Intramuskular Bab.docx

  • Uploaded by: Oktalfi Melinda S
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Intramuskular Bab.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,404
  • Pages: 28
BAB I PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang Intramuskular (IM), rute IM memungkinkan adsorbsi obat yang lebih cepat daripada rute SC karena pembuluh darah lebih banyak terdapat di otot. Bahaya kerusakan jaringan berkurang ketika obat memasuki otot yang dalam tetapi bila tidak berhati-hati ada resiko menginjeksi obat langsung ke pembuluh darah. Dengan injeksi di dalam otot yang terlarut berlangsung dalam 10-30 menit, guna memperlambat adsorbsi dengan maksud memperpanjang kerja obat, seringkali digunakan larutan atau suspensi dalam minyak umpamanya suspense penicilin dan hormone kelamin.

1.2

Tujuan 1.2.1

Tujuan umum Mahasiswa mampu memahami konsep dan prosedur tentang IM.

1.2.2

Tujuan khusus a.

mahasiswa

mampu

memahami pengertian

mampu

memahami

intramuskular b.

mahasiswa

tujuan

intramuskular

1

c.

mahasiswa

mampu

memahami

lokasi intramuskular d.

mahasiswa mampu memahami pemberian obat melalui intramuskular

e.

mahasiswa mampu memaham ialat dan bahan

f.

mahasiswa mampu memahami hal-hal yang perlu diperhatikan

dalam

pemberian

obat

secara

intramuskular g.

mahasiswa mampu memahamihal-hal yang perlu diperhatikan

dalam

pemberian

obat

secara

intramuskular h.

mahasiswa mampumemahami keuntungan dan kerugian dari intramuskular

1.3

Manfaat Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman mahasiswa tentang injeksi intramuskular

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pemberian Obat Secara Intramuskular Pengertian pemberian obat secara intramuskular adalah pemberian obat/cairan dengan cara dimasukkan langsung kedalam otot (muskulus). Pemberian obat dengan cara ini dilakukan pada bagian tubuh yang berotot besar, agar tidak ada kemungkinan untuk menusuk saraf, misalnya pada bokong dan kaki bagian atas atau pada lengan bagian atas. Pemberian obat seperti ini memungkinkan obat akan dilepas secara berkala dalam bentuk depot obat. Jaringan intramuskular terbentuk dari otot yang bergaris yang mempunyai banyak vaskularisasi aliran darah tergantung dari posisi otot ditempat penyuntikan.

2.2. Tujuan Pemberian Obat Secara Intramuskular Tujuan pemberian obat secara intramuskular yaitu agar obat diabsrorbsi tubuh dengan cepat.

2.3. Indikasi Dalam Pemberian Obat Secara Intramuskular Indikasi pemberian obat secara intramuskular biasa dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak

3

memungkinkan untuk diberika obat secara oral, bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut, benjolan tulang, otot atau saraf besar dibawahnya. Pemeberian obat secara intramuskular harus dilakukan atas perintah dokter.

2.4. Kontra indikasi dalam pemberian obat secara intramuskular Kontra indikasi dalam pemberian obat secara intramuskular yaitu: infeksi, lesi kulit, jaringan parut, benjolan tulang, otot atau saraf besar dibawahnya.

2.5. Daerah

Penyuntikan

Dalam

Pemberian

Obat

Secara

Intramuskular a.

Pada daerah paha (vastus lateralis) dengan cara anjurkan pasien untuk berbaring telentang dengan lutut sedikit fleksi.

b. Pada ventrogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk miring, tengkurap atau telentang dengan lutut atau panggul miring dengan tempat yang diinjeksi fleksi. Area ini paling banyak dipilih untuk injeksi muscular karena pada area ini tidak terdapat pembuluh darah dan saraf besar. c.

Pada daerah dorsogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk tengkurap dengan lutut diputar kearah dalam atau miring dengan

4

lutut bagian atas dan pinggul fleksi dan diletakkan di depan tungkai bawah. d. Pada daerah deltoid (lengan atas) dengan cara anjurkan pasien untuk duduk atau berbaring mendatar lengan atas fleksi.

