Hiv Tb Pix - Copy.pptx

  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Hiv Tb Pix - Copy.pptx as PDF for free.

More details

  • Words: 7,403
  • Pages: 135
HIV/AIDS,TB PARU DAN ANEMIA Oleh : Noer maula Nissa Agustina 17360183 Putri Lestari 17360184

Pembimbing : dr. Armon Rahimi, Sp. PD KPTI

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSU HAJI MEDAN 2018

HIV/AIDS

DEFINISI HIV/AIDS HIV (Human Immunodeficiency Virus)  Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)  Kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV. AIDS  Tahap akhir dari infeksi HIV

EPIDEMIOLOGI HIV/AIDS Tahun 2013 Di Dunia : 35juta Jiwa Bulan Januari-Maret 2017 Di Indonesia : 10.376 jiwa

ETIOLOGI HIV/AIDS Virus HIV termasuk dalam subfamili Lentivirinae dan famili Retroviridae. Jenis virus HIV adalah HIV-1 dan HIV-2 yang merupakan lentivirus sitopatik, dengan HIV-1 menjadi penyebab utama AIDS di seluruh dunia. Inti virus mengandung: 1. Protein kapsid (p24) 2. Protein nukleokapsid (p7/p9) 3. Dua salinan Ribonucleic Acid (RNA) genom 4. Tiga enzim virus (protease, reverse transcriptase, dan integrase)

PATOFISIOLOGI HIV/AIDS HIV menginfeksi tubuh manusia dengan menempel pada sel-sel yang mempunyai molekul CD4 sebagai reseptor utama yaitu limfosit T4. Sel lain yang memiliki reseptor CD4 yaitu : • sel monosit • sel makrofag • sel – sel dendritik • sel retina • sel leher rahim • sel langerhans

PATOFISIOLOGI HIV/AIDS (cont..) • Enzim reverse transcriptase  mengubah RNA virus menjadi DNA • DNA yang terbentuk beriteraksi dengan DNA sel host  provirus • Virus Bereflikasi  Penurunan Jumlah CD4 • Penurunan Jumlah CD4  Mempengaruhi Reaksi Imunologi

GEJALA KLINIS HIV/AIDS Stadium klinis I 3. Stadium klinis III 1. Asimtomatik, tidak ada 1. Berat badan turun >10% penurunan BB 2. Diare kronik tanpa sebab 2. Limfadenopati generalisata yang jelas lebih dari 1 bulan persisten 3. Demam berkepanjangan 2. Stadium klinis II tanpa sebab yang jelas lebih 1. Berat badan menurun <10% dari 1 bulan 4. Kandidiasis oral 2. Infeksi jamur di kuku 3. Herpes zoster dalam 5 tahun 5. Oral hairy leukoplakia (OHL) terakhir 6. TB paru 4. PPE (pruritic papular eruption)

GEJALA KLINIS HIV/AIDS (cont..) 4. Stadium klinis IV 1. Berat badan turun >10% Disertai salah satu dari yang berikut ini : • Kandidiasis esophagus • TB ekstrapulmonal • Ensepalopati HIV • Disfungsi motorik yang mengganggu aktivitas seharihari yang berlangsung selama berminggu-minggu atau bulan, tanpa ada penyakit penyerta lain selain infeksi HIV • Pneumonia bakteri berulang

• Infeksi herpes simpleks berulang • Sarkoma Kaposi • Infeksi sitomegalovirus • Toksoplasmosis otak • Ensefalopati HIV • Meningitis kriptokokus • Kripstoporidiosis kronik • Isosporiasis kronik • limfoma

PEMERIKSAAN FISIK HIV/AIDS 1. Keadaan Umum a. Berat badan turun b. Demam 2. Kulit a. Tanda-tanda masalah kulit terkait HIV misalnya kulit kering dan dermatitis seboroik b. Tanda-tanda herpes simpleks dan zoster atau jaringan parut bekas herpes zoster 3. Pembesaran kelenjar getah bening 4. Mulut: kandidiasis oral, oral hairy leukoplakia, keilitis angularis

5. Dada: dapat dijumpai ronki basah akibat infeksi paru 6. Abdomen: hepatosplenomegali, nyeri, atau massa 7. Anogenital: tanda-tanda herpes simpleks, duh vagina atau uretra 8. Neurologi: tanda neuropati dan kelemahan neurologis

PEMERIKSAAN PENUNJANG HIV/AIDS Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA)

Western Blotting

Polymerase Chain Reaction (PCR)

DIAGNOSA BANDING HIV/AIDS • HIV Stadium III • Leukimia • Sindroma Lupus Eritematosus

PENATALAKSANAAN HIV/AIDS Populasi target Pilihan

yang Catatan

direkomendasikan Dewasa

dan AZT atau TDF + Merupakan pilihan paduan yang

anak

3TC (atau FTC) + sesuai untuk sebagian besar EVF atau NVP

pasien Gunakan FDC jika tersedia

Perempuan

AZT + 3TC + EFV Tidak boleh menggunakan EFV

hamil

atau NVP

pada trimester pertama TDF bisa merupakan pilihan

Populasi target

Pilihan

yang Catatan

direkomendasikan Ko-infeksi HIV/TB AZT atau TDF + 3TC Mulai terapi ARV segera setelah terapi (FTC) + EFV

TB dapat ditoleransi (antara 2 minggu hingga 8 minggu) Gunakan NVP atau tripel NRTI bila EFV tidak dapat digunakan

Ko-infeksi

HIV/Hepatitis kronik aktif

TDF + 3TC (FTC) + EFV Pertimbangkan pemeriksaan HbsAG

B atau NVP

terutama bila TDF merupakan paduan lini pertama. Diperlukan penggunaan 2 ARV yang memiliki aktivitas anti-HBV

KOMPLIKASI HIV/AIDS a. Kandidiasis bronkus, trakea, atau paru-paru b. Kandidiasis esophagus c. Kriptokokosis ekstra paru d. Kriptosporidiosis intestinal kronis (>1 bulan) e. Retinitis CMV (gangguan penglihatan) f. Herpes simplek, ulkus kronik (> 1 bulan) g. Mycobacterium tuberculasis di paru atau ekstra paru h. Ensefalitis toxoplasma

PROGNOSIS HIV/AIDS Dubia ad Bonam, Tergantung kondisi pasien saat datang dan pengobatan. Terapi hingga saat ini adalah untuk memperpanjang masa hidup, belum merupakan terapi definitif.

