dirawat, rekaman harus dipelihara. B. Kecelakaan, Insiden, Ketidaksesuaian Serta Tindakan Perbaikan dan Pencegahan Menetapkan dan memelihara prosedur untuk menentukan : 1.

Penanganan kecelakaan, insiden, ketidaksesuaian, serta tindakan perbaikan dan pencegahannya.

2.

Tindakan perbaikan dan pencegahan yang dilakukan untuk menghilangkan akar penyebab terjadinya kecelakaan insiden dan ketidaksesuaian termasuk batas waktunya.

3.

Konfirmasi efektifitas tindakan perbaikan dan pencegahan.

C. Pelaporan Penanganan Bahaya PT. Telkom telah menetapkan dan menerapkan dan memelihara prosedur untuk pelaporan dan penanganan bahaya masalah K3L. Pelaporan bahaya dilakukan oleh setiap personil yang menemukannya dan perusahaan harus memastikan setiap bahaya yang dilaporkan ditindaklanjuti sesuai dengan tingkat urgensinya. Dengan tujuan untuk memastikan setiap kecelakaan/ kejadian nyaris celaka dan penyakit

15

akibat kerja dilaporkan dan diselidiki sehingga dapat dicegah terjadinya kembali kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta pencemaran lingkungan. 3.7 Tinjauan Manajemen SMK3 Manajemen yang diwakili oleh Sekper secara berkala, minimal 1 tahun sekali akan meninjau SMK3L untuk memastikan pelaksanan, kecukupan

dan

keefektifannya.

Hasil

kajian

ini

harus

di

dokumentasikan. Tinjauan manajemen ini mencakup kemungkinan perubahan pada kebijakan dan sasaran dan unsure lain dari SMK3L, khususnya merujuk hasil audit SMK3L, keadaan yang berubah serta komitmen untuk perbaikan berkelanjutan. Mendokumentasian seluruh hasil kajian untuk manajemen untuk ditindaklanjuti.

16

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan Strategi mengimani K3 bagi pekerja didahului oleh komitmen dari perusahaan

yang

didukung

oleh

kebijakan

oleh

perusahaan

harus

diimplementasikan kepada pekerja, contoh nyatanya : 1. Setiap pekerja diberikan edukasi tentang pentingnya K3 serta bahaya jika tidak ditaati bagi para pekerja. Karena pendidikan keselamatan dan kesehatan kerja juga berguna agar tenaga kerja memiliki pengetahuan dan kemampuan mencegah kecelakaan kerja. 2. Melakukan safety talk setiap paginya sebelum bekerja. 3. Jika tidak ditaati tentu saja pekerja akan diberikan sanksi. Jika para pekerja melakukan pelanggaran untuk pertama kalinya akan diberikan sanksi berupa teguran. Jika para pekerja melakukan sanksi kedua kalinya akan diberikan sanksi berupa teguran dengan tegas. Dan jika dilanggar kembali untuk ketiga kalinya pekerja harus bersedia dikeluarkan dari perusahaan artinya tidak akan bekerja kembali. 3.2 Saran Saran dari penulis menambahi mengenai strategi dalam mengimani K3 adalah yaitu sebagai berikut : 1.

Tanamkan dalam diri karyawan keyakinan bahwa mereka adalah pihak yang paling menentukan dalam pencegahan kecelakaan. Karena jika sudah dianalisis dan dievaluasi akan timbul kesadaran pekerja bahwa mengimani K3 itu penting untuk keselamatan dan kesehatan diri sendiri.

2.

Tunjukkan pada karyawan bagaimana mengembangkan perilaku kerja yang aman.

3.

Berikan teknik pencegahan kecelakaan secara spesifik.

4.

Buatlah contoh yang baik sampai mereka benar-benar paham bagaimana cara pemakaian alat pelindung diri yang benar.

17

5.

Diharapkan juga bagi perusahaan agar menegakkan standar keselamatan kerja secara tegas.

18

DAFTAR PUSTAKA

Andreyanto, Renaldo. 2018. Pengaruh Program K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan. Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Fadhilah, Nurbaiti, dkk. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecelakaan Kerja Pada Proses Die Casting Di Pt. X Cikarang Barat Kabupaten Bekasi Jawa Barat. Jurnal, Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman Bekasi Fairyo, LS, dkk. 2018. Kapatuhan Pemakaian Alat Pelindung Diri Pada Pekerja Proyek. Jurnal, Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang Maimunah, S. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Makalah, Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Esa Unggul Jakarta Martalina, Surika, dkk. 2017. Identifikasi Bahaya dan Risiko Keselamatan Kerja Pada Saat Overhaul di Area Kiln PT. X. Jurnal, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang Multazam, HT. 2015. Pengaruh Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Semen Tonasa di Kabupaten Pangkep. Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar Pravitra, Disca, dkk. 2017. Analisis Faktor Risiko Kecelakaan Kerja pada Tenaga Kerja Produksi PT Indotama Omicron Kahar di Purworejo, Jawa Tengah.

Jurnal,

Fakultas

Kesehatan

Masyarakat

Poltekkes

Kemenkes Yogyakarta Ramadhanur, S. 2013. Analisis Kasus Kecelakaan Kerja di Perkebunan. Makalah, Fakultas Teknik Universitas Muhamadiyah Jakarta Rinda, DM, dkk. 2015. Analisis Terhadap Kasus Kecelakaan Kerja. Makalah, Fakultas

Ilmu

Kesehatan

Soedirman Purwokerto.

19

Masyarakat

Universitas

Jenderal

Saragih, FRP, dkk. 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Tidak Aman Pada Pekerja Lapangan PT.Telkom Cabang Sidikalang Kabupaten Dairi. Jurnal, Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan. Umamah, A’izzatul, dkk. 2015. Analisis Upaya Pencegahan dan Pengendalian Kecelakaan Kerja Pada Sebuah Pabrik Semen di Tuban. Jurnal, Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang.

20

More Documents from "Plorita Situmorang"

Isi.docx
October 2019 8
Cover.docx
June 2020 11
Mitigasi Banjir.docx
June 2020 16
Cover.docx
October 2019 17