I03_17ums_kpl Dan Fenomena Banjir

  • Uploaded by: BENY
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View I03_17ums_kpl Dan Fenomena Banjir as PDF for free.

More details

  • Words: 5,218
  • Pages: 19
BEM dan Ikatan Mahasiswa Geografi Indonesia Fakultas Geografi, UMS. JL.A.Yani Tromol Pos I Pabelan Kartosuro, Sukoharjo. No.Telp. 0271-717417 ext 186 Selasa, 17 Maret 2009, Jam 08.30 di Auditorium Moh. Djasmin Al-Kindi, UMS

IDENTIFIKASI DAERAH POTENSI RAWAN BANJIR DENGAN TINGKAT KELAS KEMAMPUAN LAHAN Oleh : Beny Harjadi1 Bengawan Solo membentang dari arah barat daya di sebelah selatan Provinsi Jawa Tengah ke arah timur laut di pantai utara Jawa Timur. Sungai ini melewati sembilan kabupaten/kota di Jawa Tengah dan 11 kabupaten/kota di Jawa Timur. Dari Tempo interaktif (2009) diberitakan bahwa bencana banjir kali ini dibeberapa Kabupaten tersebut bercampur lumpur karena erosi dan longsor. Air yang bercampur lumpur dan berwarna kecoklatan menandakan rusaknya DAS di hulu sungai. Banjir di Surakarta yang disebabkan oleh luapan Bengawan Solo berlangsung dan meluas hingga ke daerah Jawa Timur, seperti Bojonegoro, Lamongan, kata Prof Sunarto (2009) Ketua Pusat Studi Bencana Alam (PSBA) Universitas Gadjah Mada Banjir di sepanjang sungai Bengawan Solo kali ini cukup dahsyat, curah hujan yang tinggi menyebabkan banjir dimana-mana. Sepanjang aliran Bengawan Solo terendam banjir hingga kedalaman 3 m, mulai dari wilayah kota Solo, Karanganyar, Sragen, Ngawi, Blora bagian Cepu, Kedungtuban, Bojonegoro, hingga Lamongan Jawa Timur (Gambar 1).

Pangkah Grobogan

Bojonegoro Surabaya

Surakarta

Cepu Jombang

Sukoharjo

Kr.anyar Magetan

Wonogiri Trenggalek

Gambar 1. Peta Daerah Banjir di Jawa Tengah dan Jawa Timur Tahun 2007 1

Peneliti Madya bidang Pedologi dan Penginderaan Jauh pada Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Solo SEMINAR NASIONAL BEM FAKULTAS GEOGRAFI Fenomena Banjir dan Relokasi Penghuni Bantaran Sungai Bengawan Solo Melalui Perspektif Geografi

1

BEM dan Ikatan Mahasiswa Geografi Indonesia Fakultas Geografi, UMS. JL.A.Yani Tromol Pos I Pabelan Kartosuro, Sukoharjo. No.Telp. 0271-717417 ext 186 Selasa, 17 Maret 2009, Jam 08.30 di Auditorium Moh. Djasmin Al-Kindi, UMS

Berita yang disampaikan oleh Surya on line (2009) bahwa di wilayah Kota Ngawi ada dua kelurahan yang tergenang oleh banjir akibat luapan Bengawan Solo dan Bengawan Madiun. VIVAnews (2009) juga memberitakan bahwa wilayah Mulyorejo, Kelurahan Karang Tengah, Kecamatan Ngawi dan wilayah Kampung Baru, Kelurahan Ketanggi, Kecamatan Ngawi. Daerah yang terimbas banjir akibat luapan air dari Sungai Bengawan Solo untuk di Jawa Tengah antara lain : Sragen, Pati, dan Demak, sedangkan di wilayah Jawa Timur adalah Jember, Lumajang, dan Gresik (Ismoko, 2009). Kerugian akibat luapan banjir Bengawan Solo di daerah hilir Bojonegoro, Jatim, melanda 147 desa tersebar di 17 kecamatan mencapai Rp598.326.509.050,-. Dari berita Kompas (2009) tersebut disampaikan bahwa kerugian terbesar di sektor perumahan mencapai Rp 230 miliar, hampir separuhnya dari jumlah total seluruh kerugian, menurut Ketua Harian Satlak Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (PBP) Pemkab Bojonegoro, Bambang Santoso (2009). Kerugian sektor perumahan akibat terjangan air banjir Bengawan Solo tersebut, mengakibatkan 177 rumah hancur total (termasuk yang hanyut), 3.369 rumah rusak sedang dan 33.218 rumah rusak ringan. Kerugian akibat banjir luapan sungai Bengawan Solo yang melanda 26 desa di Kecamatan Babat, Laren, Karangbinangun, Karanggeneng, dan Glagah, Lamongan, Jatim diperkirakan mencapai Rp 25 miliar. Banjir luapan sungai terpanjang di Jawa itu, merendam 4.457 rumah warga dengan ketinggian air berkisar 0,50-2 meter, 23 mushola, lima gedung SDN, satu SMPN dan satu unit bangunan pondok pesantren. Selain itu, banjir juga merusak areal tanaman padi seluas 804 ha, polowijo/jagung 486 ha, kenaf/serat karung 499 ha dan areal tambak seluas 496 ha. Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, memberlakukan siaga II menghadapi banjir Bengawan Solo di wilayahnya. Ketinggian air di papan duga (pelskal) terus merangkak naik mencapai 14,32 meter di Bojonegoro, dan di Karangnongko, Kecamatan Ngraho, 29,35 meter (siaga II). Banjir luapan Bengawan Solo menggenangi 104 desa di 15 kecamatan di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Sekitar 1.400 rumah terendam. Menurut Bupati Bojonegoro, pemerintah daerah mengharapkan bantuan pemerintah untuk memperbaiki tanggul Bengawan Solo yang jebol. Tahun kemarin tanggul jebol dan hanya ditangani SEMINAR NASIONAL BEM FAKULTAS GEOGRAFI Fenomena Banjir dan Relokasi Penghuni Bantaran Sungai Bengawan Solo Melalui Perspektif Geografi