PENCEGAHAN HIV/AIDS a) Melakukan sex yang aman. b) Menghindari kontak darah ataupun sexual dengan penderita HIV. c) Melakukan penyuluhan kepada masyarakat awam mengenai penyakit HIV/AIDS dan bahayanya. d) Meningkatkan pelayanan di sektor penanggulangan khusus HIV/AIDS

EDUKASI HIV/AIDS 1. Menganjurkan tes HIV pada pasien TB, infeksi menular seksual (IMS), dan kelompok risiko tinggi beserta pasangan seksualnya, sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 2. Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit HIV/AIDS. Pasien disarankan untuk bergabung dengan kelompok penanggulangan HIV/AIDS untuk menguatkan dirinya dalam menghadapi pengobatan penyakitnya.

DEFINISI TB Tuberculosis (TB) adalah suatu penyakit penyakit infeksi menular yang disebabkan bakteri mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru.

EPIDEMIOLOGI TB Di Indonesia :

Tahun 1990 : 443 per 100.000 penduduk Tahun 2013 : 257 per 100.000 penduduk Tahun 2015 : 117 per 100.000 penduduk Tahun 2012 Dunia : 1,1 juta kasus TB Tahun 2013 Dunia : 8,6 juta kasus TB

ETIOLOGI TB Mycobacterium Tuberculosis sebagai kuman penyebab Tuberkulosis, basil yang bersifat tahan asam pada pewarnaan sehingga disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang bersifat aerob, panjangnya 1-4 mikron, lebarnya antara 0,3 sampai 0,6 mikron. Kuman akan tumbuh optimal pada suhu sekitar 37°C yang memang kebetulan sesuai dengan tubuh manusia.

PATOFISIOLOGI TB Sumber penularan adalah pasien TB Paru BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Kuman TB Paru dari percikan tersebut melayang di udara, jika terhirup oleh orang lain akan masuk kedalam sistem respirasi dan selanjutnya dapat menyebabkan penyakit pada penderita yang menghirupnya.

PATOFISIOLOGI TB (cont..) Kuman TB Paru dapat menginfeksi berbagai bagian tubuh dan lebih memilih bagian tubuh dengan kadar oksigen tinggi. Paru-paru merupakan tempat predileksi utama kuman TB Paru. Gambaran TB Paru pada paru yang dapat di jumpai adalah kavitasi, fibrosis, pneumonia progresif dan TB Paru endobronkhial. Sedangkan bagian tubuh ekstra paru yang sering terkena TB Paru adalah pleura, kelenjar getah bening, susunan saraf pusat, abdomen dan tulang.

GEJALA KLINIS TB • • • • •

Demam Batuk/batuk berdarah Sesak nafas Nyeri dada Malaise

PEMERIKSAAN FISIK TB Konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia suhu demam (subfebris) badan kurus atau berat badan mennurun. Perkusi sonor memendek dan auskultasi suara napas bronkial. Akan di dapatkan juga suara nafas tambahan berupa ronki basah, kasar, dan nyaring. Bila TB mengenai pleura, sering terbentuk efusi pleura. Paru yang sakit terlihat agak tertinggal dalam pernafasan. Perkusi memberikan suara pekak. Auskultasi memberikan suara napas yang lemah sampai tidak terdengar sama sekali

PEMERIKSAAN PENUNJANG

PEMERIKSAAN PENUNJANG TB Pemeriksaan Radiologis Pemeriksaan Laboratorium Tes Tuberculin

DIAGNOSIS BANDING TB

•TB Paru •Pneumonia •Bronkitis Kronis

PENETALAKSANAAN TB Nama Obat

Dosis Harian

Dosis Berkala

BB < 50 kg

BB >50 kg

3 x seminggu

Isoniazid

300 mg

400 mg

600 mg

Rifampisin

450 mg

600 mg

600 mg

Pirazinamid

1000 mg

2000 mg

2-3 g

Etambutol

500 mg

1000 mg

1-1,5 g

Streptomisin

750 mg

1000 mg

1000 mg

KOMPLIKASI TB • Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis, usus, poncet’s arthropathy. • Komplikasi lanjut : obstruksi jalan nafas  SOPT (sindrom obstruksi pasca tuberculosis, kerusakan parenkim berat  fibrosis paru, kor pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal nafas dewasa (ARDS), sering terjadi pada TB milier dan kavitas TB

PROGNOSIS TB Dubia ad Bonam, apabila pasien melakukan terapi sesuai dengan ketentuan pengobatan.

