Hubungan An Desa Siaga Dengan Peningkatan Motivasi Masyarakat Desa Dalam Melaksanakan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat

  • Uploaded by: Anang Satrianto
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Hubungan An Desa Siaga Dengan Peningkatan Motivasi Masyarakat Desa Dalam Melaksanakan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat as PDF for free.

More details

  • Words: 3,154
  • Pages: 27
PROPOSAL HUBUNGAN PENGEMBANGAN DESA SIAGA DENGAN PENINGKATAN MOTIVASI MASYARAKAT DESA DALAM MELAKSANAKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

MEDICAL SHOCKER NIM: 0610722007

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2007

1

BAB 1 PENDAHUUAN

1.1. Latar Belakang Desa siaga adalah sebuah desa yang memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan (bencana dan

kegawatdaruratan

kesehatan)

secara

mandiri.

(KEPMENKES

NO.

564/MENKES/SK/VIII/2006). Sebuah desa dikatakan menjadi desa siaga apabila desa tersebut telah memiliki sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa (PKD/Poskesdes). Salah satu bentuk pembinaannya yaitu menumbuhkan perilaku hidup bersih dan sehat pada setiap tatanan dalm masyarakat. Seiring dengan cepatnya perkembangan dalam era globalisasi, serta adanya transisi demografi dan epidemiologi penyakit, maka masalah penyakit akibat perilaku dan perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya cenderung akan semakin kompleks. Perbaikannya tidak tidak hanya dilakukan pada aspek pelayanan kesehatan,

perbaikan pada lingkungan dan merekayasa

kependudukan atau factor keturunan, tetapi perlu memperhatikan factor perilaku secara teoritis memiliki andil 30-35% terhadap derajat kesehatan. Masalah kesehatan terus berkembang, penyakit baru bermunculan dan persebarannya cenderung menjadi ancaman global seperti SARS, HIV-AIDS, dan Flu Burung. Sedangkan penyakit lainnya yang akut dan berpotensi menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) seperti Demam Berdarah, Polio, dan Diare serta Gizi Buruk pada balita. Derajat kesehatan yang optimal akan dilihat dari unsur-unsur mortalitas dan

2

yang mempengaruhinya, yaitu morbiditas dan status gizi. Untuk kualitas hidup, yang digunakan sebagai indikator adalah Angka Harapan Hidup Lahir. Sedangkan untuk mortalitas telah disepakati tiga indicator, yaitu Angka Kematian Bayi per-1.000 kelahiran Hidup, Angka Kematian Balita per-1000 Kelahiran Hidup, dan Angka Kematian Ibu Maternal per-1.00.000 Kelahiran Hidup. Untuk morbiditas disepakati beberapa indicator, yaitu Angka Kesakitan Malaria per-1.000 penduduk, Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA+, Prevalensi HIV (Persentase Kasus terhadap Penduduk Beresiko), Angka Acute Paralysis (AFP) pada Anak Usia <15 tahun per100.000 Anak, Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) per-100.000 Penduduk. Data UNDP tahun 2001 mencatat bahwa indeks Pembanguna Manusia (Human Development Indexs). Di Indonesia masih menempati urutan ke 102 dari 162 negara. Menkes menambahkan, masalah kesehatan yang dihadapi dewasa ini adalah perbedaan status kesehatan antar daerah yang masih tinggi, rendahnya kualitas kesehatan penduduk miskin, beban ganda penyakit, masih rendahnya kualitas, kuantitas, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan, perilaku masyarakat yang kurang mendukung (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) PHBS. Sementara itu masalah kesehatan masyarakat seperti TBC, Kusta dan Penyakit infeksi lainnya belum sepenuhnya dapat diatasi. Kondisi ini diperberat oleh menurunnya status kesehatan akibat gizi buruk, khususnya pada kelompok rentan. Pada sisi lain terdapat beberapa wilayah tertimpa bencana alam, kerugian yang ditimbulkan bukan hanya fisik, tetapi juga menyisakan trauma dan maslah kesehatan. Salah satu indikator keberhasilannya adalah perilaku hidup bersih dan sehat yang didefinisikan sebagai perilaku proaktif untuk memelihara dan meningkatkan