2

BEM dan Ikatan Mahasiswa Geografi Indonesia Fakultas Geografi, UMS. JL.A.Yani Tromol Pos I Pabelan Kartosuro, Sukoharjo. No.Telp. 0271-717417 ext 186 Selasa, 17 Maret 2009, Jam 08.30 di Auditorium Moh. Djasmin Al-Kindi, UMS

dengan dana darurat dari APBD kabupaten dan tahun ini bersama BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), menurut Suyoto, Senin 16 Februari 2009. Puluhan warga Desa Sranak, Kecamatan Trucuk, Bojonegoro, Jawa Timur khawatir rumahnya longsor pasca banjir Bengawan Solo. Apalagi rumah mereka saat ini hanya berjarak sekitar 1-3 meter dari tepi Sungai Bengawan Solo. Dalam kasus ini sepertinya tidak salah manusia memanfaatkan floodplain, karena pada kenyataannya floodplain itu daerah yang subur adanya deposit endapan bahan yang mengandung pupuk dari lahan diatasnya. Waduk Gajah Mungkur berada 3 Km di sebelah selatan Kota kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Bendungan atau waduk ini dibangun mulai tahun 1970an dan mulai beroperasi pada tahun 1978. Waduk dengan wilayah luas genangan kurang lebih 8800 ha. Beberapa fungsi dari waduk ini antara lain : untuk mengairi sawah seluas 24 000 ha di daerah Sukoharjo, Klaten, Karanganyar hingga ke Sragen. Selain itu juga untuk memasok air minum PDAM Kota Wonogiri. Fungsi lainnya adalah menghasilkan listrik dari PLTA yang sejak awal di design untuk menghasilkan listrik sebesar 12,4 MegaWatt. Modifikasi sungai bengawan sejak jutaan tahun yang lalu yaitu sungai Bengawan Solo mengalir kearah selatan kemudian berpindah kearah utara memanjang dari Jawa tengah sampai Timur. Modifikasi Sungai Bengawan Solo dilakukan untuk mempermudah mengontrol sungai yang alirannya akan menjadi lurus dan tidak berkelak- kelok lagi, yang secara alami diketahui aliran sungai itu berkelok-kelok (meander) pada daerah dengan batuan lunak dan erosif dan akhirnya terjadi proses pengendapan. Tidak hanya bagian tengah saja, bahkan bagian hilir atau bagian ujung sungai inipun sudah direkayasa/ dimodifikasi. Delta Pangkah merupakan salah satu hasil modifikasi sungai Bengawan Solo di bagian hilir. Identifikasi pada daerah berpotensi rawan banjir dengan pendekatan kelas KPL (Kemampuan Penggunaan Lahan) yang mengandung karakter sifat fisik lahan baik yang bersifat permanen maupun yang berubah. Sebenarnya penyebab erosi tidak bisa dilihat dari satu aspek atau satu faktor penyebab saja, misalnya karena hutan gundul atau karena volume tampung sungai menurun, tetapi secara terintegrasi (beberapa aspek) dan holistik (dari hulu sampai hilir) serta terpadu (lintas instansi). SEMINAR NASIONAL BEM FAKULTAS GEOGRAFI Fenomena Banjir dan Relokasi Penghuni Bantaran Sungai Bengawan Solo Melalui Perspektif Geografi

3

BEM dan Ikatan Mahasiswa Geografi Indonesia Fakultas Geografi, UMS. JL.A.Yani Tromol Pos I Pabelan Kartosuro, Sukoharjo. No.Telp. 0271-717417 ext 186 Selasa, 17 Maret 2009, Jam 08.30 di Auditorium Moh. Djasmin Al-Kindi, UMS

A. IDENTIFIKASI DAERAH POTENSI BANJIR Kelas kemampuan lahan semakin rendah (VIII) tidak bisa dipaksakan untuk KPL yang tinggi (I), sebaliknya KPL yang tinggi/bagus untuk keperluan apapun tidak masalah dan sebaiknya untuk budidaya yang memiliki potensi tinggi dengan mengeksploitasi seoptimal mungkin dan lestari. Kelas KPL yang rendah/jelek (VIII) tidak ada cara lain kecuali untuk hutan lindung pada daerah yang miring dan untuk green-belt pada daerah bantaran sungai, tepi waduk dan tepi pantai. Kerusakan alam sekarang ini, antara lain : 1. Lahan potensi untuk pertanian (< IV) dijadikan lahan hutan (> V) 2. Lahan sawah (I) dijadikan pemukiman (III) dan industri (IV) 3. Bantaran sungai sebagai green-belt (VIII) dipaksakan jadi pemukiman (III) 4. Daerah floodplain/endapan (VIII) dijadikan tempat tinggal (III) Identifikasi daerah potensi banjir dapat dilihat dari kondisi buruk saat ini di lapangan dan kondisi ideal yang harus dilakukan agar tidak terjadi banjir (Tabel 1).

Tabel 1. Kondisi Buruk dan Kondisi Ideal di Suatu DAS (Daerah Aliran Sungai) DAS

HULU

KONDISI BURUK

KONDISI IDEAL

Bentuk lahan perbukitan dan

Bentuk lahan perbukitan atau

pegunungan dengan kemiringan

pegunungan tidak terlalu miring

lereng yang curam (>35%) sampai

dengan tanah yang tidak terlalu

terjal (>85%) ditunjang tanah dengan

tinggi liatnya < 30% dengan jenis

kandungan liat tinggi (>60%) dengan

tanah yang tidak erosif seperti

tanah Vertisols, Ultisols atau Alfisols Inceptisols, Oxisols, dan Spodosols Batuan keras dan padu dengan tipe

Batuan lunak dan sudah mengalami

batuan metamorf mudah melepaskan

pelapukan lebih lanjut, dengan tipe

air sebagai aliran permukaan atau

batuan sedimen atau beku yang dapat

sub-surface/run-off, dengan batuan di menyerap air seperti batuan kapur, permukaan dan batuan singkapan >

dengan batuan singkapan dan batuan

40% mengganggu tanaman

permukaan < 40%

Tanah gundul, terbuka atau bero atau

Tanah dengan tanaman kayu-kayuan

SEMINAR NASIONAL BEM FAKULTAS GEOGRAFI Fenomena Banjir dan Relokasi Penghuni Bantaran Sungai Bengawan Solo Melalui Perspektif Geografi