PENCEGAHAN TB • Tinggal di rumah. Jangan pergi kerja atau sekolah atau tidur di kamar dengan orang lain selama beberapa minggu pertama pengobatan untuk TB aktif • Ventilasi ruangan. Kuman TB menyebar lebih mudah dalam ruangan tertutup kecil di mana udara tidak bergerak. Jika ventilasi ruangan masih kurang, buka jendela dan gunakan kipas untuk meniup udara dalam ruangan ke luar. • Tutup mulut mengunakan masker. Gunakan masker untuk menutup mulut kapan saja ini merupakan langkah pencegahan TB secara efektif. Jangan lupa untuk membuang masker secara teratur. • Meludah hendaknya pada tempat tertentu yg sudah diberikan desinfektan

PENCEGAHAN TB (cont..) • Imunisasi BCG diberikan pada bayi berumur 3-14 bulan • Hindari udara dingin. • Usahakan sinar matahari dan udara segar masuk secukupnya ke dalam tempat tidur. • Menjemur kasur, bantal, dan tempat tidur terutama pagi hari. • Semua barang yang digunakan penderita harus terpisah begitu juga mencucinya dan tidak boleh digunakan oleh orang lain. • Makanan harus tinggi karbohidrat dan tinggi protein

EDUKASI TB • Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit tuberkulosis • Pengawasan ketaatan minum obat dan kontrol secara teratur. • Pola hidup sehat dan sanitasi lingkungan

ANEMIA Definisi Anemia secara fungsional didefenisikan sebagai punurunan jumlah eritrosit sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer.

Etiologi Anemia hanyalah suatu kumpulan gejala yang disebabkan oleh bermacam penyebab. Pada dasarnya anemia disebabkan oleh 1. Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang 2. Kehilangan darah keluar tubuh (perdarahan) 3. Proses penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya (hemolisis)

Patofisiologi Berdasarkan proses patofisiologi terjadinya anemia, dapat digolongkan pada tiga kelompok: 1. Anemia akibat produksi sel darah merah yang berkurang atau gagal Pada anemia tipe ini, tubuh memproduksi sel darah yang terlalu sedikit atau sel darah merah yang diproduksi tidak berfungsi dengan baik. Hal ini terjadi akibat adanya abnormalitas sel darah merah atau kekurangan mineral dan vitamin yang dibutuhkan agar produksi dan kerja dari eritrosit berjalan normal. Kondisi kondisi yang mengakibatkan anemia ini antara lain Sickle cell anemia, gangguan sumsum tulang dan stem cell, anemia defisiensi zat besi, vitamin B12, dan Folat, serta gangguan kesehatan lain yang mengakibatkan penurunan hormon yang diperlukan untuk proses eritropoesis.

2. Anemia akibat penghancuran sel darah merah

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Bila sel darah merah yang beredar terlalu rapuh dan tidak mampu bertahan terhadap tekanan sirkulasi maka sel darah merah akan hancur lebih cepat sehingga menimbulkan anemia hemolitik. Penyebab anemia hemolitik yang diketahui atara lain: Keturunan, seperti sickle cell anemia dan thalassemia Adanya stressor seperti infeksi, obat obatan, bisa hewan, atau beberapa jenis makanan Toksin dari penyakit liver dan ginjal kronis Autoimun Pemasangan graft, pemasangan katup buatan, tumor, luka bakar, paparan kimiawi, hipertensi berat, dan gangguan trombosis Pada kasus yang jarang, pembesaran lien dapat menjebak sel darah merah dan menghancurkannya sebelum sempat bersirkulasi.

3. Anemia akibat kehilangan darah Anemia ini dapat terjadi pada perdarahan akut yang hebat ataupun pada perdarahan yang berlangsung perlahan namun kronis. Perdarahan kronis umumnya muncul akibat gangguan gastrointestinal ( misal ulkus, hemoroid, gastritis, atau kanker saluran pencernaan ), penggunaan obat obatan yang mengakibatkan ulkus atau gastritis (misal OAINS), menstruasi, dan proses kelahiran.

Klasifikasi Klasifikasi Anemia menurut etiopatogenesis a. Anemia karena gangguan pembentukan eritrosit dalam sumsum tulang 1.Kekurangan bahan esensial pembentukan eritrosit • Anemia defisiensi besi • Anemia defisiensi asam folat • Anemia defisiensi vitamin B12 2. Gangguan penggunaan (utilisasi) besi • Anemia akibat penyakit kronik • Anemia sideroblastik 3.Kerusakan sumsum tulang • Anemia aplastik • Anemia mieloptisik • Anemia pada keganasan hematologi • Anemia diseritropoietik • Anemia pada sindrom mielodisplastik

b. Anemia akibat hemoragi • Anemia pasca perdarahan akut • Anemia akibat perdarahan kronik c. Anemia hemolitik  Anemia hemolitik intrakorpuskular • Gangguan membran eritrosit (membranopati) • Gangguan enzim eritrosit (enzimopati) : anemia akibat defisiensi G6PD • Gangguan hemoglobin (hemoglobinopati) o Thalassemia o Hemoglobinopati struktural : HbS, HbE, dll

 Anemia hemolitik ekstrakorpuskular • Anemia hemolitik autoimun • Anemia hemolitik mikroangipatik 1 d. Anemia dengan penyebab tidak diketahui atau dengan patogenesis yang kompleks Klasifikasi lain untuk anemia dapat dibuat berdasarkan gambaran morfologik dengan melihat indeks eritrosit atau hapusan darah tepi. Dalam klasifikasi lain anemia dibagi menjadi 3 golongan : 1. Anemia hipokromik mikrositer ( MCV <80 fl dan MCH <27 pg) • Anemia defisiensi besi • Thalassemia mayor • Anemia akibat penyakit kronik • Anemia sideroblastik

2. Anemia normokromik normositer (MCV 80-95 fl dan MCH 27-34 pg) • Anemia Pasca perdarahan akut • Anemia Aplastik • Anemia Hemolitik didapat • Anemia Akibat penyakit kronik • Anemia Pada gagal ginjal kronik • Anemia Sindrom mielodiplastik • Anemia Keganasan hematologik.

