RANCANGAN SISTEM INDUSTRI KECIL DAUR ULANG (IKDU) DALAM MEWUJUDKAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH PERKOTAAN SECARA TERPADU
Oleh : Ir. Mohamad Satori, MT
1
Dinamika Masyarakat
Laju Timbulan Sampah
Retribusi
Manajemen Pelayanan Kota/Daerah
Terjadi Ketimpangan
Akumulasi Timbulan Sampah
Institusi Pengelola Sampah Kota Kapasitas Pelayanan
Kreadibilitas
Pertumbuhan Jumlah Penduduk
Sampah Tertangani Sampah Tidak Tertangani
Sampah Yang Dibuang Sembarang
Perlu TPA Volume Sampah Yang Dikelola Oleh Masyarakat (Swakelola)
Perlu Biaya (Cukup Besar)
Pencemaran Lingkungan
2
Saat ini telah banyak dikembangkan metode pengelolaan sampah yang mengarah pada upaya pengurangan sampah terutama yang masuk ke TPA Upaya tersebut adalah kegiatan daur ulang sampah Namun kegiatan daur ulang dalam upaya minimisasi sampah dinilai masih “gagal pasar” dan belum efektif Kegagalan tersebut antara lain disebabkan karena : (a) program daur ulang belum terpadu dengan sistem persampahan kota, (b) masalah manajemen pengelolaan usaha daur ulang, dll IKDU ini merupakan konsep daur ulang yang ditawarkan untuk meminimasi kegagalan
3
Untuk meminimisasi sampah perkotaan Mengurangi biaya operasional pengelolaan persampahan Meningkatkan kualitas lingkungan dan kesehatan lingkungan Penghematan sumber daya alam penyelamatan daya dukung lingkungan Membuka peluang usaha baru memecahkan sebagian persoalan ketenagakerjaan 4
Masalah Keterpaduan Sistem Daur Ulang Sampah
Konsekuensi Diberlakukannya Otonomi Daerah
Masalah Pemasaran Produk daur Ulang
Masalah Keterbatasan Anggaran
Masalah Keterbatasan Potensi Insani
Masalah Partisipasi dan Dukungan Masyarakat
Masalah Teknologi Daur Ulang
5
Masalah Keterpaduan Sistem Daur Ulang Sampah “Terpadu” diartikan dalam 2 hal (Tchobanoglous ,1993) : b) terpadu dalam sistem daur ulangnya sendiri, dan c) terpadu antara sistem daur ulang dengan sistem manajemen sampah kota Konsep “Hassan Poerbo (1991) : dalam konteks a belum terpadu karena penekanan hanya pada sampah organik dengan menggunakan windrow system, dalam konteks b belum terpadu Konsep “Puslitbangkim” (1997) : dalam konteks a belum karena hanya mengolah sampah organik dengan komposter rumah tangga dan pembakaran pada incenerator, dalam konteks b cukup terpadu Masalah Pemasaran daur Ulang Konsep “ZWSK BPPT” (2000) Produk : dalam konteks a sudah terpadu, tapi dalam konteks b belum • • • •
Belum ada “networking” Belum ada kontrol standar kualitas (untuk kompos) Promosi kurang Pelaku usaha daur ulang (sektor informal) umumnya melakukan usaha tersebut karena tidak ada alternatif usaha lain 6
Masalah Keterbatasan Anggaran Pemda/Pemkot umumnya belum menyiapkan anggaran untuk program daur ulang sampah, sehingga untuk keperluan tersebut umumnya mengharapkan “bantuan” dari Pusat, hibah LN, maupun swasta Sumber-sumber dana tersebut dihadapkan pada persoalan : •
dana hibah terutama dari LN umumnya peruntukannya sudah ditentukan oleh negara donor
•
hibah (grant) LN umumnya berupa block grant, yang meliputi berbagai hal dan diperuntukan untuk beberapa daerah, termasuk untuk pemerintah pusat (contoh proyek WJEMP)
•
keterlibatan pihak investor swasta baik dari dalam maupun luar negeri tentunya akan mempertimbangkan profitabilitas dimana untuk kasus Indonesia belum ada contoh yang dianggap berhasil. Di New Zeland untuk menerapkan program sejenis pemerintah daerah telah menyiapkan anggaran khusus 7
Masalah Keterbatasan Potensi Insani (SDM) Profesi daur ulang umumnya mereka adalah merupakan profesi yang dianggap sebagai pilihan terakhir untuk mencari nafkah, baik karena tidak memiliki keahlian, karena PHK maupun pelarian dari hukum (Prof. Hasan Poerbo,1991) Akibatnya kualitas dan kemampuan SDM sektor tersebut terkesan “apa adanya” yang mereka miliki. Usaha mereka lebih terdorong oleh motivasi bagaimana menjaga agar tetap bertahan hidup (survival motivation).