4

BEM dan Ikatan Mahasiswa Geografi Indonesia Fakultas Geografi, UMS. JL.A.Yani Tromol Pos I Pabelan Kartosuro, Sukoharjo. No.Telp. 0271-717417 ext 186 Selasa, 17 Maret 2009, Jam 08.30 di Auditorium Moh. Djasmin Al-Kindi, UMS

diupayakan untuk hutan produksi,

permanen rapat untuk hutan lindung,

lebih parah lagi sebagai lahan

dan merupakan cagar alam yang

pertanian pada desa yang lapar lahan

tidak boleh dibudidayakan

Kelas KPL VII dan VIII yang

Kelas KPL yang jelek/rendah seperti

seharusnya hanya layak untuk Hutan

KPL VII dan VIII hanya layak untuk

Lindung atau Hutan Rimba kadang

hutan produksi terbatas dan untuk

masih diupayakan petani untuk

hutan lindung atau daerah green-belt

tanaman kopi atau singkong

jalur hijau sepanjang tepi sungai.

Bentuk lahan Alluvial, Colluvial, dan Bentuk lahan Alluvial, Colluvial dan Perkampungan yang tidak cukup

Perkampungan merupakan daerah

daya tampungnya akan mengalami

endapan dari daerah atas yang

peluapan air berupa banjir, dan

merupakan tanah yang subur, jika

TENGAH peluapan tanah berupa longsor.

saluran drainase baik dan

Berada pada kelerengan mirng

permeabilitas tanah cepat. Maka di

(>8%)) sampai agak curam (<35 %),

daerah pedesaan/pegunungan

tanah deposit seperti Entisols dengan

kepadatan perkampungan terletak di

liat yang sedang.

daerah tengah atau kaki bukit

Batuan sedimen di daerah tengah

Batuan sedimen di daerah tengah

sudah banyak mengalami pelapukan,

sudah banyak mengalami pelapukan

jika didominasi batuan metamorf dan

karena suhu, tekanan, panas dan air

batuan yang kebanyakan belum

sehingga banyak terjadi proses

melapuk maka nampak batuan

dekomposisi dan desintegrasi batuan

singkapan dan batuan permukaan

dan perkembangan lebih lanjut

Tanah terlantar atau marjinal yang

Tanah diupayakan untuk hutan

tidak diupayakan untuk tanaman

tanaman, hutan produksi atau

pertanian atau dibiarkan ditumbuhi

tanaman semusim dengan pembuatan

semak-belukar, rumput-rumputan,

terasering baik teras bangku maupun

dan alang-alang yang menjadikan

teras gulud, maka produktivitas tanah

lahan tidak produktif dan penyerapan

akan meningkat dan hasil produksi

air kedalam tanah terganggu

tanaman juga meningkat.

SEMINAR NASIONAL BEM FAKULTAS GEOGRAFI Fenomena Banjir dan Relokasi Penghuni Bantaran Sungai Bengawan Solo Melalui Perspektif Geografi

5

BEM dan Ikatan Mahasiswa Geografi Indonesia Fakultas Geografi, UMS. JL.A.Yani Tromol Pos I Pabelan Kartosuro, Sukoharjo. No.Telp. 0271-717417 ext 186 Selasa, 17 Maret 2009, Jam 08.30 di Auditorium Moh. Djasmin Al-Kindi, UMS

HILIR

Kelas KPL III sampai KPL VI

Kelas KPL III sampai VI banyak

banyak terdapat di daerah tengah

ditemui di daerah tengah, sehingga

sehingga pemanfaatannya harus

pemanfaatan kelas III dan IV hanya

sesuai dengan kelasnya dan jika

untuk pertanian dan kelas V dan VI

melebihi kapasitas kelas, misalnya

untuk tanaman kehutanan harus

lahan dengan kelas KPL VI yang

dipatuhi. Pada daerah-daerah yang

seharusnya dihutankan dipaksakan

miring dilakukan konservasi dengan

untuk semusim akan berpotensi

cara mekanis, vegetatif, biologis

sebagai sumber longsor dan banjir

maupun kimiawi.

Bentuk lahan Plain (dataran) dan

Bentuk lahan dataran, pantai dan

Beach (Pantai) dan Alluvial (tepi

alluvial merupakan daerah timbunan

sungai) akan berpotensi banjir dalam

dari daerah atas sehingga merupakan

bentuk genangan air di dataran,

daerah yang subur. Sehingga

luapan sungai di daerah alluvial dan

penduduk semakin padat untuk

air rob dari air laut yang naik ke

kehidupan pertanian, apalagi jika ada

darat, sehingga ada ketentuan untuk

fasilitas irigasi, akses jalan lancar

tidak menempati didekat bantaran.

dan pemasaran mudah.

Batuan yang keras dari batuan

Batuan lunak dan jika batuan masih

metamorf , beku dan sedimen

keras atau belum mengalami

menyebabkan tidak mampu

pelapukan harus dibuat drainase

menyerap atau dilalui air, akibatnya

dengan volume tampung jauh dari

lahan tergenangi karena drainase

cukup. Jalan harus ada saluran

jelek. Harus dibedakan antara saluran drainase, bantaran sungai hendaknya drainase dengan saluran irigasi.

bebas dari pemukiman

Tanah gundul dan sering dilakukan

Tanah diusahakan untuk dihijaukan,

pemadatan tanah dengan cara diaspal

minimal 30%, dan dibuat saluran

atau dengan betonisasi maka tidak

pembuangan air yang cukup, rumah-

ada kesempatan air hujan masuk ke

rumah dibuat talang sehingga pori

tanah, apalagi tanah yang kembang

tanah tidak tertutup oleh percikan

kerut seperti Vertisols maka jalan-

partikel tanah, dan setiap rumah

SEMINAR NASIONAL BEM FAKULTAS GEOGRAFI Fenomena Banjir dan Relokasi Penghuni Bantaran Sungai Bengawan Solo Melalui Perspektif Geografi