3. Anemia makrositer (MCV >95 fl) Bentuk megaloblastik

• Anemia defisiensi asam folat • Anemia defisiensi B12, termasuk anemia pernisiosa Bentuk non – megaloblastik

• Anemia pada penyakit hati kronik • Anemia pada hipotiroidisme • Anemia pada sindrom mielodisplastik. 1

Gejala Klinis Gejala umum anemia (sindrom anemia atau anemic syndrom) adalah gejala yang timbul pada setiap kasus anemia, apapun penyebabnya, apabila kadar hemoglobin turun dibawah harga tertentu. Gejala umum anemia ini timbul karena: • Anoksia organ • Mekanisme kompensasi tubuh terhadap berkurangnya daya angkut oksigen

• • • •

Gejala umum anemia menjadi jelas (anemia simtomatik) apabila kadar hemoglobin telah turun dibawah 7 gr/dl. Berat ringannya gejala umum anemia tergantung pada: Derajat penurunan hemoglobin Kecepatan penurunan hemoglobin Usia Adanya kelainan jantung atau paru sebelumnya

Gejala anemia dapat digolongkan menjadi 3 gejala, yaitu : • Gejala umum anemia Gejala umum anemia, disebut juga sebagai sindrom anemia, timbul karena iskemia organ target serta akibat mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan kadar hemoglobin. Gejala ini muncul pada setiap kasus anemia setelah penurunan hemoglobin sampai kadar tertentu (Hb<7 g/dl). Sindrom anemia terdiri dari rasa lemah, lesu, cepat lelah, telinga mendenging (tinnitus), mata berkunang-kunang, kaki terasa dingin, sesak nafas, dan dyspepsia. Pada pemeriksaan, pasien tampak pucat, yang mudah dilihat pada konjungtiva, mukosa mulut, telapak tangan dan jaringan dibawah kuku. Sindrom anemia bersifat tidak spesifik karena dapat ditimbulkan oleh penyakit di luar anemia dan tidak sensitive karena timbul setelah penurunan hemoglobin yang berat (Hb<7 g/dl). 1 • Gejala khas masing-masing anemia Gejala ini spesifik untuk masing-masing jenis anemia, sebagai contoh : • Anemia defisiensi besi : disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis, dan kuku sendok (koilonychia) • Anemia megaloblastik : glositis, gangguan neurologik pada defisiensi vitamin B12 • Anemia hemolitik : ikterus, splenomegali dan hepatomegali • Anemia aplastik : perdarahan dan tanda-tanda infeksi

• Gejala penyakit dasar Gejala yang timbul akibat penyakit dasar yang menyebabkan anemia sangat bervariasi tergantung dari penyebab anemia tersebut. Misalnya gejala akibat infeksi cacing tambang : sakit perut, pembengkakan parotis dan warna kuning pada telapak tangan. Pada kasus tertentu sering gejala penyakit dasar lebih dominan, seperti misalnya pada anemia akibat penyakit kronik oleh karena artritis rheumatoid.

Pemeriksaan fisik Tujuan utamanya adalah menemukan tanda keterlibatan organ atau multi sistem dan untuk menilai beratnya kondisi penderita. Pemeriksaan fisik perlu memperhatikan: • Adanya takikardia, dispnea, hipotensi postural. • Pucat dapat di lihat pada telapak tangan,kuku,wajah, dan konjungtiva. • Ikterus menunjukkan kemungkinan adanya anemia hemolitik. • Penonjolan tulang frontoparietal, maksila (facies rodent/chipmunk) pada talasemia. • Atrofi papil pada anemia defisiensi Fe. • Limfadenopati, hepatosplenomegali, nyeri tulang (terutama di sternum); nyeri tulang dapat disebabkan oleh adanya ekspansi karena penyakit infiltratif (seperti pada leukemia mielositik kronik), lesi litik ( pada myeloma multipel atau metastasis kanker). • Petekhie, ekimosis, dan perdarahan lain. • Kuku rapuh, cekung (spoon nail). • Ulkus rekuren di kaki (penyakit sickle cell, sferositosis herediter, anemia sideroblastik familial). • Infeksi rekuren karena neutropenia atau defisiensi imun.2

Pemeriksaan Penunjang – Hemoglobin, Hematokrit dan indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC) – Hapus darah tepi menunjukkan hipokromik mikrositik, normositik normokrom, makrositik. – Kadar feritin menurun dan kadar Free Erythrocyte Porphyrin (FEP) meningkat – Sumsum tulang : aktifitas eritropoitik meningkat.4

Diagnosa Banding 1. Anemia 2. Myeldisplastik Syndrom 3. Myelofibrosis

Komplikasi • Komplikasi yang terjadi pada penderita anemia adalah : –Gagal jantung –Gangguan fungsi ginjal –Infeksi –Kelainan jantung

Penatalaksanaan • PENDEKATAN TERAPI • Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian terapi pada pasien anemia ialah : 1). Pengobatan hendaknya diberikan berdasarkan diagnosis definitive yang telah ditegakkan terlebih dahulu; 2). Pemberian hematinik tanpa indikasi yang jelas tidak dianjurkan; 3). Pengobatan anemia dapat berupa:

a.) terapi untuk keadaan darurat seperti misalnya pada perdarahan akut akibat anemia aplastik yang mengancam jiwa pasien, atau pada anemia pasca perdarahan akut yang disertai gangguan hemodinamik, b). terapi suportif, c). terapi yang khas untuk masingmasing anemia, d). terapi kausal untuk mengobati penyakit dasar yang menyebabkan anemia tersebut;

4). Dalam keadaan dimana diagnosis definitif tidak dapat ditegakkan, kita terpaksa memberikan terapi percobaan (terapi ex juvantivus). Di sini harus dilakukan pemantauan yang ketat terhadap respon terapi dan perubahan perjalanan penyakit pasien dan dilakukan evaluasi terus menerus tentang kemungkinan perubahan diagnosis;

5). Transfusi diberikan pada anemia pasca perdarahan akut dengan tanda-tanda gangguan hemodinamik. Pada anemia kronik transfusi hanya diberikan jika anemia bersifat simtomatik atau adanya ancaman payah jantung. Di sini diberikan packed red cell, jangan whole blood. Pada anemia kronik sering dijumpai peningkatan volume darah, oleh karena itu transfusi diberikan dengan tetesan pelan. Dapat juga diberikan diuretica kerja cepat seperti furosemid sebelum transfusi.