3

kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat .( Ir. Dunanty RK Sianipar,MPH:2006). Pengembangan Desa Siaga penting untuk dilakasanakan karena Desa Siaga merupakan basis bagi Indonesia sehat 2010. Pengembangan Desa Siaga dilaksanakan dengan

pendekatan

penggerakan

dan

pengorganisasian

masyarakat

agar

kelestariannya lebih terjamin. Untuk keberhasilan pengembangan Desa Siaga, puskesmas dan jaringannya, rumah sakit dan Dinkes Kabupaten / Kota perlu direvitalisasi. Berbagai pihak yang bertangung jawab untuk pengembangan Desa Siaga (stakeholders) diharapkan dapat berperan optimal sesuai tugasnya, agar pengembangan Desa Siaga berhasil. Dengan Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2005 telah ditetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009. Pembangunan Sumber Daya Kesehatan, yang merupakan bagian dari Pembangunan Kesehatan (SDK). Tercantum dalam Bab 28. Sasaran yang dicapai Pembangunan Kesehatan adalah: •

Meningkatnya umur harapan hidup dari 66,2 tahun menjadi 70,6 tahun



Menurunnya angka kematian bayi 45 menjadi 26 per 1.000 kelahiran hidup



Menurunnya angka kematian ibu melahirkan dari 307 menjadi 226 per 100.000 kelahiran hidup.



Menurunnya prevalensi gizi kurang anak balita dari 25,8% menjadi 20 %

4

Dengan telah ditetapkannya sasaran tersebut, maka Departemen Kesehatan merumuskan Visi Departemen Kesehatan dalam rangka mencapai Visi Indonesia Sehat, yang saat ini ditengarai dengan indikator-indikator sebagaimana tersebut diatas. Adapun Visi Departemen Kesehatan adalah ”Masyarakat yang Mandiri Untuk Hidup Sehat” dengan Misi ”Membuat Masyarakat Sehat”, yang akan dicapai melalui strategi: 1) Menggerakkan dan membudayakan masyarakat hidup sehat 2) Meningkatnya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas 3) Meningkatnya sistem surveilans, monitoring, dan informasi kesehatan 4) Meningkatkan pembiayaan kesehatan Berkaitan dengan strategi tersebut, salah satu sasaran terpenting yang ingin dicapai adalah ”Pada Akhir Tahun 2008, Seluruh Desa Telah Menjadi Desa Siaga”. Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat seperti kurang gizi, penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB), kejadian bencana, kecelakaan, dan lain-lain, dengan memanfaatkan potensi setempat, secara gotong royong. Pengembangan Desa Siaga mencakup upaya untuk lebih mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat desa, menyiap siagakan masyarakat menghadapi masalah-masalah kesehatan, memandirikan masyarakat dalam mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat.

5

1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah efektifitas pengembangan Desa Siaga yang sudah dilakukan? 2. Adakah peningkatan motivasi masyarakat desa dalam melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat? 3. Adakah hubungan pengembangan Desa Siaga dengan peningkatan motivasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum ”Diketahuinya hubungan pengembangan desa siaga dengan peningkatan motivasi masyarakat desa dalam melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat.” 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi efektifitas pengembangan desa siaga. 2. Mengidentifikasi peningkatan motivasi masyarakat desa dalam melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat. 3. Mengidentifikasi hubungan pengembangan desa siaga dengan penigkatan motivasi masyarakat desa dalam melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Profesi Keperawatan Diharapkan penelitian ini memberikan masukan bagi profesi dalam mengembangkan

perencanaan

keperawatan

yang

akan

dilakukan

dalam

pengembangan desa siaga.

6

1.4.2 Bagi Tenaga Kesehatan Untuk memberikan gambaran, arahan, acuan bagi pengelola program PHBS, sehingga dapat saling mengisi dan saling bekerjasama dalam melaksanakan program pembangunan kesehatan. 1.4.2 Bagi Warga Masyarakat Desa Meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat untuk hidup sehat.

7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan dibahas tentang: (1) Desa Siaga, yang meliputi: (a) Definisi Desa Siaga, (b) Tujuan Desa Siaga, (c) Sasaran Pengembangan Desa Siaga, (d) Kriteria dan Indikator Keberhasilan Desa Siaga, (2) Motivasi yang meliputi: (a) Definisi motivasi, (b) Jenis Motivasi, (3) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang meliputi: (a) Definisi Perilaku, (b) Definisi Perilaku Hidup Sehat, (c) Indikator Perilaku Hidup Bersih.