Masalah Teknologi Daur Ulang • Masalah kapabilitas teknologi • Masalah varietas teknologi • Ketersediaan spare parts dan after sales service 8
Masalah Partisipasi dan Dukungan Masyarakat • Prestasi retribusi sampah setiap kota selalu rendah • Masih banyak masyarakat yang membuang sampah secara sembarangan • Pendidikan dan pembinaan pada anak-anak sejak dini masih kurang • Penyuluhan, sosialisasi, kampanye tentang program 3R masih kurang dan kalaupun ada masih belum efektif
Konsekuensi-Konsekuensi Otonomi Daerah •Masalah bentuk institusi pengelola formal kebersihan •Masalah birokrasi •Masalah kebijaksanaan Pemda/Pemkot 9
IKDU
Alur-Alir Proses Daur Ulang Campur dgn 9 liter air
Diamkan 24 jam
Campur dgn 90 liter air
Penumpukan
Penyiraman
Kontrol Suhu Pematangan
Pengayakan
Pengeringan
Mixer
Pencetakan Mesin Pencetak
Pengepakan
Pencucian Mesin Pencuci
Pengeringan
Pengepakan
Kerasan
Pencacahan Mesin Pencacah
Pencucian
Pengeringan
Logam
Pengepakan
Kaca/gelas
Pengepakan
Abu
Campuran Batako
1 liter Agri Simba
1 Organik 2
Kertas
Pencacahan Mesin Pencacah Rendam Air
3 Loading Sampah
Pemilahan
Plastik Kresek
4 Plastik 5 6
7 Karton/ 8
Kardus
Pengepakan
Residu/dll
Pembakaran Incenerator
Pembuburan
Pemanenan
Pengepakan
Air
Pengepakan
Penjualan
10
IKDU
Ilustrasi Alur-Alir Proses Daur Ulang Organik Kertas Plastik Kerasan Karton/ Kardus
Plastik Lunak
Pemilahan Gelas/Kaca Botol Residu Logam
11
IKDU
Organisasi dan Manajemenn Keuangan Organisasi dan manajemen: • Bentuk organisasi : koperasi warga • Struktur organisasi : terdiri dari Pengawas dan Pengurus + Pelaksana (dipimpin oleh seorang manajer) • Kualifikasi personil : Manajer & Kadivisi berpendidikan S1
Manajemen keuangan : • Sumber keuangan manajemen koperasi : iuran pokok, iuran wajib anggota • Sumber keuangan pengelolaan dan pengolahan sampah : - hasil retribusi - hasil penjualan materi daur ulang - sumber lainnya (hibah)
12
IKDU
Jaringan Pasar dan Tata Niaga Produk Daur Ulang Jaringan Pasar dan Tata niaga Kompos Pertanian
Perkebunan Sampah Organik
Pengumpulan oleh Petugas IKDU
Proses Pengomposan oleh IKDU
Agen Penjualan
Pertamanan
Rumah Tangga/ Konsumen Lainnya
13
Jaringan Pasar dan Tata niaga Daur Ulang Kertas Industri Kerajinan
Pengumpulan oleh Petugas IKDU Daur Ulang Oleh IKDU
Sampah Kertas (Paper)
Usaha Percetakan Toko Buku
Pengumpulan oleh Pemulung Konsumen Lainnya
14
IKDU
Jaringan Pasar dan Tata Niaga Produk Daur Ulang Jaringan Pasar dan Tata niaga Daur Ulang Plastik
Sampah Plastik Keras
Pengumpulan oleh Petugas IKDU Pengumpulan oleh Pemulung
Pengusaha Benang Pencacahan oleh IKDU Lapak
Industri Daur Ulang Plastik
Sampah Plastik Kresek/Being (PE,LD,HD,PS)
Toko Material Toko Klontong
Bandar Konsumen Lainnya