6

BEM dan Ikatan Mahasiswa Geografi Indonesia Fakultas Geografi, UMS. JL.A.Yani Tromol Pos I Pabelan Kartosuro, Sukoharjo. No.Telp. 0271-717417 ext 186 Selasa, 17 Maret 2009, Jam 08.30 di Auditorium Moh. Djasmin Al-Kindi, UMS

jalan akan mudah rusak karena pori-

membuat sumur resapan yang akan

pori tanah tertutup rapat

menampung air sebagai cadangan air

Kelas KPL yang bagus I dan II

Kelas KPL I dan II merupakan lahan

kadang ditelantarkan atau banyak

pertanian yang intensif yang dapat

didirikan bangunan tanpa ada

dikembangkan menjadi lahan

perimbangan saluran pembuangan air pertanian sawah irigasi dengan 3 kali dan irigasi yang cukup maka

panen/ tahun atau komnbinasi

produktivitas lahan akan menurun.

dengan palawija, akan dapat dipakai

Apalagi bantaran sungai didirikan

sebagai lumbung padi/pertanian di

bangunan akan mengakibatkan banjir daerah pedesaan.

B. KONDISI FISIK ALAM YANG BERPOTENSI RAWAN BANJIR

B.1. Faktor Permanen/Tetap a. Lahan Bentuk lahan pegunungan dengan kemiringan lereng > 85%, bentuk lahan Alluvial, sampai bentuk lahan Plain (dataran) dengan kemiringan < 4%, banyak batuan singkapan dan bataun permukaan sehingga menghambat peresapan air hujan kedalam tanah, kecuali batu kapur yang akan menyerap atau meloloskan air. b. Tanah Tanah yang sulit meloloskan air seperti tanah Vertisols, Ultisols dan Alfisols yang mengandung liat tipe 2:1 Montmorilonit dan tipe 1:1 Vermikulit. Kedalaman solum dan regolit yang dangkal menyebabkan sebagian besar air lari dalam bentuk run-off (aliran permukaan). Tekstur tanah yang cenderung liat berat, dengan struktur tanah yang besar seperti kubus atau tiang, Permeabilitas tanah lambat dengan drainase jelek. c. Batuan Tipe batuan metamorf yang padu dan berlapis, sehingga sulit dilewati air dan air hujan banyak yang terbuang dalam bentuk run-off, perkolasi atau sub-surface. Tegangan pemecahan batuan yang keras atau ekstrim keras dan pelapukan masih ringan. d. Erosi SEMINAR NASIONAL BEM FAKULTAS GEOGRAFI Fenomena Banjir dan Relokasi Penghuni Bantaran Sungai Bengawan Solo Melalui Perspektif Geografi

7

BEM dan Ikatan Mahasiswa Geografi Indonesia Fakultas Geografi, UMS. JL.A.Yani Tromol Pos I Pabelan Kartosuro, Sukoharjo. No.Telp. 0271-717417 ext 186 Selasa, 17 Maret 2009, Jam 08.30 di Auditorium Moh. Djasmin Al-Kindi, UMS

Banyak terjadi erosi lebih dari 50% dengan jenis erosi ringan seperti erosi permukaan sampai erosi berat seperti erosi longsor, dengan indeks deplesi tanah 3 yaitu lapisan tanah tipis langsung ke lapisan C atau bahan induk dan lapisan R atau batuan induk.

B.2. Faktor Berubah e. Konservasi Tanah Kontan < 50% unntuk daerah miring baik dengan cara vegetatif, makanis, kimiawi atau biologis. Jenis teras tidak bergulud atau tidak berteras bangku yang sejajar kontur atau menyabuk gunung. Kondisi tampingan teras tidak ada rumput atau batu-batuannya. f. Penutupan Lahan Lahan gundul atau bero sehingga kemampuan peresapan air hujan kedalam tanah rendah. Masih beruntung jika tanah yang terlantar tersebut secara alami ditumbuhi alang-alang, rumput-rumputan atau semak-belukar. g. KPL yang Berpotensi Rawan Banjir KPL VIII yang merupakan KPL paling jelek dengan potensi produktivitas lahan paling rendah perlu dilindungi dengan dijadikan kawasan hutan lindung pada daerah yang curam di perbukitan dan pegunungan atau sebagai green-belt atau jalur hijau di sekitar waduk atau sungai (lihat Tabel Lampiran 1). Sub kelas w (wetness) dengan ciriciri lahan dengan drainase jelek dan permeabilitas lambat pada tanah liat dan terdapat batuan padu, juga tidak ada saluran drainase yang cukup volume tampungnya dan tidak adanya sumur resapan atau kesempatan air hujan masuk kedalam tanah (Gambar 2).

SEMINAR NASIONAL BEM FAKULTAS GEOGRAFI Fenomena Banjir dan Relokasi Penghuni Bantaran Sungai Bengawan Solo Melalui Perspektif Geografi

8

BEM dan Ikatan Mahasiswa Geografi Indonesia Fakultas Geografi, UMS. JL.A.Yani Tromol Pos I Pabelan Kartosuro, Sukoharjo. No.Telp. 0271-717417 ext 186 Selasa, 17 Maret 2009, Jam 08.30 di Auditorium Moh. Djasmin Al-Kindi, UMS

Gambar 2. Peta Beberapa Sub-DAS di DAS Bengawan Solo Hulu, Kabupaten Wonogiri

Beberapa kesalahan yang sering terjadi dan menjadi penyebab banjir yang dilakukan oleh manusia, pada keadaan tanah, air dan kondisi tanaman tertentu (Tabel 2).

