Investasi Syariah.docx

  • Uploaded by: fatkul rohman
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Investasi Syariah.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,228
  • Pages: 13
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi dalam Islam merupakan kegiatan yang sangat dianjurkan. Hal ini secara eksplisit tertuang dalam berbagai ayat seperti QS. Al-Hasyr:18, QS. Lukman : 34, QS. Al-Baqarah : 261, Qs. Al-Nisa' 9, dan lain-lain. Tidak semua jenis investasi diperbolahkan dalam Islam. Hanya investasi yang sesuai dalam ajaran Islam yang boleh diikuti oleh investor muslim. Prinsip-prinsip tersebut meliputi jenis usaha dan transaksi yang harus mengikuti norma-norma syariah Islam. Artinya, pada jenis usaha, produk atau jasa yang diberikan serta cara pengelolaan perusahaan emiten bukan usaha yang dilarang oleh syari'at seperti usaha perjudian, perdagangan yang dilarang, bukan keuangan ribawi atau perbankan dan asuransi konvensional, bukan produsen distributor serta pedagang makanan dan minuman yang diharamkan, bukan usaha/perusahaan baik produsen maupun distributor yang menyediakan barang atau jasa yang bisa merusak moral dan bersifat mudarat. Begitu pula dengan jenis transaksinya harus dilakukan dengan prinsip sangat hati-hati, tidak boleh melakukan spekulasi yang didalamnya ada unsur-unsur gharar, gharar, maysir, dzulm, tadlis, dan sebagainya. Maraknya kasus-kasus investasi bodong dengan kedok investasi menyadarkan kita, apa sebenarnya investasi dalam Islam.

1

A. RUMUSAN MASALAH 1. Apa pengertian dari investasi ? 2. Bagaimana konsep dasar dari investasi? 3. Apa perinsip dari investasi Syariah ? 4. Apa resiko dalam investasi? 5. Bagaimana implementasi investasi Syariah? 6. Apa perbedaan investasi konvensional dengan investasi Syariah ? B. Tujuan Penulisan Makalah 1. Untuk mengetahui pengertian investasi. 2. Untuk mengetahui konsep dasar dari investasi. 3. Untuk mengetahui prinsip dasar investasi Syariah. 4. Untuk mengetahui resiko dalam investasi. 5. Untuk mengetahui perbedaan investasi konvensional dengan investasi Syariah.

2

BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Investasi Investasi berasal dari bahasa Inggris investment dari kata dasar invest yang berarti menanam, atau istathmara dalam bahasa Arab, yang berarti menjadikan berbuah, berkembang dan bertambah jumlahnya. Secara istilah, investasi adalah barang tidak bergerak atau barang milik perseorangan atau perusahaan yang dimiliki dengan harapan untuk mendapatkan pendapatan periodik atau keuntungan atas penjualan dan pada umumnya dikuasai untuk periode yang relatif panjang. Definisi yang sama diungkapkan Antonio investasi adalah kegiatan usaha yang kurang mengandung resiko karena perolehan kembalinya retrun berupa Bunga yang relatif tidak pasti dan tidak tetap.1 Dalam perhitungan pendapatan nasional, pengertian investasi adalah pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barangbarang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksi barang-barang dan jasa di masa depan. Kegiatan investasi sebagaimana dijelaskan di atas, memiliki manfaat dan dampak yang luas bagi perekonomian suatu negara. Namun demikian, secara prinsip, Islam memberikan panduan dan batasan yang jelas mengenai sektor mana saja yang boleh dan tidak boleh dimasuki investasi. Tidak semua investasi yang diakui hukum positif, diakui pula oleh syariat Islam. Oleh sebab itu, agar investasi tersebut tidak bertentangan, maka harus memperhatikan dan memperhitungkan berbagai aspek, sehingga hasil yang didapat sesuai dengan prinsip syariah. Berikut ini adalah beberapa aspek yang harus dimiliki dalam berinvestasi menurut perspektif Islam.

