Interina_vol_2 Lq

  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Interina_vol_2 Lq as PDF for free.

More details

  • Words: 16,540
  • Pages: 51
this is collector series the unofficial digital zine of internazionale f.c



z

nggak penting! this digital zine are made using... windows XP SP2, Adobe InDesign CS3, Starmild, and, Indocafe Cappucino.

support

send us your feedback e:[email protected]

1908-2008 long life . . .

volume 2

free download from:

ngomong-ngomong, thankz nih yang dah pada download volume 1.

http://kromes.wordpress.com

80pages

©2008

Sebagai file sharing yang bisa di unduh dan dibuka siapa saja, maka benteng terakhir untuk melindungi penerbitan ini adalah moralitas (waduh berat nih). Ini penting nggak penting untuk kemudian menghindari hal yang tidak diinginkan.

credits inter.it esnips.com wordpress.com sepakbola italia soccer series bola serie a preview biangbola.com my wife n son komkamtiga gudang iki ruang pangan

release date

7 januari 2008

vol. 2

the unofficial digitalzine

digital zine ini tidak dilindungi oleh hak cipta yang resmi. zine ini hanya dilindungi oleh moralitas setiap insan yang telah mendownloadnya. zine ini dibuat atas dasar kecintaan pada klub kesayangan inter milan dan di publikasikan untuk melengkapi koleksi teman2 internisti di seluruh indonesia. zine ini di download gratis di http://kromes.wordpress.com atau di tempat lainnya. (pembuat -krome- mengizinkan rekan2 yang lainnya untuk men-sharing-nya dengan tetap menyertakan sumber file). apabila ada pihak-pihak yang baik disengaja maupun tidak memanfaatkan zine ini untuk mendapatkan keuntungan (materi) pribadi atau kelompok harap memberitahu ke alamat [email protected]. terima kasih.

3

supportinterina

editorial pitch volume 2

season 2007-08

//from the desk of krome A

llow Interisti!!! Sebelumnya saya mengucapkan banyak terima kasih atas segala apresiasi yang dilayangkan untuk Interina volume 1. Khususnya buat Inter Club Indonesia (ICI). Respon yang saya dapat tentunya menjadi pemicu lahirnya volume 2 ini. “Wah ternyata banyak juga ya Interisti yang tergolong die-hard di Indonesia,” begitu komen pertama saya tatkala menyaksikan blog stats saya yang merangkak naik menembus angka 400 hits download. Sekali lagi untuk diketahui, projek Interina ini tadinya saya buat hanya untuk dokumentasi pribadi. Setelah di-share terrnyata diluar sana banyak yang kepingin punya juga. Ya sudah, jadilah digital magz ini saya labeli dengan mantra sakti “GRATIS”. Hari gini gratis? Dari konsep ekonomi memang nggak sinkron. Tapi dari kepuasan batin ternyata terdapat ke-sinkron-an. Artinya begini, semakin banyak majalah ini tersebar maka potensi untuk “melahirkan” interisti baru semakin terbuka lebar. Bisa aja adik-adik yang baru lulus TK segera jatuh cinta pada si biru-hitam setelah melihat Interina. Bisa aja khan…? Apa untungnya? Secara finansial memang nggak ada untungnya, malah nombok (tagihan listrik dan bajet rokok jadi naik bo! :P). Begini, semakin banyak kita menjaring kawan baru sesama Interisti maka semakin banyak pula manfaat yang diperoleh. Singkat kata sih “Bersatu kita teguh, bercerai kawin lagi lah,” . Keuntungan (buat komunitas Inter Milan) secara jangka panjang jelas akan diraih jikalau “banyak kepala” yang mau menukangi “adrenalin interista”. Saya sendiri salut sama ICI yang dah repat-repot ngurusin organisasi Interisti. Jadi sebenarnya, kehadiran Interina semoga dapat mensupport segala hal yang berkaitan dengan Inter Milan di Indonesia. Siapa tahu “tahun jebot” Inter bakal tur ke Jakarta n main di Senayan. Atau sebaliknya, berbondong-bondong Interisti Indonesia masuk ke Giuseppe Meazza (di sana ada tukang gorengan gak ya?). Well, Volume ini hadir untuk menyambut perayaan ultah Inter ke-100. Jadi isinya berkaitan dengan sejarah n fakta Inter dari berbagai sumber. Untuk review pertandingannya diterusin pada volume 3, biar nge-bundelnya nggak repot. Sekali lagi, tolong sebarkan Interina sampai ke pelosok hardisk-hardisk di ndeso ya. Atau kalau bisa, sampai ke hardisknya mister Moratti. He..Ngarep! Oya, Volume ini digarap agak terburu-buru, so kalo banyak kekurangannya untung gw mohon maklum ya. pindah lagi ke inter, jadi gw bisa nampang di interina.

Molte Grazie!

kromes.wordpress.com

grazie! teristi

indonesia

©2008 Sebagai file sharing yang bisa di unduh dan dibuka siapa saja, maka benteng terakhir untuk melindungi penerbitan ini adalah moralitas (waduh berat nih). Ini penting nggak penting untuk kemudian menghindari hal yang tidak diinginkan.

loyality

vol. 2

musim depan (2008-09) akan berlangsung lebih seru. sebagai fans yang selalu setia tentunya kita semua menginginkan sebuah koleksi yang lebih bernilai...

kami membuka kesempatan bagi interisti se-indonesia untuk berpartisipasi mengisi halaman interina volume 3. segera kirim artikel anda. kami yakin masih banyak cerita, sejarah dan hal-hal menarik lainnya tentang inter milan yang anda ketahui tetapi belum terpublikasikan.

4

Ini bukan halaman narsis. Namanya juga baru terbit, so sekecil apapun support yang didapat Interina, itu nolong bangetz. Tx.

download Interina magazine ///on: January 17, 2008, 05:37:57 PM gw punya file pdf majalah interina (unofficial magaz of inter milan fc) isinya ada review dari pekan ke pekan separuh season ini n berbagai pin up menarik. total 68 halaman full collor!!! so its a collectible things that interisti must have. and its all free. siapa aja boleh mengunduh. gw taro linknya di blog gw. http://kromes.wordpress.com mantaf bro .. tengkiu yach

arie, First Team Player

TOP Abizzz bro...4 Jempol buat Bro Krome... sekali” bole tuh Profile Inter Club Indonesia dimuat di Interina Magazine nya. Hanya usul loh bro.. ~Ifanz~, First Team Player mantaff bung krome, salut!!! five thumbs deh!!!! vote krome for the next inter president!!!! ‘wars’ Moderator, First Team Player

we need your support! redaksi interina membuka kesempatan dengan berbagai pihak yang ingin mendukung penerbitan volume selanjutnya. berbagai kemungkinan baru selalu ada jika kita selalu berpikir positif. adios!!!

gw udah donlod nih magazine dari pas pertama Bro Krome ngupload di sini... keren bgt, salut deh!!! gw mo share ma tmn2 gw yang lain juga pastinya!!! Forza Inter !!! Oky “more0n”, Reserve Player waduh kereeeeeen buangeeet Interina Magazine-nya. salut abiezzzz buat bro krome .... walaupun rada lama download nih file, tp puas liat hasilnya kereeen ... kereeen ... kereeen .... fithree, Reserve Player bung krome... napa ga digenapain aja dulu ampe pekan ke 19. just usul lho... ‘wars’, Moderator First Team Player salut buat mr.krome yg uda bagi2 hasil kreativitasnya yg super tinggi. thanx bro buat magazine nya keren abiiiiiizzz. vol berikutnya ditggu yah...... rHycoHImoviC, Reserve Player bung krome, usul nih tuh pdf mo gw print, klo bisa kasih jarak sisi kirinya ya di vol 2. Thx. ijoe, First Team Player

angkat jempol buat anda bung krome! ditunggu vol 2 nya. gaga, Primavera Player

cicil donlot nya. Thx

bang krome ....keren banggetzzz... walaupun belom liat... gak sabar neh... baru 54%.... sering2 berkreatifitas yak!!! usul: kenapa gak diterbitkan aja??? jadi divisi penerbitannya ICI... kalo melon kan ada buletin yang potokopian kayak selebaran iklan,,,, nah kita bikin majalah...keren khan??? just an idea.. pokoke keren bung!!! lolyzanetti, Reserve Player

thanks.....isinya bagus, mudah2n diijinin klo gw sebar luasin ke interisti sekitarku inter_wahyu, Primavera Player

Keep up the good work bos.. Tp klo boleh usul bwt edisi depan downloadny yg bisa di resume dong. Biar bisa di

9iecha, Primavera Player

WAW!! salute!! keren loh^^ ga nyangka selaen si darwin ada yg segitu ‘ngebetnya’ bikin karya yg menurut gw, gw pun ga kepikiran^^ joinan aja ama bung darwin mas krome, dijamin bakal terjadi duet maut a la tsubasa n misaki Keep on good work, i and other intersti will help 4 the good of our INTER grievy, First Team Player

vol. 2

untuk membuka komunikasi, kami menunggu umpan balik anda melalui emai: [email protected]. saran & kritik juga selalu kami tunggu.tx

FYI:

Buat Interisti Indonesia yang dah jadi member ICI atau belum, rajin-rajin buka interclub.or.id. Disini tempatnya Interisti Indonesia ngumpul secara online n berbagi opini plus info. Jadi kalau sekarang lagi offline, buruan online ke interclub.or.id.

Gw baru baca nih majalahnya, keren bos. Salut deh ... satya, First Team Player

call for next volume

bantu kami

Kirim pertanyaan (jangan yang susah-susah ya), kritik atau saran ke Interina: [email protected] dengan subject “interista”. Kalau ada yang meu kirim sesajen juga boleh. He becanda ding..

5

R

it’s once on our lifetime

shinefor100years

volume ini dipenuhi dengan berbagai tulisan yang bernafaskan sejarah Internazionale FC. Apa artinya sejarah? kalo itu tanya aja sama guru sejarah masing-masing. Yang penting Interina tak melewatkan begitu saja momen ultah ke-100 tahun Inter. Berbagai tulisan yang termuat di volume ini dirangkum dari berbagai sumber. enjoy!

images courtesy: sorry, im forget.. yang jelas hasil googling

vol. 2

Sekilas Kota Milan Lebih Dari Se-abad

Keberadaan Stadio Giuseppe Meazza-lah yang menjadi daya tarik terkuat untuk mengunjungi Milan. Stadion yang lebih populer dengan nama San Siro ini masuk dalam daftar salah satu stadion terbaik di dunia.

Stadio Giuseppe Meazza-lah yang menjadi daya tarik terkuat untuk mengunjungi Milan. Stadion yang lebih populer dengan nama San Siro ini masuk dalam daftar salah satu stadion terbaik di dunia. Kapasitasnya yang menembus angka 85.000 tempat duduk ini adalah stadion terbesar di Italia. Jadi belum afdol jika berkunjung ke kota Milan tanpa singgah ke Stadion kebanggaan seisi warga kota tesebut. Stadion Giuseppe Meazza dimiliki bersama oleh Inter dan AC Milan. Dua klub dengan reputasi besar ini secara bersama-sama sukses memenangkan lebih dari 40 gelar tingkat domestik dan internasional. Nah, buat anda yang baru saja menjadi Interisti atau Mil**isti, minimal sekarang anda tahu, kalau kota Milan bukan hanya menjadi kota mode tapi juga sebuah kota dengan tradisi sepakbola kuat di Eropa. (krome/berbagai sumber)

vol. 2

6

Tradisi Sepakbola

oma boleh saja menjadi ibukota Italia, tapi bicara sepakbola, Italia punya ibukotanya tersendiri dan dunia pun mengakuinya. Tak berlebihan jika menyebut Milan sebagai Ibukotanya sepakbola Italia. Atmosfir sepakbola sangat terasa di kota ini. Dari yang muda sampai yang tua setiap pekannya selalu sibuk membicarakan tim asal kota ini. Inter dan AC Milan. Di berbagai sudut kota suasana sepakbola sangat tersasa sekali. Di kota terbesar Italia bagian utara ini setiap akhir pekannya topik obrolan warga didominasi soal sepakbola. Mulai dari dapur ibu-ibu sampai tempat keramaian seperti alun-alun kota (Duomo), selalu saja yang jadi perbincangan adalah sepakbola. Maka tak mengherankan bila koran olahraga terbesar Italia, La Gazzetta Dello Sport, terbit di kota ini. Sekadar informasi, tiras harian olahraga ini bisa mencapai satu juta eksemplar per harinya. Sepakbola di kota berpenduduk 1,5 juta jiwa ini telah melintasi batas etnis dan geografis. Maklumlah, hampir seabad ini penduduk setempat telah akrab dengan ratusan bintang sepakbola mancanegara yang silih berganti membela dua tim kota mereka. Seperti diungkapkan di awal, bukanlah berlebihan jika Milan disahkan sebagai ibukota sepakbola Italia. Turis sepakbola dari mancanegara dimanjakan oleh keberadaan “English Football Pub” di Via Valpetrosa. Pub yang dibuka pada 1996 ini sukses besar menjaring banyak tamu berkat koleksi suvenir sepakbola Inggris dan berbagai memorabilia Inter dan AC Milan. Buat anda yang berniat ataupun sudah mengunjungi Milan tentunya keberadaan

7

C F e l a n s o r i a z e a y 0 n 0 r 1 e r t o In ef

vol. 2

n i sh

pi Ta s. ya. e s n k su jarah urat ih eb g se rang l a n pe -ny nja lub sepa alam k a d ren i B er ka Ser g Int a ke kun gg an asi u erb grad pend b h e le erd kan t na bo ilan rnah digu M e g p C n k A eri ar i ta em akn ng s g ya ng , y pe ter si si, n In muni a. a t a y s bih n a tan pre gi kele paka seko e s u u t r ri al Da sua i me n riv a ad kta in enga Fa raf d sya

vol. 2

8

9

this volume

dedicated 4 all interisti in Indonesia

R

vol. 2

eputasi Inter memang terjaga sepanjang masa dan dipuncaki oleh dua generasi emasnya. Merekalah yang telah menyumbangkan 13 gelar scudetto bagi klub berseragam hitam-biru itu. Tim pertama didominasi oleh bintangnya yang sangat terkenal, Meazza, pada dekade 1930-an. Sementara tim kedua dipimpin oleh pelatih legendaris Herrera, tiga dekade kemudian. Inter pertama kali memenangkan gelar hanya dua tahun sesudah didirikan pada 1908. Ironisnya, pada penentuan perebutan gelar itu, ada peristiwa yang kurang mengenakkan. Lawan terakhir mereka justru seteru utamanya, Pro Vercelli. Karena sebagian pemainnya harus mengikuti turnamen militer, Vercelli minta pertandingan ditunda. Sayang permintaan itu ditolak. Akibatnya mereka hanya bisa menurunkan tim yunior dan dibantai Inter 10-3. Inter pun memenangkan gelarnya yang pertama. Salah satu pahlawan Inter saat itu adalah kaptennya, Virgilio Fossati. Sayang, ia tak lama memperkuat Inter. Fossati tak pernah kembali lagi sejak ikut wajib militer menjelang Perang Dunia I.

10

Jasa Skoglund harus diakui sangat besar. Banyak orang menyebut bahwa sukses Inter pada era itu tak lepas dari kehebatannya memasok umpan-umpan matang bagi Nyers. Sayang, kehebatan mereka cuma sampai di situ. Pada 1955, Angelo Moratti jadi presiden Inter. Angelo adalah pria yang pada usia muda banyak menghabiskan masa-masa senggangnya di Inter. Sementara hari-hari sibuknya dijalani sebagai pengusaha minyak pelumas. Sayangnya, saat itu Inter sedang mengalami penurunan prestasi setelah generasi Skoglund mulai dimakan usia. Sesudah dikalahkan Barcelona dalam turnamen Inter City Fairs’ Cup —sekarang disebut Piala UEFA, Moratti membuat gebrakan bersejarah. Tak tanggung-tanggung, ia memboyong pelatih Barcelona, Herrera, dengan bayaran 65 ribu Pounds, termasuk sangat besar saat itu. Dengan kewibawaan dan dukungan dananya, Moratti membujuk Herrera

giuseppemeazza Tim pertama Inter yang berjaya didominasi oleh bintangnya yang sangat terkenal, Meazza, pada dekade 1930an.

vol. 2

Stadio Giuseppe Meazza a.k.a San Siro: Jadi saksi bisu suka-duka Inter.

