Info Umum Ekosistem Kawasan Danau Toba

  • Uploaded by: Cativa Djuwana
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Info Umum Ekosistem Kawasan Danau Toba as PDF for free.

More details

  • Words: 4,485
  • Pages: 10
Informasi Umum tentang Ekosistem Kawasan Danau Toba Letak dan Luas Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba seluas lebih kurang 369.854 Ha, yang terdiri dari 190.314 Ha daratan di pulau Sumatera (keliling luar danau), 69.280 Ha daratan pulau Samosir (di tengah danau) dan 110.260 Ha berupa perairan Danau Toba-nya sendiri (luas permukaannya). Secara geografis EKDT terletak antara koordinat 2o 10’ LU – 3o 0’ LU dan 98o 20” BT – 99o 50” BT. Ekosistem kawasan Danau Toba terletak di pegunungan Bukit Barisan Propinsi Sumatera Utara. Menurut wilayah administrasi pemerintahan, EKDT meliputi 7 (tujuh) Kabupaten yaitu (1) Kabupaten Tapanuli Utara, (2) Kabupaten Humbang Hasundutan, (3) Kabupaten Toba, (4) Kabupaten Samosir, (5) Kabupaten Simalungun, (6) Kabupaten Karo, dan (7) Kabupaten Dairi.

Topografi Permukaan Danau Toba terletak pada ketinggian 903 meter dpl, sedangkan DTA Danau Toba ini berada pada ketinggian sampai dengan 1.981 meter dpl Kondisi topografi pada EKDT ini didominasi oleh perbukitan dan pegunungan, dengan kelerengan lapangan dari datar (kemiringan lahan 0 - 8 %), landai (kemiringan lahan 8 – 15 %), agak curam (kemiringan lahan 15 - 25 %), curam (kemiringan lahan 25 - 45 %), sangat curam sampai dengan terjal (kemiringan lahan > 45 %). Daerah yang datar meliputi lebih kurang 27,2 % dari total DTA, daerah yang landai 30,6 %, daerah yang agak curam 24,0 %, daerah curam 16,5 % dan daerah yang sangat curam sampai terjal lebih kurang 1,7 % dari total DTA. Jenis Tanah Berdasarkan pada Klasifikasi Tanah menurut Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (BRLKT) Wilayah I, Medan 1987, maka DTA Danau Toba di bagian timur merupakan jenis tanah Kompleks Litosol dan Regosol yang sangat peka terhadap erosi, bagian tenggara jenis Podsilik Coklat (peka erosi) dan jenis tanah kompleks pegunungan. Di bagian barat DTA ini jenis tanah podsolik coklat (peka erosi), sedangkan di Pulau Samosir jenis tanahnya sebagain besar merupakan jenis tanah Brown Forest (agak peka erosi). Iklim Tipe Iklim Menurut Klasifikasi Iklim Oldeman maka EKDT termasuk ke dalam tipe iklim B1, C1, C2, D2, dan E2. Dengan demikian bulan basah (Curah Hujan ≥ 200 mm/bulan) berturut-turut pada kawasan ini bervariasi antara kurang dari 3 bulan sampai dengan 7 – 9 bulan, sedangkan bulan kering (Curah Hujan ≤ 100 mm/bulan) berturut-turut antara 2 – 3 bulan. Berdasarkan Klasifikasi iklim menurut Scmidt dan Ferguson maka EKDT ini termasuk ke dalam tipe iklim A, B dan C. Curah Hujan Dari tujuh stasiun penakar hujan yang terdapat di EKDT ini (Parapat, Sidamanik, Situnggaling, Balige, Siborong-borong, Dolok Sanggul, dan Pangururan) diketahui bahwa curah hujan tahunan di kawasan ini berkisar antara 2.200 sampai dengan 3.000 mm/tahun. Puncak musim hujan terjadi pada bulan November-Desember dengan curah hujan antara 190 – 320 mm/bulan. Sedangkan puncak musim kemarau terjadi selama bulan Juni-Juli dengan curah hujan berkisar antara 54 – 151 mm/bulan. Suhu dan Kelembaban Udara serta Evaporasi Suhu udara bulanan di EKDT ini berkisar antara 18,0 – 19,7 0C di Balige dan antara 21,0 – 20,0 di Sidamanik. Suhu udara selama musim kemarau cenderung agak lebih tinggi dibandingkan dengan selama musim hujan. Sedangkan angka kelembaban tahunannya berkisar antara 79 – 95 %. Pada bulan-bulan musim kemarau kelembaban udara cenderung agak rendah dibandingkan pada bulanbulan musim hujan. Evaporasi bulanan di EKDT ini berkisar antara 74 - 88 mm/bulan. Angka evaporasi selama musim-musim kemarau cenderung lebih tinggi dibandingkan selama musim hujan.

