Hukum Diplomasi: Kelas Iv-b

  • Uploaded by: Kim Varmy Leunarda M
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Hukum Diplomasi: Kelas Iv-b as PDF for free.

More details

  • Words: 1,498
  • Pages: 23
HUKUM DIPLOMASI

Kelas IV-B

Note : Guys materinya agak panjang jadi selamat membaca, semoga materinya masuk, utsnya bisa dapat A, amin! love you all! Xoxo >_<

HUKUM DIPLOMATIK DAN KONSULER Istilah Diplomasi adalah seni dan paratik bernegosiasi oleh seseorang (disebut dipolomat) yg biasanya mewkili sebuah negara atau organisasi. Kata dipolomasi sndiri biasanya langsung terkait dengan dipolomasi internasional yg biasanya mengurus berbagai ha seperti budaya, ekonomi, dan perdagangan. Diplomatik, berkenaan dengan hubungan resmi antara negara dan negara. Hukum Diplomatik : Merupakan ketentuan atau prinsip-prinsip hukum interasional yang mengatur hubungan diplomatik antara negara yg diakukan atas dasar prinsip persetujuan timbal balik (recipprocity rinsiples) dan ketentuan ataupun prinsip-prinsip tersebut dimuat dalam instrumen-instrumen hukum berupa piagam, statuta, mupun konvensi-konvensi sebagai hasil kodifikasi hukum kebiasaan internasional.

A. Pengertian Hukum Diplomatik

 Mengacu pada landasan sosiologis dari hukum inteMUAT

DALAM INSTRUMEN-INSTRUMEN HUrnasional yaitu masyarakat internasional. Berupa kandungan unsur-unsur dalam masyarakat internasional, sbb; 1. sejumlah negara-negara di dunia. 2. adanya hubungan yang tetap dan terus menerus antara negara-negara tersebut. 3. kepentingan bersama.

 Jadi, Setiap negara dalam pergaulan masyarakat internasional

untuk memenuhi kebutuhannya, akan selalu mengadakan hubungan dengan negara lain. Baik dengan tujuan ekonomi, sosial, politik serta kebudayaan. Dengan meluasnya hubungan tersebut maka tidak menutup kemungkinan suatu negara akan mempunyai hubungan tidak hanya dengan satu negara tertentu saja, namun hampir seluruh negara di dunia. Untuk itulah diperlukanlah hubungan diplomatic antara negara-negara yang saling membutuhkannya.

 Untuk menentukan penerapan arti kata diplomatik itu sendiri

belum terdapat keseragaman yang pasti, yang dikarenakan banyaknya pendapat para ahli hukum yang berbeda, sehingga berbeda pula pengertian yang dikemukakan.  Jadi, dapatlah dikatakan bahwa penggunaan kata “Diplomatik” dapat berbeda ketikA didasarkan menurut penggunaannya, sbb: a) Ada yang menyamakan dengan “politik luar negeri” bila digunakan dalam “Diplomatik RI di Afrika perlu ditingkatkan”.

Diplomatik dapat pula diartikan sebagai “perundingan” seperti sering dinyatakan bahwa “masalah Timur Tengah hanya dapat diselesaikan melalui diplomasi”. Jadi dengan perkataan lain diplomasi disini merupakan satu-satunya mekanisme, yaitu melalui perundingan. c) Dapat pula diplomasi diartikan sebagai “dinas luar negri” seperti dalam ungkapan “selama ini ia bekerja untuk diplomatik”. d) Ada juga yang menggunakan secara kiasan seperti “Ia pandai berdiplomasi” yang berarti “bersilat lidah”. b)

Jadi, diplomasi merupakan suatu cara komunikasi yang dilakukan antara berbagai pihak termasuk negoisasi antara wakil-wakil yang sudah diakui. Praktik negara semacam ini sudah melembaga sejak dahulu dan menjelma sebagai aturanaturan hukum internasional.

 Ian Brownlie memberikan pengertian diplomasi yaitu:

“…. Diplomacy comprises any means by which states establish or maintain mutual relations, communicate with eachother, or carry out political or legal transactions. In each case through their authorize agents”. Terjemahannya: Hubungan Diplomatik yang dimiliki tiap-tiap negara untuk mendirikan atau memelihara komunikasi yang secara harmonis satu sama lain, atau melaksanakan politik atau transaksi-transaksi yang sah dalam tiap-tiap kasus melalui wewenang tiap-tiap negara.