Sesudah memenangkan gelarnya yang kedua, 10 tahun kemudian, Inter butuh waktu cukup lama untuk bangkit, sampai datangnya rezim fasis. Ironisnya lagi, dalam banyak hal, Meazza sangat menentang ide-ide fasisme yang dikembangkan Mussolini. Maka berkembanglah konflik antara idola tifosi Inter itu dan presiden klub Ferdinando Pozzani yang pendukung fasis. Bukan itu saja intervensi mereka terhadap Inter. Pengaruh fasisme juga masuk ke tubuh Inter lewat berbagai cara. Misalnya, dalam pembentukan disiplin ala militer yang diterapkan terhadap para pemain. Bahkan rezim fasis pula yang meminta perubahan nama Internazionale karena dianggap berbau Leninisme. Mereka kemudian minta Inter ganti logo, warna kostum, dan nama jadi Ambrosiana. Nama itu diambil dari Ambrosio, salah satu orang suci yang dianggap pelindung kota Milan. Tapi pendukung Inter tak terima. Setiap kali timnya tampil di San Siro, mereka terus meneriakkan yel-yel “Forza Inter! Forza Inter!” Akhirnya, dicapai kompromi untuk mengubah lagi nama klub jadi Ambrosiana-lnter, Ada satu “tradisi” Inter yang cukup

menarik. Klub ini punya kebiasaan memenangkan kompetisi liga setelah berselang 8, 9, atau 10 tahun. Simak saja fakta-faktanya. Tiga gelar pertama diperoleh setelah masing-masing berselang 10 tahun. Gelar berikutnya direbut Meazza, Ferrari, Locatelli, dan kawan-kawan pada musim 1937/1938, setelah delapan tahun. “Kekecualian” hanya terjadi pada musim 1952/1953 dan 1953/1954. Ketika itu, Inter bisa bangkit lebih cepat dari reruntuhan Perang Dunia II dibanding rivalrival utamanya. Setelah itu, gelar scudetto berikutnya selalu berselisih waktu 8-10 tahun dengan generasi sukses sebelumnya. Pada era 90’an Inter kembali berharap pada siklus 10 tahunan untuk kembali juara tapi nyatanya baru tahun 2004-05 Inter mendapatkan scudetto ke 15nya. Scudetto sebelumnya diraih tahun 1988-89. Perang Dunia II memang memberi hikmah tersendiri bagi Inter. Yang utama, mereka mendapatkan hak untuk menghidupkan kembali nama Internazionale (tanpa Ambrosiana). Dengan semangat orisinalitas Inter yang multietnis itu, muiailah mereka melakukan pembelian pemain besar-besaran. Di antaranya, Faas Wilkes, penyerang sayap asal Belanda yang dijuluki” The Flying Tulip karena kecepatan larinya. Inter juga membeli penyerang Prancis kelahiran Hungaria, Stefano Nyers, dan bintang Swedia bernama Lennart “Nacka” Skoglund. Pada musim 1950/1951, Inter sebetulnya sudah “menggila” dengan menyarangkan 107 gol ke gawang lawan. Tapi ironisnya tak memenangkan gelar apapun. Masalahnya, Inter kemasukan hampir sebanyak jumlah gol yang mereka ciptakan. Sampai akhirnya datang pelatih Alfredo Foni, salah satu pahlawan Italia pada Piala Dunia 1938. la membenahi pertahanan Inter dengan mengandalkan kehebatan Giorgio Ghezzi. Kiper Jegendaris ini punya julukan “Kamikaze” karena keberaniannya menghadang serangan lawan. Hasilnya, cukup lumayan. Pada musim 1952/1953, Inter mencetak 46 gol dan memenangkan scudetto. Kombinasi antara disiplin ala Foni dan kemampuan hebat para penyerangnya membuat gelar Seri A bertahan di Inter semusim kemudian.

11

FinalPialaChampions

vol. 2

Tak hanya besar di Italia, Inter pun sanggup berbicara di tingkat Eropa, bahkan dunia

tifosi-nya. Inter kemudian mencoba membenahi diri dengan memodifikasi tim peninggalan Herrera. Facchetti masih bermain di back kiri. Tapi Sandro digeser jadi jenderal lapangan tengah untuk memberi tempat kepada penyerang muda Roberto Boninsegna. Tiga pemain andalan ini mem¬bawa Inter merebut kembali gelar Seri A 1971/1972. Tapi kekuatan mereka sudah tak cukup tangguh lagi untuk bersaing di pentas Eropa. Pada final Piala Champion 1971/1972, mereka tak sanggup menandingi kehebatan “Total Football” Ajax. Inter menyerah 0-2 kepada Cruyff dan kawan-kawan. Sembilan tahun kemudian, Inter memiliki penyerang tangguh lainnya, Alessandro Altobelli, yang membawa mereka memenangkan scudetto 1979/1980. Dalam tim asuhan Eugenic Bersellini ini, juga terdapat bintang-bintang lain, seperti Gabriele Orialli dan Giuseppe Baresi —saudara kandung Franco (AC Milan). Tapi, kendati memiliki bintang internasional Jerman, Karl Heinz Rummenigge, Inter tak dapat berbuat banyak di tingkat Eropa. Kembali, dengan dukungan bintang Jerman

MassimoMoratti

Dulu, sekarang dan selamanya seorang Interista

vol. 2

12

meninggalkan persaingan abadi Barcelona dengan Real Madrid serta memulai sejarah baru bersama Inter. Herrera, pria Argentina kelahiran 17 April 1916 itu, pun luluh. la menerima ajakan Moratti dengan membawa serta pemain kesayangannya, play maker Luisito “Luis” Suarez. la juga pergi ke Cile untuk memboyong bintang asal Brasil, Jair, yang dikenal sebagai sayap kanan tangguh. Jair kemudian dipasangkan dengan sayap kiri lokal, Mario Corso. Untuk mengeksekusi um-pan-umpan dua sayap hebat itu, Herrera memilih Domenghini dan Sandro, putra Valentine Mazzola yang gugur dalam “Musibah Superga”. Adapun di lini pertahanan, Herrera mengandalkan Armando Picchi, Tarcisio Burgnich, Guarneri, dan Bedin. Mereka didampingi full back Giacinto Facchetti. Lima orang inilah, ditambah kiper Giuliano Sarti -pelakon era keemasan sistem pertahanan catenaccio yang sangat legendaris. Dengan strategi bertahan orang per orang (man to man marking), pengawalan ekstra ketat, dan didukung libero tangguh di lini belakang, Inter menjelma jadi tim yang ditakuti. Terutama serangan balik lewat sayapnya yang sangat cepat. Pers Eropa saat itu menjuluki mereka “Mesin Perang Maut”. Itulah “Le Grande Inter.

“Otak” di balik semua itu, tentu saja, Herrera. Sang pelatih yang sangat lihai mempraktekkan pendekatan psikologis untuk memotivasi anak asuhnya. Kalimat-kalimat kunci yang kerap dilontarkannya di kamar ganti pakaian masih terus bergema di benak tifosi Inter. “Bertahan, jangan sampai kebobolan 30 gol. Serang lawan, hancurkan dengan 100 gol!” itulah petuah sakti Herrera. Herrera memperlakukan para pemain dengan keakraban seperti sebuah keluarga. Tapi ia mengendalikan klub dengan disiplin dan kepemimpinan ala godfather. Di atas semua itu, ada dua konsep Herrera yang mungkin masih relevan hingga saat ini. Yang pertama, ritiro alias pemusatan latihan selama tiga hari menjelang pertandingan. Yang kedua adalah konsep tifosi. Pada mulanya, tifosi adalah sebutan bagi sekelompok penggemar Inter yang selalu mendukung dengan melambai-lambaikan bendera saat timnya bertanding. Mereka juga senantiasa mengikuti ke mana pun timnya berlaga, dari satu kota ke tempat lain. Ketika pertama kali tiba di Milan, Herrera memang merasakan kehilangan suasana penuh gairah Stadion Nou Camp yang dinikmatinya saat menangani Barcelona. Karena itulah ia minta Morrati membangun organisasi suporter yang fanatik. Itulah cikalbakal lahirnya tifosi. Inter memenangkan kompetisi Serie A 1962/1963. Herrera bahkan mampu membawa timnya melaju ke final Piala Champions 1963/1964 untuk bertemu musuh lamanya, Real Madrid. Dengan dukungan fanatik tifosi yang saat

itu mulai mencengangkan banyak kalangan, Inter mengubah peta kekuatan sepakbola Eropa dengan kemenangan 3-1 atas Madrid. Tercapailah ambisi Herrera mengatasi kebesaran nama Madrid. Hebatnya, sukses itu diraih pada kesempatan pertama tampil di final Piala Champions. Pada musim 1964/1965, Inter melangkah lagi ke final Piala Champions. Dan kembali juara setelah mengalahkan Benfica 1 -0 di San Siro. Herrera pun menjelma jadi figur paling banyak dibicarakan dalam persepakbolaan Italia. Apalagi sukses Inter digenapi dengan keberhasilan memenangkan kejuaraan dunia antarklub. Setelah memberi gelar scudetto ke-10 —berarti layak memakai simbol bintang emas di atas logonya— bagi Inter, Herrera kembali membawa timnya ke final Piala Champions. Kali ini, berhadapan dengan Glasgow Celtic. Ironisnya, Inter harus bermain tanpa dua pemain andalannya, Suarez dan Jair. Dan, tanpa mereka, Inter gagal mengimbangi tim juara Liga Skotlandia itu. Beberapa hari kemudian, sebuah kesalahan fatal yang dilakukan kiper Sarti membuat Inter kalah. Juventus merebut juara Seri A. Publik San Siro dan pendukung Inter pun berduka. Tak lama kemudian, dalam suasana yang masih muram, Herrera menyatakan mundur dan Moratti menyerahkan jabatannya kepada Ivanoe Fraizzoli. Berakhirlah era keemasan Inter. Era yang selalu dikenang para

13

vol. 2

Lothar Matthaus dan Andreas Brehme, Inter memenangkan gelar Seri A1988/1989 saat ditangani Giovanni Trapattoni. Bahkan mencatat rekor tersendiri dengan merebut 58 poin dari 34 pertandingan. Saat itu satu kemenangan berbuah dua poin. Tapi, di pentas Eropa, trio Jerman —plus striker Juergen Klinsmann— ini hanya mampu mengantar Inter menjuarai Piala UEFA, dua tahun kemudian. Padahal, mereka didukung sederet pemain top lainnya, seperti kiper Walter Zenga, Giuseppe Bergomi, Ricardo Ferri, dan Nicola Berti. Dengan duet baru Dennis BergkampWim Jonk, Inter memang masih mampu menjuarai Piala UEFA 1993/1994. Tapi tekanan dalam persaingan dengan Milan membuat manajemen Inter tak mampu mengendalikan diri. Pembelian pemain asing dengan harga mahal membuat keuangan Inter goyah. Utang menumpuk. Presiden Ernesto Pellegrini akhirnya terpaksa melepas kedudukannya. la menjual sahamnya senilai US$ 25 juta kepada Massimo, putra ketiga Angelo Moratti, pada 18 Februari1995. Mulailah era “Moratti II” dalam kepresidenan Inter. Mula-mula Moratti menempatkan Facchetti, Mazzola, dan Suarez sebagai penanggungjawab klub. Tapi bintang-bintang legendaris ini tak mampu membawa Inter

14

BACK ROW : Walter ZENGA, Giuseppe BERGOMI, Graziano BINI, Alessandro ALTOBELLI Karl-Heinz RUMMENIGGE, Fulvio COLLOVATI FRONT ROW : Franco CAUSIO,Liam BRADY, Andrea Mandorlini, ?????, Giuseppe BARESI

sehebat masa jaya mereka. Bahkan Inter dikalahkan Lugano, klub kecil asal Swiss, pada Piala UEFA 1995/1996. Moratti kemudian memanggil Roy Hodgson yang sebelumnya menangani tim nasional Swiss, la membawa Paul Ince dan kawankawan lolos ke Piala UEFA 1996/1997, bahkan mencapai final. Tapi akhirnya juga dikalahkan Schalke 04. Dengan dukungan dana Moratti, perekrutan pemain-pemain baru terus dilakukan. Di tahun 1998 Inter diperkuat mega bintang asal Perancis, Youri Djorkaeff, dan “Sang Fenomena” Ronaldo, asal Brazil. Musim 1997/1998, Inter sudah begitu dekat dengan gelar scudetto. Tapi, pada tiga putaran akhir, mereka harus merelakan gelar itu direbut Juventus. Padahal, saat itu, banyak kalangan sangat yakin pasukan Luigi Simoni bakal juara

berdasarkan “siklus sembilan tahunan”. Harapan kembali mencuat tatkala striker terbaik italia saat itu, Christian Vieri “dibajak” dari Lazio ke Inter. Interisti mengharapkan duet Ro-Bo, Ronaldo-Bobo (bobo nickname Vieri). Mampu mempersembahkan gelar scudetto yang telah lama dinanti. Asa tinggallah asa, duet ini justru tak pernah memainkan puncak permainannya. Ronaldo berkutat dengan cedera. Sedangkan Vieri hanya berduet dengan striker “baru gede” Mohammed Kallon. Ronaldo hengkang ke Real Madrid dan Inter bagai tim pesakitan yang gonta-ganti “dokter” (baca: pelatih). Kemudian, untuk kembali bersaing di tingkat domestik dan Eropa, Massimo Moratti mendatangkan pelatih Roberto Mancini dari Lazio. Julukan “spesialis krisis” yang melekat pada awal karir kepelatihan Mancini membuat Interisti menaruh harapannya kepada pelatih muda italia itu. Mancini menerapkan kebijakan transfer ekonomis menyusul krisis ekonomi yang melanda hampir semua klub sepakbola Italia. Ini berarti meninggalkan tradisi di musimmusim sebelumnya. Seperti kita ketahui, untuk meraih prestasi Inter kerap jor-joran di bursa transfer guna menggaet bintang yang sudah jadi. Walaupun judulnya ekonomis, tapi tetap pemain terbaiklah yang datang ke Inter. Mancini sekses mendatangkan beberapa mantan koleganya di Lazio dengan status bebas transfer. Era paceklik gelar akhirnya terhenti setelah berhasil mendapatkan Coppa Italia di dua musim berturut-turut. Disusul meraih gelar Scudetto ke-15 dengan mendominasi permainan sepanjang musim. Total 6 gelar telah dipersembahkan Mancini (2 Scudetto, 2 Coppa Italia, 2 Piala Super Italia). Kini, kans Mancini untk segera mendatangkan scudetto ke-16 sudah di depan mata. Sebuah persembahan terhormat di usia ke 100 tahun Inter. FORZA INTER!!! (krome/bbs)

best&worstout Vieri

Habis manis sepah dibuang. Banyak kalangan mengatakan demikian akan nasib VIeri di Inter. Tapi melihat performanya selepas hijrah dari Inter, mungkin akhirnya banyak yang mengerti kenapa kontraknya tak diperpanjang. Result Out: BEST.

Cuper

Membawa Inter ke posisi dua klasemen Serie A belumlah cukup untuk Cuper bertahan di Inter. Cuper angkat Koper karena Inter terlalu banyak menuai hasil seri. Result Out: BEST.

Cannavaro

Menukar Fabio Cannavaro dengan kiper muda tak berpengalaman macam Fabian Carini bukanlah tindakan yang bijak. Apalagi status Cannavaro sebagai kapten Timnas Azzuri. Terbukti selepas dari Inter prestasinya kian meroket, puncaknya menjadi pemain terbaik dunia pada 2006. Result Out: WORST.

Recoba

Ia punya tendangan kaki kiri yang “ajaib” tapi hanya bisa dipertunjukkannya satu kali setiap satu musim. Selebihnya, makan gaji buta di bangku cadangan. Result Out: BEST.

Emre

Muda, bertalenta dan bertenaga kuda... ah sayangnya inter juga butuh mental juara. Result Out: BEST.

vol. 2

KEAKRABAN PRESIDEN-PEMAIN: Selain terkenal sabar menukangi Inter, Massimo Moratti juga terkenal sangat dekat dengan para pemainnya.

Internazionale1985

15

Internazionale FC V AC Milan

“Perang shinefor100years

Saudara” D

vol. 2

unia telah mengenal persaingan antara Spartan dan Persia lewat salah satu film Hollywood sebagai seteru yang melahirkan kisah heroik, dimana pihak Spartan dengan jumlah pasukan yang seadanya berhasil memberikan pukulan telak kepada bangsa Persia. Tapi itu semua telah berlalu. Peta dunia telah berubah dan perseteruan mereka tinggal sejarah. Di dunia Sepakbola, perseteruan semacam itu masih ada. Walaupun hanya dalam bentuk permainan sepakbola. Tapi bukan rahasia lagi rivalitas kedua tim asal kota Milan, Internazionale FC versus AC Milan bukan hanya di dalam lapangan hijau, perseteruan di luar lapangan pun mewarnai “perang saudara” ini. Persaingan klasik tim sekota ini konon paling legendaris di Italia, bahkan Eropa.