1

Muhamad, dasar dasar keuangan islami (Yogyakarta: ekonosia, 2004),hlm. 75

3

B. Konsep dasar investasi Investasi adalah suatu kegiatan menempatkan dana pada satu atau lebih dari satu jenis aset selama periode tertentu dengan harapan dapat memperoleh penghasilan dan/atau peningkatan nilai investasi dimasa mendatang. Dengan demikian, konsep daripada investasi adalah: 1. Menempatkan dana pada masa sekarang 2. Jangka waktu tertentu, 3. Guna mendapatkan manfaat (balas jasa atau keuntugan) dikemudian hari. Hal ini berarti dana yang seharusnya dapat di konsumsi, namun karena kegiatan investasi dana tersebut dialihkan untuk ditanamkan bagi keuntungan dimasa depan2. C. Prinsip Investasi Syariah Prinsip adalah elemen pokok yang menjadi struktur atau kelengkapan sesuatu (UII 2013), berbeda dengan asas yaitu landasan atau dasar tempat berpijaknya sesuatu dengan tegak (Langgulung 1992). Adapun prinsip syariah yang dimaksud dalam tulisan ini adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan ekonomi dan bisnis berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah. Lembaga fatwa yang dimaksud di sini adalah Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). Namun demikian perlu dijelaskan terlebih dahulu asas-asas fikih muamalah, karena kegiatan investasi merupakan bagian dari bermuamalah māliyah, dan asas merupakan pijakan berdirinya prinsip. Asas-asas fikih muamalah sebagaimana dikemukakan Ahmad Azhar Basyir (Basyir 2000), adalah sebagai berikut: 1. Pada dasarnya segala bentuk muamalah adalah mubah (boleh) kecuali ada dalil yang mengharamkannya (yang ditentukan lain oleh Al-Qur’an dan sunnah Rasul) (Djazuli. A 2006); Konsideran Fatwa DSN-MUI); 2. Muamalah dilakukan atas dasar sukarela tanpa mengandung unsur paksaan (Praja 2004); Amalia Nuril Hidayati,’’ Investasi: Analisis Dan Relevansinya Dengan Ekonomi Islam”, Malia: Jurnal Ekonomi Islam, Volume 8, Nomor 2, Juni 2017 : 228-229 2

4

3. Muamalah dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan manfaat dan menghindari mudharat dalam hidup masyarakat. 4. Muamalah dilakukan dengan memelihara nilai keadilan, menghindari unsur-unsur penganiayaan, unsur-unsur ḍarar (membahayakan), dan unsur-unsurpengambilan kesempatan dalam kesempitan. Selain itu, ada beberapa prinsip syariah khusus terkait investasi yang harus menjadi pegangan bagi para investor dalam berinvestasi3, yaitu: Tidak mencari rezeki pada sektor usaha haram, baik dari segi zatnya (objeknya maupun prosesnya (memperoleh, mengolah dan medistribusikan), serta tidak mempergunakan untuk hal-hal yang haram; 1. Tidak menzalimi dan tidak pula dizalimi (la taẓlimūn wa lā tuẓlamūn); 2. Keadilan pendistribusian pendapatan; 3. Transaksi dilakukan atas dasar rida sama rida (‘an-tarāḍin) tanpa ada paksaan; 4. Tidak ada unsur riba, maysīr (perjudian), gharar (ketidakjelasan), tadlīs (penipuan), ḍarar (kerusakan/kemudaratan) dan tidak mengandung maksiat. Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa Islam sangat menganjurkan investasi tapi bukan semua bidang usaha diperbolehkan dalam berinvestasi. Aturan-aturan di atas menetapkan batasan-batasan yang halal atau boleh dilakukan dan haram atau tidak boleh dilakukan. Tujuannya adalah untuk mengendalikan manusia dari kegiatan yang membahayakan masyarakat. C. Resiko Dalam Investasi Syariah Semua bentuk investasi mengandung risiko atau ketidakpastian hasil. Menurut Husnan (Husnan 1996) risiko adalah kemungkinan hasil yang menyimpang dari harapan. Besarnya keuntungan yang diharapkan dari setiap Elif Pardiansyah, “Investasi dalam Perspektif Ekonomi Islam: Pendekatan Teoritis dan Empiris, ,Economica: Jurnal Ekonomi Islam – Volume 8, Nomor 2 (2017): 337 - 373 3

