KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih tak pilih kasih, lagi Maha Penyayang. Segala puji adalah milik Allah Tuhan yang maha mengatur lagi maha bijaksana, yang maha penyayang lagi maha dermawan dan maha pengasih lagi maha pemurah. Karena hanya dengan rakhmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Sebagai manusia biasa, kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Demi kesempurnaan dan peningkatan kualitas makalah ini, kami mohon kritik dan saran dari berbagai pihak dalam rangka penyempurnaan makalah ini. Untuk itu pada kesempatan ini, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu kami dalam proses penyelesaian penyusunan makalah ini yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan pada kami guna terselesainya makalah ini, dengan tidak mengurangi rasa hormat yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat berguna dan membantu kami dalam melaksanakan kuliah nanti. Amin.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tugas terpenting seorang perawat adalah member obat yang aman dan akurat kepada klien. Obat merupakan alat utama terapi untuk mengobati klien yang memiliki masalah. Obat bekerja menghasilkan efek terapeutik yang bermanfaat. Walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak hal, beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya bila kita memberikan obat tersebut tidak sesuai dengan anjuran yang sebenarnya. Seorang perawat juga memiliki tanggung jawab dalam memahami kerja obat dan efek samping yang ditimbulkan oleh obat yang telah diberikan, memberikan obat dengan tepat, memantau respon klien, dan membantu klien untuk menggunakannya dengan benar dan berdasarkan pengetahuan. Oleh karena itu, pada makalah ini akan di bahas tentang indikasi,kontraindikasi,dan efek samping obat saluran cerna
Bab II B.Indikasi,kontraindikasi dan efek samping obat saluran pencernaan 1.pengertian indikasi dan kontraindikasi Indikasi Kata “indikasi” dalam kedokteran memiliki dua definisi yang berbeda: pertanda atau alasan. Dalam definisi yang pertama, orang dengan kondisi tertentu menampilkan indikasi atau tanda-tanda bahwa mereka harus diperlakukan dengan cara tertentu, baik dengan diberi pengobatan atau menjalani terapi tertentu seperti operasi. Gejala juga bisa menjadi indikasi penyakit dan dokter dapat menggunakan gejala sebagai metode untuk mendiagnosis penyakit. Dalam definisi kedua, indikasi adalah alasan untuk membenarkan pengobatan atau terapi tertentu. Dokter dapat melakukan pemeriksaan fisik atau hanya mendengarkan keluhan pasien untuk menentukan tindakan yang terbaik. Jika hal tersebut tidak memberikan informasi yang cukup, ada cara-cara yang lebih spesifik untuk memutuskan tindakan yang tepat untuk dilakukan seperti mengevaluasi darah atau jaringan untuk melihat apakah ada unsur-unsur yang dapat diobati. Sebagai contoh, posisi janin sungsang atau plasenta previa dapat menjadi indikasi medis untuk tindakan operasi caesar.
kontraindikasi Kontraindikasi dikasi, yaitu melawan sesuatu yang diindikasikan (dianjurkan atau diperlukan). Kontraindikasi adalah situasi di mana aplikasi obat atau terapi tertentu tidak dianjurkan, karena dapat meningkatkan risiko terhadap pasien. Misalnya, ketika seseorang memiliki alergi terhadap penisilin, dia dianggap kontraindikasi untuk pemberian penisilin, karena akan memicu reaksi alergi. Kontraindikasi adalah salah satu dari fakta medis utama yang dipertimbangkan ketika memulai rencana perawatan untuk pasien. Kontraindikasi bisa bersifat absolut atau relatif.
2.Bagian-bagian saluran cerncernaan Secara harfiah, kontraindikasi berarti kontra-inBagian-bagian utama saluran cerna : – Mulut – Esofagus – Lambung – Usus halus – Usus besar – Rectum, dan Anus.
