IMUNISASI
Imunisasi Adalah proses merangsang sistem kekebalan tubuh Dengan cara memasukkan virus atau bakteri hidup yang dibunuh, bagian bagian tubuh dari bakteri atau virus atau racun dari bakteri yang sudah dimodifikasi secara oral atau suntik
Tujuan Imunisasi:
Untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit.
Tujuan Imunisasi
Tanpa imunisasi
3 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit campak 2 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena batuk rejan 1 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit tetanus Dan dari setiap 200.000 anak 1 akan menderita penyakit polio
Imunisasi dasar Imunisasi dasar adalah imunisasi yang diberikan untuk mendapat kekebalan awal secara aktif Kekebalan Imunisasi dasar perlu diulang pada DPT, Polio, Hepatitis
BCG Jenis vaksin : Merupakan live attenuated vaccine dari bakteri M. Bovis yang dilemahkan Jadwal imunisasi : diberikan satu kali pada usia < 2 bulan, imunisasi BCG diberikan sedini mungkin karena endemistas TBC yang tinggi di Indonesia dan mencegah terjadinya infeksi TBC yang berat
BCG
Cara pemberian : secara intradermal 0,1 ml untuk anak, 0,05 ml untuk bayi Efek samping : ulkus lokal superfisial 3 minggu setelah penyuntikan, biasanya tertutu krusta dan sembuh dalam 2 – 3 bulan. Limfadenitis supuratif di aksila dan inguinal. Kontraindikasi : reaksi uji tuberkulin > 5 mm, keadaan imunokompromais, HIV, dalam terapi kortikosteroid, gizi buruk, demam tinggi, infeksi kulit yang luas, pernah sakit TBC, kehamilan
Vaksin Hepatitis B
Diberikan 3 kali, Vaksin Hepatitis B diberikan pada usia 0, 1, 3 – 6 bulan Imunisasi Hep- B1 diberikan sedini mungkin setelah lahir (12 jam) karena endemisitas Hep B yang tinggi dan status HbsAg ibu yang tidak diketahui, bila status HbsAg ibu diketahui positif maka diberikan HbIg 0,5 ml bersamaan dengan Hep B1 dan bila HbsAg ibu baru kemudian diketahui positif, maka HbIg masih dapat diberikan sebelum bayi umur 7 hari
Vaksin Hepatitis B
Jenis vaksin : Merupakan inactivated vaccine Cara pemberian : secara intramuskular dalam, pada neonatus dan bayi diberikan di anterolaeral paha, pada anak besar dan dewasa diberikan di regio deltoid Efek samping : reaksi lokal ringan, demam ringan 1 – 2 hari Kontraindikasi : tidak ada kontraindikasi absolut untuk VHB
Polio
Jadwal imunisasi : IPV diberikan tiga kali, dengan jarak 2 bulan mulai dari usia 2, 4, 6 bulan Jenis vaksin : Vaksin polio inactivated berisi vaksin polio tipe 1,2,3 yang dilemahkan dengan formaldehid dan dijumpai neomisin, streptomisin, polimiksin B dalam jumlah kecil
Polio
Cara pemberian : IPV diberikan secara subkutan 0,5 ml Efek samping : pusing, diare, nyeri otot Kontraindikasi : demam suhu > 38,5, muntah, diare berat, dalam pengobatan kortikosteroid atau imunosupresif, keganasan, HIV
DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)
Jadwal imunisasi : diberikan 3 kali sejak usia 2 bulan dengan interval 4 – 6 minggu. DPT 1,2,3 diberi pada usia 2,3,4 bulan. Ulangan DPT4 diberi setahun setelah suntikan DPT3 dan DPT5 diberi pada usia 5 tahun. Jenis vaksin : Toksoid difteri dan tetanus, merupakan bakteri yang dimatikan. Terdiri dari DtaP (aseluler pertusis) dan DTwP (whole cell pertusis)
DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)
Cara pemberian : IM Efek samping : terutama DTwP reaksi lokal, demam, nangis lama > 3 jam, kejang, reaksi anafilaktik Kontra indikasi : riwayat anafilaksis, ensefalopati, riwayat hiperpireksia, riwayat kejang
Campak
Jadwal imunisasi : pada usia 9 bulan oleh karena masih adanya imunitas pasif dari ibu tetapi juga karena angka kejadian campak yang masih tinggi di Indonesia. Ulangan campak pada usia 5 – 7 tahun Jenis vaksin : dari virus campak hidup yang dilemahkan (tipe Edmonston B) atau virus campak yang dimatikan
Campak
Cara pemberian : subkutan atau intramuskular Efek samping : demam > 39,5 C sehingga dapat merangsang terjadi kejang demam Kontra indikasi : imunosupresi, wanita hamil
Jadwal imunisasi (PPI- Diwajibkan)
Jadwal imunisasi (NON PPI – Dianjurkan)
Terimakasih