Tabel 2. Kesalahan oleh Penyebab tertentu dan yang Seharusnya Dilakukan untuk Menghindari Terjadinya Banjir PENYEBAB

MANUSIA

KESALAHAN

SEHARUSNYA

Sering memiliki kebiasaan yang

Sampah sebaiknya dikelola

tidak baik yaitu membuang sampah

dengan baik yaitu ditimbun, akan

di selokan, sungai atau waduk

menjadi pupuk kompos

Tinggal dibantaran sungai karena

Tempat tinggal sebaiknya jauh

tidak memiliki lahan untuk tempat

dari bantaran sungai yang

tinggal dan lahan bidang usaha

diperuntukkan jalur hijau

Membabat habis hutan milik negara

Hutan sebagai cadangan air

maupun milik rakyat dan tidak

terbesar sebaiknya diselamatkan

menanam kembali, mengakibatkan

jangan sampai dihabiskan, apalagi

tidak ada lagi cadangan air tanah

untuk kawasan hutan lindung

SEMINAR NASIONAL BEM FAKULTAS GEOGRAFI Fenomena Banjir dan Relokasi Penghuni Bantaran Sungai Bengawan Solo Melalui Perspektif Geografi

9

BEM dan Ikatan Mahasiswa Geografi Indonesia Fakultas Geografi, UMS. JL.A.Yani Tromol Pos I Pabelan Kartosuro, Sukoharjo. No.Telp. 0271-717417 ext 186 Selasa, 17 Maret 2009, Jam 08.30 di Auditorium Moh. Djasmin Al-Kindi, UMS

TANAH

AIR

TANAMAN

Pembuatan rumah tanpa talang akan

Rumah sebaiknya dilengkapi

merusak pori-pori tanah akibat

dengan talang, jalan diberi

tertutup percikan partikel tanah dari

kesempatan peresapan air ke

pukulan jatuhnya air hujan

tanah, selokan dan sumur resapan

Tanah dengan batu kapur tidak

Tanah dengan batuan kapur

dimanfaatkan untuk teras dengan

sebaiknya dibuat tandon air dalam

tampingan dari batu kapur dan tidak

bentuk embung, chek-dam atau

ada upaya pembuatan cadangan

waduk, karena sifat batu kapur

tandon air, maka akan kesulitan air

yang meloloskan air hujan

Tanah liat Vertisols yang memiliki

Tanah dengan kandungan liat

sifat mengembang pada saat terkena

tinggi dibuat jalan dari beton

hujan maka akan menyebabkan air

dengan saluran pembuangan yang

hujan masuk kedalam tanah dan

ekstra lebar, dan jangan sampai

akan terbuang dalam bentuk aliran

tanah dibiarkan bero, agar ada

permukaan yang berpotensi banjir

perakaran yang meresapkan air

Penyerapan air kedalam tanah tidak

Peresapan air hujan untuk masuk

dijaga dengan pembuatan peresapan

kedalam tanah, agar mengurangi

air di jalan maupun di pekarangan

aliran permukaan dan banjir

dalam bentuk sumur resapan

dengan pembuatan sumur resapan

Air hujan tidak dikelola dengan

Air hujan yang jatuh di tanah jika

baik, sehingga pada saat hujan

dikelola akan bermanfaat dan jika

banjir dan saat kemarau kekeringan

dibiarkan akan menjadi bencana

Tidak ada upaya untuk mengelola

Harus diupayakan air hujan

air hujan secara kualitas, kuantitas

sebagai sumber kehidupan

dan kontinyuitas dengan baik,

manusia agar dijaga kualitas,

sehingga ketersediaan air berkurang

kuantitas, dan kontinyuitasnya

Tanaman hutan sebagai cadangan

Tanaman hutan sebagai kawasan

air terbesar digunduli, sehingga total lindung, produksi terbatas, hutan hutan kurang dari 30% (alih fungsi)

produksi untuk dilestarikan

Pada daerah mring yang lebih dari

Daerah miring sesuai dengan

SEMINAR NASIONAL BEM FAKULTAS GEOGRAFI Fenomena Banjir dan Relokasi Penghuni Bantaran Sungai Bengawan Solo Melalui Perspektif Geografi

10

BEM dan Ikatan Mahasiswa Geografi Indonesia Fakultas Geografi, UMS. JL.A.Yani Tromol Pos I Pabelan Kartosuro, Sukoharjo. No.Telp. 0271-717417 ext 186 Selasa, 17 Maret 2009, Jam 08.30 di Auditorium Moh. Djasmin Al-Kindi, UMS

45% masih ditanami tanaman

ketentuan untuk tanaman hutan

semusim dan kadang tidak berteras

baik hutan negara maupun hutan

dan tidak menyabuk gunung

rakyat harus menjadi budaya

Daerah persawahan irigasi yang

Daerah persawahan sebagai

paling produktif untuk pertanian

lumbung ketahanan pangan,

berubah menyadi pemukiman,

karena jumlahnya terbatas agar

industri dan lahan tidak produktif

tidak beralih fungsi ke lainnya

C. RELOKASI DAERAH YANG AMAN DARI BANJIR 1

Bentang Lahan dengan komposisi bentuk lahan yang berimbang antara daerah atas/hulu dengan bentuk lahan Pegunungan dan Perbukitan, daerah tengah dengan bentuk lahan Alluvial dan Colluvial dan bentuk lahan dataran dan pantai. Untuk Bengawan Solo sebagian besar bentuk lahan Alluvial dan Dataran > 70% dan daerah hulu kurang dari 30%, seharusnya buangan air cukup tertampung dibawah namun kenyataanya masih banjir walaupun sudah ditampung waduk. Banjir tersebut karena kecepatan debit air kebawah lebih cepat dari pada buangan air di daerah bawah ke laut, sehingga perlu dibuat sumur-sumur resapan, dihindari betonisasi yang tidak ada kesempatan air masuk ke tanah, dan saluran drainase dengan volume tampung yang cukup seperti kanal-kanal peninggalan jaman Belanda. Pada daerah Alluvial yang berpotensi banjir untuk tidak didirikan bangunan atau pemukiman yaitu sepanjang sungai dan sekitar waduk. Pada daerah Colluvial agar tidak dijadikan perkampungan atau pemukiman karena daerah tersebut potensi terjadinya longsor dan luapan banjir air dan lumpur.

