BAGIAN ANESTESIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
REFERAT JULI 2018
INDIKASI PERAWATAN ICU (INTENSIVE CARE UNIT)
PEMBIMBING: DR. dr. Hisbullah, Sp.An, KIC, KAKV
OLEH : Dewi Nurfadilah 105420547313
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ANESTESIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2018
1
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :
Nama
: Dewi Nurfadilah
NIM
: 10542047313
Judul Referat
: Indikasi Perawatan ICU (Intensive Care Unit)
Telah menyelesaikan Referat dalam rangka Kepanitraan Klinik di Bagian Anestesiologi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.
Makassar, Juli 2018 Pembimbing,
DR. dr. Hisbullah, Sp.An, KIC, KAKV
2
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb. Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulisan referat ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Besar Nabi Muhammad SAW. Referat berjudul “Indikasi Perawatan ICU (Intensive Care Unit)” ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya, sebagai salah satu syarat untuk dalam menyelesaikan Kepanitraan Klinik di Bagian Anestesiologi. Secara khusus penulis sampaikan rasa hormat dan terima kasih yang mendalam kepada DR. dr. Hisbullah, Sp.An, KIC, KAKV. Selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dengan tekun dan sabar dalam membimbing, memberikan arahan dan koreksi selama proses penyusunan tugas ini hingga selesai. Penulis menyadari bahwa penyusunan referat ini belum sempurna. Akhir kata, penulis berharap agar laporan kasus ini dapat memberi manfaat kepada semua orang.
Makassar, Juli 2018
Penulis
3
BAB I PENDAHULUAN
Salah satu pelayanan yang sentral di rumah sakit adalah pelayanan Intensive Care Unit (ICU). Pada saat ini pelayanan di ICU tidak terbatas hanya untuk menangani pasien pasca-bedah saja tetapi juga meliputi berbagai jenis pasien dewasa, anak, yang mengalami lebih dari satu disfungsi/gagal organ.1 Konsep dari ruang perawatan ICU adalah orang sehat tidak perlu masuk ICU. Intensive Care Unit merupakan cabang ilmu kedokteran yang berfokus pada life support dan organ support pada pasien kritis dan pasien dengan bantuan hemodinamik yang tidak stabil, seperti hipotensi, airway atau respiratory compromise, gagal ginjal, atau ketiganya. Secara umum, yang boleh dirawat di ruang ICU adalah pasien-pasien dengan kondisi yang berpotensi reversibel atau yang memiliki peluang baik untuk bertahan hidup.2 Pada instalasi perawatan intensif (ICU), perawatan untuk pasien dilaksanakan dengan melibatkan berbagai tenaga profesional yang yang terdiri dari multidisiplin ilmu yang bekerja sama dalam tim dengan single management. Pengembangan multidisiplin yang kuat sangat penting dalam meningkatkan keselamatan pasien. Untuk itu diperlukan sarana dan prasarana serta peralatan demi meningkatkan pelayanan ICU. Mengingat diperlukannya tenaga-tenaga khusus, mahalnya sarana dan prasarana serta mahalnya biaya perawatan maka demi efisiensi, keberadaan ICU
4
dalam rumah sakit perlu dikonsentrasikan dalam satu tempat dan unit yang terintegrasi berbentuk inhalasi.3 Dokter yang merawat pasien mempunyai tugas untuk meminta pasiennya dimasukkan ke ICU bila ada indikasi dan segera memindahkannya ke unit yang lebih rendah bila kondisi kesehatan pasien telah memungkinkan. Oleh karena itu, pada referat ini akan dibahas kondisi yang menjadi indikasi untuk mendapatkan perawatan di ruangan Intensive Care Unit.
5
BAB II TINJUAN PUSTAKA A. DEFINISI ICU Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri, dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan, dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera, atau penyulit – penyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa dengan prognosis dubia. ICU menyediakan kemampuan dan sarana prasarana serta peralatan khusus untuk menunjang fungsi-fungsi vital dengan menggunakan keterampilan staf medik, perawat, dan staf
lain yang
berpengalaman dalam pengelolaan keadaan – keadaan tersebut.3 B. TUJUAN DAN RUANG LINGKUP ICU Tujuan perawatan pasien di ICU yaitu untuk memberikan perawatan yang intensif untuk menyelamatkan kehidupan pasien, mencegah perburukan dan komplikasi dengan cara observasi dan monitoring, meningkatkan kualitas hidup dan mempertahankan kehidupan pasien, mengoptimalkan fungsi organ, mengurangi angka kematian serta mempercepat proses penyembuhan pasien.3,4
6
Adapun ruang lingkup pelayanan ICU adalah sebagai berikut : 1.