5

sekuritas tidaklah sama, bergantung pada besarnya risiko yang ditanggung investor4. Namun, yang dapat dilakukan investor adalah meminimalkan risiko dengan memperhatikan besarnya pengaruh masing-masing faktor tersebut. Dalam teori portofolio, risiko adalah tingkat penyimpangan terhadap keuntungan yang diharapkan. Risiko dalam investasi timbul karena adanya ketidakpastian waktu dan besarnya return yang akan diterima investor Menurut Zubir (Zubir 2011), faktor-faktor penyebab timbulnya risiko akan memengaruhi melencengnya realisasi return suatu investasi terhadap nilai yang diharapkan (expected return). Sumber risiko di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Interest rate risk, yaitu risiko yang disebabkan oleh perubahan tingkat bunga tabungan dan tingkat bunga pinjaman, namun di dalam pandangan Islam variabel ini tidak berlaku, karena Islam melarang bunga; 2. Market risk, yaitu risiko yang disebabkan oleh gejolak (variability) return suatu investasi sebagai akibat dari fluktuasi transaksi di pasar secara keseluruhan; 3. Inflation risk, yaitu risiko yang disebabkan oleh menurunnya daya beli masyarakat sebagai akibat dari kenaikan harga barang-barang secara umum; 4. Business risk, yaitu risiko yang disebabkan oleh tantangan bisnis yang dihadapi perusahaan makin berat, baik akibat tingkat persaingan yang makin ketat, perubahan peraturan pemerintah, maupun klaim dari masyarakat terhadap perusahaan karena merusak lingkungan 5. Financial risk, yaitu risiko keuangan yang berkaitan dengan struktur modal yang digunakan untuk mendanai kegiatan perusahaan; 6. Liquidity risk, yaitu risiko yang berkaitan dengan kesulitan untuk mencairkan portofolio atau menjual saham karena tidak ada yang membeli saham tersebut; 7. Exchange rate risk atau currency risk, yaitu risiko bagi investor yang melakukan investasi di berbagai negara dengan berbagai mata uang,

4

Ibid hlm 358

6

perubahan nilai tukar mata uang akan menjadi faktor penyebab riil return lebih kecil daripada expected return; 8. Country risk, yaitu risiko ini juga berkaitan dengan investasi lintas negara yang disebabkan oleh kondisi politik, keamanan, dan stabilitas perekonomian tersebut. Makin tidak stabil keamanan, politik, dan perekonomian suatu negara, makin tinggi risiko berinvestasi di negara tersebut karena return investasi jadi makin tidak pasti, sehingga kompensasi atau return yang dituntut atas suatu investasi makin tinggi. Islam memandang risiko sebagai suatu sunatullah (hukum alam). Hal demikian, terdapat kaidah yang dalam fikih muamalah, al-kharaj bi al-ḍamān dan kaidah al-ghunmu bi al-ghurmi yang artinya “keuntungan akan berbanding lurus dengan tanggung jawab terhadap risiko/kerugian”. Dalam bahasa populernya, kaidah ini kurang lebih sama dengan high risk high return. Artinya dalam pandangan Islam, modal yang kita tanamkan untuk investasi akan menghadapi beberapa kemungkinan; bisa untung, impas, atau rugi. Dalam akad shirkah atau mushārakah, kerugian dibagi berdasarkan proporsi modal masing-masing, bahkan kerugian bisa ditanggung penuh investor dalam investasi akad muḍārabah dengan catatan kerugian dan risiko terjadi akibat alamiah bisnis bukan karena perilaku curang atau lalai dari pengelola (fraud). Syariat Islam telah menjadikan kedua hal tersebut menjadi dua hal yang selalu beriringan, bahwa kharaj/ribḥ/ghunm tidak bisa didapatkan kecuali dengan ḍamān/mukhātarah/ghurm (Sahroni 2016). D. Implementasi Invstasi Syariah 1. Kegiatan investasi reksa dana Sesuai dengan Undang-Undang Pasar Modal No 8 Tahun 1995, reksa dana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal yang selanjutnya diinvestasikan kembali ke dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi. Berdasarkan definisi di atas, reksa dana adalah: Wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal. Menghimpun dana dari masyarakat bukan perkara main-main. Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