2

Tanah yang memiliki tekstur liat berat dengan struktur tanah yang besar-besar seperti kubus dan kolumnar untuk tanah liat Vertisol agar dibuat saluran drainase dan saluran irigasi yang dipisahkan. Kedua saluran tersebut berbeda fungsi yaitu irigasi untuk menyalurkan air hujan dari waduk dan saluran drainase untuk pembuangan kelebihan air hujan yang lari dalam bentuk alirn permukaan. Karena tanah liat Vertisol biasanya jalan mudah rusak lalu dilakukan betonisasi, tetapi hendaknya ada kesempatan air untuk meloloskan diri kedalam tanah dan kanan-kiri jalan dibuat saluran yang cukup lebar.

SEMINAR NASIONAL BEM FAKULTAS GEOGRAFI Fenomena Banjir dan Relokasi Penghuni Bantaran Sungai Bengawan Solo Melalui Perspektif Geografi

11

BEM dan Ikatan Mahasiswa Geografi Indonesia Fakultas Geografi, UMS. JL.A.Yani Tromol Pos I Pabelan Kartosuro, Sukoharjo. No.Telp. 0271-717417 ext 186 Selasa, 17 Maret 2009, Jam 08.30 di Auditorium Moh. Djasmin Al-Kindi, UMS

3

Tanah yang banyak batuan permukaan dan batuan singkapan bisa dipakai untuk pembuatan teras bangku. Tipe batuan tanah yang berasal dari batuan metamorf yang biasanya membentuk lapisan-lapisan seperti Gneiss, Batu sabak, Marmer dll perlu dihindari penanaman keras, karena tipe batuan tersebut menyebabkan tanah jenuh dan batuannya sebagai bidang luncur yang mengakibatkan mudah terjadi longsor dan banjir.

4

Pada tanah-tanah miring yang berpotensi terjadinya erosi akan berakibat juga terjadinya banjir, maka hendaknya dilakukan pemotongan panjang lereng dengan membuat Hill Side Ditch atau teras bangku dan konservasi tanah mekanis lainnya seperti pembuatan Gully Plug, Waduk, Teras Bangku, Teras Kredit, Teras Gulud dll. Juga pada daerah miring yang berpotensi terjadinya erosi dilakukan konservasi Vegetatif dengan Penghijauan atau Reboisasi dan penanaman rumput pada tampingan teras, juga konservasi kimiawi dengan pemberian pupuk dan pengolahan tanah yang berimbang, serta konservasi secara biologis dengan pemberian pupuk kandang, mikoriza untuk perbaikan sifat fisik agregat tanah dan penyerapan hara tanah.

5

Penutupan lahan yang masih sedikit atau bahkan gundul perlu dilakukan penghijauan kembali pada lahan tegal, hutan rakyat dan reboisasi pada hutan negara agar tanah tidak rusak karena air hujan yang langsung jatuh ke tanah akan mengakibatkan partikelpartikel menutupi pori-pori tanah. Tanaman yang ada di pekarangan juga bermanfaat sebagai cadangan air dan diapakai sebagai sumber air dimusim kemarau.

6

Pada lahan-lahan dengan KPL yang jelek atau rendah (VIII) tidak ada peluang lagi untuk usaha lain kecuali diselamatkan dengan dilindungi sebagai kawasan hutan lindung maupun pada jalur hijau di sekitar waduk dan kanan-kiri sungai. Untuk KPL yang baik atau kelas tinggi (I) walaupun bisa digunakan untuk apapun hendaknya dimanfaatkan seoptimal mungkin karena lahan dengan KPL kelas I jumlahnya tidak banyak atau tidak terlalu luas. Misalnya jangan sampai lahan kelas I digunakan untuk Pemukiman (III), industri (IV) atau hanya dihutankan (VI atau VII).

SEMINAR NASIONAL BEM FAKULTAS GEOGRAFI Fenomena Banjir dan Relokasi Penghuni Bantaran Sungai Bengawan Solo Melalui Perspektif Geografi

12

BEM dan Ikatan Mahasiswa Geografi Indonesia Fakultas Geografi, UMS. JL.A.Yani Tromol Pos I Pabelan Kartosuro, Sukoharjo. No.Telp. 0271-717417 ext 186 Selasa, 17 Maret 2009, Jam 08.30 di Auditorium Moh. Djasmin Al-Kindi, UMS

D. PENUTUP Penanganan banjir tidak bisa dilihat dari satu faktor penyebab tetapi harus dilihat penyebabnya yang komplek yaitu satu sama lainnya saling menguatkan, misalnya kerusakan alam oleh ulah manusia, sifat alam yang jelek, dan curah hujan yang berlimpah. Faktor yang harus diperhatikan daerah rawan banjir ditinjau dari tingkat kelas kemampuan lahan antara lain : (a) faktor permanen yaitu bentuk lahan, jenis batuan, jenis tanah dan lereng, dan (b) faktor berubah yaitu : erosi, konservasi tanah (kontan), penggunaan lahan, dan KPL (Kemampuan Penggunaan Lahan). Penanggulangan dan pencegahan banjir hendaknya dilakukan secara terpadu dari beberapa instansi yang terkait, antara lain dari Menteri Kehutanan (Balai Pengelolaan DAS), Menteri PU (Dinas Pengairan dan Jasa Tirta), Menteri Pertanian (Dinas Irigasi), Menteri Lingkungan Hidup dan dikoordinir oleh Menteri Dalam Negri. Instansi yang bertanggungjawab terhadap pengelolaan suatu DAS meliputi beberapa instansi lintas sektoral. DAS di bawah pengelolaan Departemen Kehutanan yang bertanggung jawab terjaganya konservasi tanah dan air. Bersama instansi daerah yang mengelola Lingkungan Hidup, Balai Sumber Daya Air dan Jasa Tirta (di Jatim dan Jateng) mengelola pemanfaatan sumber air untuk berbagai keperluan atau manfaat seperti PLTA, air minum dan irigasi. Sementara infrastruktur seperti waduk, embung, bendungan, irigasi di bawah Departemen Pekerjaan Umum.