Dokumen LTEMP No: 0401

Hidrologi Kondisi Hidrologi Danau Toba Air yang masuk ke dalam Danau Toba berasal dari (1) Air Hujan yang langsung jatuh di Danau Toba, (2). Air yang berasal dari sungai-sungai yang masuk ke dalam danau. Di sekeliling danau terdapat 19 Sub DTA yang merupakan daerah tangkapan air 19 sungai yang masuk ke dalam danau. Sungai-sungai tersebut adalah : S. Sigubang, Bah Bolon, Sungai Guloan, S. Arun, S. Tomok, S. Pulau Kecil/Sibandang, S. Halian, S. Simare, S. Aek Bolon, S. Mandosi, S. Gongpan, S. Bah Tongguran, S. Mongu, S. Kijang, S. Sinabung, S. Ringo, S. Prembakan, S. Sipultakhuda dan S. Silang. Pada kondisi hujan normal masukan air dari sungai-sungai tersebut berkisar antara 41,613 m3/det pada bulan Juli (puncak musim kemarau) sampai dengan 124,914 m3/det pada bulan November (puncak musim hujan). Pada tahun kering 1997, debit aliran masuk ke dalam danau dari sungaisungai tersebut berkisar antara 8,56 m3/det pada bulan Januari sampai dengan 62,539 m3/det pada bulan April. Sedangkan pada tahun basah 1999, debit aliran masuk ke dalam danau dari sungaisungai tersebut berkisar antara 83,535 m3/det pada bulan Agustus sampai dengan 493,812 pada bulan Mei. Pada kondisi hujan normal (tahun1991) masukan air yang berasal dari curah hujan langsung ke dalam danau berkisar antara 1,1 mm pada bulan Februari sampai dengan 8,2 mm pada bulan Mei. Pada tahun kering 1997, jumlah air masuk ke dalam danau dari curah hujan langsung tersebut berkisar antara 1,1 pada bulan April sampai dengan 5,5 mm pada bulan Desember. Sedangkan pada tahun basah 1999, debit aliran masuk ke dalam danau dari sungai-sungai tersebut berkisar antara 1,0 mm pada bulan Februari sampai dengan 2,9 mm pada bulan September dan November. Berdasarkan pengamatan selama 14 tahun (1986 – 1999) tercatat bahwa tinggi rata-rata buma air bulanan Danau Toba ini berkisar antara 903,65 m dpl (bulan September) sampai dengan 904,04 m dpl (bulan Mei). Sedangkan tinggi muka air maksimum bulanan berkisar antara 904,62 m dpl (bulan September) sampai dengan 905,23 m dpl. (bulan Mei). Tinggi muka air minimum bulanan berkisar antara 902, 28 m dpl (bulan Agustus) sampai dengan 902,88 m dpl. (bulan Februari). Kisaran paling lebar tinggi muka air danau bulanan antara 902,28 m dpl – 905,23 m dpl, dengan demikian perbedaan tinggi muka air danau maksimum-minimum paling lebar yang terjadi selama periode ini sebesar 2,95 meter. Rata-rata debit pelepasan air bulanan dari Danau Toba ini berkisar antara 85,47 m3/det (bulan November) sampai dengan 94,59 m3/det (bulan April). Sedangkan debit pelepasan air maksimum bulanannya berkisar antara 107,6 m3/det (bulan November) sampai dengan 183,1 m3/det (bulan April). Debit pelepasan air minimum bulannya berkisar antara 21,1 m3/det (bulan Agustus) sampai dengan 41,7 m3/det (bulan September).

Penggunaan/Pemanfaatan dan Penutupan Lahan Dari hasil pengkajian teknis PSDA & PLHDT oleh LP ITB (2001), eksisting penggunaan dan penutupan lahan di DTA Danau Toba ini (TABEL 3.7.), terdiri dari hutan alam, hutan rapat, hutan tanaman, hutan jarang dan kebun campuran, semak-belukar, resam, tanaman semusim, persawahan dan lahan terbuka (permukiman, bangunan lain, lahan terbuka, padang rumput dan alang-alang. Hutan Alam/Hutan Rapat Hutan alam/hutan rapat yang terdapat di DTA Danau Toba hanya mencapai luasan 13,47% dari total luas DTA. Sebagian besar berada dalam Kawasan Lindung yang telah ditata batas dan dikukuhkan, serta sebagian lagi berada dalam areal Hutan Produksi dan Hutan Produksi Terbatas. Hutan alam dan hutan rapat sangat mendukung kegiatan wisata alam, perlindungan flora dan fauna serta sistem penyangga kehidupan.

Dokumen LTEMP No: 0401

Dilihat dari struktur dan komposisi tegakannya, hutan alam yang terdapat di DTA Danau Toba merupakan hutan alam tropis basah dataran tinggi dengan jenis-jenis pohon dominan dari jenis Dipterocarpaceae.