Diagnosis dan penatalaksanaan spesifik penyakit-penyakit akut yang mengancam nyawa dan dapat menimbulkan kematian dalam beberapa menit sampai beberapa hari.
2.
Memberi bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh sekaligus melakukan pelaksanaan spesifik masalah dasar.
3.
Pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan terhadap komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit atau iatrogenik.
4.
Memberikan bantuan psikologis pada pasien yang kehidupannya sangat tergantung pada alat/mesin dan orang lain.3,5
C. KLASIFIKASI PELAYANAN ICU Dalam menyelenggarakan pelayanan di rumah sakit, pelayanan di ICU dibagi dalam beberapa klasifikasi pelayanan, yaitu :1 1.
ICU primer Ruang perawatan intensif primer memberikan pelayanan pada pasien yang memerlukan perawatan ketat (high care). Ruang perawatan ini mampu melakukan resusitasi jantung paru (RJP) dan memberikan ventilasi bantu 2448 jam. Kekhususan yang dimiliki ICU primer adalah : a. Ruang tersendiri, letak dekat ruang kamar bedah, IRD & ruang rawat lainnya 7
b. Memiliki persyaratan / kriteria pasien yang masuk dan keluar c. Memiliki seorang anestesiologi sebagai kepala d. Dokter jaga 24 jam dengan kemampuan RJP e. Ada konsulen yang membantu dan siap dipanggil f. Memiliki 25% jumlah perawat yang telah memiliki sertifikat ICU, minimal satu orang per shift g. Mampu melayani pemeriksaan laboratorium tertentu, rontgen untuk kemudahan diagnostik selama 24 jam 2.
ICU sekunder Pelayanan ICU sekunder mampu memberikan ventilasi bantu lebih lama, mampu melakukan bantuan hidup lain tetapi tidak terlalu kompleks. Kekhususan yang dimiliki ICU sekunder : a. Ruang tersendiri, letak dekat ruang kamar bedah, IRD & ruang rawat lainnya b. Memiliki persyaratan / kriteria pasien yang masuk dan keluar c. Memiliki seorang kepala ICU yaitu dokter konsultan intensive care atau bila tidak tersedia oleh dokter spesialis anestesiologi d. Dokter jaga 24 jam dengan kemampuan RJP e. Tenaga keperawatan lebih dari 50% bersertifikat ICU & minimal berpengalaman kerja di unit penyakit dalam & penyakit bedah selama 3 tahun
8
f. Mampu melakukan bantuan ventilasi, melakukan pemantauan invasif dan usaha-usaha penunjang hidup g. Mampu melayani pemeriksaan laboratorium tertentu, rontgen untuk kemudahan diagnostik selama 24 jam h. Memiliki ruang isolasi 3.
ICU tersier Ruang perawatan ini mampu melaksanakan semua aspek perawatan intensif, mampu memberikan pelayanan tertinggi termasuk dukungan atau bantuan hidup multi sistem yang kompleks dalam jangka waktu yang tidak terbatas serta mampu melakukan pemantauan kardiovaskular invasif dalam jangka waktu terbatas. Kekhususan dari ICU tersier adalah: a. Tempat khusus tersendiri di dalam rumah sakit b. Memiliki persyaratan / kriteria pasien yang masuk dan keluar c. Memiliki dokter spesialis dan sub spesialis yang dapat dipanggil setiap saat bila diperlukan d. Dikelola oleh ahli anestesiologi konsultan perawatan intensif atau dokter ahli konsultan lainnya, yang bertanggung jawab penuh. e. Dokter jaga yang mampu melakukan RJP f. Tenaga perawat lebih dari 75% bersertifikat ICU & berpengalaman pada ruang penyakit dalam & bedah selama 3 tahun
9
g. Mampu melayani pemeriksaan laboratorium tertentu, rontgen untuk kemudahan diagnostik selama 24 jam h. Memiliki paling sedikit 1 orang yang mampu mendidik medis dan perawat agar memberikan pelayanan yang optimal pada pasien. i. Memiliki staf tambahan tenaga administrasi , tenaga rekam medik, tenaga ilmiah dan penelitian. Jenis tenaga dan kelengkapan pelayanan menentukan klasifikasi pelayanan di rumah sakit tersebut atau sebaliknya seperti yang terlihat pada tabel berikut ini: 5 KEMAMPUAN PELAYANAN
No.