SEMINAR NASIONAL BEM FAKULTAS GEOGRAFI Fenomena Banjir dan Relokasi Penghuni Bantaran Sungai Bengawan Solo Melalui Perspektif Geografi

13

BEM dan Ikatan Mahasiswa Geografi Indonesia Fakultas Geografi, UMS. JL.A.Yani Tromol Pos I Pabelan Kartosuro, Sukoharjo. No.Telp. 0271-717417 ext 186 Selasa, 17 Maret 2009, Jam 08.30 di Auditorium Moh. Djasmin Al-Kindi, UMS

Tabel. Lampiran 1. Kriteria Penetapan Kelas kemampuan Penggunaan Lahan (KPL) atau Land Use Capability Class

Faktor Penghambat A. LAHAN A1. Bentuk lahan A2. Kemiringan lereng A3. Relief Relatif A4.Batuan Singkapan A5. Batuan di Permukaan B. TANAH B1. Jenis Tanah B2. Kedalaman Tanah B3. Kedalaman Regolit B4. Warna Tanah B5. Tekstur Tanah B6. Struktur Tanah B7. Kemasaman Tanah B8. Permeabilitas B9. Drainase

I

II

III

IV

V

VI

VII

VIII

P 4-8% e, d 0 0

P 8-15 e, d 1-10 1-10

A 15-25 o. l 10-20 10-20

H 25-35 h, i 20-40 20-40

V, K 35-45 a, b 40-60 40-60

M, B 45-65 60-80 60-80

65-85 >80 >80

>85% >80 >80

D, I >90 >200 6,1-7,3 -

M, I 60-90 100-200 gelap kasar G,R 6,1-7,3 1,2 1,2

V, I 30-60 80-100 sedang sedang S, A 6,1-7,3 3,4 3,4

F, U 15-30 60-80 terang halus S, A d/g 5,6 5,6

E, A, S 10-15 40-60 K,B c/h -

O, H <10 20-40 gelap kasar K,B b/i 1,2 1,2

O, H <10 10-20 sedang sedang L,M a/j 3,4 3,4

<10 <10 terang halus L,M a/j 5,6 5,6

SEMINAR NASIONAL BEM FAKULTAS GEOGRAFI Fenomena Banjir dan Relokasi Penghuni Bantaran Sungai Bengawan Solo Melalui Perspektif Geografi

14

BEM dan Ikatan Mahasiswa Geografi Indonesia Fakultas Geografi, UMS. JL.A.Yani Tromol Pos I Pabelan Kartosuro, Sukoharjo. No.Telp. 0271-717417 ext 186 Selasa, 17 Maret 2009, Jam 08.30 di Auditorium Moh. Djasmin Al-Kindi, UMS

Tabel.Lampiran 1. Kriteria Penetapan Kelas kemampuan Penggunaan Lahan (KPL) atau Land Use Capability Class (Labjutan...........)

Faktor Penghambat C. BATUAN C1. Tipe Batuan C2. Tegangan/Pemecahan C3. Pelapukan D. EROSI D1. Prosentase erosi D2. Jenis erosi D3. Tingkat erosi D4. Indeks deplesi tanah E. KONSERVASI TANAH E1. Prosentase berteras E2. Jenis teras E3. Tampingan teras E4. Kondisi teras F. PENUTUPAN LAHAN F1. Kelas penutupan lahan F2. Jenis penutupan lahan

I

II

III

IV

V

VI

VII

VIII

I, S 1 5

I, S 1 5

I, S 2 4

I, S 3 3

S, M 4 2

S, M 5 1

6 0

6 0

0 0

10-20 S 1 0

20-30 S 2 1

30-40 R 1 1

40-50 R 2 2

> 50% L, G 1 2

20-30 -

0 -

> 50% Bl -

> 50% 40-50 30-40 Br Bo Bm, Rd Berbatu berumput -

Si1 S 3x/th

Si2 S 2x/th

SEMINAR NASIONAL BEM FAKULTAS GEOGRAFI Fenomena Banjir dan Relokasi Penghuni Bantaran Sungai Bengawan Solo Melalui Perspektif Geografi

> 50% L, G 2 3 0 -

Sr Ao/Ap Ac Hp Ht Pd.Gogo Pkrngan Tegal/HR produksi terbatas

> 50% L, G 3 3 0 -

Hr rimba

15

BEM dan Ikatan Mahasiswa Geografi Indonesia Fakultas Geografi, UMS. JL.A.Yani Tromol Pos I Pabelan Kartosuro, Sukoharjo. No.Telp. 0271-717417 ext 186 Selasa, 17 Maret 2009, Jam 08.30 di Auditorium Moh. Djasmin Al-Kindi, UMS

Tabel Lampiran 2. Kartu Lapangan untuk Pemberian Simbol pada saat Inventarisasi Sumber Daya Lahan (ISDL)

SEMINAR NASIONAL BEM FAKULTAS GEOGRAFI Fenomena Banjir dan Relokasi Penghuni Bantaran Sungai Bengawan Solo Melalui Perspektif Geografi

16

BEM dan Ikatan Mahasiswa Geografi Indonesia Fakultas Geografi, UMS. JL.A.Yani Tromol Pos I Pabelan Kartosuro, Sukoharjo. No.Telp. 0271-717417 ext 186 Selasa, 17 Maret 2009, Jam 08.30 di Auditorium Moh. Djasmin Al-Kindi, UMS

Tabel Lampiran 2. Kartu Lapangan untuk Pemberian Simbol pada saat Inventarisasi Sumber Daya Lahan (ISDL), lanjutan.......