Hutan tanaman/hutan jarang/kebun campuran Hutan tanaman mempunyai batas-batas yang jelas berupa batas alam (punggung gunung dan sungai/jurang) serta batas buatan (jalan, jalur dan batas). Hutan Tanaman Industri yang dikelola oleh PT. Inti Indorayon Utama (sekarang PT. Toba Pulp Lestari Tbk) yang berada di Kecamatan Harian Boho, hutan tanaman penggantian jenis di Onan Runggu dan Simanindo serta hutan tanaman hasil reboisasi yang dilaksanakan oleh cabang Dinas Kehutanan XII Toba Samosir. Jenis-jenis pohon hutan tanaman terdiri dari angsana, beringin, cemara, eukaliptus, mahoni, kaliandra, kemiri, johar, mindi, palu, pinus dan suren. Hutan jarang berupa hutan alam yang telah dieksploitasi dengan sistem Tebang Pilih Tanaman Indonesia (TPTI) dalam areal Hutan Produksi seperti di Kecamatan Merek dan Harian Boho. Kebun campuran merupakan budidaya tanaman keras yang dilakukan oleh penduduk disekitar permukiman dan ditepi hutan secara terpencarpencar. Kebun campuran yang terdapat DTA ini merupakan kebun yang diusahakan masyarakat setempat yangt ditanami dengan berbagai jenis tanaman perkebunan dan buah-buahan. Berbagai jenis tanaman yang terdapat dalam kebun campuran adalah alpukat, aren, bambu, belimbing, cengkeh, coklat, dadap, durian, gamal, jambu mente, jarak, jengkol, jeruk, kapuk, kecapi, kelapa, kemiri, kopi, kayu manis, mangga, nangka, petai cina, petai, pinang, rambutan, sawit, sawo dan sirsak. Luas hutan tanaman dan kebun campuran pada DTA Danau Toba ini lebih kurang 13,68 % dari total luas DTA.

Semak/belukar muda/resam Lahan yang berupa semak/belukar muda dan resam pada DTA ini lebih kurang 15,09 % dari total luas DTA. Lahan yang berupa semak belukar ini terdapat pada daerah-daerah yang berlereng terjal dan berbatu atau areal yang relatif datar. Semak belukar yang terdapat di areal yang terjal umumnya didominasi oleh tumbuhan Paku resam dan di beberapa tempat seperti lereng terjal di sekitar air terjun Sipiso-piso didominasi oleh tumbuhan perlu Kaliandra. Sedang belukar pada areal yang relatif datar umumnya diusahakan untuk tanaman perkebunan oleh masyarakat setempat, terutama tanaman kopi.

Lahan Tanaman semusim Pada DTA Danau Toba ini juga terdapat lahan yang diusahakan oleh masyarakat setempat untuk usaha tani lahan kering. Di lahan usaha tani lahan kering ini masyarakat membudidayakan tanaman semusim (palawija dan sayur-sayuran). Sebagian besar diusahakan pada tempat datar, sebagian kecil disela-sela bukit yang berlereng curam yang tanahnya masih subur. Dalam mengelola tanah, sebagian petani masih belum menerapkan metode konservasi tanah. Hal ini tampak dari tidak dibuatnya teras pada lahan miring, atau pembuatan teras yang kurang baik, masih melakukan pembakaran dalam pembersihan lahan dan belum membudayakan pergantian tanaman atau peristirahatan tanah. Hal tersebut mengakibatkan erosi tanah yang cukup hebat pada lerenglereng yang curam, serta menurunnya kesuburan tanah sehingga banyak lahan yang terlantar. Luas lahan tanaman semusim ini lebih kurang 36,39 % dari total luas DTA Danau Toba. Disamping petani yang belum memperhatikan konservasi tanah, sebagian petani telah mengerti dan menerapkan pola-pola yang mengarah pada pemanfaatan ruang optimal, pengawetan kesuburan tanah serta diversifikasi jenis tanaman dengan pola tumpang sari. Demikian pula pada beberapa tempat kelompok masyarakat dengan sadar telah berupaya untuk mempertahankan daerah-daerah tertentu yang dianggapnya dapat melindungi atau sebagai penyangga dari kegiatan usaha tani mereka. Berbagai jenis tanaman budidaya yang diusahakan di antaranya, singkong, ketela, jagung, kacang tanah, kedelai, cabai, terong, tomat, bayam dan sebagainya.

Dokumen LTEMP No: 0401

Lahan terbuka Lahan terbuka yang dimaksud disini adalah terdiri dari permukiman, bangunan lain (hotel, restoran, pembukaan lahan, padang alang-alang dan rumput. Alang-alang dan rumput terdapat pada tempattempat yang relatif datar dan sebagian kecil dipunggung-punggung bukit. Alang-alang dan rumput yang cukup luas terdapat di Kecamatan Pangururan dan Simanindo. Hal ini berkaitan erat dengan pemanfaatan lahan sebagai areal penggembalaan ternak sapi, kerbau dan kambing. Yang dimaksud dengan pembukaan lahan meliputi pembukaan lahan untuk persiapan budidaya tanaman semusim, pembangunan Hutan Tanaman Industri, pengambilan gambut dan persiapan lapangan untuk penggantian jenis pohon. Permukiman dan bangunan lain terkonsentrasi pada daerah-daerah subur untuk pertanian, aksesibilitas tinggi atau mempunyai akses terhadap kegiatan wisata.