2.1 Desa Siaga 2.1.1 Definisi Desa Siaga Desa Siaga adalah desa yang memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan (bencana dan kegawatdaruratan

kesehatan)

secara

mandiri.(KEPMENKES

NO.

564/MENKES/SK/VII/2006). 2.1.2 Tujuan Desa Siaga 1. Tujuan Umum: Terwujudnya desa dengan masyarakat yang sehat, peduli dan tanggap terhadap masalah-masalah kesehatan (bencana dan kegawat daruratan kesehatan) di desanya. 2. Tujuan Khusus:

8

a. Meningkatnya pengetahuan dan kesadearan masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan dan melaksanakan perilaku hidup bersih. b. Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan. c. Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap resiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah penyakit, dan sebagainya ). d. Meningkatnya kesehatan lingkungan di desa. 2.1.3 Sasaran Pengembangan Desa Siaga. Sasaran pengembangan dsa siaga adalah: 1. Semua individu dan keluarga di desa yang diharapkan mampu melaksanakan hidup sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayah desanya. 2. Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku individu dan keluarga di desa atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku tersebut yaitu tokoh-tokoh pemerintahan/ masyarakat/ agama/ perempuan/ pemuda, PKK, Karang Taruna, media massa, dan lainlain. 3. Pihak-pihak yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan, peraturan perundang-undangan, dana, tenaga, sarana, dan lain-lain. Yaitu Kepala Desa, Camat, Pejabat pemerintahan lainnya, dunia usaha, donatur dan stakeholders lainnya.

9

2.1.4 Kriteria dan Indikator Keberhasilan Desa Siaga Kriteria desa siaga yaitu memiliki minimal 1 (satu) POSKESDES atau Pos Kesehatan Desa. Indikator Keberhasilan Desa Siaga: 1. Indikator Masukan (Input): a. Ada tidaknya forum masyarakat desa b. Ada tidaknya Poskedes dan sarananya c. Ada tidaknya tenaga kesehatan (minimal bidan) d. Ada tidaknya UKBM lain 2. Indikator Proses (Process): a. Frekwensi pertemuan forum masyarakat desa b. Berfungsi atau tidaknya Poskesdes c. Berfungsi atau tidaknya UKBM yang ada d. Berfungsi atau tidaknya sistem kesiapsiagaan dan penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana e. Berfungsi atau tidaknya sistem surveilans (pengamatan dan pelaporan) f. Ada atau tidaknya kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS (oleh Nakes atau kadeasir) 3. Indikator Keluaran (Output): a. Cakupan Yankes Poskesdes b. Cakupan pelayanan UKBM yang ada c. Jumlah kasus kegawatdaruratan

dan kejadian luar biasa (KLB) yang

dilaporkan atau diatasi

10

d. Cakupan rumah tangga yang mendapat kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS 4. Indikator Dampak (Outcome): a. Jumlah yang menderita sakit (kesakitan kasar) b. Jumlah yang menderita gangguan jiwa c. Jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia d. Jumlah bayi dan balita yang meninggal dunia e. Jumlah balita dengan gizi buruk.

2.2 Motivasi 2.2.1 Definisi Motivasi Motivasi adalah karakteristik psikologi manusia yang memeberi kontribusi pada tingkat komitment seseorang. Hal ini termasuk faktor-faktor yang menyebabkan, menyalurkan dan memepertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu. (Stoner & Freeman, 1995:134). Motivasi menurut Ngalim Purwanto (2000:60) adalah bahwa motivasi segala sesuatu yang mendorong seseoramg untuk melakukukan sesuatu. 2.2.2 Jenis Motivasi Ada tiga jenis atau tingkatan motivasi: 1. Motivasi yang didasarkan atas ketakutan ( fear motivation). 2. Motivasi karena ingin mencapai sesuatu (Achievment Motivation) 3. Motivasi yang dodorong oleh kekuatan dari dalam (Inner Motivation)

