Into The Efficiency And Role Transformation Of Nato

  • Uploaded by: Rainintha
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Into The Efficiency And Role Transformation Of Nato as PDF for free.

More details

  • Words: 1,656
  • Pages: 6
Review 1 Untuk Mata Kuliah Dinamika Kawasan Eropa Nama : Carolina D. Rainintha Siahaan NPM : 0706165551 Sumber : Todd Sandler & Keith Hartley,”The Political Economy of NATO:Past,Present and Into the 21st Century” (Cambridge:Cambridge University Press,1999),hal 201-221

Hubungan NATO dan Eropa : Menuju Efisiensi Organisasi dan Ekstensifikasi Peran di Eropa Peran NATO belum usai seketika ancaman utamanya, yakni Uni Soviet mengalami kehancuran. Layaknya organisasi pertahanan kolektif, logika intensifikasi pertahanan keamanan dengan menjadi aliansi yang terkuat demi mengantisipasi serangan lawan yang tidak terprediksikan sekalipun, merupakan sebuah upaya yang patut dilakukan. Maka meskipun NATO harus mengalami pergeseran fungsi dan perencanaan, keberadaannya masih layak dipertahankan, tentunya dengan proses adaptasi menyesuaikan realita politik dan strategis kontemporer. Di satu sisi NATO dan Eropa sebagai negara mayoritas anggota, harus melihat transformasi bentuk dan ukuran ekonomi Uni Eropa sebagai tantangan dan kesempatan untuk mengembangkan diri dan mengaluhkan peran. Uni Eropa melalui kesepakatan di Maastricht menyatakan bahwa kebijakan pertahanannya akan berlipat ganda, berarti Eropa memang akan senantiasa memiliki banyak organisasi pertahanan seperti mereka yang tergabung dalam Conference on Security and Cooperation in Europe (CSCE) yang juga melibatkan Amerika Serikat dan Kanada. Pertanyaannya: kepada siapa Eropa harus pertama kali merujuk ketika dilanda bahaya dan terancam serangan? Analisa penulis melalui tulisan ini akan berdasarkan pada dua tingkat pembahasan berdasarkan argumen utama artikel sumber. Sandler dan Hartley secara tersurat mengemukakan bahwa NATO masih akan menjadi rujukan utama organisasi pertahanan kolektif Eropa, berdasarkan dua isu :1) Spesialisasi peran dan diversifikasi persenjataan bagi sebuah pakta pertahanan, dalam rangka melindungi Eropa dari ancaman eksternal dan menambah efisiensi biaya operasional, 2) Ragam organisasi pertahanan dan keamanan di Eropa membuat fenomena tumpang tindih dan ketidaksinambungan antara visi dan misi masing-masing organisasi, sehingga menjadikan lemahnya performa NATO dalam membela pertahanan Eropa. Untuk membuktikan premis pertama, Sandler dan Hartley meminjam studi Thomas Callaghan, menggunakan logika ekonomi pasar untuk menganalisa mengapa negara beraliansi untuk membentuk pakta pertahanan dan kalkulasi preferensi Eropa terhadap 1

apakah NATO masih tetap relevan sebagai rujukan utama dalam upaya pertahanan . Studi ini menarik, karena tidak hanya melihat alasan pembentukan pakta pertahanan dari logika realisme biasanya. Callaghan menganalogikan berbagai organisasi pertahanan kolektif ini seperti barang. Bayangkan bila kita pergi berbelanja dan di pasar terdapat banyak sekali produk, hingga anda bingung mau memilih barang yang mana. Sebagai konsumer dengan analisa untung rugi, kita pasti akan bingung memilih barang manakah yang akan kita beli, kecuali terdapat barang dengan spesifikasi yang unik, murah namun berkualitas tinggi, barulah kita bisa memilih. Pilihan kita suatu barang sedikit banyak disebabkan karena produk tersebut memiliki keunggulan komparatif (comparative advantage)- nilai tambah yang tidak dimiliki oleh produk lain. Implikasi dari keunggulan komparatif adalah diferensiasi pasar. Ini senada dengan Stephen M.Walt yang mengemukakan mengapa dan apa keuntungan dari beraliansi. Menurut beliau, dalam pertahanan kolektif, negara anggota akan menggabungkan kapabilitasnya dengan mengedepankan kepentingan nasional.1 Tujuan dibentuknya pakta pertahanan adalah untuk menambah tingkat keamanan anggota dari serangan eksternal. Menurut penulis, diferensiasi pasar khususnya bila berangkat dari kenyataan fenomena interlocking collective defense institution Eropa yang rumit, memang patut dilakukan.