Jaringan Pasar dan Tata niaga Daur Ulang Platik Kresek/Bening (Jenis : PE,LD,HD,PS) Pengumpulan oleh Petugas IKDU
Pengusaha Topi
Toko Klontong Pencucian oleh IKDU
Industri Kantong Kresek
Lapak
Bandar
Pengumpulan oleh Pemulung
Konsumen Lainnya
15
IKDU
Jaringan Pasar dan Tata Niaga Produk Daur Ulang
Sampah Logam (Besi,Baja,Tembaga, Seng,Kawat)
Sampah Gelas/Kaca/ Beling
Sampah Kardus/Karton
Pengumpulan oleh Petugas IKDU Pengumpulan oleh Pemulung
Pengumpulan oleh Petugas IKDU Pengumpulan oleh Pemulung
Pengumpulan oleh Petugas IKDU Pengumpulan oleh Pemulung
Proses Pengepakan oleh IKDU Proses Pemotongan oleh IKDU Lapak
Proses Pengepakan oleh IKDU
Industri Pengecoran Logam
Toko Besi/ Material Konsumen Lainnya
Bandar
Industri Gelas/Kaca
Toko Besi/ Material Konsumen Lainnya
Lapak
Bandar
Industri (Untuk Pengemasan) Proses Pengepakan oleh IKDU
Industri Kardus/ Karton
Lapak
Bandar
Konsumen Lainnya
16
Sumber Sampah Kompleks Perumah an Pasar
Kawasan Industri
Pemukiman Padat
Pewadaha Pengumpula n n
Pengolahan/ Pemindahan
Pengangkut an
Pembuanga n Akhir
IKDU
IKDU
IKDU
TPA
Taman/Jalan
17
Berkaitan dengan wilayah operasional IKDU • Wilayah yang dikelola IKDU dipilih wilayah yang memiliki potensi retribusi, karakteristik sampah yang tidak jauh dari perhitungan yang dilakukan • Wilayah yang dikelola IKDU memungkinkan gerobak sampah dapat beroperasi • Semua jenis sampah dari kawasan yang dikelola IKDU tidak boleh keluar dari kawasan tersebut tanpa melalui IKDU termasuk aktifitas pemulung yang juga harus diakomodasikan dalam manajemen IKDU (closed system)
Berkaitan dengan teknologi produksi IKDU • Mesin yang digunakan adalah mesin yang dihasilkan PPT ITB, dan selanjutnya mesin tersebut dapat dikembangkan bengkel-bengkel setempat (proses transfer of technology antara PPT ITB dengan pengusaha perbengkelan di daerah) • Sumber energi mesin dapat dimodifikasi antara energi listrik atau energi diesel • Kapasitas mesin dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan • Efesiensi produksi diperhitungkan dengan pertimbangan kondisi mesin dan kondisi material sampah
Berkaitan dengan organisasi dan manajemen • Bentuk organisasi IKDU adalah Koperasi Warga, namun tidak menutup kemungkinan bentuk lain, seperti CV atau PT • Manajemen organisasi IKDU mencerminkan pola manajemen yang profesional dengan mengutamakan kemampuan (skill and attitude) dalam merekrut dan menempatkan personil, terutama untuk level Manajer dan Divisi • Untuk level operasional sebaiknya merekrut para pemulung • Keberadaan IKDU membentuk jejaring kerja (networking) baik dengan IKDU lain, perguruan tinggi, lembaga keuangan, Departemen Pertanian, industri daur ulang, agro industry, pemerintah, dan lain-lain • Pihak yang ditunjuk Pemda dalam mengelola persampahan seperti Dinas Kebersihan diberi tanggung jawab untuk mensosialisasikan dan mensukseskan IKDU dan menjadi “holding company” bagi setiap IKDU 18