11

2.3 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 2.3.1 Definisi Perilaku Perilaku menurut Skiner (1938) yang dikutip Notoatmodjo (1997) adalah hasil hubungan antara rangsangan (stimulus) dan tanggapan (respon). Ada dua jenis respon, yaitu: 1. Respondent Respons Adalah respon yang yang ditimbulkan oleh rangsangan tertentu. Perangsangan itu menimbulkan respons yang bersifat relatif tetap. 2. Operant respons Adalah respon yang timbul dan berkembang diikuti oleh rangsangan tertentu. Perangsangan itu akan mengikuti atau memperkuat suatu perilaku tertentu yang telah dilakukan oleh organisme, dalam hal ini manusia. 2.3.2 Definisi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Adalah wujud keberdayaan masyarakat yang sadar mau dan mampu mempraktekkan PHBS. Dalam hal ini ada 5 prioritas yaitu KIA, Gizi, Kesehatan Lingkungan, Gaya Hidup, Dana Sehat/ Asuransi Kesehatan/ JPKM. 2.3.2 Pendekatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 2.3.2.1 Pendekatan Pimpinan (Advocacy) Tindakan yang diambil oleh dan untuk perorangan atau masyarakat dalam rangka menciptakan kondisi yang mendukung penigkatan serta mencapai gaya hidup sehat (Healt Promotion). 2.3.2.2 Pembinaan Suasan (Social Support )

12

Strategi yang ditujukan kepada sasaran secara langsung agar menigkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan berperilaku hidup bersih dan sehat. Cara-cara yang dilakukan dengan penyuluhan perorangan, kelompok dan masal dengan metode: bimbingan konseling, ceramah, diskusi kelompok dan lain sebagainya. 2.3.2.3 Pemberdayaan Masyarakat Suatu proses yang memungkinkan masyarakat dalam memahami hubungan yang erat antara tujuan mereka dengan cara mencapai tujuan tersebut, serta hubungan antara usaha mereka dengan keberhasilan kehidupan. 2.3.3 Tujuan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 2.3.3.1 Tujuan Umum Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Meningkatkan pengetahuan perubahan sikap dan perilaku serta kemandirian perorangan, keluarga, dan masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan agar dapat hidup bersih dan sehat. 2.3.3.2 Tujuan Khusus Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 1) Meningkatkan pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku individu, anggota keluarga, dan tatanan rumah tangga terhadap kesehatan diri dan keluarga khususnya melalui program KIA, Gizi, Kesehatan lingkungan, Gaya hidup sehat, Pemeliharaan Kesehatan / JPKM. 2) Menigkatkan pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku siswa dan guru ditatanan institusi pendidikan, khususnya terhadap program kesehatan lingkungan, gaya hidup, pemeliharaan kesehatan /JPKM.

13

3) Meningkatakn pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku petugas kesehatan ditatanan institusi kesehatan, agar mampu melakukan pembinaan khususnya terhadap program kesehatan lingkungan, gaya hidup, KIA, Gizi dan Pemeliharaan Kesehatan /JPKM. 4) Menigkatkan pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku karyawan atau pekerja dan pimpinannya ditatanan tempat-tempat kerja khususnya terhadap program kesehatan lingkungan dan gaya hidup. 5) Menigkatkan pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku masyarakat pengunjung/pengelola ditatanan tempat-tempat umum khususnya terhadap program kesehatan lingkungan dan gaya hidup. 2.3.4 Sasaran dan Ruang Lingkup Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Sasaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat terdiri dari 3 sasaran, yaitu: 2.3.4.1 Sasaran Primer Adalah

sasaran

yang

benar-benar

diharapkan

berubah/menigkatkan

pengetahuan, sikap dan perilakunya dari yang tidak atau kurang berperilakuhidup bersih dan sehat, menjadi perilaku hidup bersih dan sehat. 2.3.4.2 Sasaran Sekunder Adalah sasaran yang mempunyai pengaruh baik langsung maupun tidak langsung kepada sasaran primer yang diharapkan akan dapat mempercepat tercapainya tujuan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. 2.3.4.3 Sasaran Tersier Adalah sasaran yang perlu diberi informasi tentang perilaku hidup bersih dan sehat di kabupaten/kota, dimana jika mereka mengetahui dan menyadari sepenuhnya.

14

Adapun sasaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat tersebut terbagi atas beberapa tatanan sebagai berikut: 1) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di tatanan rumah tangga Upaya pemberdayaan dan peningkatan kemampuan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat bagi seluruh anggota keluarga secara keseluruhan yang dituju oleh program penyuluhan. 2) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di institusi pendidikan Upaya membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat bagi siswa dan guru, di institusi pendidikan untuk mengenali masalah dan tingkat kesehatannya. Serta mampu, mengatasi, memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya sendiri. 3) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di institusi kesehatan Upaya membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat bagi petugas kesehatan di institusi kesehatan agar mampu melakukan pembinaan PHBS dan mengenali

masalah

kesehatan

serta

mampu

mengatasi,

memelihara

meningkatkan dan melindungi kesehatan di wilayah kerjanya. 4) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di tempat-tempat kerja Upaya membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat bagi masyarakat di tempat-tempat kerja untuk mengenali masalah dan tingkat kesehatannya, serta mampu mengatasi, memelihara, menigkatkan dan melindungi kesehatannya sendiri.