Sawah Persawahan di DTA Danau Toba umumnya berada di daerah yang relatif datar akan tetapi di beberapa lokasi berada disela-sela bukit. Persawahan tersebar hampir di seluruh Kecamatan kecuali Kecamatan Dolok Pardamean dan Sidamanik. Sawah paling luas terdapat di Kecamatan Balige, Silaen dan Porsea. Habitat, Flora dan Fauna EKDT merupakan habitat (tempat hidup) berbagai jenis flora dan fauna (biota) baik yang masih liar maupun yang telah dibudidayakan manusia. Secara umum habitat EKDT dapat dikelompokkan menjadi 2 tipe habitat yaitu (1) habitat daratan kawasan Danau toba yang berupa Pulau Samosir dan daratan di sekeliling luar danau dalam cakupan DTA Danau Toba, dan (2) habitat perairan Danau Toba. Habitat Daratan Habitat daratan EKDT dapat diklasifikasikan menjadi 6 tipe habitat yaitu ; (1) habitat hutan alam/hutan rapat, (2) habitat hutan tanaman dan kebun campuran, (3) habitat semak-belukar, (4) habitat tanaman semusim, (5) habitat persawahan dan (6) habitat permukiman dan lahan terbuka/padang rumput.

Habitat Hutan Alam/Hutan Rapat

Habitat hutan alam yang terdapat di DTA Danau Toba sebagian besar berada dalam Kawasan Lindung serta sebagian lagi berada dalam areal Hutan Produksi dan Hutan Produksi Terbatas. Habitat hutan alam dan hutan rapat sangat mendukung kegiatan wisata alam, perlindungan flora dan fauna serta sistem penyangga kehidupan. Dilihat dari struktur dan komposisi tegakannya, hutan alam yang terdapat di DTA Danau Toba merupakan hutan alam tropis basah dataran tinggi dengan jenis-jenis pohon diantaranya meranti , kapur , keruing, puspa, manggis hutan, kayu raja, pinus dan vegetasi lainnya berupa liana, epifit, zingiberaceae, sedang jenis-jenis satwa yang terdapat di habitat hutan rapat ini diantaranya ; burung rangkong, elang, kuau, burung hantu, beo, monyet, beruk, siamang, kancil, kucing hutan, macan dahan, babi hutan, biawak dan sebagainya. Di hutan alam Gunung Sipiso-piso didominasi oleh pohon Hoting Batu (Querqus sp). Jenis pohon ini mencapai diameter > 50 cm dan tingginya mencapai 35 meter, dengan penutupan tajuk mencapai 90 % (Kapisa dan Sapulete, 1989). Jenis lain yang banyak terdapat di hutan alam Gunung Sipiso-piso ini adalah Atuang (Semecarpus, sp), Sona, Dakkap dan Kamboang.

Dokumen LTEMP No: 0401

Hutan tanaman/hutan jarang/kebun campuran Habitat hutan tanaman pada EKDT Danau Toba ini merupakan Hutan Tanaman Industri (HTI) yang dikelola oleh PT. Inti Indorayon Utama (sekarang PT. TPL Tbk) yang berada di Kecamatan Harian Boho, hutan tanaman penggantian jenis di Onan Runggu dan Simanindo serta hutan tanaman hasil reboisasi yang dilaksanakan oleh cabang Dinas Kehutanan XII Toba Samosir. Jenis-jenis pohon hutan tanaman ini terdiri dari angsana, beringin, cemara, ekaliptus, mahoni, kaliandra, kemiri, johar, mindi, palu, pinus dan suren. Hutan jarang berupa hutan alam yang telah dieksploitasi dengan sistem Tebang Pilih Tanaman Indonesia (TPTI) dalam areal Hutan Produksi seperti di Kecamatan Merek dan Harian Boho. Habitat hutan tanaman ini mendukung berbagai jenis satwa/fauna, terutama berbagai jenis-jenis burung pemakan serangga dan biji seperti kutilang, sikatan, tekukur, bubut, beo, kucica dan sebagainya. Beberapa jenis mamalia yang sering dijumpai pada habitat hutan tanaman ini diantaranya tupai, kera ekor panjang. Habitat kebun campuran ini berada ditepi hutan secara terpencar-pencar. Jenis tanaman yang terdapat dalam kebun campuran adalah alpukat, aren, bambu, belimbing, cengkeh, coklat, dadap, durian, gamal, jambu mente, jarak, jengkol, jeruk, kapuk, kecapi, kelapa, kemiri, kopi, kayu manis, mangga, nangka, petai cina, petai, pinang, rambutan, sawit, sawo dan sirsak. Jenis-jenis tanaman yang terdapat pada kebun campuran ini mendukung kehidupan berbagai jenis satwa/fauna yang terdapat pada habitat ini terutama jenis-jenis burung pemakan serangga dan biji seperti kutilang, sikatan, tekukur, bubut, beo, kucica dan sebagainya.