Berkaitan dengan keuangan • Hasil retribusi sampah dari kawasan yang sampahnya dikelola oleh IKDU dikelola dan masuk ke manajemen IKDU. • Besarnya tarif retribusi disesuaikan dengan tarif yang diatur dalam Peraturan Daerah. • Tarif retribusi dievaluasi setiap tiga tahun dan mengalami kenaikan minimal 10% per tiga tahun. • Biaya investasi IKDU terutama untuk pengadaan tanah dan bangunan merupakan beban Pemda atau dari hibah lainnya • Biaya operasional mengalami kenaikan sebesar 5 % per dua tahun. • Performansi atau hasil penjualan materi atau produk daur ulang berbeda untuk setiap jenis materi pada setiap tahunnya (Tabel 5.11)
Berkaitan strategi pengimplementasian IKDU •
Program penerapan IKDU dalam sistem manajemen sampah kota perlu dibuat kebijaksanaannya secara nasional dan aturan teknisnya dibuat oleh Pemerintah Daerah.
• Untuk mewujudkan program tersebut dalam rangka menuju “Zero Waste Condition” maka perlu ditunjuk komisi khusus secara nasional yang memiliki kaitan dengan jaringan institusi pengelola sampah di Pemerintah Daerah. • Setiap daerah menyiapkan paling tidak menyiapkan minimal dua buah percontohan yang melibatkan perguruan tinggi atau lembaga penelitian teknologi.
19
Perhitungan kebutuhan anggaran : • Investasi : - tanah : Rp 316,800,000,- bangunan : Rp 277,200,000,Rp 764.500.000,- mesin : Rp 170.500.000,• Biaya produksi : Rp 523.071.668,- per tahun Sumber keuangan : • Hibah (grant), baik LN, DN, dll : untuk membiayai investasi & modal kerja • Retribusi sampah : untuk membiayai produksi • Hasil penjualan : untuk membiayai produksi Analisis Revenue (tanpa memperhitungkan investasi tanah & bangunan) : • BEP diperoleh pada tahun ke 2 • IRR sebesar 45,6% Analisis rasio biaya-manfaat (tanpa memperhitungkan investasi tanah, apabila menerapkan 10 unit IKDU di Kota Bandung ) : • B/C = 1,06 20
Kesimpulan : • Program daur ulang, merupakan pilihan yang harus dikembangkan dalam mengatasi persampahan kota saat ini • Program daur ulang saat ini masih belum efektif terutama dalam mengurangi sampah • IKDU merupakan alternatif yang disusulkan, konsep tsb memperhitungkan aspek-aspek keindustrian (motif ekonomi) dan diintegrasikan dalam manajemen sampah kota (motif lingkungan) • IKDU juga dinilai layak (secara ekonomi) sebagai alternatif usaha karena memberikan revenue
Saran Penelitian Lebih Lanjut :
• Untuk menerapkan IKDU di suatu lokasi perlu diteliti komposisi sampah di wilayah tsb sehingga lebih akurat • Perlu dilakukan penelitian dan pengembangan pasar • Perlu dirancang konsep sosialisasi serta institusi yang diberi tugas penuh untuk hal tsb • Penelitian tentang bagaimana meningkatkan kapabilitas teknologi 21