mengalahkan mereka 5-0 pada kejuaraan tahun 1910. Pada masa itu, Internazionale mulai populer disebut “Inter” saja. Ka¬rena berasal dari Milan, orang kemudian akrab menyebutnya Inter Mi¬lan. Nama itulah yang kemudian dikenal sampai sekarang. Inter kemudian banyak diasosiasikan sebagai klub bagi masyarakat menengah ke atas warga Milan. Adapun Milan FC —kemudian berubah jadi AC Milan— lebih banyak didukung masyarakat kelas pekerja. Namun “kategorisasi” ini tak bertahan lama. Pada dekade 1980-2000-an ini, kian sulit membuat definisi tentang rivalitas mereka. Pendukung “Nerazzurri —julukan Inter— maupun “Rossoneri’, sebutan AC Milan, tak pernah betul-betul bisa diidentifikasi berdasarkan kelas sosial maupun lokasi geografisnya. Bahkan dalam satu keluarga warga Milan pun bisa terjadi perbedaan dukungan. Sebelum Milan FC terpecah jadi dua klub, mereka sempat meme¬nangkan tiga kejuaraan Italia semasa masih berlaku sistem regional. Yang terakhir pada 1907. Setelah perpecahan, giliran Inter yang menjadi kekuatan baru. Bahkan, dua dekade kemudian, dengan nama baru Ambrosiana-lnter, mereka jadi klub pertama yang memenangkan liga nasional Serie A. Bermarkas di Stadion Arena, di belakang kastil Sforzesco, Inter saat itu mengalahkan popularitas rival sekotanya. AC Milan sendiri mempunyai stadion baru di sebelah barat kota yang dinamakan San Siro. Stadion ini dibangun dengan suntikan dana Piero Pirelli, mantan pelanggan “American Bar”. Dialah salah seorang jutawan terkaya di Italia saat itu dengan pabrik ban Pirellinya yang terkenal. AC Milan boleh saja punya stadion yang lebih membanggakan. Tapi Interlah pemilik pemain-pemain pujaan publik. Di antaranya, Giuseppe Meazza yang bermain bagi negerinya pada Piala Dunia 1934 dan 1938. Selama 224 kali membela Inter, Meazza mencetak 248 gol. Luar biasa! Ironisnya, Stadion Arena yang jadi tempat Meazza membuktikan aksi-aksi fantastisnya kemudian dikotori ulah pasukan Nazi pada Perang Dunia II. Mereka menjadikannya sebagai tempat menjagal dan menghabisi para pejuang lokal. Sesudah Perang Dunia II, dengan berat hati, Inter terpaksa meninggalkan Stadion Arena. Sejak itu, Inter bergabung dengan AC Milan menempati San Siro. Stadi¬on berbentuk

segi empat itu direnovasi pada 1996 dengan membangun ruang pers baru dan dilengkapi lintasan atletik semi permanen. Inter dan Milan bergantian memenangkan berbagai gelar liga pada awal dekade 1950-an. Dan publik San Siro men¬jadi saksi bagaimana derby di antara mereka berlangsung sangat ketat dan menegangkan. Yang paling dramatis pada 1949. Ketika itu, pertandingan berjalan sangat seru dan berakhir 6-5 bagi Inter. Salah satu penonton paling histeris adalah Massimo Moratti —kini Presiden Inter— yang saat itu masih kecil. Namun, secara keseluruhan, partai derby masih dikuasai AC Milan. Namun, khusus untuk derby ‘di Seri A, Inter yang unggul. Boleh dibilang, ada dua figur utama yang membawa Milan jadi kota sepakbola utama di Italia. Yang pertama, tentu saja, Helenio Herrera, pelatih Inter pada dekade 1960-an. Herrera bukan sekadar pelatih Inter. Pria yang dijuluki “II Mago (Sang Penyihir) ini dianggap guru besar yang mampu memotivasi dan mengeksploitasi pemain untuk mengerahkan semua kemampuan terbaiknya. Selama dekade 1960-an, dengan perpaduan gaya main Italia-Spanyol, ia menjadikan sepakbola sebagai pusat pembicaraan semua lapisan masyarakat Milan. Sementara, di lapangan, ia mampu membawa Inter membuat sejarah dengan memenangkan Piala Champions 1963/1964 dan 1964/1965. Itulah titik balik sejarah sepakbola Eropa. Sebab Inter menjadi juara dengan mengalahkan Real Madrid, tim yang saat itu dianggap superior dan menjadi kekuatan tersendiri di Eropa. Rivalitas AC Milan-Inter sendiri terus berlangsung, tak hanya di tingkat ‘domestik tapi hingga Eropa. Dan rivalitas itu, antara lain, dibumbui pula oleh persaingan dua pemain legendaris pada zamannya: Gianni Rivera (AC Milan) dan Sandro Mazzola (Inter). Persainsan dua klub tersebut makin seru sejak masuknya miliuner Massimo Moratti ke jajaran pemegang saham Inter. Dengan bisnis minyaknya yang termasuk terbesar di Eropa, Moratti bertekad membuat Inter jadi tim terbaik dunia. Seperti pernah mereka capai tiga dekade sebelumnya. (bbs)

vol. 2

16

Tepat 9 Maret 2008 warga kota Milan merayakan 100 tahun persaingan di antara dua klub mereka. Sejarah persaingan klub sekota ini dimulai ketika anggota Milan FC memisahkan diri. Mereka memprotes terlalu banyaknya campur tangan dan pengaruh Inggris. Pada 9 Maret 1908, sekelompok pria Italia dan Swiss yang kerap bertemu di ruang belakang Restoran Orologio akhirnya bersepakat memisahkan diri. Dipimpin Giovanni Paramithhiotti, mereka membentuk klub baru Internazionale Milano. Nama “Internazionale” dipilih karena klub membuka diri terhadap siapapun untuk mencatatkan diri diri sebagai anggota. Sejak itu, persaingan dua klub sekota dimulai. Pada lima tahun pertama, Milan FC masih mendominasi dengan serangkaian kemenangan. Dan baru terputus ketika Internazionale

Materazzi bilang ke Rui Costa, “mendingan lu cepet2 pindah dari AC Milan, cos gue punya target matahin 11 pasang kaki pemain milan,” Rui Costa langsung sok akrab, “Ehm... gue sebenernya gak betah di Milan, bro!”.

17

Sejarah Inter 1947

1908 Pada awal abad, Derby Milan tidak ada. Pada waktu itu yang ada hanya “Milan Cricket dan Klub Sepakbola” (sekarang AC Milan). Baru pada 9 Maret 1908, suatu “pemberontakan” terwujud dan melahirkan Klub Sepakbola Internazionale Milano. Nama klub ini berasal dari harapan para pendirinya, mereka mempunyai suatu konsep klub yang lebih multinasional. Artinya Inter sangat terbuka kepada pesepakbola non italia, Itulah mengapa nama Internazionale yang akhirnya dipakai sampai sekarang. Wujud nyata dari konsep Internasional ini tercatat oleh sejarah Inter, nama Hernst Manktl asal Swiss tercatat menjadi kapten pertama Inter.

1910 Inter memenangkan Liga Italia untuk pertama kali. Kapten dari tim juara pertama ini adalah Virgilio Fossati. Sayang beberapa tahun kemudian ia meninggal di Perang Dunia I.Tanpa Fossati, Inter baru berhasil menjadi juara lagi pada 1920.

1930 Selama zaman Fasis, Kebijakan ypolitik mempengaruhi setiap lini kehidupan di Italia, termasuk dunia sepakbola Italia. Inter diwajibkan menggabungkan diri dengan Milanese Unione Sportiva dan tim ini memenangkan Scudettonya yang ketiga di bawah nama Ambrosiana Inter.

1934

vol. 2

Pemain Nerazzurri Allemandi, Castellazzi, Demaria dan Giuseppe Meazza memenangkan World Cup bersama timnas Italia di Roma pada 1934. Dua tahun kemudian, Frossi dan Locatelli memenangkan medali emas di Berlin Olimpic.

Para pemain Inter, Ferraris II, Ferrari, Locatelli dan Meazza dilibatkan di dalam tim Azzurri dan memenangkan World Cup 1938 di Paris. Di tahun yang sama, Scudetto keempat diraih, begitu juga gelar Coppa Italia pertama pada 1939. Pada 1940 nama Ambrosiana ditinggalkan, tepatnya Bulan Oktober 1945, dan klub kembali ke nama yang sebelumnya, Inter.

1953 Nerazzurri memenangkan Scudetto mereka yang keenam pada1953 dan mengulangi sukses satu tahun berikutnya. Era ini terkenal empat nama yang menjadi motor kesuksesan Inter, mereka adalah: Benito “Veleno” Lorenzi (Italia), Skoglund (Swedia), Wilkes (Belanda) dan Nyers yang tak berkewarganegaraan.

1963 Angelo Moratti menjabat sebagai Presiden Inter, dan Helenio Herrera mengawaki pasukan yang tak terlupakan: Sarti, Burgnich, Facchetti, Bedin, Guarneri, Picchi, Jair, Mazzola, Milani (Domenghini), Suarez, dan Corso. Inter memenangkan tiga gelar Serie A (1964, 1965 dan 1966), gelar terakhir menggenapkan raihan sepuluh scudetto dan diizinkan untuk memakai satu bintang emas di seragam Inter. Dua gelar Eropa berhasil diraih, Tepatnya Juara Piala Champions. (1964 melawan Real Madrid dan 1965 melawan Benfica) Dua Intercontinental Cups juga tak terlewatkan (1964 dan 1965), kedua-duanya melawan klub asal Argentina Independiente).

1968 Burgnich, Domenghini, Facchetti, Guarneri dan Mazzola berperan besar untuk timnas Italia, mereka sukses pada Piala Eropa 1968 di Roma. Tiga tahun kemudian, Nerazzurri memenangkan Scudetto mereka yang ke sebelas di bawah bimbingan dari pelatih Gianni Invernizzi.

Inter memenangkan Scudetto mereka yang ketigabelas pada1989, Saat itu tercatat hasil 58 poin dari 34 pertandingan (dua poin untuk satu kemenangan). Satu tahun kemudian trio Inter asal Jerman, Brehme, Klinsmann dan Matthaeus memenangkan World Cup 90. Di tahun yang sama juga, Lothar Matthaeus mencatatkan diri sebagai pemain Inter pertama yang dianugerahkan Pemain terbaik Eropa.

1991 Pada 22 Mei 1991, persisnya 26 tahun setelah sukses internasional mereka yang terakhir, Inter menjuarai UEFA Cup. Matthaeus pun menjadi pemain Inter pertama yang dianugerahi Pemain Terbaik Dunia versi FIFA.

1998 Ronaldo menjadi pemain Inter kedua yang dianugerahi Pemain Terbaik Dunia versi FIFA. Meskipun berpredikat sebagai Pemain Terbaik Dunia, Ronaldo belum mampu menghadirkan Scudetto.Inter harus mengakui ketatnya persaingan dengan Juventus. Pada final UEFA Cup, Inter mengalahkan Lazio 3-0 di Paris dan mengangkat trofi UEFA Cup mereka yang ketiga. Djorkaeff (Perancis) dan Ronaldo (Brazil) beberapa bulan kemudian bertemu sebagai lawan dalam pertandingan final Piala Dunia yang bergengsi.

Ronaldo: Belum sukses

1982 Setelah Scudetto yang ke duabelas dimenangkan pada1980, Altobelli, Bergomi, Bordon, Marini dan Oriali memenangkan World Cup bersama timnas Italia di Madrid pada1982.

La

Beneamata

2000 Tepat 12 April, Ronaldo kembali mengalami cedera parah saat Inter tandang ke kota Roma untuk melawan Lazio dalam ajang Final Coppa Italia. Musim 2001/02 lini pertahanan Nerazzurri dikomandani bek tangguh asal Perancis Laurent Blanc. Ia menjadi bagian dari tim juara Perancis yang mengalahkan Italia di partai final Piala Eropa 2000.

2002 Scudetto keempatbelas yang sudah di depan mata berlalu begitu saja. Di pertandingan yang sangat menentukan, Inter harus kalah 4-2 atas Lazio di stadion Olimpico Roma. Dan akhirnya Scudetto terbang ke Juventus.

2004 Inter melaju ke babak semifinal dari Liga Champions. Di semifinal Inter bertemu AC Milan dan harus kalah lewat agregat gol tandang Milan. Target juara kembali menguap.

2005 Roberto Mancini menghentikan era paceklik prestasi yang dialami Inter. Tujuh tahun berlalu sejak trofi terakhir, Mancini mempersembahkan piala Coppa Italia setelah di partai final mengalahkan AS Roma 3-0 Nerazzurri menyelesaikan kompetisi Serie A dengan menempati posisi ketiga di klasemen akhir.

2006

Lagi-lagi Inter sampai di partai puncak Coppa Italia dan lagi-lagi bertemu AS Roma. Hasilnya, Inter bermain seri 1-1 pada leg pertama di Roma dan menang 3-1 di Giuseppe Meazza. Dua bulan kemudian Inter secara resmi dianugerahkan Scudetto Serie A oleh Federasi Sepak Bola Italia (FIGC). Gelar juara keempatbelas ini didapatkan setelah Juventus terbukti melakukan perbuatan memalukan dengan mengatur skor pertandingan. Dia awla musim 2006/07 Inter sukses menjuarai Super Cup Italia setelah mengalahkan AS Roma 4-3.

2007

Marco Materazzi dkk kembali menunjukkan keperkasaannya di Italia setelah mencetak prestasi Scudetto ke 15. Rekor tercipta, 26 kemenangan, 6 kali seri dan hanya 1 kalah dari 33 game. Sumber: inter.it

vol. 2

18

1938

Giuseppe Meazza >

Giuseppe Meazza memainkan pertandingan resminya yang ke 408 dan menandai berakhirnya karir si legenda tersebut dengan seragam Inter. Striker Inter yang mencapai status legenda ini mengoleksi 287 gol hingga 1979, dan satu tahun kemudian, namanya diabadikan sebagai nama resmi stadion San Siro sebagai penghormatan atas jasa-jasanya.

1989

19

shinefor100years

vol. 2

T

vol. 2

20

ahun ini (2008) terasa begitu istimewa untuk seluruh Interisti. Apa pasal? Tepat 9 Maret 2008, klub yang kerap di panggil La Beneamata (Yang Tercinta) ini akan genap berusia 100 tahun! Konsep awal pembuatan cover Interina vol. 2 ini pun didasari oleh perayaan tersebut (sudah tentu anda yang baca tulisan ini di tahun 2008 tak bisa ikut merayakan ultah inter ke-200 tahun). Seolah ingin ikut mengabadikan momen emas ini, maka yang terpikir pertama adalah: apa yang dicapai/diraih di tahun ke 100 Inter. Separuh musim telah berjalan dan Scudetto ke16 telah di depan mata. Jadi inilah pencapaian paling “minim” yang dapat diraih musim ini. Dari sekian banyak selebrasi gol yang khas dari pemain Inter, hanya pose Adriano-lah yang begitu menggugah buat saya (Adriano kerap menunjukkan kedua telunjuk tangannya ke angkasa, dan gesture ini buat saya mengandung arti: Di atas langit masih ada langit/selalulah bersyukur atas kesuksesan yang diraih sebab tanpa illahi we are nothing). Jadilah saya surfing di internet untuk mencari pose pemain yang sedang gundah gulana ini. Setelah materi foto selesai barulah proses selanjutnya men-trace-nya di software vektor. Kemudian mengeksekusi coloring digital di software Adobe Photoshop CS3. Tadinya saya ingin membuat jersey tandang musim ini. Tapi warna merah yang kontras dengan warna dasar putih malahan tidak mendukung identitas Inter sesungguhnya. Biru-Hitam telah begitu melekat di hati sebagian banyak orang. Tulisan Campione 16 di taruh di punggung sebagaimana penjelasan saya di awal. Yah tentunya ini bukan artwork yang bernilai banget sih, tapi hanya sebuah persembahan buat klub tercinta. Baru sepuluh tahun yang lalu saya mengenal Inter, jadi tak ada salahnya kan saya berbuat sesuatu untuk klub yang usianya lebih tua dari negara saya. krome

21

shinefor100years

halloffame

D

ari sekian banyak pemain legendaris di Inter Milan, Giuseppe Meazza sangat layak ditempatkan di posisi teratas. Ada cukup alasan untuk ini. Selain setia membela Inter sepanjang kariernya, sosok yang akrab dipanggil Peppino ini mencatat banyak prestasi bersama I Nerazzurri. Lahir dari sebuah keluarga yang ekonominya pas-pasan, Meazza sudah mulai menendang bola sejak bocah. Kala itu, ibunya mungkin sudah melihat bakat si kecil Meazza. Hanya, pada awalnya dia tak memberi restu. Barulah ketika Meazza menancapkan tekad untuk mengangkat ekonomi keluarganya lewat sepak bola, sang ibu luluh. Menginjak umur 17 tahun, Meazza memulai petualangan sepak bolanya bersama Inter.Tepatnya pada musim 1927-28. Meski belia, Meazza segera merebut simpati tifosi Inter. Penampilannya dinilai lebih matang ketimbang usianya. Yang hebat, hanya dalam waktu tak terlalu lama, Meazza dinobatkan sebagai “dewa” di Inter. Statusnya pemain maskot. Bintang utama yang tak tergantikan seperti halnya Raul Gonzalez di Real Madrid atau FrancescoTotti di AS Roma, dewasa ini. Bukan hal yang berlebihan kiranya. Meazza benar-benar bukan cuma bermain gemilang. Lebih dari itu, dia sanggup membuat teman-teman setimnya tampil lebih bergairah di lapangan. Dialah yang membawa semangat dan mental juara. Karena itulah Meazza juga kerap disebut sebagai pelopor kejayaan Inter di tanah Italia. Dalam kurun waktu dua musim setelah debutnya, dia mengangkat Inter ke puncak kejayaan: scudetto musim 1929-30. Pencapaian istimewa, mengingat saat itu Serie-A alias liga profesional mulai digulirkan. Meazza, si Peppino, kemudian mengulangi lagi kesuksesan itu pada musim 1937-38. Bahkan sebenarnya dia pun masih tercatat didaftar skuad Inter yang menggapai scudetto 1939-40. Sayangnya, tak sekali pun dia turun bertanding pada musim tersebut lantaran dibekap cedera parah pada kaki kirinya. Meazza pun terpaksa merelakan gelar itu tak dimasukkan ke dalam daftar prestasinya bersama Inter.