PRIMER
SEKUNDER
TERSIER
1.
Resusitasi jantung paru
Resusitasi jantung paru
Resusitasi jantung paru
Pengelolaan jalan
Pengelolaan jalan
Pengelolaan jalan
napas, termasuk
napas, termasuk
napas, termasuk
intubasi trakeal dan
intubasi trakeal dan
intubasi trakeal dan
ventilasi mekanik
ventilasi mekanik
ventilasi mekanik
Terapi oksigen
Terapi oksigen
Terapi oksigen
Pemasangan kateter
Pemasangan kateter
Pemasangan kateter
vena sentral
vena sentral dan arteri
vena sentral, arteri,
2.
3.
4.
10
Swan Ganz dan ICP monitor Pemantauan EKG, Pemantauan EKG,
Pemantauan EKG,
pulsoksimetri, tekanan
pulsoksimetri dan
pulsoksimetri, tekanan
darah non invasive dan
tekanan darah non
darah non invasive dan
invasive, Swan Ganz
invasive
invasive
dan ICP serta ECHO
5.
monitor
Pelaksanaan terapi
Pelaksanaan terapi
Pelaksanaan terapi
secara titrasi
secara titrasi
secara titrasi
Pemberan nutrisi
Pemberan nutrisi
Pemberan nutrisi
enteral dan parenteral
enteral dan parenteral
enteral dan parenteral
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Pemeriksaan
laboratorium khusus
laboratorium khusus
laboratorium khusus
dengan cepat dan
dengan cepat dan
dengan cepat dan
menyeluruh
menyeluruh
menyeluruh
Memberikan tunjangan
Memberikan tunjangan
Memberikan tunjangan
fungsi vital dengan alat
fungsi vital dengan alat
fungsi vital dengan alat
–alat portable selama
–alat portable selama
–alat portable selama
6.
7.
8.
9.
11
10.
11.
12.
transportasi pasien
transportasi pasien
transportasi pasien
gawat
gawat
gawat
Kemampuan
Kemampuan
Kemampuan
melakukan fisioterapi
melakukan fisioterapi
melakukan fisioterapi
dada
dada
dada
Melakukan prosedur
Melakukan prosedur
isolasi
isolasi
Melakukan
Melakukan
hemodialisis intermiten
hemodialisis intermiten
dan kontinyu
dan kontinyu
-
-
Tabel 1. Perbedaan pelayanan ICU primer, sekunder, dan tersier D. INDIKASI MASUK DAN KELUAR INTENSIF CARE UNIT (ICU) Tujuan dari pelayanan adalah memberikan pelayanan medik tertitrasi dan berkelanjutan serta mencegah fragmentasi pengelolaan pasien sakit kritis meliputi : 4,5,6 a.
Pasien-pasien yang secara fisiologis tidak stabil dan memerlukan dokter, perawatan, profesi lain yang terkait secara terkoordinasi dan berkelanjutan, serta memerlukan perhatian yang teliti, agar dapat dilakukan pengawasan yang ketat dan terus menerus.
12
b.
Pasien-pasien
yang
dalam
bahaya
mengalami
dekompensasi
fisiologis sehingga merlukan pemantauan yang ketat dan terusmenerus serta dilakukan intervensi segera untuk mencegah timbulnya penyulit yang merugikan. Sebelum pasien dimasukan di ICU, pasien dan/atau keluarganya harus harus mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai dasar pertimbangan mengapa pasien harus mendapatkan perawatan di ICU, serta tindakan kedokteran yang mungkin akan dilakukan selama pasien dirawat di ICU. Persetujuan dinyatakan dengan mendatangani formulir informed consent. 1.
Kriteria Masuk a.
Pasien Prioritas 1 (Satu) Kelompok ini merupakan pasien dengan penyakit kritis, tidak stabil
yang memerlukan terapi intensif seperti bantuan ventilasi dan alat bantu suportif organ/sistem yang lain, infus obat-obat vasoaktif kontinyu, obat aritmia kontinyu dan lain-lainnya. Contoh pasien kelompok ini antara lain pasca bedah kardiotoraksik, pasien sepsis berat, gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit yang mengancam nyawa. Terapi pada pasien prioritas 1 (satu) umumnya tidak mempunyai batas.
13
b.