3.Obat-obat saluran pencernaan serta gangguan,fungsi dan efek
sampingnya 1. ANTASIDA DAN KOMBINASI ANTASIDA-SEDATIF Farmakologi : Antasida adalah golongan obat-obat yang bekerja menetralisir asam lambung yang berlebihan. Dalam sediaan farmasi antasida sering dikombinasi dengan obat-obat lain seperti obat-obat sedatif dan antispasmodik.Magnesium trisilikat dan Alimunium hidroksida adalah antasida non sistemik yang bekerja lambat menetralkan kelebihan asam lambung. Kedua antasida ini bila digabungkan bekerja lebih efektif dari sediaan tunggalnya. Klordiazepoksida sering dikombinasi dengan antasida karena efektif terutama pada keadaan neurotik, stres, tekanan, dan ansietas yang mengakibatkan produk asam lambung meningkat. Papaverin dan Extraks Belladon bekerja sebagai anti spasme untuk meredakan kejang dan kolik di lambung dan usus. Efek Samping : 1. Magnesium trisilikat dalam dosis tinggi dapat menyebabkan diare serta dapat membentuk batu ginjal bila digunakan dalan jangka waktu lama. 2. Aluminium hidroksida mempunyai efek samping berupa mual, muntah, usus tersumbat dan gangguan penyerapan senyawa Fosfat sehingga me nimbulkan gejala kekurangan fosfat pada tulang (Osteomalsia), juga dapat mengurangi penyerapan berbagai vitamin dan tetrasiklin. 3 Klordiazepoksida pada pemakaian yang berlebihan dapat menekan fungsi susunan syaraf pusat. 4. Extraks Belladon dan papaverin mempunyai efek samping panas dan merah terutama pada bagian muka dan leher.
berupa mulut kering, kulit kering,
Indikasi : Untuk pengobatan tukak lambung, tukak duodenum dan gastritis akibat kelebihan asam lambung. Fosologi : Pemberian secara oral sehari 3 kali setara dengan 300 mg Magnesium trisilikan, 300 mgh Alimunium hidroksida, yang diberikan sesudah makan dan sebelum tidur.
Cara penggunaan : Untuk sediaan tablet kunyah sebaiknya dikunyah dahulu sebelum ditelan. Kontra indikasi : Sediaan yang mengandung antispasmodik dikontra indikasikan bagi penderita penyakit jantung yang payah. Interaksi Obat : Obat yang efeknya diturunkan bila diminum bersama antasida antara lain : Antipsikotik, Antikolinergik, Aspirin, B-Bloker, Simetidin, Digoxin, Besi, INH, Tetrasiklin, dll. Peringatan : 1. Untuk wanita hamil : Antasida yang mengandung Alumunium menyebabkan meningkatnya reflek tendon, hyperlaksemia pada fetus, masih cukup aman pada 2 trimester terakhir. 2. Magnesium trisilikat menyebakan hyper magnesemia dengan disertai kantuk, menurunnya tonus otot dan terganggunya kardiovascular dan sistem respirasi. 3. Antasida tidak boleh diberikan pada anak dibawah 6 tahun bila tanpa petunjuk dokter, karena dapat menyebabkan hypermagnesemia khususnya pada anak dalam keadaan dehidrasi atau pada kerusakan ginjal.
2. ANTIHISTAMIN PENGHAMBAT RESEPTOR H2 Histamin berinteraksi dengan reseptor spesifik pada berbagai jaringan target. Reseptor histamin dibagai 2 yaitu ; – Reseptor Histamin 1 ( H1). – Reseptor Histamin 2 ( H2). Pengaruh histamin terhadap sel dari berbagai jaringan tergantung pada fungsi dari sel dan rasio reseptor H1:H2. Aktivasi Reseptor H1 menyebabkan : – Kontraksi otot polos. – Meningkatkan permeabilitas pembuluh darah. – Meningkatkan sekresi mukus. – Vasodilatasi Kapiler.
Aktivasi Reseptor H2 menyebabkan : – Sekresi Asam lambung.
– Relaksasi Otot Polos. – Vasodilatasi Kapiler.
3. CIMETIDIN Cimetidin mulai digunakan pada tahun 1977 sebagai H2 blocker, sehingga histamin tidak dapat melakukan efeknya terhadap produksi asam lambung. Pada borok usus, Cimetidin sangat efektif dengan presentase penyembuhan > 80 %. Absorpsinya dari usus baik ( lebih kurang 90 %), plasma t 1/2 nya pendek yaitu hanya 2 jam, dalam hati hanya 25 % dimetabolisme menjadi sulfoksida dan bersama sisanya yang tidak diubah dikeluarkan terutama melalui ginjal. Pemberian obat bersama makanan memberikan efek yang lebih baik karena absorpsinya dihambat dan efeknya bisa lebih lama. Interaksi : Cimetidin menghambat enzim oksidatif hati sehingga dapat menaikkan efek obat tertentu seperti : Nifedipin, propanolol, teofilin, diazepam, dan klordiazepoksida, jika digunakan bersamaan, sehingga dosis obet-obat tersebut perlu dikurangi.
Efek samping : jarang terjadi yaitu berupa diare, nyeri otot, pusing- pusing, dan reaksi-reaksi kulit. Cimetidin dapat melintasi plasenta maka sebaiknya tidak digunakan untuk wanita hamil dan menyusui.