Tanaman semusim dan semak/belukar muda/resam Habitat tanaman semusim ini merupakan lahan yang telah diusahakan masyarakat setempat untuk usaha tani tanaman semusim seperti : singkong, ketela, jagung, kacang tanah, kedelai, cabai, terong, tomat, bayam dan sebagainya. Sedangkan habitat semak belukar yang terdapat pada DTA Danau Toba ini merupakan lahan yang tertutup oleh semak belukar dan jenis tanaman Paku Resam dan Kaliandra. Habitat semak belukar ini terdapat pada daerah yang lereng curam dan sebagian juga terdapat pada daerah datar. Habitat semak-belukar ini kurang dapat mendukung kehidupan fauna di kawasan ini.

Habitat permukiman, Lahan terbuka dan Padang Alang-alang Tipe habitat ini terdiri dari kawasan permukiman, padang alang-alang dan rumput. Alang-alang dan rumput terdapat pada tempat-tempat yang relatif datar dan sebagian kecil dipunggung-punggung bukit. Alang-alang dan rumput yang cukup luas terdapat di Kecamatan Pangururan dan Simanindo. Habitat padang alang-alang ini sangat mendukung sebagai areal penggembalaan ternak sapi, kerbau dan kambing.

Habitat Persawahan Habitat persawahan di DTA Danau Toba sebagian besar terdapat di daerah yang relatif datar akan tetapi dibeberapa lokasi berada disela-sela bukit. Persawahan tersebar hampir diseluruh Kecamatan kecuali Kecamatan Dolok Pardamean dan Sidamanik. Habitat persaawahan ini paling luas terdapat di Kecamatan Balige, Silaean dan Porsea. Berbagai jenis satwa yang terdapat di areal persawahan ini terutama jenis-jenis burung pemakan biji dan serangga seperti burung pipit, gelatik, bubut, tekukur dan sebagainya.

Habitat Perairan Danau Toba Danau Toba yang terletak pada ketinggian sekitar 903 m dpl. Dikelilingi oleh perbukitan yang kebanyakan telah gundul. Menurut sejarah kejadiannya, danau ini merupakan danau vulkanotektonik. Danau ini terbentuk kira-kira 300.000 tahun yang lalu yang diakibatkan oleh letusan gunung api dan amblasnya tanah secara tektonik. Letusan tersebut membentuk lubang letusan

Dokumen LTEMP No: 0401

berbentuk kawah raksasa sehingga terjadilah sebuah danau. Bagian yang tidak runtuh terbentuk menjadi satu pulau hingga saat ini yang dikenal dengan Pulau Samosir. Oleh sebab itu maka kebanyakan pantai Danau Toba berbentuk curam. Danau ini merupakan danau oligotropik (perairan kurus dan dalam) dengan bagian yang subur terdapat di sekitar cekungan Pangururan, Porsea, dan Prapat. Perairan danau ini terletak di atas tanah andesit dan leterit yang kekurangan mineral terlarut, memiliki kandungan besi yang tinggi, sedangkan unsur N, P dan Ca sangat rendah. Danau ini memiliki kandungan air seluas 1.146 km2 atau sekitar 2.860.000 ton air yang berasal dari mata air dan 19 sungai yang telah disebutkan terdahulu. Satu-satunya sungai yang bersumber dari danau ini adalah S. Asahan yang mengalir di wilayah Kabupaten Asahan dan dipergunakan sebagai pembangkit tenaga listrik (PLTA) Asahan. Di dalam perairan danau ini terdapat berbagai jenis ikan baik ikan endemik (asli) maupun ikan yang diintrodusi ke perairan ini yang merupakan hasil budidaya (penebaran, kertamba maupun jaring apung. Jenis ikan yang merupakan jenis ikan endemik yang keberadaannya saat ini hampir punah adalah Ikan Batak terdiri dari dua spesies yaitu : Lissochilus sumatranus dan Labeobarbus soro. Di perairan danau ini juga terdapat remis yang endemik yang dikenal namanya sebagai Remis Toba (Corbicula tobae). Sedangkan berbagai jenis ikan lain yang alami maupun hasil budidaya yang bukan endemis adalah : ikan Mas, Mujair, Nila, Tawes, Lele, Gabus dan sebagainya. Di perairan Danau Toba juga terdapat berbagai jenis tumbuhan air seperti berbagai jenis ganggang dan enceng gondok. Keberadaan tumbuhan enceng gondok ini pada saat ini sangat mengkhawatirkan dilihat dari perkembangan pertumbuhan dan penyebarannya. Total luas permukaan danau yang tertutup enceng gondok telah mencapai 381,8 hektar, mencakup lebih kurang 23 kecamatan di 3 wilayah kabupaten yaitu Tapanuli Utara, Toba samosir dan Simalungun. Kondisi yang paling parah terdapat di perairan danau yang masuk ke dalam wilayah kabupaten Simalungun.