 E. Satow, menjelaskan:

“ Diplomacy is the application of intelegence and act to the conduct of official relations between the governments of independent states, extending sometimes also to their relations with vassal states or more brierly still, the conduct of business between states by peaceful means”. Terjemahannya: Diplomasi adalah penerapan intelegensi dan bertindak terhadap pelaksanaan hubungan resmi antara pemerintah negara-negara merdeka, yang kadang-kadang juga memperluas hubungan mereka dengan negara-negara bagian atau masih sedikit lagi, perilaku bisnis antar negara dengan cara-cara damai "

 Pengertian yang diberikannya lebih ditujukan kepada subjek

para perwakilan diplomatik yakni mengenai tingkah laku, perbuatan yang diperbolehkan dalam melaksanakan tugasnya sebagai pejabat diplomatik.  Pengertian lain dari diplomacy adalah cara-cara dan bentuk yang dilakukan dalam pendekatan dan berunding dengan negara lain untuk mengembangkan hubungan antar negara.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat dilihat bahwa untuk adanya hubungan diplomatik itu harus terdapat beberapa faktor yang mendukung, antara lain: 1. Adanya hubungan antar negara untuk merintis kerjasama dan persahabatan; 2. Hubungan tersebut dilakukan melalui pertukaran misi diplomatik, termasuk para pejabatnya; 3. Para pejabat diplomatik tersebut harus diakui statusnya sebagai misi diplomatik;

B. Sejarah Perkembangan Hubungan Diplomatik dan Pengaturanny dalam

Hukum Internasional.  Hubungan Diplomatik berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Hal ini dapat terjadi bila diperhatikan kebutuhan manusia itu sendiri sehingga ia memerlukan orang lain.  Begitu juga dengan hubungan diplomatik sebagai suatu lembaga yang mempunyai maksud untuk bernegosiasi dengan negara lain sebagai pencapaian suatu tujuan adalah ‘sama tuanya dengan sejarah’. Perkembangan ini dapat kita lihat melalui contoh-contoh pengiriman perwakilan diplomatik bangsa-bangsa.  Bermula dari hubungan antar manusia, kemudian berkembang kepada kebutuhan suatu kelompok dengan kelompok lainnya dan semakin lama meluas menjadi hubungan yang lebih luas antara satu negara dengan negara lain sebagai kelompok manusia yang paling besar.

 Thucydides, seorang sarjana Yunani mengatakan bahwa pada

dasarnya hubungan diplomatik tersebut telah lama ada. Negara Yunanai telah mengenal hubungan ini pada zaman Romawi, terbukti dengan upacara yang diadakan setiap tahun dalam rangka menerima misi-misi negara tetangga.  Di samping itu telah dikenal pula beberapa perjanjian-perjanjian atau traktat yang mengatur pola hubungan diplomatik tersebut. Missionaris yang datang tersebut selalu diperlakukan khusus, dihormati serta dijamin keselamatannya sekaligus diberikan berbagai fasilitas dan keistimewaannya.  Bukti bahwasanya missi diplomatik telah dikenal sejak dahulu dalam pergaulan antar bangsa dapat kita lihat bahwa terdapat dalam beberapa traktat seperti traktat yang dibuat oleh Raja Ennatum dari negara Lagash (Messopotamia) dengan kota Umma yang dikalahkannya. Perjanjian tersebut diperkirakan berusia di atas 1000 tahun dihitung sejak perjanjian selanjutnya ditemukan orang yang bertuliskan dalam bahasa Someriah.

 Demikian juga halnya di Mesir, ditemukan pula data (traktat)

pada batu yang dipahat yakni mengenai raja-raja Mesir dengan Kheta pada tahun 2000 SM.  Hubungan antar raja diatur dengan berbagai upacara sudah dilakukan di Tiongkok untuk mengenal kedudukan duta masing-masing negara.  Pengiriman dan penerimaan oleh bangsa-bangsa kuno ditandai bahwasanya walaupun tidak ada hukum internasional modern yang diketahui, para duta besar di mana-mana menikmati perlindungan khusus dan kekebalan tertentu, walaupun tidak berdasarkan hukum namun berdasarkan agama, karena duta besar dianggap amat suci.  Walaupun kedutaan tetap tidak diketahui hingga pada akhir abad pertengahan, kenyataan bahwa Paus mempunyai perwakilan tetap yang disebut aprocrisiarri.

 Penempatan duta tetap, pada awalnya dimulai sejak abad ke-

13. bahwa, Republik Italia dan Venesia khususnya, menempatkan perwakilan-perwakilannya tetapnya pada ibukota kedua negara satu sama lainnya, dengan tujuan untuk menegosiasikan urusan dan permasalahan internasional mereka dengan lebih baik.  Dan pada abad ke-15 Republik-republik ini mulai mengirimkan perwakilan tetap di Spanyol, Jerman, Prancis, dan Inggris, yang kemudian diikuti oleh negara-negara lainnya.  Perjanjian-perjanjian khusus sering ditandatangani untuk menetapkan duta-duta yang tetap, seperti pada tahun 1520, antara Raja Inggris dan Kaisar Jerman.