2.6. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pemberian Obat Secara

Intramuskular

1.

Tempat injeksi

2.

Jenis spuit dan jarum yang digunakan

3.

Kondisi atau penyakit klien

4.

Obat yang tepat dan benar

5

5.

Dosis yang diberikan harus tepat

6.

Pasien yang tepat

7.

Cara atau rute pemberian obat harus tepat dan benar

2.7. Alat dan Bahan Dalam Pemberian Obat Secara Intramuskular 1. Daftar buku obat/catatan dan jadwal pemberian obat 2. Obat yang dibutuhkan (obat dalam tempatnya) 3. Spuit dan jarum suntik sesuai dengan ukuran. Untuk orang dewasa panjangnnya 2,5-3 cm dan untuk anak-anak panjangnya 1,25-2,5 cm. 4. Kapas alkohol 5. Cairan pelarut/aquabidest steril

6

6. Bak instrument/ bak injeksi

7. Gergaji ampul (bila diperlukan)

8. Nierbekken

7

9. Handscoon 1 pasang

2.8. Prosedur Kerja Pemberian Obat Secara Intramuskular

1. Mencuci tangan 2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan 3. Ambil obat dan masukkan ke dalam spuit sesuai dengan dosisnya. Setelah itu letakkan dalam bak injeksi.

8

4. Periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikan (perhatikan lokasi penyuntikan) 5. Desinfekasi dengan kapas alkohol pada tempat yang akan dilakukan injeksi. 6. Lakukan penyuntikan: a.

Pada daerah paha (vastus lateralis) dengan cara anjurkan pasien untuk berbaring telentang dengan lutut sedikit fleksi.

b. Pada ventrogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk miring, tengkurap atau telentang dengan lutut atau panggul miring dengan tempat yang diinjeksi fleksi. Area ini paling banyak dipilih untuk injeksi muscular karena pada area ini tidak terdapat pembuluh darah dan saraf besar. c.

Pada daerah dorsogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk tengkurap dengan lutut diputar kearah dalam atau miring dengan lutut bagian atas dan pinggul fleksi dan diletakkan di depan tungkai bawah.

d. Pada daerah deltoid (lengan atas) dengan cara anjurkan pasien untuk duduk atau berbaring mendatar lengan atas fleksi. 7. Lakukan penusukan dengan posisi jarum tegak lurus.

9

8. Setelah jarum masuk lakukan inspirasi spuit,bila tidak ada darah yang tertarik dalam spuit maka tekanlah spuit hingga obat masuk secara berlahan-lahanhingga habis. 9. Setelsh selesai tarik spuit dan tekan sambil dimasase penyuntikan dengan kapas alcohol,kemudian spuit yang telah di gunakan letakkan dalam bengkok. 10. Catat reaksi pemberian jumlah dosis dan waktu pemberian 11. Cuci tangan

2.9. Prosedur

Pelaksanaan

Pemberian

Obat Secara

IM

(Intra

Muskuler) dan Penyuluhan Pasien Penyuluhan pasien,memungkinkan pasien untuk minum obat dengan aman dan efektif. a.

Tahap Pra Interaksi 1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada 2. Mencuci tangan 3. Menyiapkan obat dengan benar 4. Menempatkan alat di dekat klien dengan benar

b.

Tahap Orientasi 1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik 10

2. Menjelaskan

tujuan

dan

prosedur

tindakan

pada

keluarga/klien 3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan c.

Tahap Kerja

d.

Tahap Terminasi 1.

Melakukan evaluasi tindakan

2.

Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya

3.

Membereskan alat-alat

4.

Berpamitan engan klien

5.

Mencuci tangan

6.

Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

11

BAB III ISI 3.1 Pengertian Injeksi intramuskuler adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke jaringan otot dengan menggunakan spuit yang secara langsung ke dalam otot (90°). Pemberian obat dengan cara ini dilakukan pada bagian tubuh yang berotot besar,agar tidak ada kemungkinan untuk menusuk syaraf, misalnya pada bagian bokong,dan kaki bagian atas,atau pada lengan bagian atas. Intramuskular yaitu injeksi ke dalam otot tubuh. Injeksi ini diabsorbsi lebih cepat daripada injeksi subkutaneus karena suplai darah yang lebih besar ke otot tubuh. Otot juga dapat menerima volume obat yang lebih besar tanpa menimbulkan ketidaknyamanan dibandingkan jaringan subkutaneus, walaupun bergantung pada ukuran otot dan kondisi serta lokasi yang digunakan. Orang dewasa dengan perkembangan otot yang baik biasanya dapat menoleransi dengan aman hingga 4 ml obat pada otot gluteus medius dan otot gluteus maksimus. Volume sebanyak 1-2 ml biasanya dianjurkan untuk klien dewasa yang ototnya kurang berkembang. Pada otot deltoid, dianjurkan volume obat 0.5-7 ml. Biasanya, spuit 2-5 ml dibutuhkan. Ukuran spuit yang digunakan bergantung pada jumlah obat yang akan diberikan. Jarum intramuskular kemasan standart memiliki panjang 1.5 inci.Beberapa faktor yang menentukan ukuran dan panjang 12

jarum yang akan digunakan adalah otot, tipe larutan obat, jumlah jaringan adiposa yang menutup otot dan usia klien. Pertimbangan utama dalam memberikan injeksi intramuskular adalah memilih lokasi injeksi yang aman, jauh dari pembuluh darah besar, saraf dan tulang. Beberapa lokasi tubuh untuk melakukan injeksi intramuskular adalah Lokasi Ventrogluteal, Lokasi Vestus Lateralis, Lokasi Dorsogluteal, Lokasi Deltoid. Kontraindikasi penggunaan lokasi tertentu antara lain cedera jaringan dan adanya nodul, bengkak, abses, nyeri tekan atau keadaan patologis lainnya. 2.2 Anatomi IM Jaringan intramuscular : terbentuk dari otot bergaris yang mempunyai banyak vaskularisasi (setiap 20 mm3 terdiri dari 200 otot dan 700 kapiler darah). Aliran darah tergantung dari posisi otot ditempat penyuntikan. 2.3 Tujuan IM 1.

Pemberian obat dengan intramuscular bertujuan agar absorpsi obat lebih cepat dibanding dengan pemberian secara subcutan karena lebih banyaknya suplai darah di otot tubuh

2. Untuk memasukkan dalam jumlah yang lebih besar disbanding obat yang diberikan melalui subcutan.

13

2.4 Lokasi IM Daerah penyuntikan dalam pemberian obat secara intramuscular 1.

Pada daerah paha ( vatus lateralis) dengan cara anjurkan pasien untuk berbaring terlentang dengan lutut sedikit fleksi( penderita boleh berbaring atau duduk ). Posisi klien terlentang dengan lutut agak fleksi. Area ini terletak antar sisi median anterior dan sisi midlateral paha. Otot vastus lateralis biasanya tebal dan tumbuh secara baik pada orang deawasa dan anak-anak. Bila melakukan injeksi pada bayi disarankan menggunakan area ini karena pada area ini tidak terdapat serabut saraf dan pemubuluh darah besar. Area injeksi disarankan pada 1/3 bagian yang tengah. Area ini ditentukan dengan cara membagi area antara trokanter mayor sampai dengan kondila femur lateral menjadi 3 bagian, lalu pilih area tengah untuk lokasi injeksi. Untuk melakukan injeksi ini pasian dapat diatur miring atau duduk

2.

Pada ventrogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk miring, tengkurapatau terlentang dengan lutut atau panggul miring dengan tempat yang diinjeksi fleksi, area ini paling banyak dipilih untuk injeksi muscular karena pada area ini tidak terdapat pembuluh darah dan syaraf besar. Posisi klien berbaring miring, telentang, atau telentang dengan lutut atau panggul miring dengan tempat yang diinjeksi fleksi. Area ini juga disebut area von hoehstetter. Area ini paling banyak dipilih untuk injeksi muscular

14

karenapada area ini tidak terdapat pembuluh darah dan saraf besar. Area ini ini jauh dari anus sehingga tidak atau kurang terkontrol 3.