Pasien Prioritas 2 (Dua) Kelompok pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan canggih di
ICU, sebab sangat berisiko bila tidak mendapatkan terapi intensif segera, misalnya pemantuan intensif menggunakan pulmonary arterial catheter. Contoh pasien seperti ini antara lain mereka yang menderita penyakit dasar jantung, paru, gagal ginjal akut dan berat atau yang telah mengalami pembedahan major. Terapi pada pasien prioritas 2 tidak terbatas karena kondisi mediknya senantiasa berubah. c.
Pasien Prioritas 3 (Tiga) Pasien golongan ini adalah pasien sakit kritis, yang tidak stabil status
kesehatan sebelumnya, penyakit yang mendasarinya, atau penyakit akut saja atau kombinasi. Kemungkinan sembuh dan atau manfaat terapi di ICU sangat kecil. Contoh pasien ini antara lain pasien dengan keganasan yang sudah bermetastase disertai penyulit infeksi, pericardial tamponade, sumbatan jalan napas, atau pasien penyakit jantung, penyakit paru terminal disertai komplikasi penyakit akut berat. Pengelolaan hanya untuk mengatasi kegawatan akutnya saja, dan uasaha terapi mungkin tidak sampai melakukan intubasi atau resusitasi jantung paru. d.
Pengecualian Dengan pertimbangan luar biasa, dan atas persetujuan kepala ICU, indikasi masuk pada beberapa pasien bisa dikecualikan, dengan catatan
14
bahwa pasien-pasien golongan demikian sewaktu waktu harus bisa dikeluarkan dari ICU agar fasilitas ICU yang terbatas tersebut dapat digunakan untuk pasien prioritas 1,2,3. Pasien yang tergolong demikian antara lain : a. Pasien yang memenuhi kriteria masuk tetapi menolak terapi tunjangan hidup yang agresif dan hanya demi perawatan yang aman saja. Ini tidak menyingkirkan pasien dengan perintah “DNR ( do not resuscitate )”. Sebenarnya pasien-pasien ini mungkin mendapatkan manfaat dari tunjangan canggih
yang tersedia di ICU untuk meningkatkan
kemungkinan survivalnya. b. Pasien dalam keadaan vegetatif permanen c. Pasien yang telah dipastikan mengalami mati batang otak. Pasien-pasien sperti itu dapat dimasukkan ke IU untuk menunjang fungsi organ hanya untuk kepentingan donor organ. 2.
Kriteria Keluar Prioritas pasien dipindahkan dari ICU berdasarkan pertimbangan medis oleh kepala ICU dan tim yang merawat pasien.1 a.
Penyakit atau keadaan pasien telah membaik dan cukup stabil, sehingga tidak memerlukan terapi atau pemantauan yang intensif lebih lanjut.
b.
Secara perkiraan dan perhitungan terapi atau pemantauan intensif tidak bermanfaat atau tidak memberikan hasil yang berarti bagi pasien.
15
Apalagi pada waktu itu pasien tidak menggunakan alat bantu mekanis khusus ( seperti ventilasi mekanis ). c.
Pasien atau keluarga menolak untuk dirawat lebih lanjut di ICU ( keluar paksa )
d.
Pasien hanya memerlukan observasi secara intensif saja, sedangkan ada pasien lain yang lebih gawat yang memerlukan terapi dan observasi yang lebih intesif. Pasien seperti ini diusahakan pindah ke ruangan yang khusus untuk pemantauan secara intensif.
E. SARANA DAN PRASARANA ICU Ruang ICU di sebuah rumah sakit harus memenuhi beberapa syarat sebagai berikut : a. Letaknya di sentral rumah sakit dan dekat dengan kamar bedah serta kamar pulih sadar (recovery room). b. Suhu ruangan diusahakan 22-25°C dan nyaman. c. Ruangan tertutup dan tidak terkontaminasi dari luar. d. Merupakan ruangan aseptik dan antiseptik dengan dibatasi kaca-kaca. e. Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus. f. Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan segala posisi. g. Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki ruangan isolasi.
16
h. Tempat dokter dan perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah untuk mengobservasi pasien. Pelayanan ICU yang memadai ditentukan berdasarkan desain yang baik dan pengaturan ruang yang adekuat. Desain berdasarkan klasifikasi pelayanan di ICU yaitu : 3
Tabel 2. Desain dan pengaturan ruang ICU
17
F. JENIS-JENIS ICU Adapun beberapa jenis ICU yang sudah masyarakat kenal, berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai masing-masing jenis ICU.7,8 a. Intensive Coronary Care Unit (ICCU) Merupakan unit perawatan intensif untuk penyakit jantung, terutama penyakit jantung koroner, serangan jantung, gangguan irama jantung yang berat, gagal jantung. b. Neonatal Intensive Care Unit (NICU) NICU adalah unit perawatan intensif yang khusus merawat bayi baru lahir yang sakit atau prematur. c. Pediatric Intensive Care Unit (PICU) PICU adalah unit perawatan intensif yang khusus merawat bayi yang sakit kritis, anak-anak, dan remaja. d. Post Anesthesia Care Unit (PACU) PACU adalah unit perawatan intensif pasca operasi dan stabilisasi pasien setelah operasi bedah dan anestesi. Pasien biasanya berada dalam PACU untuk waktu terbatas dan harus memenuhi kriteria sebelum ditransfer kembali ke bangsal.