SUPERSUBUR Inter sangat beruntung diperkuat pemain sekelas Meazza. Pengakuan datang dari Giampiero Combi, kiper legendaris Juventus sekaligus kapten Italia di Piala Dunia 1934. Meski berbeda klub, Combi tak ragu memuji Meazza. “Peppino sungguh pemain yang elegan, brilian, dan selalu tepat dalam mengambil keputusan. Selain itu, dribbling-nya sukar dicari bandingnya. Kelebihan dia yang utama, selalu ‘menyempatkan diri’ untuk menggocek bola setiap kali akan menceploskan bola ke gawang lawan,’ ujar Combi. Oleh sejumlah kiper di Italia -termasuk Combi, Peppino Meazza sangat “dibenci’’. Dia dianggap selalu mengejek kiper karena gaya mencetak golnya. Sepertinya, kiper tak ada apa-apanya jika telah berhadapan dengan Meazza. Toh, aksi-aksi demikian justru sangat ditunggu penonton. Sebagai pemain yang berposisi gelandang serang, Meazza tergolong subur. Paling subur malah di antara pemain Italia pada eranya. Tiga kali Meazza merebut predikat top skorer Serie-A yakni pada musim 1929-30 dengan 31 gol, 1935-36 (25), dan 1937-38 (20). “Ibarat senapan, dia akan memuntahkan mesiunya ketika tim membutuhkannya,” sebut Vitorrio Pozzo, pelatih timnas Italia di Piala Dunia 1934. Total, selama memperkuat Inter sebanyak 408 kali, dia mencetak 287 gol. Dia menjadi pemain Inter yang paling banyak mencetak gol. Sampai saat ini belum ada yang bisa melebihinya. Sukses di Inter, sukses pula di timnas. Debut bersama timnas Italia dia lakoni saat menghadapi Swiss dalam partai persahabatan pada 9 Februari 1930. Tahun 1934, dia menjadi aktor penting kala Italia merebut Piala Dunia. Selanjutnya, di Piala Dunia 1938, sebagai kapten, Meazza melakukannya lagi. Dia satu di antara tiga pemain -bersama Ferrari dan Monzeglio- yang sukses meraih dua Piala Dunia secara berurutan. Kelak di kemudian hari, Meazza sempat mampir ke Juventus, Atalanta, Varese, bahkan ke musuh sekota Inter, AC Milan. Setelah pensiun dari sepak bola, Meazza pernah menjadi pelatih timnas (1952-1953). Dia meninggal pada 23 Agustus 1979 di umur 68 tahun. Sebagai penghormatan atas jasa besarnya, saat ulang tahunnya ke-69, pemerintah Kota Milan menetapkan nama Giuseppe Meazza sebagai nama lain dari Stadion San Siro. Atas prestasi dan kontibusinya, ia patut dikenang bukan hanya sebagai pesepakbola, tapi juga seorang legenda dari kota Milan. (Soccer series)

GiuseppeMeazza

Milan

vol. 2

LegendaKota

vol. 2

22

23

shinefor100years

halloffame

digembleng oleh Herrera. Posisi bermainnya pun diubah.Facchetti yang sering bermain sebagai gelandang, oleh Herrera diminta menjadi bek kiri. Keputusan ini awalnya terasa janggal. Ukuran fisik Facchetti termasuk besar: 188 cm/85 kg. Logikanya, dia akan kesulitan bermain sebagai bek kiri yang membutuhkan kelincahan. Pilihan Herrera salah? Tidak. Facchetti menutupinya dengan kemampuan berlari yang tergolong istimewa. Dia mampu menempuh jarak 100 meter hanya dalam 11 detik. “Saya melihat pemain tinggi besar yang naluri mencetak golnya sangat tinggi. Facchetti memang tepat bermain sebagai bek kiri,” sebut Herrera kala itu.

J

vol. 2

Giacinto Facchetti

PEMAIN KUNCI Ketegasan Herrera berbuah manis. Facchetti jadi salah satu kunci permainan Inter.Dia tak tergantikan di lini belakang. Sebagai catatan, seiring dengan bertambahnya umur, Facchetti kemudian bermain sebagai sweeper. “Sistem libero seperti yang dimainkan oleh Franz Beckenbauer diilhami oleh Facchetti. Dialah bek pertama yang diberi peran bebas dan boleh membantu serangan ke depan,’lanjut Roxburgh. Bagaimana soal prestasi? Jangan ditanya. Bersama Inter, Facchetti telah meraih segalagalanya. Mulai dari scudetto, Liga Champions, Piala Italia, dan Piala Interkontinental pernah dicicipinya. Kesetiaan Facchetti tak bisa diabaikan. Dia bermain selama 17 musim di Inter.Tak sekali pun berpindah klub. Facchetti pun mencetak rekor lain. Dia pemain kedua yang tampil paling banyak untuk Inter yaitu 634 kali. Catatan harum dalam karier Facchetti semakin lengkap karena dia juga pensiun di Inter. Bahkan terakhir, ia menjadi Presiden Inter pertama yang eks pemain. Benar-benar seorang Inter sejati.. (Soccer series)

vol. 2

24

ika mencari sosok fullback modern masa lampau, berpalinglah kepada Giacinto Facchetti. Pada 33 tahun silam, dialah yang menjalankan peran pemain seperti Roberto Carlos, Marcos Cafu, atau Lilian Thuram. Kuat dalam bertahan. Pun sanggup ikut menyerang. Lihat saja, Facchetti selalu jadi pilihan pelatih Helenio Herrera. Bersama Tarcisio Burgnich, Aristide Guarneri, dan Armando Picchi, Facchetti membentuk kuartet pertahanan Inter yang masyhur. Perlu diketahui, saat dilatih Herrera, Inter memainkan sistem catenaccio yang kemudian menjadi ciri khas klub-klub Italia. Facchetti tidak gagap menyerang. Mau bukti? Perhatikan torehan gol yang diukirnya. Untuk Inter Milan, secara total Facchetti membikin 75 gol. Pada musim 1965-66, dia malah membukukan l0 gol. Sebuah catatan gemilang. Soalnya, Facchetti bermain sebagai bek kiri. Ketajamannya jadi sebuah fenomena unik.Sekadar info, striker-striker di era itu paling banter hanya membuat 20 gol dalam semusim. “Selain bertahan,tugas kedua Facchetti adalah membuat gol.Tak sukar buat dia karena bakat alam dimilikinya,’ tulis DirekturTeknik UEFA, Andy Roxburgh pada tahun 2003, dalam The Official UEFA Champions League Magazine. Adalah Herrera yang jeli melihat talenta yang dimiliki Facchetti. Pada 1960, sang allenatore membeli Facchetti dari Atalanta. Begitu bergabung, pemain yang satu ini segera

25

shinefor100years

halloffame

Giuseppe Bergomi Teladan Soal Loyalitas

vol. 2

J

DICINTA DAN DIPUJA Kedisiplinan menjadi ciri khas Bergomi saat bermain. Dia punya filosofi; meski hanya sejengkal, daerah pertahanannya tak boleh diterobos pemain lawan. ltulah kenapa Bergomi dianggap sebagai generasi terakhir catenaccio sejati. “Aku lahir sebagai bek. Wajar sajalah jika aku loyal pada posisiku. Soal kenapa aku betah

di Inter, Kota Milan adalah tempat kelahiranku. Darahku seakan mengalir bersama perjalanan Inter,” tutur Bergomi saat diwawancarai Reuters pada 1998. Kesetiaan yang tiada batasnya. Saat Bergomi memutuskan pensiun dari sepak bola pada tahun 1999, tifosi setia Inter hampir selama seminggu penuh mengunjungi rumahnya yang berada di sebelah selatan Kota Milan. Selain itu, saat diadakan pertandingan perpisahan, seluruh penonton yang sebagian be-

sar pendukung setia Inter melakukan standing ovation ketika Bergomi melambaikan tangan. Perpisahan tersebut dilakukannya di giornata terakhir Serie-A musim 1998-99, saat Inter menjamu Bologna pada 23 Mei 1999. Bergomi yang pernah empat kali bermain di Piala Dunia (1982, 1986,1990, dan 1998), telah menjadi bagian yang tak terpisahkan bagi Inter Milan. Sangatlah wajar jika pemain dengan penampilan terbanyak (756 kali) di Inter ini menjadi pujaan dan kesayangan tifosi. (Soccer series)

vol. 2

26

ika bicara soal kesetiaan, dan loyalitas, patutlah kita meniru apa yang telah diberikan Giuseppe Bergomi bagi klubnya. Inter Milan. Sebagai putra asli Kota Milan, Bergomi enggan berpaling ke klub lain. Sejak pertama kali memperkuat Inter pada musim 1979-80, loyalitas dan kesetiaannya tak pernah disangsikan. Pantas jika Bergomi dianugerahi gelar tak resmi sebagai pemain paling setia di Inter. Selama 19 musim, “Bergomi ibarat bapak bagi pemain-pemain lain. Selain itu, dia salah satu pemain yang paling dicinta oleh tifosi Inter. Berkat kesetiaannyalah pendukung setia Inter menaruh hormat kepadanya,” ungkap Luigi Simoni, allenatore Inter pada musim 1997-1999. Bergomi dilahirkan pada 22 Desember 1963. Sejak kecil, dia sudah jadi pendukung setia Inter. Tak heran jika sejak bocah pula dia memasang cita-cita untuk membela panji Inter suatu saat nanti. Mimpi itu kemudian menjadi kenyataan. Saat umurnya menginjak 17 tahun, Bergomi dipercaya mengenakan seragam hitam-biru kebesaran Inter. Pada musim pertama, dia masih menjadi pemain tim kedua. Baru pada semusim kemudian dia dipromosikan ke tim utama. Sejak musim 1981-82, posisi di tim inti In-

ter sebagai palang pintu andalan, praktis tak pernah lepas dari tangan Bergomi. Kinerjanya sebagai seorang bek sangat sulit ditembus oleh striker lawan yang mana pun. Kedisiplinan daiam menempel ketat pergerakan striker merupakan ciri khasnya sebagai seorang bek. Puncak kariernya sebagai pemain terjadi pada musim 1988-89. Kala itu dia berhasil membawa Inter merebut scudetto untuk yang ke-13 kalinya. Terakhir kali Inter melakukannya pada musim 1979-80. Penantian selama sembilan tahun sukses diakhiri dan Bergomi punya andil besar. Saat itu, duet Bergomi bersama Andreas Brehme -pemain Jerman- di barisan pertahanan Inter sangat sulit ditembus. Faktanya, gawang Walter Zenga cuma kebobolan 19 gol sepanjang musim. Jumlah yang paling sedikit dibanding klub mana pun.

27

shinefor100years

halloffame

shinefor100years

Roberto Boninsegna Obsesi Si Striker Kekar

vol. 2

S

hingga kelar. I Nerazzurri kalah 1-7. Hasil ini membuat Presiden Inter Milan, Ivanoe Fraizzoli, berang. Dia memprotes wasit. Sialnya, banding Fraizzoli sukses. Dengan kesaksian Boninsegna, dia bisa memaksa UEFA melakukan pertandingan ulang. Malang bagi Moenchengladbach. Di partai susulan, Inter menahan seri 0-0 di Kota Berlin! Nerazzurri melaju ke babak selanjutnya, berkat akal bulus Bonimba. LEPAS DARI RIVA Bonimba sebenarnya datang ke Inter dengan penuh dendam. Dia ingin menyamai rekor pemain Cagliari, Luigi Riva. Perlu diketahui, sebelum ke Inter, Bonimba bermain di Cagliari. Waktu itu, duetnya dengan Riva sangat mematikan. Keduanya mencetak 30 gol di musim 1968-89. Sayang, hanya Riva yang beruntung. Dia jadi top skorer Serie-A. Praktis, Bonimba cuma jadi bayang-bayang Riva. Fakta ini jadi dasar Bonimba menerima pinangan Inter. Pada 1969 dia hengkang dari Cagliari agar lepas dari kebesaran Riva. Sayangnya Riva tetap menghantuinya. Musim perdana di Inter, Bonimba cuma membuat 13 gol. Lagi-lagi dia kalah dari Riva yang membuat 21 gol. Gelar top skorer Serie-A kembali disabet Riva. Untung Bonimba tak patah arang. Musim berikutnya dia langsung bangkit. Selama dua musim berturut-turut, gelar top skorer Serie-A disabetnya tanpa ampun. Misi pribadinya tuntas. Bonimba sukses menyamai rekor Riva sebagai top skorer Serie-A dua kali berturut-turut. Lebih bahagia lagi, prestasi itu belum pernah dilakukan oleh pemain Inter lain. Hanya Boninsegna-lah pemain Inter yang meraih gelar top skorer dua kali berturut-turut. (Socer series)

Allesandro Altobelli Si Kurus yang Memikat U

ntuk ukuran Eropa, secara fisik - dengan tinggi 181 cm dan berat 74 kg, Alessandro Altobelli tergolong kurus. Justru postur demikian yang membuat sosoknya khas dan gampang dlkenali. Dia dianggap sebagai maestro di kotak penalti pada masa Itu. “Altobelli terlahir untuk menjadi seniman sepak bola. Permainannya mampu menyihir jutaan pasang mata. Dia cerminan keindahan sepak bola Italia,’ kata Enzo Bearzot, pelatih timnas Italia yang merebut gelar juara di Piala Dunia 1982. Bukti di lapangan telah terpampang. Selama membela panji-panji Inter, permainannya selalu stabil.Meski tak pernah jadi top skorer Serie-A, setiap musim Altobelli jadi pencetak gol terbanyak bag! Inter. Beruntung Inter mendapatkan pemain yang mempunyai julukan Spillo (kurus) ini. Sewaktu akan dibeli dari Brescia, proses tak berjalan mulus. Brescia yang kala itu bermain di Serie-B mati-matian mempertahankannya. Kebetulan, Altobelli memang putra asli Brescia. Nah, Altobelli baru dilepas ketika Inter menawar dengan harga yang terlalu menggiurkan untuk ditolak, 30 juta lira. Pada musim 1977-78, Altobelli resmi mengenakan seragam hitam-biru Inter. Saat itu Inter memang butuh seorang striker untuk menggantikan Roberto Boninsegna yang “dibajak”Juventus. Awalnya, Altobelli sulit beradaptasi. Dia selalu teringat Brescia. Namun.di mana bum! berpijak di situlah langit dijunjung. Altobelli kemudian sadar dirinya seorang profesional. Dia harus bermain total di klub yang memberinya gaji. Pelatihnya saat itu, Eugenio Bersellini, berperan besar sehingga Altobelli menemukan kebintangannya bersama Inter.

MEMIKAT BEARZOT Permainan Altobelli yang begitu memikat, mengingatkan orang kepada seniornya, Roberto Boninsegna. Posisinya memang sama, sebagai penyerang tengah. Meski begitu, Altobelli punya ciri khas lain di luar posturnya yang kerempeng.Dribling, controlling, passing, dan finishing-nya hampir selalu dilakukan dengan kaki kiri. Puncak kariernya di Serie-A terjadi ketika dia membawa Inter meraih scudetto 1979-80. Itu gelar yang ke-12 kalinya bagi Inter. Rekor pribadinya, dia menjadi runner-up top skorer dengan 15 gol di bawah pemain Juventus, Roberto Bettega (16 gol). Uniknya, kemudian Altobelli dua kali lagi menjadi peringkat kedua dalam daftar top skorer. Yaitu pada musim 1982-83 dan 1984-85 di bawah pemain Juventus, Michel Platini. Sejak mengantarkan Inter merebut mahkota Serie-A 197980, Altobelli dilirik oleh Enzo Bearzot, pelatih timnas Italia saat itu. Oia pun dibawa ke Piala Dunia 1982 di Spanyol.Oleh Bearzot, dia diduetkan dengan Paolo Rossi. Kolaborasi Altobelli-Rossi berbuah manis.Gli Azzurri sukses mendekap Piala Dunia untuk ketiga kalinya sepanjang sejarah.Pada partai final, Altobelli menyumbangkan gol terakhir kemenangan Italia, 3-1 atas Jerman Barat. Ada suatu kejadian unik yang menimpa Altobelli. Pada musim 1986-87, Real Madrid sempat ingin menggaetnya. Kemudian batal gara-gara postur Altobelli terlalu ceking. Dianggap tak akan sesuai untuk gaya permainan klub raksasa Spanyol itu. Seperti juga Boninsegna, Altobelli memperkuat Juventus begitu keluar dari Inter.Tepatnya pada musim 1988-89. Toh, hanya satu musim dia di Turin, lantas pulang kampung ke Brescia. I Rondinelle menjadi klub terakhirnya sebagai pemain. Pada akhir musim 1989-90, Altobelli resmi gantung sepatu. (Soccer series)

vol. 2

28

ebelum ada Christian Vieri, Inter pernah punya striker dengan karakteristik serupa. Dialah Roberto Boninsegna. Sama seperti Vieri, Boninsegna bertubuh tinggi besar. Dengan bodinya yang kekar, dia tidak pernah takut beradu fisik dengan lawan. Pemain yang akrab dipanggil Bonimba ini jadi momok lini belakang lawan. Buktinya, dia dua kali merebut capocannoniere Serie-A secara berturut-turut. Pada musim 1970-71, Boninsegna mencetak 24 gol. Catatan ini hampir separuh dari perolehan gol Inter secara total. Waktu itu skuad I Nerazzurri membukukan 50 gol. Pada musim berikutnya, keganasan Boninsegna menurun. Bonimba cuma membuat 22 gol tapi tetap menjadi top skorer Serie-A. Selain ketajamannya, Bonimba juga dikenal berkat dedikasinya. Dia mau melakukan apa saja agar I Nerazzurri menang.Terkadang caranya memang terkesan licik. Misalnya yang terjadi pada pertandingan Liga Champions 1971-72. Waktu itu, I Nerazzurri bertandang ke markas klub Jerman, Borussia Moenchengladbach. Inter membawa keunggulan 4-2 dari pertemuan pertama. Sayang di partai kedua, mereka tertinggal 1-2. Tiba-tiba insiden terjadi. Boninsegna terjatuh di tengah lapangan. Ada apa gerangan? Ternyata Bonimba terkena lemparan dari penonton. Sebuah kaleng minuman ringan mengenai kepalanya. Kaleng itu sebenarnya kosong. Tapi Bonimba banyak akal. Licik malah, dalam kasus ini. Dia segera mengganti kaleng itu dengan yang berisi penuh -dibawa petugas medis yang masuk lapangan. Kaleng itulah yang diberikannya kepada wasit. Sebagai barang bukti. Saat itu, wasit tak peduli.Pertandingan tetap dilanjutkan

halloffame

29

shinefor100years

halloffame

shinefor100years

Walter Zenga

vol. 2

Kiper Terbaik Inter I Deretan gelar? Jangan ditanya. Pantaslah dia digelari sebagai portiere terbaik. Belum ada yang menyamai.