 Ada sebuah peristiwa hukum mengenai duta diplomatik yang

sangat penting dan menggemparkan terjadi di tahun 1584, yakni tentang duta Spanyol yang terlibat dalam usaha untuk menjatuhkan Ratu Elisabeth dari Inggris dan ingin membebaskan Ratu Mary yang beragama Khatolik dari Scotland.  Kerajaan Inggris yang pada masa itu sangat dipengaruhi oleh hukum Romawi meminta pendapat sarjana terkemuka dari Romawi (Gentili) tentang penyelesaian kasus tersebut.  Gentili menyebutkan bahwa, jurisdiksi Inggris tidak berwenang menangani kasus tersebut. Hingga akhirnya duta itu diusir dari Inggris dan selamatlah ia dari kemarahan rakyat Inggris yang ingin menghukumnya.

 Sejak akhir abad ke-15 Inggris, Prancis, Spanyol dan Jerman

menempatkan kedutaan tetap pada lembaga pengadilan masing-masing, namun tidak berlanjut sampai pertengahan kedua abad ke-17 bahwa mereka sudah menempatkan kedutaan tetap menjadi suatu lembaga umum.  Sampai dengan tahun 1815 ketentuan-ketentuan yang bertalian dengan hubungan diplomatik berasal dari hukum kebiasaan. Pada Kongres Wina tahun 1815, raja-raja yang ikut dalam konferensi sepakat untuk mengkodifikasikan hukum kebiasaan tersebut menjadi hukum tertulis.  Namun tidak banyak yang telah dicapai dan mereka hanya menghasilkan satu naskah saja yaitu hirarki diplomat yang kemudian dilengkapi dengan protokol Aix-La-Chapelle tanggal 21 November 1818.

 Sebenarnya Kongres Wina dari segi substansi praktis tidak

menambah apa-apa terhadap praktek yang sudah ada sebelumnya selain menjadikannya sebagai hukum tertulis.  Dengan adanya Kongres Wina ini maka dapat terwujud satu kesatuan yang mengatur tentang hubungan diplomatik. Walaupun belum begitu sempurna, namun sudah tercipta satu kodifikasi yang dapat diterima dan dipergunakan secara internasional.  Kemudian pada tahun 1927 dalam kerangka Liga BangsaBangsa diupayakanlah kodifikasi yang sesungguhnya. Namun hasil-hasil yang telah dicapai Komisi Ahli ditolak oleh dewan Liga Bangsa-Bangsa.

 Alasannya yaitu belum waktunya untuk merumuskan

kesepakatan global mengenai hak-hak istimewa dan kekebalan diplomatik yang cukup kompleks, dan karena itu memutuskan untuk tidak memasukkan masalah tersebut dalam agenda Konferensi Den Haag yang diselenggarakan pada tahun 1930 untuk kodifikasi hukum internasional.  Pada tahun 1928, Konferensi ke-6 Organisasi Negara-negara Amerika (OAS) di Havana menerima konvensi dengan nama Convention on Diplomatik Officers. Mengingat sifatnya yang regional, implementasi konvensi ini tidak menyeluruh.  Dengan terjadi perkembangan dan upaya untuk mengembangkan hukum diplomatik, maka pada akhir tahun 1959, Majelis Umum melalui Resolusi 1950 (XIV) memutuskan untuk menyelenggarakan suatu konferensi untuk membahas masalah kekebalan diplomatik.

 Konferensi dengan nama The United Nations Conference on

Diplomatic Intercourse and Immunities yang diselenggarakan di Wina dari tanggal 2 Maret sampai 14 April 1961, menghasilkan 3 instrumen: Vienna Convention on Diplomatic Relations, Optional Protocol Concerning Acquisition of Nationality, dan Optional Protocol Concerning the Compulsory Settlement of Disputes.  Konvensi itu diterima oleh 72 negara, tiga tahun kemudian tanggal 24 April 1964, konvensi tersebut mulai berlaku, sampai sekarang hampir seluruh negara di dunia telah meratifikasi konvensi tersebu

Related Documents

Chuong Ivb
November 2019 8
Diplomasi Kopiah
November 2019 37
Ivb Kelompok V.docx
April 2020 5
Ivb-32-msdoc1
April 2020 6

More Documents from ""

Bec Outline
October 2019 21
Soal Selidik
May 2020 22
Salmon.docx
April 2020 16
Ce40 - Co1 (3q1718).pdf
December 2019 14