Pada daerah dorsogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk tengkurap dengan lutut

di

putar ke Arah dalam atau

miring dengan lutut bagian atas dan pinggul fleksi dan diletakkan di depan tungkai bawah.Dalam melakukan injeksi dorsogluteal, perawat harus teliti dan hati- hati sehingga injeksi tidak mengenai saraf skiatik dan pembuluh darah. Lokasi ini dapat digunakan pada orang dewasa dan anak-anak diatas usia 3 tahun, lokasi ini tidak boleh digunakan pada anak dibawah 3 tahun karena kelompok usia ini otot dorsogluteal belum berkembang. Salah satu cara menentukan lokasi dorsogluteal adalah membagi area glutael menjadi kuadran-kuadran. Area glutael tidak terbatas hanya pada bokong saja tetapi memanjang kearah Kristal iliaka. Area injeksi dipilih pada kuadran area luar atas 4.

Pada daerah deltoid ( lengan atas) dengan cara anjurkan pasien untuk duduk atau berbaring mendatar lengan atas fleksi.( penderita boleh berdiri atau duduk ). Area ini dapat ditemukan pada lengan atas bagian luar. Area ini jarang digunakan untuk injeksi intramuscular karena mempunyai resiko besar terhadap bahaya tertusuknya pembuluh darah, mengenai tulang atau serabut saraf.

15

2.5 Pemberian Obat Melalui Intramuskular (IM) Pemberian obat melalui intramuskular merupakan pemberian obat dengan memasukkannya ke dalam jaringan otot. Lokasi penyuntikan dapat pada dorsogluteal (posisi tengkurap), ventrogluteal (dengan posisi berbaring), vastus lateralis (daerah paha), atau deltoid (lengan atas). Tujuannya agar absorbsi obat lebih cepat. Persiapan alat dan bahan : 1.

Daftar buku obat atau catatan, jadwal pemberian obat

2.

Obat dalam tempatnya

3.

Spuit dan jarum yang sesuai dengan ukuran : untuk orang dewasa, panjangnya 2,5-3,75cm; sedangkan untuk anak panjangnya 1,252,5cm

4.

Kapas alkohol dalam tempatnya

5.

Cairan pelarut

6.

Bak injeksi

7.

Bengkok

Cara pelaksanaan : 1.

Cuci tangan

2.

Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan

16

3.

Ambil obat kemudian masukkan ke dalam spuit sesuai dengan dosis. Setelah itu, letakkan

4.

pada bak injeksi

Periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikan (lihat lokasi penyuntikan)

5.

Desinfeksi dengan kapas alkohol pada tempat yang akan dilakukan penyuntikan

6.

Lakukan penyuntikan pada daerah : a)

Dorsogluteal, dengan menganjurkan pasien untuk tengkurap dan lututnya diputar ke arah dalam atau miring. Fleksikan lutut bagian atas dan pinggul, serta letakkan di depan tungkai bawah.

b)

Ventrogluteal, dengan menganjurkan pasien untuk miring, tengkurap atau telentang. Sisi pada lutut dan pinggul yang akan dilakukan penyuntikan dalam keadaan fleksi.

c)

Vastus lateralis (paha), dengan menganjurkan pasien untuk berbaring telentang dan lutut sedikit fleksi

d)

Deltoid (lengan atas), dengan menganjurkan pasien untuk duduk atau berbaring mendatar dan lengan atas fleksi.

7.

Lakukan penusukan menggunakan jarum dengan posisi tegak lurus

8.

Setelah jarum masuk, lakukan aspirasi spuit. Bila tidak ada darah, semprotkan obat secara perlahan-lahan hingga habis.

17

9.

Setelah selesai, ambil spuit dengan menariknya. Tekan daerah penyuntikan dengan kapas alkohol, kemudian spuit yang telah digunakan letakkan pada bengkok, catat pemeberian, cuci tangan. Sikap :

2.6

1.