Selepas dari Savona, ujian bagi Zenga datang lagi. Inter tetap belum percaya kepadanya. Hasilnya, Zenga dipersilakan lagi menimba ilmu ke luar. Kali ini, dia dipinjamkan ke klub Serie-C1 lainnya, Sambenedettese. BERKAH CEDERA Inilah awal keberuntungan Zenga. Selama dua musim, Zenga membantu Sambenedettese promosi ke Serie-B. Bahkan, pada musim 1981-82, dia dipercaya sebagai kiper utama dan tampil 34 kali. Prestasi ini membuka mata Inter. Mereka yakin Zenga suda matang. Ditariklah dia pada awal musim 1982-83. Kembali ke Inter, bukan berarti karier Zenga mulus. Lagi-lagi dia mendapat ujian. Di awal kedatangannya, Zenga kalah bersaing dari Ivano Bordon. Dia hanya dimainkan lima kali di Piala Italia. Untung Zenga sabar. Dia tetap tabah seraya menunggu kesempatan datang. Akhirnya, datanglah saat-saat yang dinanti. Pada musim 1983-84, Bordon cedera. Zenga mendapat kesempatan bermain.Tak disia-siakan, Zenga tampil memikat dalam partai debutnya. Inter menang 2-1 atas Sampdoria. Semenjak itulah posisi Zenga kuat. Dia tak pernah tergeser dari posisi inti alias sebagai kiper utama, selama 12 musim. Tercatat, Zenga tampil 473 kali bagi Inter. Rekor terbanyak di Inter, sepanjang masa. Deretan gelar? Jangan ditanya. Pantaslah dia digelari sebagai portiere terbaik. Belum ada yang menyamai. (Soccer series)

Alessandro Mazzola Playmaker Kharismatik B

oleh jadi Alessandro Mazzola -nama lengkap pemain ini, sangat layak dihitung sebagai pemain dengan nama terharum dari masa lalu Internazionale Milan. Prestasi dan kebintangannya yang menjadi alasan. Selain Mazzola, tak ada pemain Inter dalam dekade ‘60an dan 70-an yang menjadi bintang utama di timnas Italia. Dia tampil dalam tiga Piala Dunia dengan predikat runner-up sebagai hasil terbaiknya. Tak ada bintang Inter yang begitu hebatnya sehingga mendapat puja-puji ketika merebut Piala Eropa 1968. Tak ada pula, selain Mazzola,yang begitu dominan membantu I Nerazzurri meraih empat scudetti serta satu Piala Champions. Dia anak kandung Valentino Mazzola. Pemain hebat yang dimiliki Torino dan Italia pada masa sebelum Perang Dunia II. Sayang, karier Valentino terhenti ketika dia meninggal pada sebuah kecelakaan pesawat terbang di tahun 1949.Umurnya kala itu 30 tahun, sedangkan Alessandro baru tujuh tahun. “Setiap kali aku mengenang kejadian pada saat ayahku meninggal, hatiku pilu. Tak ada yang dapat kulakukan untuk mencegah ayahku pergi,” kenang Alessandro suatu kali.’ Tentu Anda akan berusaha melupakan kejadian semacam itu agar dapat melangkah ke depan. Toh, selalu ada pula saat-saat kenangan itu hadir kembali.” Alessandro tak pernah melupakan jasa besar sang ayah. Dikisahkannya, sejak dia bisa berlari sang ayah selalu membantunya memakai sepatu untuk main bola. Sang ayah juga selalu mengajaknya ke lapangan ketika dia bermain. “Akulah maskot ayahku,” katanya. TEKAD SEJAK KECIL Hanya satu tekad yang tertanam di dada Alessandro. Dia ingin membuat ayahnya bangga. Di kemudian hari dia sukses. Menjadi bintang.Tak sia-sia perjuangan keras yang telah ditempuhnya, sejak sang ayah menghadap llahi. Satu yang istimewa, dia disebut-sebut mewarisi kemampuan ayahnya yang hebat. Baik itu dalam hal teknik atau karakter bermain. Memang kehebatan Alessandro tak muncul seketika. Debutnya bersama Inter saja dihiasi kekalahan luar biasa memalukan, 1-9 dari Juventus. Akan tetapi, pelan-pelan, dia meraih apa yang menjadi tekadnya sejak kecil. Scudetto adalah buktinya. Predikat sebagai bintang di atas segala bintang diraihnya, seiring kepercayaan dari manajemen I Nerazzurri yang memakaikan kostum bernomor 10 kepadanya. Di luar semua itu, Alessandro

Mazzola menjadi simbol kehebatan sekaligus kebanggaan Inter, dalam konteks persaingan melawan rival sekotanya,AC Milan. Dialah bintang Inter yang kharisma dan kehebatannya hanya dapat disaingi oleh legenda Milan, Gianni Rivera. Mazzola menjadi simbol kehebatan sekaligus kebanggaan Inter, dalam konteks persaingan melawan rival sekotanya,AC Milan. Dialah bintang Inter yang kharisma dan kehebatannya hanya dapat disaingi oleh legenda Milan, Gianni Rivera. Keduanya memang bermain untuk timnas Italia dalam kurun waktu yang sama. Posisinya sama pula, sebagai playmaker. Alessandro Mazzola pensiun sebagai pemain pada 1977. Berkat kebintangannya, namanya tak pernah bisa dilupakan. Lagi pula, sejak gantung sepatu, dia terus terlibat dengan sepak bola. Tercatat, Mazzola pernah memegang sejumlah jabatan strategis di manajemen Inter, (Soccer series)

vol. 2

30

nilah kiper terbaik yang pernah dimiliki oleh Inter Milan. Mau bukti? Walter Zenga, namanya, pernah terpilih jadi kiper terbaik dunia versi IFFHS, sebuah organisasi dunia yang mencatat rekor dan statistik pemain. Hebatnya lagi, Zenga menjadi yang terbaik bukan cuma sekali. Dia terpilih tiga kali berturut-turut. Sejak 1989 sampai 1991, posisinya sebagai yang paling bagus di dunia, untuk posisi di bawah mistar gawang, tak tergeser. Rekor apiknya itu hanya bisa disangi oleh kiper legendaris asal Paraguay, Jose Luis Chilavert dan kiper Jerman, Oliver Kahn. Zenga sendiri adalah Italiano pertama yang mendapat predikat tersebut. Sebuah pencapaian yang istimewa, mengingat sebenarnya Italia selalu punya kiper hebat di setiap generasi. Tapi tak ada yang mendapat penghargaan seperti Zenga. Begitu hebatnya Zenga. Tak heran jika Gli Azzurri memberi kepercayaan besar kepadanya. Nah, untuk timnas, dia juga pernah mencetak rekor yang mengharumkan nama Italia. Pada Piala Dunia 1990 di kandang sendiri, gawang Italia yang dikawal Zenga sulit ditembus. Sebelum partai semifinal versus Argentina, Zenga tak pernah kebobolan. Secara total, gawang Zenga tetap perawan selama 518 menit. Rekor ini memecahkan prestasi kiper Inggris, Peter Shilton. Sebelumnya, Shilton pernah tidak kebobolan dalam 10 pertandingan di Piala Dunia. Inter sebagai pemilik Zenga pantas bangga terhadapnya. Satu hal yang menarik, ketika di Inter, Zenga pernah tak diberi kepercayaan. Pertama datang pada musim 1977-78, Zenga tidak pernah sekali pun dimainkan. Malah dipinjamkan ke Salernitana pada musim selanjutnya. Alasan Inter waktu itu, Zenga masih terlalu hijau. Kurang pengalaman. Mungkin ada benarnya. Zenga kala itu baru berumur 18 tahun. Dia perlu mendapat pengalaman bertanding. Tak heran, pada musim 1979-1980, Zenga kembali dipinjamkan ke Savona.

halloffame

31

shinefor100years

halloffame

shinefor100years

Lothar Matthaeus nter Milan berutang besar kepada Lothar Matthaeus. Scudetto di akhir era 80’an tak lepas dari kontribusi Matthaeus. Dialah motor permainan I Nerazzurri. Bermain sebagai gelandang bertahan, Matthaeus mampu memberi keseimbangan pada permainan Inter. Dia mengalirkan bola sebaik menahan serangan lawan. Debutnya bersama Inter terjadi pada pertandingan Piala Italia versus Parma pada 21 Agustus 1988. Matthaeus langsung memesona pelatih GiovanniTrapattoni. Segera saja Trapattoni memberi kepercayaan besar kepadanya. Sejak Serie-A 198889 bergulir, Matthaeus hampir selalu dimainkan. Tak sia-sia. Matthaeus memang memberi kontribusi besar. Dia mencetak gol perdana di pekan ke-2. Pada pekan-pekan berikutnya, gol-golnya tetap hadir. Total sembilan gol dia lesakkan sepanjang musim 1988-89. Pencapaian ini hanya di bawah striker Aldo Serena dan Ramon Diaz. Satu gol yang sangat berarti terjadi di pekan ke-21, 12 Maret 1989. Saat itu, Inter bertandang ke kandang AS Roma. Pada menit ke-12, Matthaeus sudah mampu membuat gol. Inter mendapat angin. Roma pun mereka kalahkan dengan skor telak 3-0. Kemenangan ini berdampak sangat positif. I Nerazzurri tak teradang lagi merebut singgasana Serie-A. Hebatnya, Inter memecahkan rekor sebagai tim pengumpul poin terbanyak sepanjang sejarah. Waktu itu I Nerazzurri mengumpulkan angka 58. Padahal poin kemenangan cuma dihitung dua. “Aku tidak bisa melupakan Trapattoni. Dialah yang mem-

T

Bermental Juara vol. 2

Kebanggaan Inter terhadap Matthaeus semakin besar. Bukan hanya karena berbagai gelar yang dipersembahkannya. Matthaeus juga sanggup mengharumkan nama Inter melalui pencapaian pribadinya.

bali menorehkan sejarah manis. Kali ini dia menyabet anugerah FIFA World Player of the Year. Ditengarai, kesuksesan Matthaeus hadir berkat mental juara yang dimilikinya. Ya, sebelum pindah ke Inter, Matthaeus sudah kenyang pengalaman. Dia pernah bermain di Bayern Muenchen. Bersama klub Bavaria itu, Matthaeus meraih tiga gelar juara Bundesliga 1. Kematangan inilah yang lantas ditularkan ke Inter. Sebelum Matthaeus masuk, selama delapan musim I Nerazzurri tak pernah jadi jawara. Dengan mental juara yang dimilikinya, dia memimpin Inter meraih kehormatan yang lama dinanti. (Soccer series)

ifosi Inter menobatkannya sebagai legenda. Di tanah Inggris, suporter Tottenham Hotspur juga menganggapnya legenda. Bahkan, kedatangannya disambut dengan sebuah lagu yang khusus diciptakan untuknya. Jika bukan pemain hebat, tak mungkin dua klub yang berjauhan sama-sama memberinya atribut terhormat semacam itu. Memang, di Tottenham sebenarnya Berti tak terlalu sukses. Malah ada yang menyebutnya pembelian gagal yang pernah dilakukan Tottenham. Bermain pun tak sampai semusim di klub medioker Inggris itu. Namun jika suporter setempat sampai begitu menyayanginya, pasti lantaran ada yang istimewa pada diri Berti. “Dia hanya main sebentar bersama The Spurs. Saat datang, diduga hanya lantaran dekat dengan Juergen Klinsmann, rekannya selama di Inter. Tapi perlu diingat, Berti mencetak beberapa gol penting untuk Tottenham. Sebutlah golnya ke gawang Coventry City, Crystal Palace, atau Blackburn Rovers, tulis seorang pengamat lokal. Ya, di kemudian hari, gol-gol berti dianggap berjasa menyelamatkanTottenham dari ancaman degradasi. Bintang Inggris dewasa itu, Paul Ince, ikut memuji Berti. “Setiap tim yang sedang krisis prestasi akan membutuhkan pemain yang punya karakter. Berti memilikinya. Yang paling bagus, dia sanggup memompa motivasi teman-teman. Dia tinggi, kuat, dan bisa berlari terus. Seolah-olah berlari tanpa akan berhenti,” katanya.

PENCAPAIAN HEBAT Di tanah airnya, selama bertahun-tahun, Berti menjadi tulang punggung timnas Italia. Bahu-membahu bersama Demetrio Albertini, Dino Baggio, Roberto Donadoni, Alberigo Evani, dll. Dia juga ikut andil mengantar Italia ke final Piala Dunia 1994. Secara total, untuk Gli Azzurri, antara 1988-1995, Berti punya catatan 39 kali tampil dan mencetak tiga gol. Untuk I Nerazzurri, tiga Piala UEFA dipersembahkannya. Itu di luar satu scudetto dan Piala Super Italia. Boleh jadi, pencapaian tersebut merupakan salah satu yang paling hebat di antara semua pemain Inter dari berbagai generasi. Uniknya, tak begitu banyak pembahasan mengenai Berti yang bersumber dari Inter sendiri. Padahal, tak kurang dari 10 tahun dia menguras keringat untuk Inter. Seolah-olah jasanya berada di bawah trio Jerman -Andreas Brehme, Lothar Matthaeus,dan Klinsman. Pemikiran yang keliru, tentunya karena tanpa dukungan pemain lain -termasuk Berti, tak mungkin trio Jerman bisa berhasil. Di Inggris, meski hanya singkat dia justru dipuji. Simak lagu dari suporter The Spurs, yang kerap dinyanyikan di Stadion White Hart Lane, untuknya: My name is Nicola Berti. I’m aged around 30. I come from a club in Milan.Inter! I walk down the street. And the people I meet. They say, hey! Gorgeous! What’s your name? My name is Nicola Berti... (Soccer series)

Bintang Inggris dewasa itu, Paul Ince, ikut memuji Berti. “Setiap tim yang sedang krisis prestasi akan membutuhkan pemain yang punya karakter. Berti memilikinya. Yang paling bagus, dia sanggup memompa motivasi teman-teman. vol. 2

32

TERBAIK DI EROPA Sumbangan gelar Matthaeus tak lantas surut begitu menyumbangkan scudetto. Gelar-gelar berikutnya hadir. Pada musim 1990-91, dia meraih Piala UEFA 1990-91. Di sini peran besar Matthaeus kembali tercipta. Kala itu,final Piala UEFA masih menggunakan sistem kandang-tandang. Pada partai final pertama, 8Mei 1989, Matthaeus mencetak satu dari dua gol Inter saat menang 2-0 atas Roma. Inilah awal kesuksesan Inter. Biarpun kemudian kalah 0-1 di second leg, Piala UEFA tetap diterbangkan ke Giuseppe Meazza karena Inter menang dalam agregat. Kebanggaan Inter terhadap Matthaeus semakin besar. Bukan hanya karena berbagai gelar yang dipersembahkannya. Matthaeus juga sanggup mengharumkan nama Inter melalui pencapaian pribadinya. Pada 1990, dia dianugerahi gelar bergengsi sebagai Pemain Terbaik Eropa. Prestasi ini bukan main-main. Catat, sebelum Matthaeus, belum pernah ada pemain Inter yang meraih gelar tersebut. Belum cukup, tahun berikutnya Matthaeus kem-

Nicola Berti

Hampir Dilupakan

I

bimbingku sehingga musim yang sensasional bisa tercipta,” kenang Matthaeus.

halloffame

33

shinefor100years

halloffame

Andreas Brehme

Sinergi Keberkahan S

vol. 2

ejak debutnya bersama Inter, 21 Agustus 1988 saat melawan Parma di Piala Italia, Andreas Brehme jadi sosok yang tak tergantikan. Dia pun seketika jadi bintang terhebat Serie-A. Mau bukti? Lni dia: pada musim 198889-musim pertamanya bersama Inter, Brehme dlanugerahi atribut Remain Terbaik Serie-A. Jika bukan Lothar Matthaeus, Brehme-lah anggota trio Jerman yang perannya paling besar buat I Nerazzurri. Beberapa tahun kemudian setelah Brehme angkat kaki, untuk posisi bek kiri, Inter mendatangkan Roberto Carlos.Tapi,ternyata Carlos pun tak mampu menyamai kebesaran Brehme di Inter. Di masa jayanya, Brehme bek kiri dengan kemampuan paling komplet di Eropa. Kecepatan, kekuatan,daya jelajah, serta tendangan keras dimilikinya.Satu lagi yang tak kalah hebat, dia pemain yang punya kedua kaki sama baiknya. Dalam arti yang sesungguhnya. Terlihat, Brehme sering melayangkan umpan silang yang sempurna ke kotak penalti lawan dengan kaki kirinya. Ketika menembak ke gawang, dia cenderung menggunakan kaki kanan. Gaya Brehme disebut-sebut mirip dengan bek legendaris Jerman pada era 70-an, Berti Vogts. Akan tetapi, pemain yang gaya bermainnya disebut-sebut mirip atau terinspirasi oleh Brehme justru lebih banyak. Sebutlah misalnya Branco dan Roberto Carlos (Brasil), Christian Ziege (Jerman), atau lan Harte (Republik Irlandia).

i dalam epos Mahabharata dan Ramayana karangan penulis India, Walmiki, terdapat cerita perseteruan dua saudara, Pandawa dan Kurawa. Keduanya bersaudara satu kakek. Tak ada yang menyangka mereka berperang hanya untuk memperebutkan sebuah kerajaan, Hastinapura. Perangnya dinamakan perang Bharatayuda. Kisah mirip terjadi di dunia sepak bola. Pelakonnya adalah Inter Milan dan AC Milan. Saat didirikan, tak ada yang menyangka “permusuhan” bakal terjadi. Pasalnya jauh sebelum derby pertama berlangsung -18 Oktober 1908- baik Inter dan Milan masih dalam satu nama, Milan Cricket & Football Club. Klub sepak bola dan kriket tersebut didirikan pada 1899. Memasuki awal Maret 1908, sebagian anggota klub keluar dan mendirikan klub baru, Internazionale Football Club Milano - cikal bakal Inter Milan. Alasannya, soal kebijakan pemain asing. Pada awal berdirinya, Milan membatasi keanggotaannya. Mereka hanya menerima pemain asal Italia dan Inggris saja. Ada sebagian anggota yang tak puas. Mereka pun memisahkan diri. Sama dalam hal alur, namun beda dalam prakteknya. Pandawa dan Kurawa sudah tak akur sebelum berebut kekuasaan.Lain lagi derby Milan yang terkenal dengan sebutan Derby delta Madonnina.