7

secara ketat sudah mengatur jenis perusahaan seperti apa saja yang dapat melakukan kegiatan penghimpunan dana, antara lain seperti bank, asuransi, dana pensiun, pegadaian, multifinance, dan pasar modal. Reksa dana merupakan produk dari perusahaan yang masuk dalam kategori pasar modal yang diawasi oleh OJK sehingga bisa melakukan kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat.5 Di dalam melakukan kegiatan investasi ada beberapa hal yang perlu diperhaatikan oleh manajer investasi, yaitu : a) Dalam melakukan kegiatan investasi reksa dana Syariah dapat melakukan apa saja sepsnjang tidak bertentangan dengan Syariah. b) Akad yang dilakukan oleh reksa dana Syariah dengan emiten dapat dilakukan melalui : mudhabarah/musyarakah atau dengan jual beli. 2. Mekanisme transaksi Mekanisme transaksi dalam reksa dana Syariah harus memperhatikan halhal yang tidak bertentangan dengan Syariah islam6. a) Dalam melakukan transaksi reksa dana Syariah tidak diperbolehkan melakukan tindakan spekulasi, yang didalamnya mengandung unsur gharar. b) Produk-produk

reksa

dana

pada

umumnya

seperti

spot,

forward,swap, option dan produk-produk lain yang biasa dilakukan reksa dana hendaknya menjadi bahan penelitian dan pengkajian dari reksa dana Syariah. c) Untuk membahas persoalan-persoalan yang memerlukan penelitian dan pengkajian,seperti menyeleksi perusahaan-perusahaan investasi, pemurnian pendapatan, formula pembagian keuntungan dan sebagainya, hendaknya dibentuk dewan pengawas Syariah yang ditunjuk MUI. Rudiyanto,” Apa Itu Reksa Dana”, kompas.com,di akses dari https://www.ruangilmiah.com/2015/06/cara-menulis-footnote-catatan-kaki-yang.html, pada tanggal 11 maret 2019 pukul 21.36 5

6

Muhamad, dasar dasar keuangan islami (Yogyakarta: ekonosia, 2004),hlm. 194

8

Berdasarkan uraian tersebut, ternyata masih banyak hal yang harus dipikirkan berkenaan dengan permasalahan operasionalnya Lembaga reksa dana Syariah. Apabila telah dapat ditentukan solusi terhadap permasalahan pokok reksa dana Syariah tersebut, maka prospek perkembangannya dapat dipredisikan. E. Perbedaan Investasi Konvensional Dengan Investasi Syariah Pertumbuhan ekonomi selalu berkait dengan perilaku imvestasi. Ada perbedaan mendasar perilaku investasi antara system ekonomi konvesional dengan ekonomi islam (bagi hasil). Investasi dalam ekonomai konvensional sangat ditentukan oleh bunga dan sepekulasi. Dua hal inilah yang menjadi faktor pembeda antara fungsi investasi dalam ekonomi islam dan ekonomi konvesional. Persoalan bunga dan sepekulasi secara jelas dilarang dalam islam.selain dua hal tersebut, islam juga melarang atau memberikan sanksi kepada pemegang asset yang tidak produktif. Sanksi tersebut sekurang-kurangnya terkena zakat. Sementara asset yang diinvestasikan tidak dikenakan zakat. Dangan demikian, secara tegas menunjukan bahwa ajaran islam memberikan motivasi kepada umatnya untuk memilih investasi sebagai pilihan alternatif. Selanjutnya dalam ekonomi ialam, tidak mengenal suku bunga. Dengan demikian, keputusan investasi tidak ditentukan oleh suku bunga. Ongkos opportunitas dana untuk tujuan investasi ditentukan oleh besarnya zakat yang dibayarkan atas dana tersebut. Dari uraian diatas diketahui, bahwa fungsi investasi dalam ekonomi islam bukan merupakan fungsi dari suku bunga sebagaimana fungsi dari sistem ekonomi konvensional. Fungsi investasi dalam ekonomi islam ditwentukan dari tingkat keuntungan yang diharapkan, tingkat zakat atas asset yang tidak (kurang), tingkat zakat atas keuntunagan dari investasi., dan pengeluaran lain atas asset yang tidak (kurang) produktif selain zakat7