Ramah dan hati-hati

2.

Sopan terhadap pasien

3.

Komunikatif

Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pemberian Obat Secara Intramuskular 1.

Tempat injeksi

2.

Jenis spuit dan jarum yang digunakan

3.

Kondisi atau penyakit klien

4.

Obat yang benar dan tepat

5.

Dosis yang diberikan harus tepat

6.

Pasien yang tepat

7.

Cara atau rute pemberian obat harus tepat dan benar

2.7 Cara Mencegah Agar Tidak Terjadi Kesalahan IM Menurut Kozier (2004) dan Potter & Perry (2009) menyebutkan upaya dalam menghindari kesalahan dalam pemberian obat dapat

18

dilaksanakan dengan mengidentifikasi indikator terhadap prosedurprosedur yang berhubungan dengan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pemberian obat. Pemberian obat harus diperhatikan prinsip enam benar pemberian obat yaitu: a.

Benar Pasein Obat

diberikan

kepada

pasien

yang

tepat

dengan

memastikan gelang identifikasi sesuai prosedur yang berlaku pada institusi tersebut . Kejadian kesalahan pemberian obat terhadap pasien yang berbeda kadang-kadang bisa terjadi. Sangat penting mengikuti langkah-langkah atau prosedur sehingga memberikan obat kepada pasien yang tepat. Sebelum memberikan obat, gunakan paling sedikit dua identifikasi kapanpun pemberian obat akan diberikan. Mengidentifikasi pasien yang dilakukan yaitu: nama klien, nomor telepon atau identitas pribadi pasien. Jangan menggunakan identifikasi kamar atau ruangan pasien. Melakukan identifikasi dilakukan pada saat berhadapan dengan pasien. Mengidentifikasi pasien dapat dilakukan dengan memberikan tanda di lengan pasien, kemudian menanyakan nama lengkap pasien dan agency nya sehingga yakin bahwa perawat sudah berhadapan dengan pasien yang benar. Beberapa rumah sakit menggunakan barcode sehingga perawat akan terhindar dari kesalahan identifikasi pasien. b.

Benar Obat

19

Benar obat adalah obat yang diberikan sesuai dengan yang diresepkan. Kadang-kadang perawat harus menuliskan resep yang ada

dalam

catatan medical

record pasien.

Pada

saat

akan

mempersiapkan obat, harus diperiksa sesuai dengan catatan yang ada dalam medical record pasien. Hal yang dilakukan dalam upaya mencegah kesalahan terhadap pemberian obat harus diperiksa ulang tiga kali, yaitu: sebelum memasukkan dari kontainer, dan pada saat sebelum disimpan di kontainer. Persiapan pemberian obat tidak boleh didelegasikan kepada orang lain dan dikelola oleh sendiri kepada klien The Joint Commission (TJC, 2008) dalam Potter & Perry (2009), menyatakanhal harus diperhatikan terhadap benar obat, yaitu: 1.

Meyakinkan informasi pengobatan kapanpun terhadap obat yang baru atau obat yang diresepakan pada saat pasien pindah ke ruang perawatan yang lain.

2.

Jangan Pernah menyiapkan obat yang berada dalam container yang tidak diberi nama atau label yang tidak jelas.

3. Jika memberikan obat harus memperhatikan unit dosis dalam kemasan kemudian periksa kembali label pada saat memberikan obat. 4.

Memeriksa kembali seluruh obat yang dibrikan pada klien sesuai dengan catatan medicar=l record pasien. 20

5.

Memeriksa dua identitas pasien sebelum obat diberikan

pada pasein c.