SEMINAR NASIONAL BEM FAKULTAS GEOGRAFI Fenomena Banjir dan Relokasi Penghuni Bantaran Sungai Bengawan Solo Melalui Perspektif Geografi

17

BEM dan Ikatan Mahasiswa Geografi Indonesia Fakultas Geografi, UMS. JL.A.Yani Tromol Pos I Pabelan Kartosuro, Sukoharjo. No.Telp. 0271-717417 ext 186 Selasa, 17 Maret 2009, Jam 08.30 di Auditorium Moh. Djasmin Al-Kindi, UMS

DAFTAR PUSTAKA Bambang Santoso, 2009. Kerugian terbesar di bidang sektor perumahan mencapai Rp 230 miliar, hampir separuhnya dari jumlah total seluruh kerugian. Ketua Harian Satlak Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (PBP) Pemkab Bojonegoro. Ismoko Widjaya, 2009. Berita VIVAnews :”Luapan air Sungai Bengawan Solo membanjiri tujuh Kabupaten di sepanjang Jawa Tengah dan Jawa Timur”. Minggu, 1 Februari 2009, 10:08 WIB Kompas, 2009. Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, memberlakukan siaga II menghadapi banjir Bengawan Solo. Bojonegoro. Minggu, 1 Februari 2009 | 08:24 WIB Sunarto, 2009. Banjir di sepanjang sungai Bengawan Solo kali ini cukup dahsyat. Ketua Pusat Studi Bencana Alam (PSBA) Universitas Gadjah Mada. Bojonegoro, Jawa-Timur. SURYA Online, 2009. Banjir akibat luapan Sungai Bengawan Solo dan Bengawan Madiun, anak Sungai Bengawan Solo, mulai masuk wilayah Kota Ngawi. Minggu, 1 Februari 2009 | 17:27 WIB Suyoto,

2009. Pemerintah daerah mengharapkan bantuan pemerintah untuk memperbaiki tanggul Bengawan Solo yang jebol bersama BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana). Bojonegoro. Senin 16 Februari 2009.

TEMPO Interaktif, 2009. Banjir di Surakarta yang disebabkan oleh luapan Bengawan Solo masih akan berlangsung dan meluas hingga daerah ke Jawa Timur. Yogyakarta: 2 Februari 2009 VIVAnews, 2009. Sungai Bengawan Solo meluber setelah hujan tak berhenti sejak Jumat (30 Januari 2009) malam. Madiun, 30 Januari 2009.

SEMINAR NASIONAL BEM FAKULTAS GEOGRAFI Fenomena Banjir dan Relokasi Penghuni Bantaran Sungai Bengawan Solo Melalui Perspektif Geografi

18

BEM dan Ikatan Mahasiswa Geografi Indonesia Fakultas Geografi, UMS. JL.A.Yani Tromol Pos I Pabelan Kartosuro, Sukoharjo. No.Telp. 0271-717417 ext 186 Selasa, 17 Maret 2009, Jam 08.30 di Auditorium Moh. Djasmin Al-Kindi, UMS

BIODATA BENY HARJADI Data Diri : Nama : Ir. Beny Harjadi, MSc. Tempat/Tanggal Lahir: Surakarta, 17 Maret 1961 NIP/Karpeg : 19610317.199002.1.001/ E.896711 b Pangkat/Golongan : Pembina / IV Jabatan : Peneliti Madya

Riwayat Pendidikan : TK : TK Aisyiyah Premulung, Surakarta (1967) SD : SD Negeri 94 Premulung, Surakarta (1973) SMP : SMP Negeri IX Jegon Pajang, Surakarta (1976) SMA : SMA Muhammadiyah I, Surakarta (1980) S1 : IPB (Institut Pertanian Bogor), Jurusan Tanah/Fak.Pertanian,BOGOR (1987) Kursus LRI (Land Resources Inventory) kerjasama dengan New Zealand selama 9 bulan untuk Inventarisasi Sumber Daya Lahan (1992), INDONESIA-NEW ZEALAND S2 : ENGREF (École Nationale du Génie Rural, des Eaux et des Forêst), Jurusan Penginderaan Jauh Satelit/ Fak.Kehutanan, Montpellier, PERANCIS (1996) PGD : Post Graduate Diplome Penginderaan Jauh, di IIRS (Indian Institute of Remote Sensing) di danai dari CSSTEAP (Centre for Space Science & Technology Education in Asia and The Pasific) Affiliated to the United Nations (UN/PBB : Perserikatan Bangsa-Bangsa), Dehradun – INDIA (2005).

Riwayat Pekerjaan : 1. Staf Balai Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS), Surakarta (1989). 2. Ajun Peneliti Madya Bidang Konservasi Tanah dan Air pada BTPDAS-WIB (Balai Teknologi Pengelolaan DAS – Wilayah Indonesia Bagian Barat), 1998. 3. Peneliti Muda Bidang Konservasi Tanah dan Air pada BTPDAS-WIB (Balai Teknologi Pengelolaan DAS – Wilayah Indonesia Bagian Barat), 2001. 4. Peneliti Madya Bidang Konservasi Tanah dan Air pada BP2TPDAS-IBB (Balai Litbang Teknologi Pengelolaan DAS - Indonesia Bagian Barat), 2005. 5. Peneliti Madya Bidang Pedologi dan Penginderaan Jauh pada BPK (Balai Penelitian Kehutanan) Solo, 2006

Riwayat Organisasi : 1. Menwa Mahawarman, Jawa Barat (1980 – 1985) 2. HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), (1980 – 1983) 3. Ketua ROHIS BP2TPDAS-IBB, 2 periode (2000-2006)

Penghargaan : 1. Satya Lancana Karya Satya 10 tahun, No. 064/TK/Tahun 2004

Alamat Penulis : 1. Kantor : BPK SOLO, d/a Jl.Ahmad Yani Pabelan, Po.Box.295, Surakarta. Jawa Tengah, Telp/Fax : 0271–716709, 715969. E-mail: [email protected] 2. Rumah : Perumahan Joho Baru, Jl.Gemak II, Blok T.10, Rt 04/ Rw VIII, Kel.Joho, Sukoharjo, Jawa Tengah. Telp : 0271- 591268. HP : 081.22686657 E-mail : [email protected] SEMINAR NASIONAL BEM FAKULTAS GEOGRAFI Fenomena Banjir dan Relokasi Penghuni Bantaran Sungai Bengawan Solo Melalui Perspektif Geografi

19

Related Documents


More Documents from ""