15

5) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di tempat umum Upaya membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat bagi masyarakat di tempat-tempat umum untuk mengenali masalah dan tingkat kesehatannya, serta

mampu

mengatasi,

memelihara,

menigkatkan

dan

melindungi

kesehatannya sendiri. (Dinkes 2001) 2.3.5 Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Mengacu pada pengertian perilaku sehat, indikator ditetapkan berdasarkan area /wilayah 1. Indikator Nasional Ditetapkan 3 indikator, yaitu: a. Persentase penduduk tidak merokok. b. Persentase penduduk yang memakan sayur-sayuran dan buah-buahan. c. Persentase penduduk melakukan aktifitas fisik/olah raga. (Mega Country Health Promotion Network. Healthy Asean Life Styles) 2. Indikator Lokal Spesifik Yaitu

indikator

nasional

ditambah

indikator

lokal

spesifik

masingmasing daerah sesuai dengan situasi dan kondisi daerah. Ada 16 indikator yang dapat digunakan uttuk rnengukur perilaku sehat sebagai berikut : 1. lbu hamil memeriksakan kehamilannya. 2. Ibu melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan. 3. Pasangan usia subur (PUS ) memakai alat KB. 4. Balita ditimbang.

16

5. Penduduk sarapan pagi sebelum melakukan aktifitas. 6. Bayi di imunisasi lengkap. 7. Penduduk minum air bersih yang masak. 8. Penduduk mengaiuiakan jamban sehat. 9. Penduduk mencuci tangan pakai sabun. 10. Penduduk menggosok gigi sebelum tidur. 11. Penduduk tidak menggunakan napza. 12. Penduduk mempunyai Askes/ tabungan/ uang/ emas. 13 .Penduduk wamta memeriksakan kesehatan secara berkala den, SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri). 14.Penduduk memeriksakan kesehatan secara berkala untuk mengukur hipertensi. 15.Penduduk wanita memeriksakan kesehatan secara berkala dengan Pap Smear. 16.Perilaku seksual dan indikator lain yang diperlukan sesuai prioritas masalah kesehatan yang ada didaerah. 3. Indikator PHBS di tiap tatanan Indikator tatanan sehat terdiri dari indikator perilaku dan indik, lingkungan di lima tatanan, yaitu tatanan rumah tangga, tatanan kerja, tatanan tempat umum, tatanan Sekolah, tatanan sarana kesehatan. 1. Indikator tatanan rumah tangga : a. Perilaku :

17

1. Tidak merokok 2. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan 3. Imunisasi 4. Penimbangan balita 5. Gizi Keluarga/sarapan 6. Kepesertaan Askes/JPKM 7. Mencuci tangan pakai sabun 8. Menggosok gigi sebelum tidur 9. Olah Raga teratur

b. Lingkungan : 1. Ada jamban 2. Ada air bersih 3 . Ada tempat sampah 4. Ada SPAL 5. Ventilasi 6. Kepadatan 7. Lantai 2. Indikator tatanan tempat kerja : a. Perilaku 1. Menggunakan alat pelindung 2. Tidak merokok/ada kebijakan dilarang merokok 3 . Olah Raga teratur

18

4. Bebas Napza 5. Kebersihan 6. Ada Asuransi Kesehatan b. Lingkungan 1. Ada jamban 2. Ada air bersih 3. Ada tempat sampah 4. Ada SPAL 5. Ventilasi 6. Pencahavaan 7. Ada K3 (Kesehatan Keselamatan Kerja) 8. Ada kantin 9. Terbebas dari bahan berbahaya 10. Ada klinik 3. Indikator tatanan tempat umum a. Perilaku 1. Kebersihan jamban 2 . Kebersihan lingkungan b. Lingkungan 1. Ada jamban 2. Ada air bersih 3 . Ada tempat sampah 4. Ada SPAL