Pencegahan • Tindakan pencegahan dapat berupa :

1. Pendidikan kesehatan • Kesehatan Lingkungan, misalnya tentang pemakaian jamban, perbaikan lingkungan kerja, misalnya pemakaian alas kaki sehingga dapat mencegah penyakit cacing tambang • Penyuluhan gizi untuk mendorong konsumsi makanan yang membantu absorbs besi 2. Mengkonsumsi

makanan yang mengandung vitamin C

3. Pada penderita anemia berat bisa dilakukan

tranfusi darah.

Edukasi 1. Menginformasikan kepada pasien untuk menjaga asupan makanan yang seimbang 2. Menyampaikan pada pasien tentang kemungkinan perjalanan penyakit dan komplikasi yang akan terjadi 3. Segera datang ke akses pelayanan terdekat apabila mengalami gejala yang sama 4. Menkonsumsi makanan yang matang, menjaga kebersihan individu dan lingkungan.

LAPORAN KASUS

STATUS ORANG SAKIT • • • • • • •

Nama Umur Jenis Kelamin Status Kawin Agama / Suku Pekerjaan Alamat

: Afdon Benaju Panjaitan : 38 tahun : Laki-Laki : Belum Menikah : Protestan/Batak : Wiraswasta : Jl. Siboras-boras Silima punggapungga Sidakalang

Anamnesa Penyakit Keluhan Utama : Sesak Nafas Telaah Batuk dirasakan pasien sejak ± 3 bulan yang lalu. Batuk bersifat terus-menerus. Batuk disertai dengan dahak berwarna hijau dan kental, volume dahak ± 1 sendok makan per kali batuk. Os juga mengeluhkan nyeri dada kiri atas sejak ± 3 bulan yang lalu. Nyeri dada bersifat terus-menerus terutama ketia menarik nafas. Demam juga dirasakan os sejak ± 3 hari yang lalu. Demam bersifat hilang timbul. Os juga mengeluhkan berat badannya menurun dan setiap malam banyak berkeringat. Os merasa badannya lemas, merasa gelisah dan sulit tidur

• • • • • •

BAB : + 2x sehari, konsistensi lembek warna kuning BAK : + 8x perhari, warna kuning jernih Riwayat penyakit terdahulu : Tidak ada Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada Riwayat Penggunaan Obat : Novalgin Riwayat alergi obat/makanan : Tidak ada

Anamnesa Umum - Badan kurang enak : Ya - Merasa Lemas : Ya - Merasa kurang sehat : Ya - Menggigil : Tidak - Nafsu makan : Menurun Anamnesa organ 1. Cor - Dyspneu d’effort : Tidak - Dyspnea d’repos : Tidak - Oedema : Tidak - Nokturia : Tidak

- Tidur - Berat badan - Malas - Demam - Pening

: Terganggu : Menurun : Ya : Ya : Tidak

- Cyanosis - Angina pectoris - Palpitasi cordis - Asma Cardiale

: Tidak : Tidak : tidak : tidak

2. Sirkulasi perifer - Claudicatio intermitten : Tidak - Gangguan tropis: Tidak - Sakit waktu istirahat : Tidak - Kebas- kebas : Tidak - Rasa mati Ujung jari : Tidak 3. Traktus respiratorius - Batuk : Ya - Stidor : Tidak - Berdahak : Ya - Sesak nafas : Tidak - Haemoptoe : Tidak - cuping hidung : Tidak - Sakit dada saat bernafas : Ya - Suara parau : Tidak

4. Traktus digestivus A. Lambung - Sakit di epigastrium : Tidak - Rasa panas epigastrium : Tidak - Muntah : Tidak - Hematemesis : Tidak - Ructus : Tidak - Pyrosis : Tidak

- Sendawa - Anoreksia - Mual-mual - Dysphagia - Feotor ex ore

: Tidak : Ya : Tidak : Tidak : Tidak

B. Usus - Sakit di abdomen : Tidak - Melena. : Tidak - Borborygmi : Tidak - Tenesmi : Tidak - Defekasi : Ya, + 2x/hari konsistensi lembek, warna kuning - Obstipasi - Diare

: Tidak : Tidak

C. Hati dan Saluran empedu - Sakit perut kanan : Tidak - Kolik : Tidak - Icterus : Tidak - Berak dempul : Tidak

- Flatulensi - Haemorrhoid

: Tidak : Tidak

- Gatal dikulit - Asites - Oedema

: Tidak : Tidak : Tidak

5. Ginjal dan saluran kencing - Muka sembab : Tidak - Kolik : Tidak - Miksi : - Ya, 8x/hari warna Kuning jernih

- Sakit pinggang - Oligouria - Anuria

: Tidak : Tidak : Tidak

- Polyuria

: Ya

- Polakisuria

: Tidak

6. Sendi - Sakit - Sendi kaku - Merah

: Ya : Tidak : Tidak

- Sakit digerakan - Bangkak - Stand abnormal

: Ya : Tidak : Tidak

7. Tulang • Sakit : Tidak - Fraktur spontan : Tidak • Bengkak : Tidak - Deformasi : Tidak 8. Otot - Sakit : Tidak - kejang-kejang : Tidak - Kebas-kebas : Tidak - Atrofi : Tidak 9. Darah - Sakit dimulut dan lidah : Tidak - Muka pucat : Ya - Mata berkunang-kunang : Tidak - Bengkak : Tidak - Pembengkakan kelenjar : Tidak - Penyakit darah : Tidak - Merah dikulit : Tidak - Perdarahan subkutan : Tidak