Deskripsi Kondisi Sosial Ekonomi Kawasan Ekosistem Danau Toba Memahami kondisi sosial ekonomi masyarakat di sekitar kawasan ekosistem Danau Toba dapat dilihat dari aspek mata pencaharian, pendidikan, kesehatan, prasarana dan sarana pendukung. Dari aspek sosial budaya, masyarakat di kawasan tersebut hidup dalam beragam marga dan tradisi yang tetap dipegang teguh hingga kini. Kearifan lokal tersebut banyak mewarnai seluk beluk masyarakat sehingga tidak dapat diabaikan dalam menyusun perencanaan pembangunan setempat. Kegiatan perekonomian sebagian besar masyarakat di Kawasan Danau Toba masih mengandalkan pada sektor pertanian, termasuk kegiatan peternakan dan perikanan. Ditinjau dari karakteristik budidaya pertanian yang dilakukan, umumnya dilakukan pada lahan kering untuk budidaya tanaman pangan, tanaman perkebunan dan kehutanan. Sementara pengusahaan kegiatan pertanian pada lahan basah hanya dilakukan untuk tanaman pangan.

Kependudukan Jumlah dan Kepadatan Penduduk Penduduk yang bermukim di dalam Kawasan Danau Toba secara administratif tersebar di 490 desa dan kelurahan dari 35 wilayah kecamatan, yang meliputi 9 kecamatan di Kabupaten Toba Samosir, 3 kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara, 2 kecamatan di Kabupaten Dairi, 1 kecamatan di Kabupaten Karo, dan 7 kecamatan di Kabupaten Simalungun, 8 kecamatan di Kabupaten Samosir dan 5 kecamatan di Kabupaten Humbang Hasundutan. Menurut statistic tahun 2000, jumlah penduduk yang bermukim di Kawasan Danau Toba sebanyak 656.872 jiwa yang menempati areal seluas 5.814, 39 Km2. Jumlah penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Sidamanik, yakni hampir mencapai 7,4% dari total penduduk di kawasan Danau Toba. Adapun jumlah penduduk di Kecamatan Balige, Porsea, Lumban