19

5. Ada K3 (Kesehatan Keselamatan Kerja) 4. Indikator Tatanan Sekolah : a. Perilaku 1. Kebersihan pribadi 2. Tidak merokok 3. Olah raga teratur 4. Tidak menggunakan NAPZA b. Lingkungan 1. Ada jamban 2. Ada air bersih 3. Ada tempat sampah 4. Ada SPAL 5. Ventilasi 6. Kepadatan 7. Ada warung sehat 8. Ada UKS 9. Ada taman sekolah 5. Indikator tatanan sarana kesehatan a. Perilaku 1. Tidak merokok 2. Kebersihan lingkungan 3. Kebersihan kamar mandi

20

b. Lingkungan 1. Ada j amban 2. Ada air bersih 3. Ada tempat sampah 4. Ada SPAL 5. Ada IPAL (RS) 6. Ventilasi 7. Tempat cuci tangan 8. Ada pencegahan serangga

21

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual Kerangka konseptual merupakan justifikasi terilmiah terhadap penelitian yang dilakukan dan memberi landasan kuat terhadap judul yang dipilih sesuai dengan identifikasi masalahnya (Alimul H,2003:14) 3.2 Kerangka Konseptual

PHBS

Tatanan Pendidikan Tatanan Kesehatan Tatanan Tempat Kerja Tatanan Tempat Umum

5.

Tatanan Rumah Tangga

Tinggi

Sedang

Tidak merokok Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan Imunusasi Penimbangan Balita Gizi keluarga /sarapan Kepersertaan ASKES/JPKM Mencuci tangan pakai sabun Menggosok gigi sebelum tidur Olah raga teratur

Rendah

22

Keterangan :

diteliti tidak diteliti

3.3 HIPOTESA 3.3.1 Hipotesa Kerja (H1) Ada hubungan yang signifikan antara pengembangan desa siaga peningaktan motivasi masyarakat dalam melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat. 3.3.2 Hipotesa Nol (Ho) Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengembangan desa siaga dengan peningkatan motivasi masyarakat dalam melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat.

23

BAB 4 METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto,2002:136). Dalam bab ini akan dibahas desain penelitian, identifikasi variabel penelitian, definisi operasional penelitian, sampling desain, pengumpulan data dan analisa data, tempat dan waktu penelitian, etika penelitian. 4.1 Desain Penelitian Desain penelitian pada hakekatnya merupakn suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan danberperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada seluruh proses penelitian (Nursalam dan Siti Pariani, 2001:63). Desain yang dipakai dalam penelitian ini adalah Observasional Analitik dengan studi cross sectional . 4.2 Variabel Penelitian Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu (benda, manusia dll). (Nursalam, 2003:107). 4.2.1 Variabel Indipendent (Bebas) Adalah variabel yang mempengaruhi alur yang menjadi sebab perubahnya/ yang menjadi sebab timbulnya variabel dependen (Arikunto. S: 2002). Pada penelitian ini variabel independennya adalah desa siaga. 4.2.2 Variabel Dependen (Terikat)

24

Adalah variabel yang dipengaruhi alur yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Arikunto. S: 2002). Pada penelitian ini varabel dependennya adalah perilaku hidup bersih dan sehat.

25

4.2.3 Definisi Operasional No. Variabel 1. Desa Siaga

Definisi Desa yang



Indikator Forum

Alat Ukur Skala Observasi Ordinal

Skor Bina=

memiliki

masyarakat

kriteria 1

kesiapan

desa

dan 2

Yankes

Tumbuh=

dasar

kriteria

sumber daya



dan kemampuan



UKBM

1,2,3 dan 4

untuk



Dibina

Kembang=

Pusk. Poned

kriteria

mencegah dan



mengatasi

berbasis

masalah kesehatan

Surveilans

masyarakat 

Sistem

1,2,3,4,5, dan 6 Paripurna= kriteria 1-9

kesiapsiagaa n dan penanggula ngan bencana 

Sistem pembiayaan kesehatan



Lingkungan

26

sehat  2.

Perilaku

Usaha-usaha

hidup

yang

bersih

dilakukan

dan sehat

untuk

ber PHBS

diri

Quesioner Ordinal

responden menjawab:



Kebersihan

Baik 14-18

perorangan

Cukup 10-

menjaga kebersihan

Bila

Masyarakat

13 

Penggunaan

Kurang 6-

air bersih

9

27

Related Documents


More Documents from "Chandra Saja"