10. Endokrin - Polidipsi : Tidak - Pruritus : Tidak - Polifagi : Tidak - Pyorrhea : Tidak - Poliuri : Ya 11. Fungsi genital • Menarche : - - Ereksi : Tidak di tanyakan • Siklus Haid : - - Libido sexual : Tidak di tanyakan • Menopause : - - Coitus : Tidak di tanyakan • G/P/A :-

12. Susunan syaraf • Hipoastesia : Tidak - Sakit kepala • Parastesia : Tidak - Gerakan tics • Spasme : Tidak - Paralisis 13. Panca indra • Penglihatan : Normal • Pengecapan : Normal • Pendengaran : Normal • Perasa : Normal • Penciuman : Normal

: Tidak : Tidak : Tidak

14. Psikis - Mudah tersinggung : Tidak - Takut : Tidak - Gelisah : Ya

- Pelupa : Tidak - Lekas marah : Tidak

15. keadaan sosial • Pekerjaan : Wiraswasta • Hygiene : Sedang

Anamnesa Penyakit terdahulu Tidak Ada Riwayat pemakaian Obat Novalgin Anamnesa penyakit Veneris Bengkak kelenjar regional : Tidak Luka-luka di kemaluan :Tidak

Pyuria : Tidak Bisul- bisul : Tidak

Anamnesa Intoksikasi Tidak ada Anamnesa Makanan Nasi : Ya frek 2 x/ Hari - Sayur sayuran :Ya Ikan : Ya - Daging : Ya Anamnesa Family Penyakit-penyakit family : Tidak ada Penyakit seperti orang sakit : Tidk ada Anak: 0, Hidup: 0, Mati: 0

Status Present

Keadaan Umum • Sensorium • Tekanan Darah • Temperatur • Pernafasan • Nadi Keadaan Penyakit Anemi : Ya Ikterus : Tidak Sianosis : Tidak Dispnoe : Tidak Edema : Tidak

: Compos mentis : 120/80 mmHg : 38,0⁰ C : 24 x/ menit, reguler, abdominal thoracal : 90 x/ menit, equal,sedang - Eritema - Turgor - Gerakan Aktif - Sikap tidur paksa

: Tidak : Baik : Ya : Tidak

Keadaan Gizi BB : 48 Kg TB : 166 cm RBW : 48 X 100% = 72,72% (Underweight) 166-100 IMT : 48 = 17,41 kg/m² (Underweight) (166/100)² Pemeriksaan Fisik 1. Kepala Pertumbuhan rambut Sakit kalau dipegang Perubahan lokal

: Normal : Tidak : Tidak

a. Muka - Sembab - Pucat - Kuning b. Mata Stand Mata Gerakan Reaksi pupil Ptosis

: Tidak : Ya : Tidak

- Parese - gangguan lokal

: Normal : Kesegala arah : RC +/+, isokor : Tidak

: Tidak : Tidak

- Ikterus - Anemia - Eksoftalmos - Gangguan lokal

: Tidak : Ya : Tidak : Tidak

c. Telinga Sekret Radang

: Tidak : Tidak

d. Hidung Sekret : Tidak Bentuk : Normal

e. Bibir Sianosis Pucat

: Tidak : Ya

- Bentuk - Atrofi

- Benjolan-benjolan

- Kering - Radang

:Normal :Tidak

: Tidak

: Tidak : Ya

f. Gigi Karies Jumlah Pertumbuhan Pyorroe alveolaris

: Tidak : Tidak di hitung : Normal : Tidak

g. Lidah Kering : Tidak Pucat : Ya

- Beslag - Tremor

h. Tonsil Merah Bengkak Beslag

: Ya : Ya : Tidak

: Tidak : Tidak

- Membran - Angina lacunaris

: Tidak : Tidak

2. Leher Inspeksi : - Struma : Tidak - Torticolis : Tidak - Kelenjar bengkak : Tidak - Venektasi : Tidak - Pulsasi Vena : Tidak Palpasi Posisi trachea : Medial TVJ : R-2 cm H2O Sakit/ nyeri tekan : Tidak Kosta servikalis : Tidak

3. Torax depan Inspeksi Bentuk Simetris/asimetris Bendungan Vena Ketinggalan bernafas

: Fusiformis : Simetris : Tidak : Tidak

Palpasi Nyeri tekan : Tidak Fremitus suara : Mengeras pada paru kiri Fremissemen

: Tidak

- Venektasi - Pembengkakan - Pulsasi verbal - Mammae

: Tidak : Tidak : Tidak : Normal

- Iktus : Teraba a. Lokasi : ICS V linea midclavicularis sinistra b. Kuat angkat : -

Perkusi Suara perkusi paru : - Paru kiri : Sonor memendek di apex - paru kanan : Sonor - Gerakan bebas : 2 cm Batas Jantung : A. Atas : ICS III linea parasternalis sinistra B. Kanan : ICS IV linea midsternalis dextra C. Kiri : ICS V 2cm medial linea Midclavicularis sinistra Batas paru hati : a. Relatif : ICS V midclavicularis dextra b. Absolut : ICS VI midclavicularis dextra