Derby Klasik Cukup banyak pemain yang bersedia pindah ke Inter atau sebaliknya. Itu sudah dilakukan sejak puluhan tahun lalu saat Giuseppe Meazza pindah dari Inter ke Milan pada musim 1940-41. Selanjutnya, beberapa nama mengikuti jejak Meazza. Contoh paling anyar, Christian Vieri dan Francesco Coco. Di Italia sendiri, derby Milano,tergolong paling panas. Padahal ada sejumlah derby lainnya seperti derby Roma (AS Roma vs Lazio), Genoa (Sampdoria vs Genoa), Turin (Juventus vs Torino), dan Verona (Chievo Verona vs Hellas Verona). Sekaligus pula, derby Milan yang paling seru karena kedua klub berstatus klub besar di dunia. Saat laga derby tiba, kehormatanlah yang dipertaruhkan. Tak peduli seberapa buruknya permainan melawan tim lain, asal bisa menang lawan tim sekota, itu sudah cukup memuaskan para fans. Derby Milan ini terkenal bukan hanya di Italia. Jutaan pasang mata di seluruh dunia ikut merasakan gejolak adrenalin yang terjadi di San Siro tatkala kedua tim bertarung. Selalu ada drama yang terjadi. Dan bumbu kekerasan fisik pun tak jarang membuat laga derby ini semakin enak disaksikan. Bagaimanapun, keduanya bersaing demi gengsi klub. Kebencian cukup ditumpahkan di atas lapangan hijau. Selebihnya, Milan tetap saudara tua Inter. Walaupun banyak interisti yang berharap, kelak hanya ada satu klub di Milan, yaitu Internazionale FC. (si/bbs)

vol. 2

34

PENGHORMATAN TERTINGGI Untuk timnas Jerman, Brehme malangmelintang sekitar satu dekade.Rekor pernampilannya tercatat mencapai 86 kali penampilan, plus delapan gol. Tiga Piala Dunia dicicipinya (1986,1990,1994) dengan hasil terbaikjuara pada 1990. Bagi Brehme, bergabung dengan Inter merupakan berkah. Patut diingat, dia membawa Jerman juara Piala Dunia hanya setahun setelah bekerja di Inter. Selain itu, beberapa pertandingan Piala

Dunia 1990 juga terjadi di Stadion Giuseppe Meazza, markas Inter. Brehme sendiri pencetak gol tunggal kemenangan Jerman atas Argentina kala itu. Melalui titik penalti. Brehme melakukan pertandingan terakhirnya untuk Inter pada 17 Mei 1992. DI Serie-A, dia ikut andil saat Inter mengempaskan Bari 2-O. Sebuah perpisahan yang manis. Keunikan dan prestasi Brehme terekam pula pada akhir kariernya di Jerman. Kala itu, 1998, dia memberikan gelar juara Bundesliga 1 kepada Kaiserslautern. Catat bahwa umurnya kala itu 37 tahun! “Brehme selalu ada di hati saya. Dia patut diberi penghormatan tertinggi seperti halnya Lothar Matthaeus. Dulu atau sekarang, saya dan dia selalu minum bir bersama sambil bicara sepak bola,’ kata legenda Jerman lainnya, Rudi Voeller. Brehme beberapa tahun terakhir ini beralih status menjadi pelatih. Toh, nama besar diperolehnya bukan dari posisi itu. Sebagai pemain, dia membawa berkah bagi Inter. Seperti juga dia mendapat beberapa berkah selama menjadi anggota skuad I Nerazzurri. (Soccer series)

rivalitas acmilan D

35

Helenio Herrera Kesuksesan Esensial B

rivalitas juventus

vol. 2

S

iapa yang tak tahu kalau rival besar Inter bukan hanya AC Milan. Inter masih punya lawan lain yang sangat dibenci, Juventus. Apa buktinya? Di sejumlah situs unofficial Inter kerap ditemui halaman yang menunjukkan kebencian kepada Juventus. Contohnya,di situs interfc.it. Di portal itu terdapat halaman anti-Juve Isinya bisa membuat tifosi Juventus panas. Terdapat gambar-gambar yang melecehkan. Satu yang paling mencolok ialah foto seekor anjing yang sedang buang air besar di atas logo Juventus. Kebencian bukan hanya ditunjukkan oleh situs unofficial Inter. Portal resmi Inter juga menyiratkan hal serupa. Faktanya, Inter kerap memasang polling yang berkaitan dengan Juventus. Tercatat, setidaknya terdapat 10 polling yang melibatkan Juventus. Isinya bermacam-macam. Yang jelas, menunjukkan rasa tidak suka kepada Juventus. Sebuah polling yang digelar sejak 17 hingga 21 Oktober 2002 agaknya bisa memberi gambaran. Saat itu, pejabat humas Inter ingin tahu apa arti pertandingan melawan Juventus menurut tifosinya. Jawaban polling sangat mengejutkan. Sebanyak 54,2% responden menjawab partai lawan Juventus bagaikan pertarungan melawan kerajaan setan! Tak heran, saat menang atas Juventus, pesta besar selalu dilakukan. Caranya bermacam-macam. Yang paling gampang lalah memasang polling lagi. Hal inilah yang dilakukan Inter pada muslm 2003-04. Setelah menundukkan Juventus, manajemen Inter menanyakan arti kemenangan itu kepada tifosi. Hasilnya, 64,43% responden berkata, selalu menyenangkan menang atas Juventus. Terasa spesial.

36

Selama enam tahun melatih Inter, prestasinya sangat esensial bagi kiprah Inter selanjutnya. Pondasi mental juara yang dibuatnya masih dapat dirasakan hingga kini. Memasuki usia seabad, Inter masih dan tetap akan menjadi salah satu klub besar di dunia. Sebut saja Sandro Mazzola, Giacinto Facchetti (bahkan sempat menjadi Presiden Inter), Luis Suarez, dan Roberto Bedin. Selama enam tahun melatih Inter, prestasinya sangat esensial bagi kiprah Inter selanjutnya. Pondasi mental juara yang dibuatnya masih dapat dirasakan hingga kini. Memasuki usia seabad, Inter masih dan tetap akan menjadi salah satu klub besar di dunia. Setelah sukses, dia melepaskan jabatan pelatih Inter kepada Alfredo Foni. Pada tahun 1997, II Mago tutup usia akibat penyakit jantung yang dideritanya. Dia dimakamkan di Kota Venice (Italia). (Krome/berbagai sumber)

vol. 2

AKAR MASALAH Kebencian Inter atas Juventus bisa dimaklumi. Harus diakui selama ini, Inter masih kalah dari Juventus dalam banyak

hal. Mulai dari koleksi scudetto hingga rekor pertemuan. Lihat saja, I Nerazzurri baru mengoleksi 15 scudetti. Bandingkan dengan 27 gelar I Bianconeri. Rekor pertemuan kedua tim juga berpihak kepada Juventus. Yang lebih menyakitkan, Juventus ternyata menorehkan sejarah kelam kepada Inter. Rekor kekalahan tandang terbesar mllik Inter, ternyata dilakukan oleh Juventus. Tepatnya pada musim 1960-61 ketika Inter takluk 1-9 Luka Inter kerap diperparah oleh hasil-hasil kontroversial dengan Juventus. Yang paling fenomenal terjadi pada musim 1997-98. Saat itu, kedua tim bersaing memperebutkan scudetto. Hingga pekan ke-30, Inter menempel ketat Juventus dengan selisih satu angka. Partai Juventus kontra Inter di pekan ke-31, diprediksi jadi penentuan juara. Malang bagi Inter. Mereka kalah 0-1 karena keputusan wasit yang kontroversial. Saat itu, striker Inter, Ronaldo, dijatuhkan oleh Mark luliano. Kubu Inter meminta penalti. Wasit Piero Ceccarini menolaknya. l Nerazzurri akhirnya kebobolan oleh gol Alesandro Del Piero. Mereka kalah 0-1. Scudetto pun melayang ke Turin. Hasil ini semakin menambah kebencian kepada Juventus. Deretan dendam yang telah ada bertambah besar dan tidak akan pernah hilang. Ketika Juventus divonis turun ke kompetisi Serie B, Seluruh Interisti bersorak merayakan “kejatuhan” si nyonya tua (julukan Juventus). Hal ini berarti hanya Inter satu-satunya tim Serie A yang belum pernah turun tahta. (Soccer series)

uat intersta yang masih minim info tentang Inter Milan, ketahuilah sosok Helenio Herrera bukanlah tokoh dongeng semata. Ia adalah sosok nyata yang membuat La Beneamata sangat disegani pada zamannya. Adalah seorang allenatore asal Argentina yang prestasinya dikenang hingga saat ini. Dan sudah pasti fans setia Inter akan serempak berteriak: Helenio Herrera! Di antara puluhan pelatih Inter lainnya, dialah pelatih tersukses sepanjang sejarah Inter. Ukurannya jelas, gelar yang dipersembahkannya bagi Inter. Selama enam musim melatih (1960-1966), -paling lama jika dibandingkan pelatih lain-red.-, total tujuh trofi dipersembahkan untuk memenuhi lemari piala Inter. Di bawah asuhannya. Inter mendapat sebutan La Grande Inter atau The Great Inter. Sebutan yang sangat pantas bagi masa keemasan Inter. Sukses menukangi Barcelona dengan mempersembahkan dua gelar Divisi Primera (1958-1960) Presiden Inter kala itu Angelo Moratti segera mendatangkannya ke Inter. Dan atas prestasinya membawa Inter ke puncak kejayaan, ia dijuluki II Mago. Pelatih yang mempunyai karir sebagai pemain belakang ini sangat piawai menerapkan strategi bertahan. Dalam hal menyerang, serangan balik merupakan jurus pamungkasnya. Di bawah asuhan II Mago, Inter melahirkan pemain-pemain hebat yang akhirnya melegenda.

37

vol. 2

S

Pindah ke Inter menggantikan Alberto Zaccheroni, Mancio langsung diberi tugas berat. Sang presiden mengharapkan Mancini dapat memutuskan puasa gelar yang telah lama diderita klub. Target utama Morrati tentu merebut scudetto, yang terakhir kali dirasakan I Nerazzurri pada 1989. “Mancini akan membangun tim untuk merebut gelar juara. la sangat terkenal dengan disiplin tinggi.” Begitu bunyi pernyataan Inter Milan di situs resmi klub sesaat setelah memperkenalkan Mancini sebagai pelatih baru. Dua musim di San Siro tidak berjalan sesuai dengan harapan Morrati. Gagal mempersembahkan scudetto, Mancini sedikit memuaskan ambisi Moratti dengan dua trofi Coppa Italia dan Super Coppa Italia 2005 dan 2006. Walaupun menjuarai Coppa Italia, tapi gelar Scudetto adalah sesuatu yang tidak bisa ditawar. Kegagalan beruntun itu sempat menimbulkan niat Morrati untuk memutuskan kontrak Mancini. Namun, rencana itu dibatalkan begitu saja. Dari data statistik, terlihat jelas apa yang telah diperbuat Mancini sudah melebihi para pelatih pendahulunya. Krisis moral dan mental Inter yang diderita bertahun-tahun perlahan namun pasti telah terkikis. Akhir kompetisi Lega Calcio 2005/2006, Inter bagaikan mendapat durian runtuh. Inter memperoleh scudetto “lungsuran” dari Juventus. Akibat kasus calciopoli, Juventus, yang finis di urutan pertama, dan AC Milan sebagai runner-up terpaksa dihukum pengurangan poin. Alhasil, Inter, yang menduduki urutan ketiga, memperoleh jatah scudetto tersebut. Rekor Baru Di musim 2006-07 Mancini langsung memberi bukti konkret melalui perjuangan anak asuhnya di lapangan. Saat kompetisi baru berjalan setengah musim, La Beneamata telah membuat rekor 12 kemenangan berturut-turut. Prestasi itu menjadi rekor baru dalam perjalanan Serie A. “Rekor ini tidak ada artinya jika kami gagal menjadi juara,” ucap Mancini merendah. Perkataan mantan pemain terbaik Italia 1997 itu adalah cambuk bagi skuad Nerazzurri untuk mempertahankan gelar. Buktinya keperkasaan Inter sulit ditandingi tim lain. Mereka unggul 22 poin atas AS Roma, yang berada di peringkat kedua klasemen akhir. Sukses merebut scudetto dua tahun berturut-turut merupakan jawaban atas penantian panjang Moratti. Sebelumya Inter juga sukses merebut scudetto 1953 dan 1954 saat ditangani pelatih Helenio Herrera. Kini, Mancio tetap menatap gelar juara Italia ketiga guna mencetak hattrick scudetto. (bbs)

vol. 2

38

ejak Februari 1995, Massimo Moratti sangat berhasrat untuk mendatangkan Roberto Mancini ke Giuseppe Meazza. Saat itu Mancini masih berkostum Sampdoria dan menjadi salah satu striker terbaik italia. Sekadar Info, saat itu Moratti sudah menjabat Presiden Inter, Mancini yang masih bermain bersama Sampdoria diiming-imingi gaji besar agar tertarik untuk mengenakan seragam Inter. Kala itu, usaha Moratti gagal. Mancio -sapaan akrab Mancini, tetap setia kepada Sampdoria. Barulah sembilan tahun kemudian, Mancio akhirnya bersedia juga meneri-ma tawaran dari kubu Inter. Dia akan berada di Giuseppe Meazza.Tapi, dia tak akan berbaju pemain, melainkan berbaju pelatih. Roberto Mancini merupakan salah satu pesepakbola yang langsung beralih peran sebagai pelatih selepas gantung sepatu. Dua puluh satu tahun membela empat klub berbeda, Mancini telah merasakan sejumlah gelar penting baik di kompetisi lokal maupun Eropa. Selama 15 tahun membela Sampdoria (1982-1997), Mancini muda telah merasakan nikmatnya merebut scudetto pada 1991, empat trofi Coppa Italia (1985,1988, 1989,1994), dan juara Piala Winner 1990. Sukses bersama II Samp, Mancini ditarik klub

yang bermarkas di Roma, Lazio. Hanya tiga musim di Biancocelesti, Mancini kembali merasakan gelar scudetto (2000) dan Piala Winner (1999) untuk kedua kalinya serta dua gelar Coppa Italia. Saat membela Lazio, yang saat itu ditangani SvenGoran Eriksson, Mancini perlahan mulai menggeluti dunia kepelatihan. Kejeliannya membantu Eriksson dalam membaca permainan lawan membuat ia diberi tugas baru sebagai asisten pelatih asal Swedia itu. Bekerja sama dengan pela¬tih kaya pengalaman sekelas Eriksson mampu dimanfaatkan Mancio dengan baik. Berawal dari hanya seorang asisten, Mancini kemudian belajar menjadi seorang ahli strategi andal. Mancio merupakan pelatih lokal yang paling menebar sensasi saat ini.Tengok kariernya sebagai pelatih. Meski tergolong masih baru namun cukup mengesankan. Pelatih spesialis krisis. Itulah julukan tidak resminya ketika pertama kali mengijakkan kaki di kota Milan. Bukan sekadar julukan, buktinya walau masih berumur 37 tahun dan pertama kali menjadi pelatih, dia pernah diberi mandat menyelamatkan Fiorentina dari kehancuran. Cuma tiga bulan dibutuhkan untuk mendapatkan gelar pertamanya, Piala Italia 2000-01. Mancio-lah harapan Inter untuk mengantongi prestasi setelah berbagai krisis multidimensi mendera Inter, “Dia pelatih jenius. Masih muda tapi punya pemikiran maju. Taktik yang diterapkannya sebenarnya sederhana, tapi mampu menghasilkan hasil yang maksimal,” tutur Giacinto Facchetti, mantan Presiden Inter Milan yang kini telah almarhum, saat konferensi pers menyusul kedatangan Mancio di Appiano Gentile. “Kami berharap banyak kepadanya.” Hal serupa juga diucapkan Moratti, “Mancini merupakan pilihan utama untuk menjadi arsitek lnter,” tegasnya. “Dia punya karakter kuat dan penuh determinasi.