18
G. PENCATATAN DAN PELAPORAN 5 Catatan ICU diverifikasi dan ditandatangani oleh dokter yang melakukan pelayanan di ICU dan bertanggung jawab atas semua yang dicatat tersebut. Pencatatan menggunakan status khusus ICU yang meliputi pencatatan lengkap terhadap diagnosis yang menyebabkan dirawat di ICU, data tanda vital, pemantauan fungsi organ khusus (jantung, paru, ginjal dan sebagainya ) secara berkala, jenis dan jumlah ataupun nutrisi dan cairan tubuh yang keluar dari pasien. Pelaporan pelayanan ICU terdiri dari jenis indikasi pasien masuk, serta jumlahnya, sistem skoring prognosis, penggunaan alat bantu, lama rawat dan keluaran ( hidup atau meninggal ) dari ICU. H. MONITORING DAN EVALUASI Monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara berkesinambungan guna mewujudkan pelayanan ICU yang aman, bermutu dan mengutamakan keselamatan pasien. Monitoring dan evaluasi dimaksud harus ditindaklanjuti untuk menentukan faktor-faktor yang pontesial berpengaruh agar dapat diupayakan penyelasaian yang efektif. Indikator pelayanan ICU yang digunakan adalah sistem skoring prognosis dan kekuatan dari ICU. Sistem skoring dibuat dalam 24 jam pasien masuk ICU.9,10
19
BAB III KESIMPULAN Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri, dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan, dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera, atau penyulit-penyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa dengan prognosis dubia. Tujuan perawatan pasien di ICU yaitu untuk memberikan perawatan yang intensif untuk menyelamatkan kehidupan pasien, mencegah perburukan dan komplikasi dengan cara observasi dan monitoring, meningkatkan kualitas hidup dan mempertahankan kehidupan pasien, mengoptimalkan fungsi organ, mengurangi angka kematian serta mempercepat proses penyembuhan pasien. Dalam pelayanannya fungsi ICU meliputi memberi bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh sekaligus melakukan pelaksanaan spesifik masalah dasar, pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan terhadap komplikasi yang ditimbulkan, serta memberikan bantuan psikologis pada pasien yang kehidupannya sangat tergantung pada alat/mesin dan orang lain.
20
DAFTAR PUSTAKA 1.
Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan. Petunjuk Teknis Penyelenggaraan pelayanan Intensive Care Unit di Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Agustus 2011
2.
Pramono, Ardi. Buku Kuliah Anestesi. Jakarta : EGC, 2015
3.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor
1778/MENKES/SK/XII/2010
tentang
Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit (ICU) Di Rumah Sakit. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2010 4.
Departemen Kesehatan RI. Standar Pelayanan Keperawatan di ICU. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2006.
5.
Indonesian Society of Intensive Care Medicine (Perhimpunan Dokter Intensive care Indonesia). Pedoman ICU. Available from : http://www.perdici.org/wpcontent/uploads/Pedoman-ICU.pdf.
6.
World
Health
Organization.
Intensive
Care
Unit.
Available
from
:
http://www.who.int/surgery/publications/IntensiveCareUnit.pdf 7.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Program
21
Jaminan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia; 2012. 8.
Washington State Department of Health. Type of Intensive Care Units. Available from
:
http://www.doh.wa.gov/YouandYourFamily/IllnessandDisease/HealthcareAssoci atedInfections/MethodsandDefinitions/TypesofIntensiveCareUnits 9.
S. Byrne, S. Fisher Peter-Marc Fortune C. Lawn and S. Wietesk. Paediatric and Neonatal Safe Transfer and Retrieval. 2008.
10. Hanafie, A. Peranan Ruangan Perawatan Intensif (ICU) dalam Memberikan Pelayanan
Kesehatan
di
Rumah
Sakit.
Available
from
:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/745/3/08E00127.pdf.txt
22