Sandler dan Hartley berpendapat serupa: NATO sebagai organisasi

pertahanan kolektif tertua di Eropa, seharusnya bisa memiliki comparative advantage melalui spesialisasi peran secara institusi. Namun apa yang menjadikan NATO lebih menjanjikan dibandingkan organisasi lain? Penulis mengakui bahwa NATO sendiri bukan organisasi yang efisien apabila kita berbicara masalah anggaran dan perlengkapan persenjataan karena masing-masing negara anggota adalah negara dengan belanja militer terbesar di dunia, sehingga hampir seluruh negara anggota memiliki persenjataan canggihnya masing-masing. Sehingga secara organisasional, NATO tidak efisien dan belum memiliki keuntungan komparatif. Bahkan kecanggihan ini bisa menjadi bencana ketika semua masing-masing anggota memiliki pesawat sendiri, yang bahan bakarnya hanya bisa diisi di pangkalan militernya sendiri – sungguh tidak efisien dan merepotkan. Untuk itu, Sandler dan Hartley dengan referensi Thomas Callaghan menyarankan adanya standardisasi, dalam skala besar. Standardisasi yang dimaksud adalah penyeragaman perlengkapan, komunikasi, infrastruktur, komando dan logistik bagi semua anggota NATO, karena dalam logika ekonomi, bila suatu 1 Stephen M.Walt, Multilateral Collective Security Arrangements, dalam Security Studies in the 1990s, Richard Schultz, et.al., (eds) (USA: Brasey’s,1993) hal.243

2

organisasi menggunakan barang yang sama, efisiensi akan terwujud secara merata. Upaya standardisasi sudah dilakukan sejak lama, bahkan pernah menjadi proyek percobaan bernama NATO Basic Military Requirement yang dibentuk di akhir tahun 1950-an. Namun proyek harus dihentikan karena tidak mampu menciptakan keseragaman pemikiran dan perlengkapan. Negara-negara juga tidak menyepakati siapakah di antara mereka yang patut dijadikan standar kemudian. Karena ternyata masing-masing negara memiliki rasa ketidakpuasannya apabila menggunakan satu produk barang dari negara lain yang dianggap memenuhi standar dan patut dijadikan standar, sehingga suatu negara harus mengimpor perlengkapan dan persenjataan, yang akhirnya hanya akan menambah biaya dan tidak mewujudkan efisiensi2. Karena sekalipun badan bernama NATO Standardization Organization telah dibentuk sejak tahun 1995, badan ini hanya mengatur standardisasi prosedur dan komponen suku cadang (seperti penggunaan peluru 7,62 mm untuk pistol tangan). Di sini pula penulis ingin berkomentar karena seharusnya istilah efisiensi, ketika digunakan dalam ranah strategis dan pertahanan isu strategis dan pertahanan berarti menciptakan dilema dan melucuti lawan dalam tempo yang secepat mungkin. Keuntungan dalam pertahanan artinya posesi senjata dalam jumlah sebanyak-banyaknya dan dalam skala yang paling membahayakan, angka personel militer yang tinggi, diversifikasi senjata. Standardisasi yang sudah bisa diterapkan misalnya, the NATO Air Defense Ground Environment, sebagai sistem jaringan radar dan sistem komunikasi yang berguna untuk memberikan peringatan awal apabila serangan udara menyerang Eropa. Jaringan ini menghubungkan seluruh anggota NATO di Eropa dari Norwegia hingga Turki. Ini menunjukkan bahwa standardisasi sangat berpotensi untuk dilakukan , namun hanya bisa dilakukan sebatas penyeragaman komando dan sistem komunikasi Namun, ketika berbicara standardisasi atau menyeragamkan peranti berat persenjataan militer, mustahil dilakukan secara bersamaan atau grande. Sehingga penulis setuju bahwa NATO telah menjadi anggota yang kurang efisien terutama dalam masalah budgeting namun bagi penulis logika pertahanan tidak bisa secara harafiah diterjemahkan dengan logika berekonomi. Seorang ahli keamanan pertahanan Eropa bernama Sean Kay menyatakan sebuah ide brilian, inefisiensi sesungguhnya bisa ditekan melalui jalur alternatif selain standardisasi. Terdapat sebuah metode yang dia sebut sebagai “interoperabilitas sistem strategis” dimana Uni Eropa dengan perkembangan teknologi yang tinggi, seharusnya bisa menambah daya kompatibilitas perlengkapan dan persenjataannya agar bisa beradaptasi 2 Sean Kay, NATO and the Future of European Security (New York : Rowman & Littlefield,2000) hal.40

3

dengan peralatan dari negara lain3. Contoh : Perlu diadakan modifikasi terhadap pesawat tempur Inggris agar misalnya masih bisa mengisi bahan bakarnya di dekat kawasan Baltik, seketika

terdapat

konflik

disana.