Benar Dosis Dosis diberikan sesuai dengan karakteristik pasien sesuai hasil perhitungannya dan jenis obatnya (tablet, cairan) dalam jumlah tertentu. Unit dosis sistem sangat baik dilakukan untuk mencegah kesalahan perhitungan obat. Perawat harus mampu melakukan perhitungan terhadap kalkulasi obat yang dibutuhkan pasien. Tindakan

yang

dilakukan

supaya

tepat

dalam

memperhitungkan dosis obat yaitu: 1) Kemasan obat tablet dibuka hanya pada saat diberikan kepada pasien. Bila dibutuhkan dosis obat hanya dosis tertentu, pemotongan tablet tersebut dilakukan dengan ujung pisau atau alat potong obat. Beberapa rumah sakit mengijinkan atau membiarkan perawat untuk menyimpan obat tablet yang sudah terbuka untuk diberikan pada pemberian selanjutnya. Institute forSave Medication Practise(ISMP, 2006) dalam Potter & Perry (2009)menyatakan bahwa harus diperhatikan kebijakan yang berkaitan dengan keterampilan memotong tablet yang dilakukan perawat, sehingga menghindari kesalahan dosis obat.

21

2) Sebelum melakukan perhitungan dosis, alat standar digunakan sesuai kebutuhan, seperti gelas ukur obat, syringe, dan skala tetesan, untuk mendapatkan pengobatan dengan ukuran yang tepat. d. Benar Waktu Obat yang diberikan harus sesuai dengan program pemberian, frekuensi dan jadwal pemberian. Perawat terus mengetahui jadwal pemberian obat dalam setiap kali pemberian obat yang diberikan setiap 8 jam atau obat yang diberikan tiga kali dalam satu hari. Hal tersebut dapat dijadwalkan dengan baik, sehingga perawat dapat merubah waktu sesuai kebutuhan pasien. Kebutuhan pasien terhadap obat terutama insulin, diberikan setengah jam sebelum pasien makan. Berikan obat antibiotic sesuai jadwal yang benar, untuk mempertahankan efek terapeutik dalam darah, rentang waktu pemberian obat dilakukan dalam enam puluh menit sesuai jadwal pemberian obat (30 menit sebelum atau setelah jadwal pemberian e.

Benar Rute Obat

yang

diberikan

harus

sesuai

rute

yang

diprogramkan, dan dipastikan bahwa rute tersebut aman dan sesuai untuk klien.

22

Selalu konsultasikan kepada yang meresepkan apabila tidak ada petunjuk rute pemberian obat. Pada saat memberikan injeksi, yakinkan bahwa pemberian obat benar diberikan dengan cara injeksi. Sangat penting diperhatikan dalam melakukan persiapan yang benar, karena komplikasi yang mungkin terjadi adalah abscess atau kejadian efek secara sistemik. Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parentral, topikal, rektal,inhalasi. 1) Oral, adalah rute pemberian yang paling banyak dipakai, karenaekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diarbsorpsi melalui rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti tabler ISDN. 2) Parentral, kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping enteron berarti usus, jadi parentral berarti diluar usus, atau tidak melaluisaluran cerna, yaitu melalui vena (preset/perinfus) 3) Topikal, yaitu pemberian obat melalui kulit atau membrane mukosa.Misalnya salep, losion, krim, spray, tetes mata.

23

4) Rektal, obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atausuposutoria yang akan mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal seperti konstipasi (dulkolax sup), hemoroid (anusol), pasien yang

tidak

sadar/kejang

(stesolid

sup).

Pemberian

obat perektalmemiliki efek yang lebih cepat dibandingkan pemberian obat dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat disediakan dalam bentuk suposutoria. 5) Inhalasi, yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Salurannafas memiliki epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian obat secara lokal pada salurannya, misalnya salbutamol (ventolin) combivent, berotek untuk asma, atau dalam keadaan darurat misalnya terapi oksigen. f.