Auskultasi Paru –paru Suara pernafasan : - pada paru kiri : Bronkhial - pada paru kanan : Vesikuler Suara Tambahan : Ya Ronchi Basah : Ya, Gel (Sedang) Ronchi Kering : Tidak Krepirtasi : Tidak Gesek Pelura : Tidak Cor : Heart Rate : 90 x/i, Reguler, Intensitas (Sedang) Suara katup : (M1 > M2), (A2>A1), (P2 > P1), (A2>P2) Suara tambahan : Tidak ada

4. Thorax belakang Inspeksi - Bentuk : Fusiformis - Scapulae alta : Tidak - Simetris/tidak : Simetris - Ketinggalan bernafas : Tidak - Benjolan : Tidak - Venektasi : Tidak Palpasi - Nyeri tekan - Penonjolan - Fremitus suara

: Tidak : Tidak : Mengeras pada paru kiri

Perkusi Suara perkusi paru

: - Paru kiri

Gerakan bebas Batas bawah paru A. Kanan B. Kiri

: 2 cm : : sonor di Proc. Spinosus Vertebra IX : sonor di Proc. Spinosus Vertebra X

Aukultasi Pernafasan

: Sonor memendek di Apex paru - Paru kanan : sonor

: - Paru kiri : bronkhial - Paru kanan : vesikuler

Suara tambahan : Rhonci basah pada apex paru kiri

Tidak ada nyeri abdomen tekan (-)

5. Abdomen Inspeksi - Bengkak : Tidak - Venektasi : Tidak - Gembung : Tidak -Sirkulasi Collateral : Tidak - Pulsasi : Tidak Perkusi - Pekak hati : Ya - Pekak beralih : Tidak

Palpasi - Defens muskular : Tidak - Nyeri tekan : Tidak - Lien : Tidak teraba - Ren : Tidak teraba - Hepar : Tidak teraba Auskultasi Peristaltik usus : (6 x/ menit)

6. Genitalia -Luka : Tidak diperiksa -Sikatrik : Tidak diperiksa -Nanah : Tidak diperiksa

7. Extremitas a. Atas Bengkak Merah Stand abnormal Gangguan fungsi Tes Rumpelit Refleks Bisep Trisep

Radio periost

Kanan Kiri : Tidak Tidak : Tidak Tidak : Tidak Tidak : Tidak Tidak : Tidak dilakukan ( Negatif) : : ++ : ++

++ ++

:+

+

b. Bawah Bengkak Merah Edema Pucat Gangguan fungsi Varises Refleks KPR APR Struple

Kanan : Tidak : Tidak : Tidak : Tidak : Tidak : Tidak

: ++ : ++ : ++

++ ++ ++

Kiri Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

Tanggal : 22/12/2017 Nama

: Iswandi

Pemeriksaan

Hasil

Satuan

Nilai Rujukan

Haemoglobin

5,4↓

g/dl

13,2-17,3

Hitung Eritrosit

1,9↓

106/ul

4.4-5.9

Hitung Leukosit

5.700

/ul

4.000-11.000

hematokrit

17,1↓

%

40-52

156,000

/ul

150.000-440.000

Hematologi Darah Rutin

Hitung trombosit

Pemeriksaan

Hasil

Satuan

Nilai Rujukan

MCV

89,1↓

Fl

80-100

MCH

27,9

Pg

26-34

MCHC

31,5↓

%

32-36

Eosinofil

1

%

1-3

Basofil

0

%

0-1

N. Stab

*0↓

%

2-6

N. Seg

81↑

%

53-75

Limfosit

12↓

%

20-45

Monosit

6

%

4-8

Index Eritrosit

Hitung Jenis Leukosit

Pemeriksaan

Hasil

Satuan

Nilai Rujukan

20

mg/dl

20-40

Kreatinin

0,73

mg/dl

0,6-1,1

Asam urat

2,7 ↓

mg/dl

3,4-7.0

Bilirubin Total

1,07 ↑

mg/dl

135-155

Bilirubin Direk

0,65 ↑

mg/dl

3,5-5,5

Alkali Phospat

183 ↑

U/I

15-70

AST (SGOT)

53 ↑

U/I

<40

ALT (SGPT)

64 ↑

U/I

<40

Fungsi Ginjal Ureum

Fungsi Hati

HIV

Reaktif

Non Reaktif

RESUME Anamnesis Keluhan utama : Batuk Telaah Batuk (+) dirasakan pasien sejak ± 3 bulan yang lalu. Batuk bersifat terus-menerus. Dahak (+) kental berwarna hijau, volume dahak ± 1 sendok makan per kali batuk, Nyeri dada kanan atas (+) sejak ± 3 bulan yang lalu. Nyeri dada bersifat terus-menerus terutama saat inspirasi. Demam (+) sejak ± 3 hari yang lalu. Demam bersifat hilang timbul. Berat badan menurun (+) Keringat malam (+) sulit tidur (+) malaise (+).