7

Muhamad, zakat profesi: telaah fikih kontemporer,( Jakarta : salemba diniyah 2002)

9

BAB III PENUTUP

Kesimpulan Secara istilah, investasi adalah barang tidak bergerak atau barang milik perseorangan atau perusahaan yang dimiliki dengan harapan untuk mendapatkan pendapatan periodik atau keuntungan atas penjualan dan pada umumnya dikuasai untuk periode yang relatif panjang. Islam memberikan panduan dan batasan yang jelas mengenai sektor mana saja yang boleh dan tidak boleh dimasuki investasi. Tidak semua investasi yang diakui hukum positif, diakui pula oleh syariat Islam. konsep daripada investasi adalah: Menempatkan dana pada masa sekarang, Jangka waktu tertentu, Guna mendapatkan manfaat (balas jasa atau keuntugan) dikemudian hari. Prinsip-prinsip investasi Syariah meliputi: Tidak menzalimi dan tidak pula dizalimi ,Keadilan pendistribusian pendapatan, Transaksi dilakukan atas dasar rida sama rida (‘an-tarāḍin) tanpa ada paksaan, Tidak ada unsur riba, maysīr (perjudian), gharar (ketidakjelasan), tadlīs (penipuan), ḍarar (kerusakan/kemudaratan) dan tidak mengandung maksiat. risiko adalah tingkat penyimpangan terhadap keuntungan yang diharapkan. Risiko dalam investasi timbul karena adanya ketidakpastian waktu dan besarnya return yang akan diterima investor. Dalam melakukan kegiatan investasi reksa dana Syariah dapat melakukan apa saja sepsnjang tidak bertentangan dengan Syariah, Akad yang dilakukan oleh reksa dana Syariah dengan emiten dapat dilakukan melalui : mudhabarah/musyarakah atau dengan jual beli. Investasi dalam ekonomai konvensional sangat ditentukan oleh bunga dan sepekulasi. Dua hal inilah yang menjadi faktor pembeda antara fungsi investasi dalam ekonomi islam dan ekonomi konvesional.

10

DAFTAR PUSTAKA Muhamad, Dasar Dasar Keuangan Islami (Yogyakarta: ekonosia, 2004). Nuril Hidayati, Amalia,’’ Investasi: Analisis Dan Relevansinya Dengan Ekonomi Islam”, Malia: Jurnal Ekonomi Islam, Volume 8, Nomor 2, Juni 2017. Elif Pardiansyah, “Investasi dalam Perspektif Ekonomi Islam: Pendekatan Teoritis dan Empiris, ,Economica: Jurnal Ekonomi Islam – Volume 8, Nomor 2 (2017). Rudiyanto,”

Apa

Itu

Reksa

Dana”,

kompas.com,di

akses

dari

https://www.ruangilmiah.com/2015/06/cara-menulis-footnote-catatan-kakiyang.html Muhamad, zakat profesi: telaah fikih kontemporer, (Jakarta : salemba diniyah 2002).

11

12

13

Related Documents

Investasi
June 2020 45
Tren Investasi
November 2019 48
Penipuan Investasi
June 2020 23
Investasi Sejahtera
December 2019 40
Prudential Investasi
May 2020 32
Investasi Syariah.docx
December 2019 36

More Documents from "fatkul rohman"

Cover Makalah.docx
December 2019 27
Template.pptx
December 2019 24
Template.pptx
December 2019 22
Investasi Syariah.docx
December 2019 36
Kata Pengantar.docx
December 2019 28
Oil-analysis Cause Efect
October 2019 45