Dokumen LTEMP No: 0401

Julu, Pangururan, Siborong-borong, Lintongnihuta, dan Dolok Sanggul masing-masing tercatat lebih dari 5% dari total penduduk di kawasan tersebut. Kecuali di Kecamatan Sidamanik dan Pangururan, konsentrasi penduduk di kecamatan-kecamatan tersebut terutama disebabkan oleh lokasinya yang dilintasi oleh jalur jalan Trans-sumatera yang menghubungkan kota Medan dengan kota-kota besar di arah Selatan. Di antara kecamatan-kecamatan pada jalur lalu lintas Trans-Sumatera, Kecamatan Balige dan Porsea tercatat mempunyai jumlah penduduk tertinggi. Faktor lain yang ikut mempengaruhi tingginya jumlah penduduk di KEcamatan Balige adalah pertumbuhan sektor industri dan jasa pariwisata, sedangkan di Porsea disebabkan oleh keberadaan industri berskala besar seperti pabrik pulp dan rayon , PT Inti Indorayon Utama dan PLTA Asahan. Sosial Ekonomi Kegiatan perekonomian sebagian besar masyarakat di Kawasan Danau Toba meliputi tanaman pangan semusim dan tanaman keras. Tanaman pangan yang diusahakan pada lahan basah adalah padi sawah. Pengusahaan padi sawah berpengairan dilakukan pada lahan yang relatif luas, yakni dengan luas panen di atas 1,500 Ha, diantaranya di Kecamatan Balige, Laguboti, Silaen, Porsea dan Lumban Julu di Kabupaten Toba Samosir; sert di Kecamatan Siborong-borong, Lintongnihuta, Dolok Sanggul, dan Muara di Kabupaten Tapanuli Utara, yang semuanya berada di daratan Sumatera, di bagian Selatan dan Barat Kawasan Danau Toba. Di Utara dan Timur Kawasan Danau Toba, penanaman padi sawah yang relatif luas ditemukan di Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo seluas 1.332 Ha dan Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun seluas 4.264 Ha. Sedang kegiatan pertanian pada lahan basah di daratan Pulau Samosir umumnya adalah pertanian berpengairan sederhana dan tadah hujan. Luas lahan yang digunakan masyarakat untuk kegiatan usaha tani sawah di Pulau Samosir paling luas terdapat di Kecamatan Pangururan, yaitu 1.391 Ha, sedang lahan tersempit terdapat di Kecamatan Onan Runggu yakni pada lahan seluas 562 Ha. Budidaya tanaman semusim pada lahan kering di Kawasan Danau Toba yang termasuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Toba Samosir sebagian besar di atas 80%, bahkan di Kecamatan Harian mencapai 99,07% dari seluruh budidaya tanaman semusim yang dilakukan oleh masyarakat setempat, kecuali kegiatan di Kecamatan Silaen, Balige, dan Laguboti yang berkisar antara 65,94% hingga 73,65%. Di kecamatan Siborong-borong, Lintongnihuta, Dolok Sanggul, dan Muara di Kecamatan Tapanuli Utara kegiatan pertanian pengolahan lahan untuk tanaman semusim dilakukan pada 84% sampai dengan 90,51% dari seluruh lahan pertanian tanaman semusim pada lokasi tersebut. Di Kabupaten Dairi, budidaya tanaman semusim pada lahan kering relatif rendah, meliputi 70,33% dari seluruh kegiatan pertanian tanaman semusim. Berbeda halnya dengan kegiatan tersebut di Kecamatan Tiga Panah di Kabupaten Karo yang mencapai 98,41% dari seluruh kegiatan tanaman semusim setempat. Di bagian Timur Kawasan Danau Toba, pengusahaan lahan kering untuk kegiatan pertanian tanaman semusim yang meliputi 84,39% hingga 97,45% dari seluruh kegiatan budidaya tanaman semusim terdapat di Kecamatan Silimakuta, Purba, Dolok Pardamean, dan Girsang Sipangan Bolon, sementara di Kecamatan Sidamanik hanya mencakup 55,62% dari seluruh pengusahaan lahan pertanian tanaman pangan semusim. Usaha tani tanaman semusim pada lahan kering meliputi tanaman padi ladang, palawija, dan sayuran. Pada sebagian besar lokasi di Kawasan Danau Toba, total produksi padi ladang jauh melampaui total produksi padi sawah dan hanya sebagian kecil lokasi yang menghasilkan padi sawah lebih banyak daripada ladang, misalnya di Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun di mana produksi padi sawah pada tahun 1999 tercatat sebanyak 184 ton. Keadaan ini diperkirakan juga akan ditemukan pada kecamatan-kecamatan dengan areal budidaya padi sawah yang luas, yaitu yang umumnya terletak di bagian Selatan Kawasan Danau Toba.

Dokumen LTEMP No: 0401

Untuk tanaman palawija, tanaman jagung merupakan komoditi paling dominan. Hal tersebut sejalan dengan perkembangan usaha pemeliharaan ikan di mana jagung merupakan bahan pokok untuk campuran pakan ikan. Produksi tanaman palawija lainnya yang dihasilkan antara lain adalah kacang tanah, kacang panjang, kacang kedelai, kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar. Sedang pada kelompok sayuran tanaman banyak diusahakan meliputi bawang merah, cabe, kubis, sawi, tomat, dan bawang putih. Selain mengandalkan kegiatan ekonomi pada budidaya tanaman semusim, petani di Kawasan Danau Toba juga memiliki penghasilan lainnya yaitu produksi tanaman buah-buahan. Buah-buahan produksi setempat yang banyak diminati bahkan oleh masyarakat dari luar daerah diantaranya adalah durian. Buah-buahan lain yang dihasilkan diantaranya duku/langsat, rambutan, jeruk, jambu biji, mangga, belimbing, nenas dan alpukat. Peternakan Kegiatan masyarakat di Kawasan Danau Toba pada sektor peternakan meliputi kegiatan pemeliharaan ternak besar, ternak kecil, dan unggas. Jenis ternak besar yang paling banyak dipelihara oleh masyarakat peternak di wilayah yang termasuk dalam Kabupaten Toba Samosir adalah kerbau dengan total populasi pada tahun 1999 berjumlah 30.305 ekor. Ternak besar lainnya adalah sapi dengan populasi sebesar 5.097 ekor dan kuda sebanyak 1.945 ekor. Ternak kecil yang dibudidaya di wilayah tersebut eliputi kambing sebanyak 15.646 ekor, domba sebanyak 2.283 ekor, dan babi sebanyak 12.867 ekor. Produksi dari kegiatan pemeliharaan ternak besar dan kecil berupa daging dari ternak yang dipotong. Pada tahun 1999, Kabupaten Toba Samosir memproduksi daging kerbau sebanyak 841,97 ton, daging sapi sebanyak 153,24 ton, daging kuda tercatat sebanyak 16,32 ton, daging kambing dan domba digabung menjadi 100,87 ton dan daging babi 221,09 ton. Pengusahaan ternak unggas oleh masyarakat Kabupaten Toba Samosir meliputi ternak ayam dan itik manila dengan hasil produksi berupa daging dan telur. Produksi dari ternak unggas yang dihasilkan pada tahun 1999 adalah ayam dan itik masing-masing sebanyak 336,499 ton dan 23,39 ton, telur ayam berjumlah 773,11 ton dan telur itik 251,662 ton. Sperti halnya kegiatan peternakan di wilayah yang termasuk Kabupaten Toba Samosir, di Kabupaten Tapanuli Utara pemeliharaan ternak besar didominasi oleh populasi ternak kerbau yang tercatat sebanyak 11.850 ekor, di mana 85 ekor diantaranya merupakan ternak bantuan pemerintah. Di wilayah ini jumlah ternak kuda sebanyak 1.691 ekor melampaui jumlah ternak sapi sebesar 1.257 ekor. Untuk ternak kecil, jumlah ternak babi sangat dominan dibandingkan dengan jumlah kambing dan domba. Statistik tahun 1999 mencatat jumlah babi di wilayah tersebut sebanyak 18.834 ekor, sedang kambing sebanyak 2.184 ekor dan domba 408 ekor. Produksi ternak besar dan kecil yang dihasilkan wilayah ini meliputi daging kerbau sebanyak 238, 36 ton, daging sapi 17,39 ton, daging kambing dan domba 3,28 ton, serta daging babi 188,85 ton. Ternak unggas yang dipelihara peternak di wilayah tersebut terdiri dari ternak ayam sebanyak 2160607 ekor dan telur sebanyak 2.924,20 ton. Unggas lain yang diternak adalah itik manila dengan jumlah populasi 10.579 ekor dan telur 792,00 ton. Di Kecamatan Salak, Kabupaten Dairi, masyarakat peternak memelihara ternak besar yang terdiri dari kerbau dan sapi. Populasi kerbau pada tahun 1998 tercatat sebanyak 635 ekor dan sapi 81 ekor. Ternak kecil yang terdapat di kecamatan tersebut adalah babi sebanyak 920 ekor dan kambing 808 ekor. Seperti pada umumnya peternak unggas di Kawasan Danau Toba, peternak unggas di kecamatan ini memelihara ayam dan itik manila. Jumlah ternak ayam tercatat sebanyak 51.216 ekor dan itik 1.891 ekor.