39

vol. 2

shine for 100 years vol. 2

40

41

////

F.C. Internazionale Milano head office Via Durini 24, 20122 Milan Tel +39 02 77151 Fax +39 02 781514

intermilan

vol. 2

fact

Inter Campus offices Inter Campus Worldwide Stadio Giuseppe Meazza, via Piccolomini 5, 20151 Milan Tel +39 02 4877761 Fax +39 02 487776672 Entrance through Gate 21, door no. 9. Giacinto Facchetti Sports Centre (academy training facility) Via Sbarbaro 5/7, 20161 Milan Tel. +39 02 640641 - Fax. +39 02 6458758 Giuseppe Meazza Stadium Via Piccolomini 5 , 20151 Milan Tel +39 02 48707123 Booking facilities Buy online through BPM Toll-free number for ticket information and reservations: 800 00 1908 San Siro Tour & Museum Stadio Giuseppe Meazza, via Piccolomini 5, 20151 Milan Tel +39 02 4042432, +39 02 4042251 Open 10:00-17:00 Entrance through Gate 21 San Siro Store Info Stadio Giuseppe Meazza, Via Piccolomini, 5 20151 Milan Tel +39 02 4046430 Fax +39 02 4039688 Open 10:00-17:00 Entrance through Gate 21 InterClub Coordination Centre Stadio Giuseppe Meazza, via Piccolomini 5, 20151 Milan Tel +39 02 40070592 Fax +39 02 40071329 Open Mon-Fri 9.30-13:00 and 14:00-17:30 Entrance through Gate 21, Door no. 12. Stadium Events Division Organisation of stadium events, assistance with accreditations for disabled people, problems related to tickets/season tickets Stadio Giuseppe Meazza, via Piccolomini 5, 20151 Milan Tel +39 02 487776.1 Fax +39 02 40071329 Open Mon-Fri 9.30-13:00 and 14:00-17:30 Entrance through Gate 21, Door no. 12. Consorzio SanSiro2000 Stadio Giuseppe Meazza, via Piccolomini 5, 20151 Milan Tel +39 02 48713713 Fax +39 02 48713719 Entrance through Gate 4

yearhonours scudetto

1909/10, 1919/20 , 1929/30 1937/38, 1939/40, 1952/53 1953/54, 1962/63, 1964/65 1965/66, 1970/71, 1979/80 1988/89, 2005/06, 2006/07

15

coppa italia

5

italian super cup

3

uefa cup

3

champions league

2

1938/39, 1977/78, 1981/82, 2004/05, 2005/06

1989, 2005, 2006

1990/91, 1993/94, 1997/98

1963/64, 1964/65

intercontinental cup 1964, 1965

2 vol. 2

42

President Massimo Moratti Vice Presidents Angelomario Moratti, Rinaldo Ghelfi Administration Committee Angelomario Moratti, Rinaldo Ghelfi, Ernesto Paolillo Board of Directors Carlo Buora, Carlo d’Urso, Maurizio Fabris, Marco Gastel, Rinaldo Ghelfi, Tommaso Giulini, Angelomario Moratti, Luigi Amato Molinari, Giovanni Moratti, Massimo Moratti, Natalino Curzola Moratti, Ernesto Paolillo, Pier Francesco Saviotti, Accursio Scorza, Marco Tronchetti Provera. Board of auditors, Permanent Auditors Giovanni Luigi Camera, Fabrizio Colombo, Alberto Usuelli, Franco Buccarella, Paolo Andrea Colombo Managing Director & Chief Operating Officer Ernesto Paolillo Vice Managing Director Stefano Filucchi PA to President Monica Volpi Operational Services Director Luciano Cucchia Personal Director, Operational Services Responsible Angelo Paolillo Technical Director Marco Branca Transfer Market Consultant & First-team Representative Gabriele Oriali Team manager Youth Academy Director Piero Ausilio Technical Head, Youth Academy Giuseppe Baresi Head of Scouts, Youth Academy Pierluigi Casiraghi Base Activities Head, Youth Academy Roberto Samaden Chief of Medical Staff Franco Combi Finance Director Paolo Pessina Commercial Director Katia Bassi Communications Director Paolo Viganò Chief Press Officer Andrea Butti Editorial Director, Inter Channel & IFC magazine Susanna Wermelinger Stadium Area and Security Director Pierfrancesco Barletta

100

Angelo Moratti Sports Centre (first-team, Primavera team training facility) La Pinetina, Appiano Gentile Tel +39 031 893111 Fax +39 031 890204 Inter Campus Italy Giacinto Facchetti Sports Centre, via Sbarbaro 5/7, 20151, Milan Tel. +39 02 640641 - Fax. +39 02 64064740 - +39 02 66207480

43

black&blue presidents

since1908 X 1909

1908

Giovanni Paramithiotti

Ettore Strauss

photograph not available

1909

X

1912 Emilio Hirzel

Carlo De Medici

photograph not available

1914

Luigi Ansbacher

1919 vol. 2

Giorgio Hulss

Giuseppe Visconti Di Modrone

1920

Francesco Mauro

1926

Enrico Olivetti

Senatore Borletti

1929

1930

Ernesto Torrusio

X

Oreste Simonotti

photograph not available

1932

1942

Ferdinando Pozzani

Carlo Masseroni

1955

1968

Angelo Moratti

Ivanoe Fraizzoli

1984

1995

Ernesto Pellegrini

Massimo Moratti

2004

2006

Giacinto Facchetti

Massimo Moratti

vol. 2

44

source: inter.it

1914

1923

45

history

alltimeInterteams

history

alltimeInterteams

1930-31 1908-09

1931-32

1909-10

1910-11 1936-37

1919-20

1937-38

1938-39 1921-22

1920-21 1939-40

vol. 2

1941-42

1948-49

vol. 2

1926-27 46

1929-30

47

history

1952-53

alltimeInterteams

1953-54

1956-57 1954-55

history

1962-63

1964-65

alltimeInterteams

1963-64

1965-66

1959-60

1966-67

vol. 2

1958-59

48

1969-70 1968-69

vol. 2

1960-61

1961-62

1967-68

49

history

alltimeInterteams

history

alltimeInterteams

1981-82

1970-71

1980-81 1971-72 1974-75 1982-83

1973-74

1976-77

1985-86

1977-78 1984-85

vol. 2

1979-80 1978-79

1983-84

1986-87

1987-88 vol. 2

50

51

history

alltimeInterteams

1989-90

history

alltimeInterteams

1999-2000 2001-02

1988-89

2002-03 1990-91

2003-04

1991-92

2004-05 1993-94

1996-97

vol. 2

1998-99

2006-07 2007-08 source:interfc.it

vol. 2

1997-98 52

2005-06

53

history

InterChampionscupteams

vol. 2

1964

54

vol. 2

1965

55

you are what you write

join wordpress.com interina support this site

intermilan

vol. 2

records

vol. 2

58

59

vol. 2

Bukan Sekadar Identitas

Berangkat dari kegiatan tersebut maka timbulah ide untuk mengadakan gathering di jakarta dan membentuk sebuah komunitas Interisti Indonesia. Maka pada hari Sabtu, 2 Agustus 2003, bertempat di Restoran McDonalds, Sarinah Thamrin, diadakanlah rapat pertama pembentukan pengurus Inter Club Indonesia yang antara lain dihadiri oleh Samgar, Sukowo, Luis Anthony, Andri, Alva dan Dani. Rapat tersebut bersifat informal dan bertujuan untuk membicarakan pembentukan organisasi Interisti Indonesia. Tanggal 24 Agustus 2003 kembali diadakan gathering kedua rapat pembentukan pengurus di Food Court Mall Taman Anggrek, yang antara lain dihadiri oleh 10 orang Interista. Melalui rapat ini para anggota sepakat untuk memberi nama fans club yang akan dibentuk tersebut sebagai Internazionale Indonesia Fans Club (I2FC) dan juga penetapan nama-nama calon pengurus, sumber pendanaan dan rencana program jangka pendek. Akhirnya pada tanggal 25 Oktober 2003, bertempat di Royal Park Futsal Court terbentuklah organisasi Internazionale

vol. 2

60

Nerazurri begitu menggema di Indonesia, apalagi kesuksesan Inter saat ini really addicted to watch. Apakah anda termasuk Interista yang menyaksikan siaran langsung pertandingan Inter sendirian di rumah? Jangan berkecil hati dulu, ratusan teman (baca: Interisti) di luar sana siap jadi teman begadang Anda.

K

alau anda termasuk fans Inter, tak ada salahnya bergabung dengan Inter Club Indonesia (ICI). Organisasi berbasis fans ini sedang gemar-gemarnya menunjukkan eksistensi sebagai wadah perkumpulan terbesar fans Inter di Indonesia. Berbagai kegiatan positif kerap dilakukan sebagai wujud eksistensinya. Yang paling mudah untuk dirujuk adalah forumnya di internet yang aktif setiap hari. Secara kepengurusan, organisasi ini punya dua periode yang telah dan sedang dijalani. Yang pertama, periode 2003-2006. Embrio ICI berawal dari kegiatan mailing list inter-mania@ yahoo.com yang dibentuk pada 30 Juli 2001. Tujuan awal dibuatnya mailing list ini adalah sebagai wadah untuk saling berbagi dan sarana untuk bertukar informasi seputar klub Inter Milan. Pada akhir juni 2003, teman-teman di mailing list ini ditawari untuk melakukan interview oleh SCTV yang sedang membuat format acara baru yaitu Centro Campo. Salah satu bentuk program acaranya adalah mengadakan wawancara dengan fans club Italia yang ada di Indonesia (Jakarta).

61

Indonesia Fans Club (I2FC) dengan ketua: Luis Anthony, Wakil Ketua 1: Windra, WK2: Moeswarah, Sekretaris: Jeany Yovita Kurniaty, Kabid Umum: Fritz Sitompul, Kabid Media & Promosi: Sukowo, Kabid Informasi: Ade Sutami dan Logistik: Riza Fisandy. Serangkaian kegiatan telah dilaksanakan oleh pengurus Internazionale Indonesia Fans Club (I2FC), seperti aktif di kegiatan sosial, silahturahmi dengan rekan-rekan fans club lain atau kunjungan silahturahmi ke kantor-kantor media. Tapi seiring dengan perjalanan waktu organisasi ini sempat vakum karena kesibukan para pengurusnya oleh pekerjaan dan keluarga sehingga waktu yang tersedia untuk menjalankan roda organisasi semakin sedikit.

Kepengurusan baru periode 2006 - 2008

vol. 2

Pada akhir 2006 tepatnya tanggal 10 September 2006, para anggota Internazionale Indonesia Fans Club (I2FC) kembali berkumpul

* Menyatakan dibentuknya kepengurusan baru dengan nama Inter Club Indonesia (ICI) dan sekaligus menyatakan berakhirnya kepengurusan Internazionale Indonesia Fans Club (I2FC) lama. * Bahwa periode kepengurusan yang baru disepakati selama 2 (dua) tahun masa kerja yaitu sejak 10 September 2006 sampai dengan 10 September 2008. * Struktur Kepengurusan ICI periode 20062008 terdiri atas: Penasehat, Ketua, dan didukung 6 bidang yaitu: Bendahara, Humas, Keanggotaan, Olah raga, Merchandise, Dokumentasi. Pada saat ini, jumlah anggota resmi yang tercatat sudah melakukan prosedur registrasi untuk menjadi member Inter Club Indonesia dengan membayar uang keanggotaan telah mencapai jumlah lebih dari 90 orang tersebar di Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Papua dan terus bertambah setiap bulannya. Jumlah ini diluar jumlah anggota yang tergabung dalam milis dan forum yang jumlahnya mencapai 2000 orang. Animo yang besar dari Interista Indonesia ini tentunya cukup membanggakan para pengurus Inter Club Indonesia dan memberikan motivasi lebih untuk terus bersemangat memberikan yang terbaik bagi organisasi.

Walaupun saat ini ICI belum berstatus official fans club, tetapi jalan ke arah sana telah ditempuh Dengan kepengurusan baru ini diharapkan organisasi Inter Club Indonesia dapat kembali bangkit dan berkembang sebagai wadah untuk menampung aspirasi para pecinta Inter Milan yang ada di Indonesia. Walaupun saat ini ICI belum berstatus official fans club, tetapi jalan ke arah sana telah ditempuh. Contohnya dengan memberisasi resmi (ICI) para anggotanya. Dengan terdatanya fans Inter di Indonesia maka kelak akan mempermudah jalan menuju status official fans club. Bagi yang telah menjadi member ICI, berbagai kegiatan positif dapat anda ikuti. Acara nonton bereng, gathering, tour, dan futsal siap mengisi akhir pekan anda. Jadi, ICI sebenarnya bukan sekadar identitas semata. Dalam bingkai sesama fans Inter, anda akan mendapatkan berbagai pengalaman baru.

Susunan Pengurus Inter Club Indonesia periode 2006 – 2008 adalah sebagai berikut: Ketua : Dipa Penasehat : Fritz & Sukowo (Kowoy) Bendahara & Sekertaris : Rudolf (bobo) Bidang Humas (Promosi & Media) : Oki, Sagie, Sukowo Bidang Keanggotaan : Deri, Rukun, Endai Bidang Olahraga : Satya, Kabul, Budi Bidang Merchandise : Sagie, Kabul Bidang Dokumentasi : Satya, Abu Rasyidin Kontak email : [email protected]

vol. 2

62

mengadakan gathering sekaligus mengadakan rapat pembentukan pengurus di Food Court Mall Taman Anggrek untuk menghidupkan roda organisasi yang sempat vakum karena kesibukan para pengurusnya. Hasil rapat/gathering pembentukan kepengurus tersebut antara lain adalah:

63

Apa Untungnya Masuk ICI?

pererat tali silaturahmi antar Interisti dan menjadi awal dari berkembangnya organisasi ICI. So, kalau sekarang di dompet anda belum ada kartu member ICI, gak ada alasan untuk segera mendaftar. Kecuali kalau anda tak mengaku sebagai Interisti.

vol. 2

U

esnips.com

Sumber tulisan dan foto: interclub.or.id Kontak email: [email protected]

specialcredits2: oky“moreOn”

GB 5 e t Gef frege o ora st the upload website of vol. 2

64

ntuk menjadi anggota terdaftar ICI anda dapat segera melakukan prosedur pendaftaran yang metodenya dapat dilihat di situs ICI (interclub.or.id). Setelah mendaftar, berbagai kegiatan positif menanti anda. Salah satu kegiatan yang mengasyikan adalah nonton bareng. Kegairahan menonton tim kesayangan secara beramai-ramai memang mempunyai kesan tersendiri. Apalagi ditemani oleh interisti lainnya. Acara ini kerap dilakukan di café ataupun tempat lainnya yang memungkinkan. Jadi kalau anda selama ini cuma nonton pertandingan langsung Inter sendirian di rumah, kegiatan yang satu ini dapat menjadi relaksasi yang menyegarkan. Tak hanya melulu soal pertandingan Inter, anggota ICI pun dapat berinteraksi langsung dengan interisti lainnya melalui acara gathering yang memang menjadi jadwal resmi ICI. Selain itu ada juga kegiatan olahraga futsal yang dilakukan secara periodik. Kegiatan di dunia maya pun tak kalah mengasyikannya. Anda dapat berinteraksi melalui forum di website ICI yang selalu mengangkat tema-tema terkini. Lewat website ini para Interisti yang berjauhan secara geografis dapat bertemu kapan saja. Kegiatan paling anyar yang menjadi agenda ICI adalah Tour ICI ke Yogya (7-9 Maret 2008). Untuk memperingati 100 tahun Inter pada 9 Maret 2008, anggota ICI dari Jakarta melakukan kunjungan ke teman-teman ICI di Yogya. Diharapkan acara ini dapat mem-

Got stuff to share? Give it a home on eSnips and expect the unexpected!

65

snapshots

snapshots

4

1 1. Nih bocah ikut pesta perayaan scudetto ke-15 sampe malem. Kira-kira dia digendong orangtuanya or penculik? 2. Waduh! lagi ngapain tuh Ibracadabra? tampangnya setengah nyengir-setengah bingung. Jangan-jangan lagi mules kepingin “buang sial”.

vol. 2

3. Ketiga pemain ini keliatan akrab ya. dari kiri: vieri, kallon, cordoba. konfigurasi nomor punggungnya pas banget ya (32-3-2).