Benar Dokumentasi Dokumentasi dilaksanakan setelah pemberian obat dan dokumentasi alasan obat tidak diberikan. Perawat dan petugas kesehatan yang lain penting melakukan dokumentasi untuk melakukan komunikasi. Beberapa kesalahan pemberian obat disebabakan komunikasi yang tidak tepat. Dokumentasi sebelum melakukan pemberian obat sesuai standar MedicationAdministration

Record(MAR),

yang

harus

dilakukan: nama lengkap pasien

24

tidak ditulis dengan nama singkatan, waktu pemberian, dosis obat yang dibutuhkan, cara pemberian obat dan frekuensi pemberian obat. Masalah yang bisa muncul terhadap penulisan resep obat diantaranya informasi yang tidak lengkap, tulisan yang sulit dibaca, tidak jelas, tidak dimengerti, penempatan angka desimal, untuk dosis obat sehingga terjadi kesalahan dosis dan tidak sesuai standar (Hughes & Ortiz, 2005 dalam Potter & Perry, 2005), maka segera dilakukan kontak terhadap yang menulis resep tersebut. Pembuat resep harus menulis resep secara akurat, lengkap, dan dapat dimengerti. Dokumentasi setelah melakukan pemberian obat sesuai standar MAR, yaitu mencatat segera pemberian obat yang telah diberikan

kepada

pasien,

ketidaktepatan

pendokumentasian

terhadap kesalahan pemberian dosis obat sehingga menyebabkan penanganan yang kurang tepat terhadap koreksinya, mencatat repson klien setelah pemberian obat apabila ada efek obat maka pendokumentasian waktu, tanggal dan nama petugas yang memberikan dan yang menulis resep dalam catatan medical recordpasien 2.8

Keuntungan 1.

Obat dapat diabsorbsi dengan cepat melalui pembuluh darah

25

2.

Cara parenteral ini dapat dilakukan jika obat tidak dapat diabsorbsi melalui sistem gastrointestinal atau malah akan dihancurkan olehnya.

3.

Agar obat dapat diberikan pada klien yang tidak sadar atau tidak koomperatif yang tidak dapat atau tidak mau menelan obat oral.

2.9

Kerugian Ada pun kerugian apabila menggunakan injeksi intramuskular yaitu 1.

Perlu prosedur steril

2.

Rasa sakit

3.

Dapat terjadi infeksi di tempat injeksi

4.

Sediaan parenteral mempunyai dosis yang harus di tentukan lebih teliti waktu dan cara pemberian

5.

Terjadi kerusakan jaringan otot apabila dalam pemberian tidak hati-hati.

26

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Pemberian obat dilakukan pada pasien yang membutuhkan pencegahan dan pengobatan dari suatu masalah kesehatan yang dihadapinya.

Dalam

pemberian

obat

baik

melalui

oral,

topikal,intravena,dan laila-lain, seorang perawat perlu memperhatikan aturan pemakaiannya. Karena jika tidak, maka akan terjadi masalah yang baru bagi pasien. Yang terpenting adalah perawat mengerti dan paham dengan lima prinsip benar dalam pemberian obat. Yaitu benar obat, benar dosis, benar pasien, benar rute, dan benar waktu. 4.2 Saran Diharapkan kepada pembaca khususnya pada perawat setelah membaca tulisan ini dapat benar-benar memahmi prosedur pemberian obat yang benar, agar pasien nyaman dengan pelayanan kesehatan yang diberikan

oleh

perawat.

27

DAFTAR ISI

Ratna Ambarwati, E. (2006). KDPK Kebidanan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Kawan Pustaka. Uiyah, M. (2008). Ketrampilan Dasar Praktik Klinik. Jakarta: Salemba Medika. Damayanti, Denidya.2013.Buku Pintar Perawat Profesional Teori dan Praktik Asuhan Keperawatan.Yogyakarta:Mantra Books. Johnson Ruth, Taylor Wendy. 2002. ,Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta : EGC Katzung.B.G.,1998. Farmakologi

dasar

dan

klinik.

Edisi

VI.

Jakarta:penerbit buku kedokteran EGC. Groves,M.J.Parenteral Technology manual. Second Edition. Interpharm Press. 13.ISFI.(2004). ISO Indonesia, Volume 39-2004. Jakarta: PT Anem kosong Anem (AKA) Parrot,

L.E.,

(1971), Pharmaceutical

Technology

Fundamental

Pharmaceutics, Burgess Publishing Co, USA.

28

Related Documents

Intramuskular Bab.docx
December 2019 0

More Documents from "Oktalfi Melinda S"