Dokumen LTEMP No: 0401

Jenis-jenis ternak besar dan kecil yang dipelihara oleh peternak di Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo meliputi ternak sapi, kerbau, babi dan kambing/domba dengan jumlah populasi masing-masing adalah 5.056 ekor, 4.588 ekor, 1.860 ekor dan 450 ekor. Itik yang dipelihara berjumlah 37.890 ekor. Kabupaten Simalungun memiliki kegiatan peternakan relatif terbatas, tercatat ternak babi sebanyak 440 ekor yang berasal dari Kecamatan Simalakuta dan 224 ekor dari Kecamatan Purba yang diproses di rumah pemotongan hewan. Non-Pertanian Di beberapa lokasi di Kawasan Danau Toba berkembang kegiatan di sektor non-pertanian, seperti pada waktu yang lalu tercatat kegiatan industri bubur kertas dan rayon si Kecamatan Porsea. Sektor pariwisata dengan Daerah Tujuan Wisata Danau Toba berkembang di Parapat, Tomok dan Tuktuk yang terletak di bagian Selatan dan Timur Kawasan Danau Toba. Sesuai Perda Tk.I Propinsi Sumatera Utara Nomor 1 Tahun 1990 tentang Penataan Kawasan Danau Toba, sektor ini diarahkan sebagai kegiatan utama bagi pengembangan Danau Toba, sedangkan kegiatan lainnya diarahkan untuk mendorong kegiatan utama tersebut. Pertanian Pengelolaan lahan pertanian Kawasan Danau Toba meliputi lahan basah dan lahan kering yang diusahakan. Pengusahaan padi sawah pengairan tradisional dilakukan pada lahan yang relatif luas, yakni dengan luas panen di atas 1.500 Ha, diantaranya di Kecamatan Balige, Laguboti, Silaen, Porsea dan Lumban Julu di Kabupaten Toba Samosir, Kecamatan Siborongborong, Lintongnihuta, Dolok Sanggul dan Muara di Kabupaten Tapanuli Utara. Di utara dan timur Danau Toba, penanaman padi sawah ditemukan di kecamatan Merek Kabupaten Karo dan Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun. Sedangkan kegiatan pertanian pada lahan basah di daratan Pulau Samosir umumnya adalah pertanian berpengairan sederhana dan tadah hujan. Total produksi yang didapat dari berbagai jenis komoditi lahan basah dan lahan kering dapat dilihat pada TABEL berikut::

Dokumen LTEMP No: 0401

Dokumen LTEMP No: 0401

Related Documents

Danau Toba
May 2020 16
Toba
October 2019 20
Toba
October 2019 10

More Documents from ""