Dosis : Pengobatan : Sehari 3-4 kali per 200 mg – 400 mg Pencegahan : Sehari 1 kali per 400 mg , malam hari
4. RANITIDIN Ranitidin merupakan H2 blocker baru (1981) dengan struktur mirip Cimetidin, khasiat menghambat sekresi asam lambungnya lebih kuat dari Cimetidin dan tidak merintangi metabolisme oksidatif dari obat-obat lain, sehingga tidak terjadi interaksi yang tidak diinginkan. Absorpsinya dari usus pesat dan baik, tidak dipengaruhi utuh melalui ginjal.
oleh makanan, dieksresi dalam keadaan
Efeksamping jarang terjadi, berupa ; nyeri kepala, mual. muntah, reaksi-reaksi kulit. Interkasi
: dengan obat lain belum dilaporkan.
Dosis
:
Pengobatan : Sehari 2 kali per 150 mg
Pencegahan : Sehari 2 kali per 150 mg
5. FAMOTIDIN Famotidin merupakan H2 blocker dengan efek 3 kali lebih kuat dibanding Ranitidin dan 20 kali lebih kuat dibanding Cimetidin. Efeksampingn : nyeri kepala, mual, muntah, reaksi -reaksi kulit. Indikasi
: Tukak usus duodenum
Dosis
:
Pengobatan : Sehari 2 kali per 20 mg
Pencegahan : Sehari 1 kali per 20 mg
6. OMEPRAZOL Omeprazol merupakan penghambat sekresi asam lambung yang lebih kuat dibandingkan Cimetidin maupun Ranitidin. Obat ini bekerja pada proses terakhir produksi asam lambung. Absorpsinya di lambung kurang baik karena berinteraksi dengan makanan sehingga sediaanya sebaiknya sebagai tablet salut enterik. Omeprazol dimetabolisme lengkap dan diekskresi melalui ginjal sehingga tidak ditemukan di urine dalam bentuk utuhnya. Efek samping ; Omeprazol belum dilaporkan karena dalam uji klinik efek sampingnya tidak berbeda dengan plasebo. Interaksi : dengan obat lain tidak terjadi. Dosis
: Sehari 1 kali per 20 mg
7. LANSOPRAZOL (Lanprazide) Lansoprazol merupakan penghambat sekresi asam lambung seperti halnya omeprazol.Absorpsinya di lambung kurang baik karena berinteraksi dengan makanan sehingga sediaanya sebaiknya sebagai tablet salut enterik. Lansoprazol dimetabolisme dan diekskresi melalui ginjal. Efek samping ; belum dilaporkan karena dalam uji klinik efek sampingnya tidak berbeda dengan plasebo. Indikasi : Tukak duodenun, dispepsia, refluk gastroesofagus Dosis
: Sehari 1 kali per 20 mg
8. SUKRALFAT (Ulsanic, Ulcogant) Senyawa Aluminium Sukrosa Sulfat ini membentuk polimer seperti lem dalam suasana asam dan terikat pada jaringan nekrotik tukak secara selektif. Sukralfat hampir tidak diabsorpsi secara sistemik. Obat ini bekerja sebagai pelindung terhadap asam lambung dan pepsin serta efektif untuk tukak duodenum Efek samping dari Sukralfat adalah : konstipasi, hati-hati pada pasien gagal ginjal, sebaiknya tidak untuk wanita hamil karena data keamanannya belum ada. Interaksi dengan obat lain bahwa Sukralfat mengganggu absorpsi Tetrasiklin, fenitoin, digoxin, sehingga jangan diberikan bersamaan.
Dosis : Sehari 4 kali per 1 gram
Tujuan: 1.mengetahui dosis yang tepat untuk obat saluran cerna 2.menambah pengetahuan tentang obat saluran cerna 3.mengetahui indikasi dan kontraindikasi obat saluran cerna 4meningkatkan pengetahuan tentang penyakit saluran cerna dan obat yang tepat
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Obat obat yang masuk bagi sistem pencernaan manusia tentunya memiliki reaksi yang bermacam-macam tergantung dari jenis obat dan bahan kimia yang terkandung dalam setiap obat tersebut. B. SARAN Agar tidak terjadi kesalahan dalam pemberian obat terhadap pasien, kita harus benar benar tau jenis jenis obat, indikasi dan kegunaan obat adalah hal hal penting yang harus diketahui oleh para medis dalam sistem pencernaan.
DAFTAR PUSTAKA Katzung, Bertram G.(2002). Farmakologi: Dasar dan Klinik Edisi 8. Jakarta: Salemba Medika Gan gunawan, Sulistia (2012). Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: FKUI Sirait, Midian (2006). Informasi Spesialit Obat (ISO) Indonesia. Jakarta: ISFI