Sehingga

negara

anggota

memang

harus

mengoptimalisasikan perlengkapan persenjataan dan logistiknya masing-masing demi pertahanan. Ini bekerja demi dua tujuan: 1) optimalisasi bidang militer suatu negara, bila terjadi bisa menimbulkan security dilemma dan keraguan dari musuh-musuh negara untuk menyerang dan apabila diserang 2) optimalisasi militer masing-masing negara bisa dijadikan sarana untuk membalas serangan seketika, tanpa harus menunggu bantuan dari sekutu pertahanan, karena ancaman dari luar sifatnya tidak bisa pernah diprediksi 4. Selain itu, bagi penulis, standardisasi dan efisiensi sebenarnya bukanlah sebuah isu mengapa satu pakta pertahanan lebih unggul dari lainnya karena NATO terbukti lebih unggul dari Pakta Warsawa, sekalipun Warsawa menerapkan standardisasi dengan persenjataan Uni Soviet . Pakta Warsawa akhirnya bubar dan NATO masih bertahan .5 Beranjak kepada isu kedua : Eropa memiliki terlalu banyak organisasi pertahanan kolektif yang berdiri berdampingan dengan NATO. Sebuah diagram dari artikel menggambarkan dengan jelas, betapa rumitnya irisan dari setiap pakta dan organisasi pertahanan,

layaknya

benang

kusut,

hingga

mendapatkan

terminologi

khusus,

“interlocking institutions”, dari seorang peneliti bernama Gulnur Aybet. Adapun, dari sekian banyak organisasi, terdapat empat (4) organisasi terbesar, yakni NATO, WEU (Western European Union), OSCE (Organization for Security and Cooperation in Europe), dan ESDP. Hubungan yang rumit ini ternyata dilegitimasi oleh Eropa berdasarkan pernyataan resmi Uni Eropa tahun 1991 mengenai tipe pertahanan Eropa berlapis untuk mengklompementerisasikan satu sama lain. Tetap saja perwujudan hubungan yang komplementatif belum terwujud antara NATO dan ketika organisasi lain, karena baik NATO dan Eropa dan organisasi lainnya masih menjalankan peran yang tumpang tindih tanpa kejelasan divisi peran dan otoritas fungsi. Konstelasi negara-negara anggota tiap pakta pertahanan bisa berbeda-beda pula: Norwegia adalah negara anggota EU dan NATO, sementara Finlandia adalah anggota EU namun bukan anggota NATO.

3 Ibid.,hal. 41 4 Barry Buzan. Introduction to Strategic Studies. (London: Macmillan Press Ltd,1987),hal 266267

5 Stephen M.Walt.,Op.cit., hal. 245 4

Sayangnya Sandler dan Hartley tidak membahas implikasi apa yang terjadi atas fenomena overlapping antara NATO dan WEU. Kekhawatiran Sandler dan Hartley terhadap melemahnya fungsi utama NATO di Eropa, menurut penulis, juga terlalu berlebihan karena setiap pernyataan maupun selentingan jajaran eksektuif NATO mengenai pertahanan Eropa selalu menekankan pertahanan terhadap daratan Eropa dan hal ini sudah merupakan tanggung jawab dari NATO. Semua badan pertahanan yang dibangun itu gunanya hanya untuk komplementer saja. Bahkan PBB sebagai organisasi terbesar di dunia masih mengandalkan NATO dalam misi peacekeeping-nya. Edward A.Kolodziej mengungkapkan bahwa di sinilah letak keunikan hubungan NATO dan Uni Eropa dan organisasi pertanan lainnya di Eropa. Harmoni di antara ketiganya masih tetap dijaga dan mampu membentuk European Defense Identity6, justru semakin besarnya skala pertahanan Eropa bisa dipastikan semakin menambah tingkat keamanannya. Terbukti, perkembangan zaman telah memberikan NATO tantangan untuk tetap menjadi organisasi pertahanan paling wahid di Eropa. Hanya organisasi dengan keuntungan komparatifnya yang bisa mempergunakan keadaan dan menjadikannya siasat untuk meraih kesempatan. Adapun tantangan yang dihadapi NATO ialah mengembangkan spesialisasi organisasinya , menambah efisiensi institusi dan merespon terhadap kebijakan pertahanan Uni Eropa yang berlapis dan berlipat ganda. Melalui paparan kritis di atas, bisa disimpulkan bahwa perkembangan spesifikasi peran NATO untuk menjadikannya yang paling efisien logika ekonomi sangat menarik untuk membantu mengapa sebuah organisasi harus dijalankan secara efisien. Kalkulasi ekonomi memungkinkan terjadinya spesialisai, perbaikan kualitas dan efisiensi institusi.Upaya standardisasi meskipun telah dilakukan hanya bisa diterapkan sampai titik penyelarasan komando dan sistem komunikasi, bukan penyeragaman persenjataan.Namun, pertahanan yang tangguh tidak selalu ditentukan oleh keseragaman persenjataan, namun diversifikasi persenjataan dan interoperabilitas perlengkapan sehingga bisa kompatibel dalam tekanan tersulit. Selain itu, Uni Eropa dan fenomena yang rumit dan unik masih memiliki tugas penting untuk memperkaya referensi dan skala pertahanan kawasan yaitu dengan cara memperjelas alur, otoritas fungsi dan misi antar badan pertahanan terbesar di kawasan.

6 Edward A.Kolodziej, Regional Security System, dalam Security Studies in the 1990s, Richard Schultz, et.al., (eds) (USA: Brasey’s,1993)hal 367-368

5

6

Related Documents


More Documents from ""