2

3

vol. 2

66

4. Hups!!! Oba Martins kegirangan abis bikin gol trus jungkir balik dengan gayanya yang mirip tarzan. SALUT!

67

snapshots

with Moratti

Basketball, Inter Style source:inter.it

vol. 2

source:inter.it

snapshots

vol. 2

68

69

Zlatan Ibrahimovic Judul diatas tak berlebihan jika melihat kontribusi striker asal Swedia itu. Bak penyihir yang juga berprofesi sebagai pesepakbola ia membawa Internazionale Milan merebut gelar ke-15 Liga Italia. Gelar terhormat yang tak mampu dipersembahkan oleh Ronaldo sekalipun.

vol. 2

S

Tampil konsisten di awal musim membuat pemain yang jago dalam sundulan ini dengan cepat menjadi andalan pelatih Roberto Mancini. “la salah satu penyerang terbaik yang pernah saya lihat. Menurut saya ia akan menjadi salah satu pemain terbaik dunia. Ia memiliki kualitas luar biasa,” puji rekan setim, Hernan Crespo. Ibrahimovic memang pemain hebat. Pada musim pertama “bersama I Nerrazzuri, ia mampu mencetak 15 gol di semua kompetisi. Ketajaman putra emas Malmo ini mampu membawa Inter mempertahankan scudetto. Di tahun keduanya, Ibrahimovic akan tetap diandalkan Mancini. Masuknya striker baru, David Suazo, tidak terlalu berpengaruh padanya. Jika mau jujur, bahkan Ibra berada dua level di atas Suazzo. Ambisinya yang ingin menjadi pemain terbaik dunia layak dinanti, “Menjuarai Liga Champions Eropa adalah sesuatu yang diinginkan setiap pesepakbola, dan saya akan memberikan hasil kerja yang maksimal agar inter dapat menjuarai turnamen bergengsi tersebut,” begitu janjinya. Semoga janji Ibra bukan sekadar janji, sebab jika ingin menjadi pemain terbaik dunia syarat utamanya adalah penampilan memukau di ajang yang bersifat internasional. Jika menilik performanya hingga separuh musim ini (2007-

08) pantaslah ia berambisi ke arah sana. Inter dibawanya mendominasi Serie A. Bahkan namanya tercatat sebagai pesaing top skorer sementara. Di ajang Coppa Italia pun Inter masih melaju. “Sepanjang permainan dia bisa seperti “macan tidur”, tiba-tiba mengejutkan seluruh pemain lawan kemudian mencetak gol. Perlu tiga sampai empat pemain untuk menjaganya agar tak berkutik,” komentar pelatih Udinese Pasquale Marino menyoal kiprah Ibra di Inter selama hampir dua musim ini. (Bola/bbs)

The Other Fact About The Son of Malmo

K

ata “zlatan” dalam bahasa Bosnia berarti emas. Ayahnya, Sefik, seorang Bosnia beragama Islam dan ibunya, Jurka, asal Kroasia penganut Kristen. Memiliki seorang kakak perempuan (Sanela), kakak laki-laki (Sapko), dan adik laki-iaki (Alexander). Tato tanggal lahir ibu dan kakak perempuan di lengan kiri serta ayah dan kakak laki-laki di lengan kanan. Memiliki tanggal lahir yang sama dengan Andreas Isaksson, kiper Swedia yang berrnain di Manchester City. Selain sepakbola, Zlatan juga ikut latihan taekwondo. Merupakan pemain keempat Swedia yang membela Ajax setelah Inge Danielsson, Peter Larsson, dan Stefan Pettersson. Menulis sejumlah trik-trik dalam buku panduan latihan sepakbola yang beredar di Swedia pada 2002. Maximilian, putranya, lahir pada 22 September 2006 dari hubungannya dengan Helen!

vol. 2

70

epakbola telah dikenal Ibrahimovic saat berusia 10 tahun. Empat tahun ia bermain untuk klub junior FBK Balkan. Memasuki usia 13 tahun, Ibra kemudian menandatangani kontrak profesional bersama klub di kota kelahirannya, Malmo FF. Selama dua tahun berlaga di kompetisi liga utama Swedia, pemain kelahiran 3 Oktober itu mencetak 16 gol dalam 40 pertandingan. Prestasi yang terbilang bagus untuk anak seusianya itu membuat raksasa Belanda, Ajax Amsterdam, yang gemar mengoleksi pemain muda, berani mengeluarkan kocek sebesar 7,8 juta pound untuk memboyongnya. Ditangani pelatih kaya pengalaman seperti Co Adriaanse, bakat Ibra terus tergali. Pemecatan Adriaanse terjadi hanya beberapa bulan setelah kedatangannya. Ibra kemudian ditangani mantan pemain Belanda, Ronald Koeman. Rehadiran eks pelang pintu Barcelona itu membuat Ibrahimovic dipercaya untuk menghuni skuad inti Ajax. Di musim pertamanya, putra pasangan imigran bekas Yugoslavia ini tampil memukau di Liga Champion. Laga pertama melawan Olympique Lyonnais, Ibrahimovic mencetak dua gol. la juga mampu membawa De Godenzonen melaju hingga perempatfinal. Pada musim berikutnya, pemain setinggi 192 cm ini membuat sebuah gol indah ala Diego Maradona pada Piala Dunia 1986. Ibra melakukan solo run dari tengah lapangan sebelum menaklukkan kiper NAC Breda, Davy Schollen. Semakin tajam dalam mencetak gol, akhirnya Juventus, kepincut dengan bakat Ibrahimovic yang luar biasa itu. Pada 2004, tawaran sebesar 12,8 juta pound (+242 miliar rupiah) tidak mampu ditolak Ajax untuk melepaskan tunangan Helena Seger ini. “Saya sangat senang. Juventus klub yang besar,” ucap Ibrahimovic kepada Voetbal International. “Sangat berat meninggalkan Ajax. Klub ini memiliki tempat tersendiri dalam hati saya. Terima kasih untuk semuanya,” lanjut ayah Maximilian ini. Dua tahun di Delle Alpi dan membantu Juve merajai Serie A. Sayangnya, semua perjuangan itu sia-sia akibat calciopoli. Juventus harus melepaskan dua scudetto terakhir dan terdegradasi ke Serie B. Terlempar dari level kompetisi tertinggi membuat Ibrahi¬movic memilih menyelamatkan kariernya. Keluar dari Juventus merupakan keputusannya. Kali ini ia bergabung dengan Inter Milan, seteru abadi Juventus. Pada 10 Agustus 2006, Inter Milan memperkenalkan Ibrahimovic sebagai personel terbaru mereka. Bermain untuk klub kebangaan sejak kecil juga merupakan impiannya. Kesempatan itu mampu ia manfaatkan dengan baik.

71

vol. 2

ZlatanIbrahimovic

vol. 2

72

73

Esteban Cambiasso Aroma Argentina semakin kental di tubuh Inter Milan. Esteban Cambiasso menambah panjang daftar pemain dari Negeri Tango yang merumput bersama I Nerazzurri.

C

vol. 2

ambiasso didatangkan untuk menggantikan Argentina lain yang pindah ke Brescia, Matias Almeyda. Menurut Giacinto Facchetti –Mantan Presiden Inter saat itu, Almeyda yang telah berumur 30 tahun rentan cedera. Selain itu, penawaran satu tahun kontrak sebesar 3 juta pounds ditolak oleh Almeyda. Itulah alasan kenapa Facchetti membawa Cambiasso ke Appiano Gentile. Setelah kontrak Cambiasso bersama Madrid selesai, Inter lantas meliriknya. Dia dianggap salah satu pelaku bisnis sepak bola yang laris. Gayung bersambut. Cambiasso sepakat untuk memakai seragam hitam-biru milik Inter. Pertanyaannya, mengapa dia lebih memilih I Nerazzurri? Meninggalkan Madrid untuk bergabung dengan Inter yang dalam 13 tahun terakhir hanya meraih dua Piala UEFA, tentu bukan keputusan mudah. “Eraku di El Real telah berakhir. Aku akan memulai era baru di Inter. Kenapa aku memilih Inter? Musim ini banyak pemain yang datang ke Inter daripada ke Madrid. Inter salah satu klub besar di dunia. Ronaldo dan Roberto Carlos pernah mengatakan kepadaku bahwa Giuseppe Meazza salah satu stadion termegah. Bermain di sana sangat membanggakan,” tutur Cambiasso. Awalnya tak gampang bagi El Cuchu -julukan Cambiasso, untuk bisa bermain di tim inti. Saat kedatangannya telah ada Edgar Davids yang berposisi sama dengannya, sebagai gelandang bertahan. Faktanya, Di tahun-tahun awal Cambiasso membela La Beneamata, Roberto Mancini lebih mengedepankan Davids daripada dirinya.

vol. 2

74

CADANGAN PUN OKE Bagi Cambiasso, duduk sebagai pemain cadangan bukan suatu hal yang baru. Selama berkarier di Madrid, bangku cadangan telah mengakrabi dirinya. “Pelatih lebih tahu strategi yang akan digunakan. Pada dasarnya ini demi kebaikan tim,” tuturnya di Caldo Italia. “Setiap kali aku dipercaya turun, aku akan bermain semaksimal mungkin.” Dia pun merasa senang bisa bergabung dengan teman-temannya sesama Argentina saat itu. Sebutlah Juan Veron, JavierZanetti, Nicholas Burdisso, dan Kily Gonzalez. “Aku merasa tak asing di sini, meski baru kali ini aku tinggal di Kota Milan. Merekalah yang membuatku seperti di rumah sendiri,” ujarnya. Sepintas, wajah Cambiasso kelihatan lebih tua dari umurnya yang baru menginjak 24 tahun. Rambut di kepala mantan pemain Argentines Juniors ini memang mulai

rontok. Kebotakan membuatnya tampak lebih tua. Meski demikian,di balik wajah “tuanya” tersebut tersimpan ambisi besar untuk Inter. Dia siap membantu Inter untuk meraih gelar di musim ini. Perlahan tapi pasti, Cambiasso kini menjadi pemain inti yang dipercaya menjaga lini tengah Inter. Adaptasinya untuk dimainkan di sektor tengah manapun membuat Mancini semakin “sayang” kepadanya. Saat ini fans Inter manapun setuju Cambiasso-lah ruh dari lini tengah Inter. Jika dibandingkan dengan masa kerja rekan senegaranya Javier Zanetti, tentu Cambiasso masih “Hijau” tapi kiprahnya saat ini memunculkan banyak gagasan baru. Dialah penerus Il Capitano Inter tersebut. Yup! Interisti menunggu loyalitas dan dedikasi Cambiasso layaknya Zanetti. “Inter klub yang sangat ambisius. Itulah kenapa aku berada di sini. Kini aku seorang pemain penting Inter dan aku siap memberikan kontribusi maksimal untuk Inter,” tutupnya. (Soccer series)

75

Cambiasso

vol. 2

Esteban

vol. 2

76

77

history

Logos

history

Filatelli HERBERT PROHASKA Centenario della Federcalcio austriaca Emissione 2004

INTER CAMPIONE D’ITALIA Emissione 1989 INTER CAMPIONE D’ITALIA Emissione 2007

INTER CAMPIONE D’ITALIA Annullo 2006

vol. 2

INTER CAMPIONE D’ITALIA Annullo 2006 (2)

FIORENTINA-INTER Annullo 2006

INTER CAMPIONE D’ITALIA Annullo 2007 INTER SERIE “CHAMPIONS OF SPORT” Emissione Postage Ajman (Emirati Arabi Uniti)

vol. 2

78

INTER CAMPIONE D’ITALIA Annullo 1989

79

history

history

Jersey

1930-31

1953-54

1963-64

1986-87

1987-88

1989-90

1990-91

1964-65

1964-65

1964-65

1965-66

1991-92

1993-94

1994-95

1996-97

1971-72

1972-73

1977-78

1978-79

2002-03

2004-05

2004-05

2005-06

1980-81

1981-82

1982-83

1984-85

vol. 2

1928-29

2007-08

2007-08

vol. 2

80

2006-07

81

vol. 2

interkits

vol. 2

82

83

history

vol. 2

Sponsore INNO-HIT 1981-82  

MISURA dal 1982-83 al 1990-91

FITGAR 1991-92

FIORUCCI dal 1992-93 al 1994-95

PIRELLI dal 1995-96 al 2007-08 vol. 2

84

85

Stranieri history

ARGENTINA (ARG) ALMEYDA Matias ANGELILLO Antonio Valentin BASSO Oscar BATISTUTA Gabriel Omar BOVIO Elmo BURDISSO Nicolas Andres CAMBIASSO Esteban Matias CERIONI Paolo CRESPO Hernan Jorge CRUZ Julio Ricardo DE VINCENZI Alfredo DEMARIA I Attilio DEMARIA II Felice DIAZ Ramon FERRARA I Nicola FERRARA II Antonio GONZALEZ Mariano Nicolas GUGLIELMINPIETRO Andres KILY GONZALEZ Cristian Alberto LANDOLFI Juan MASCHIO Humberto MASSEI Oscar PAGANI Marcello PASSARELLA Daniel PERALTA Sixto Raimundo PONZINIBIO Franco POZZO Victor RAMBERT Sebastian RIZZO Juan Salvador SAMUEL Walter Adrian SIMEONE Diego Pablo SOLARI Santiago Hernan VERON Juan Sebastian VIVAS Nelson ZANETTI Javier Adelmar

vol. 2

AUSTRIA (AUT) POWOLNY Antonio PROHASKA Herbert

BELGIO (BEL)

86

ADRIANO Leite Ribeiro CAIO Ribeiro Decoussau CESAR Rodrigues Aparecido GAMA Achille GILBERTO Melo Da Silva JAIR Da Costa JUARY Dos Santos JULIO CESAR Soares de Espindola LUCIANO Siqueira De Oliveira MAICON Douglas Sisenando MAXWELL Scherrer C. Andrade PINTO FRAGA Wellinton ROBERTO CARLOS Da Silva RONALDO Luis Nazario VAMPETA Marcos VINICIO Luis De Menezes ZE’ MARIA Josè Marcelo Ferreira ZE’ ELIAS Moedin Josè

DANIMARCA (DEN) HELVEG Thomas NIELSEN Harald

FRANCIA (FRA)

HITCHENS Gerald INCE Paul

PORTOGALLO (POR)

IRLANDA (IRL)

CONCEICAO Sergio FIGO Luis Filipe Madeira Caiero HUMBERTO Giorgio Raggi MANICHE Nuno Ricardo de Oliveira Ribeiro PELE’ Vitor Hugo Gomes Passos SOUSA Paulo

PANCEV Darko

ROMANIA (ROM)

TURCHIA (TUR)

MONTENEGRO (MNE)

CHIVU Cristian Eugen MUTU Adrian SIMATOC Nikolas

EMRE Belozoglu OKAN Buruk SUKUR Hakan

FATIC Ivan

RUSSIA (RUS)

UNGHERIA (HUN)

SHALIMOV Igor

FILKOR Attila GARAY Tibor NYERS Istvan SCHOENFELD Enrico

GERMANIA (GER)

NIGERIA (NGR)

CILE (CHI)

BREHME Andreas KLINSMANN Jurgen MATTHAEUS Lothar MULLER Hansi RUMMENIGGE Karl Heinz SAMMER Mathias SZYMANIAK Horst

ELIAKWU Isah KANU Nwankwo MARTINS Obafemi WEST Taribo

CORDOBA Ivan Ramiro RIVAS Nelson Enrique Lopez

COSTA D’AVORIO (CIV) DOMORAUD Ciryl

CROAZIA (CRO) SIMIC Dario

CHOUTOS Lampros GEORGATOS Grigorios KARAGOUNIS Giorgios

HONDURAS (HON) SUAZO Oscar David Velasquez

SVIZZERA (SUI)

PERU’ (PER)

MAA BOUMSONG Daniel WOME Pierre Nlend

GRECIA (GRE)

IBRAHIMOVIC Zlatan LINDSKOG Bengt SKOGLUND Lennart SLAVKOVSKI Goran

INGHILTERRA (ENG)

CAMERUN (CMR)

COLOMBIA (COL)

SVEZIA (SWE)

ENGLER Oscar FURTER HOPF Carlo Alfred KUMMER Werner MARKTL Hernst Xavier MULLER Henry NEUDECKER NIEDERMANN PETERLY I Ernest PETERLY II Alfred RIETMANN Ugo SCHULER SFORZA Ciriaco STREIT Carlo VONLANTHEN Roger WINTER Max WOELKEL Arnaldo YENNI ZOLLER Alfredo

ANGLOMA Jocelyn BELAID Tijani BIABIANY Jonathan Ludovic BLANC Laurent BONIFACI Antoine BRECHET Jeremie CAUET Benoit DABO Ousmane DACOURT Olivier DALMAT Stephane DJORKAEFF Youri FREY Sebastien LAMOUCHI Sabri SILVESTRE Mickael VIEIRA Patrick

JIMENEZ Luis Antonio Garces PIZARRO David Marcelo Cortes ZAMORANO Ivan

FIRMANI Edwing

BRADY Liam KEANE Robbie

MACEDONIA (MKD)

OLANDA (NED) BERGKAMP Dennis DAVIDS Edgar JONK Wim SEEDORF Clarence VAN DER MEYDE Andy WILKES Faas WINTER Aron

BENITEZ Victor

SERBIA (SER) JUGOVIC Vladimir MIHAJLOVIC Sinisa STANKOVIC Dejan

SIERRA LEONE (SLE) KALLON Mohamed

SLOVACCHIA (SVK) GRESKO Vlatislav

PARAGUAY (PAR)

SPAGNA (ESP)

BAVASTRO Giulio GAMARRA Carlos Alberto

FARINOS Francisco Javier PEIRO’ Joaquim SUAREZ Luisito

URUGUAY (URU) CACCIAVILLANI Washington FACCIO Ricardo FRIONE I Ricardo FRIONE II Francisco MASCHERONI Ernesto PACHECO Antonio PEDEMONTE Luis Alberto PORTA Roberto RECOBA Alvaro RIBAS Sebastian Cesar Helios RIVAS Martin SCARONE Hector SORONDO Gonzalo SOSA Ruben Ardaiz VOLPI Tommaso Luis ZAPIRAIN Bibiano

vol. 2

COECK Ludo MAAROUFI Ibrahim SCIFO Vincenzo

BRASILE (BRA)

SUD AFRICA (RSA)

87

vol. 2

Inter Clubs decorate Pinetina for Centenary

vol. 2

88

89

vol. 2

centenary celebrations at the meazza

vol. 2

90

91

Centenary

gala photos

Massimo Moratti raises glasses with Milan mayor Letizia Moratti

vol. 2

Massimo Moratti addresses the Centenary gala guests

vol. 2

92

93

exhibition match for centenary

Ruben Sosa with same enthusiasm as ever

The ex-Inter players gather for a group photo after Sunday’s exhibition match

All smiles on the bench

Gianfranco Bedin emerges from the dressing room

vol. 2

Roberto Mancini in action with the stars of Inter’s past

94

vol. 2

Stars of the past in action for the Centenary

95

starsofthepastbackinaction

Evaristo Beccalossi protects the ball from Benny Carbone

Youri Djorkaeff

Ivan Zamorano back in black ‘n blue Youri Djorkaeff wearing the specially designed Centenary shirt with gold logos

Stars of the past reunited at the Giuseppe Meazza

Sinisa Mihajlovic and Evaristo Beccalossi make their way to the pitch

vol. 2

Benny Carbone and Sinisa Mihajlovic

vol. 2

96

97

the official website www.inter.it

find out what’s going on with your fingger

vol. 2

news photos data archieve interview club history

images & data source for this unofficial digital magz

vol. 2

We support inter.it the tusted site:

98

99

//nextvolume match2match result 2007-08 goals season review

transfer updates issue updates next season preview

http://kromes.wordpress.com

Related Documents

00 Lq
November 2019 13
01c1wave Lq
November 2019 8
Interina_vol_2 Lq
November 2019 18
Airdryers1.lq
May 2020 18
Lq Pdrb.docx
December 2019 12
Summer Rain Lq
November 2019 0