• BAB (+) frekuensi 2x/hari, konsistensi Lembek, Warna kuning • BAK (+) frekuensi 8x/hari, volume ± ½ aqua gelas 120 ml, warna kuning jernih • Riwayat penyakit terdahulu : Tidak Ada • Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada • Riwayat Penggunaan Obat : Novalgin • Riwayat alergi obat/makanan : Tidak ada

Status Present Keadaan umum

Keadaan penyakit

Keadaan gizi

Sens : Compos Mentis

Anemia : Ya

TB: 166 cm

Ikterus

BB : 48 kg

TD : 120/80 mmHg

: Tidak

Sianosis : Tidak

RBW= 48 x 100%

Dyspnea : Tidak

166 - 100

Nafas : 24 x/ menit

Edema

= 72,72%

Suhu : 38,00 C

Eritema : Tidak

Kesan: Underweight

Turgor

IMT = 48

Nadi : 90x/ menit

: Tidak

: Baik

Gerakan aktif : Ya Sikap tidur paksa: Tidak

(166 m) 2 = 17,4 kg/m2 Kesan: Underweight

Pemeriksaan Fisik • Kepala : Mata (Konjugtiva palpebra inferior anemis), Bibir : pucat, Lidah: pucat, wajah : pucat • Leher : Dalam batas normal • Thorax : – Palpasi : fremitus mengeras pada paru kiri, – Perkusi paru : sonor memendek di apex paru kiri, – Auskultasi : SP : bronkhial pada paru kiri, ST : rhonki basah (+) pada apex paru kiri • Abdomen : Datar, soepel, nyeri tekan (-), hepar dan lien : tidak teraba • Extremitas : Akral hangat

Diagnosa Banding 1. HIV Grade III + TB paru + Anemia 2. Leukimia + Pneumonia + Myeldisplastik syndrom 3. Sindroma Lupus Eritematosus + Bronkitis kronis + Myelofibrosis Diagnosis Sementara HIV Grade III + TB paru + Anemia

Terapi Aktivitas Tirah baring Diet MB Medikamentosa • - IVFD RL 500 cc 20 gtt/i • Zidovudine 300 mg/12jam • Lumivudine 150 mg/ 12jam • Efavirenz 600mg/hari • OAT KDT (kombinasi dosis tetap) (RHZE) • Inj. Ranitidin 50 mg /12 jam IV • Parasetamol 3x500mg

Pemeriksaan Anjuran/ Usul • Darah rutin • Foto thorak • Sputum BTA • Uji VCT • Pemeriksaan kadar CD4

DISKUSI KASUS HIV/AIDS Teori

Kasus

Anamnesis

Anamnesis

• Tidak langsung memperlihatkan gejala atau keluhan • Demam > 37,5 C • Diare intermiten • Kehilangan berat badan > 10% BB dasar • Keluhan Bergantung Penyakit Penyerta

• Tidak langsung memperlihatkan gejala atau keluhan (+) • Demam > 37,5 C (+) • Diare intermiten (-) • Kehilangan berat badan > 10% BB dasar (+) • Keluhan Penyakit Penyerta (TB Paru) : Demam (+) Batuk/batuk berdarah (+) Keringat malam (+) Penurunan berat badan tibatiba Nyeri dada (+) Malaise (+)

Status Present Keadaan Umum Sensorium : Compos mentis Tekanan Darah:120-130/8090 mmHg Temperatur : > 37,5⁰ C Pernafasan :18-20x/ menit, reguler, abdominalthoracal Nadi : 80-100x/ menit, equal, sedang

Status Present Keadaan Umum Sensorium: Compos mentis Tekanan Darah:120/80 mmHg Temperatur : 38 ⁰ C Pernafasan : 24 x/ menit, reguler, abdominal thoracal Nadi: 90 x/ menit, equal, sedang

Keadaan Penyakit Anemia : Tidak Ikterus : Tidak Sianosis : Tidak Dyspnea : Ya Edema : Tidak Eritema : Tidak Turgor : Baik Gerakan aktif : Ya Sikap tidur paksa : Tidak

Keadaan Penyakit Anemia : Ya Ikterus : Tidak Sianosis : Tidak Dyspnea : Tidak Edema : Tidak Eritema : Tidak Turgor : Baik Gerakan aktif : Ya Sikap tidur paksa : Tidak

Status Gizi TB BB RBW > 110% Kesan: Normoweight Indeks Massa Tubuh = 23 Kesan : Normoweight

Status Gizi TB 166 cm BB 48 Kg RBW 72,72 % Kesan: Underweight Indeks Massa Tubuh = 17,41 kg/m² Kesan: Underweight

Pemeriksaan Fisik 1. Kepala : Dalam Batas Normal 2. Leher : Pembesaran KGB 3. Thorax : Ronki Basah 4. Abdomen - Hepatosplenomegali - Nyeri - Massa 5. Ektermitas: Dalam Batas Normal 5. Genetalia - Herpes simplek - Duh Vagina atau Uretra

Pemeriksaan Fisik 1. Kepala : Konjugtiva palpebra inferior anemis, wajah, bibir dan lidah pucat

2. Leher : Pembesaran KGB (-) 3. Thorax : Ronki Basah (+) 4. Abdomen - Hepatosplenomegali (-) - Nyeri (-) - Massa (-) 5. Ektermitas: Dalam Batas Normal 6. Genetalia - Herpes simplek (-) - Duh Vagina atau Uretra (-)

Diagnosa banding :

Diagnosa Banding :

1.HIV Stadium III 2. Leukimia 3. Sindroma Lupus Eritematosus Diagnosa : HIV Stadium III

1.HIV Stadium III 2. Leukimia 3. Sindroma Lupus Eritematosus Diagnosa : HIV Stadium III

Penatalaksanaan : 1. Aktivitas Tirah baring 2. Diet  MB 3. Medikamentosa - Infus cairan 20 tpm - Zidovudine 300 mg/12jam - Lumivudine 150 mg/ 12jam - Efavirenz 600mg/hari

Penatalaksanaan : 1. Aktivitas Tirah baring 2. Diet  MB 3. Medikamentosa -IVFD RL 500 cc 20 tpm Zidovudine 300 mg/12jam - Lumivudine 150 mg/ 12jam - Efavirenz 600mg/hari

Komplikasi

Komplikasi

a. Kandidiasis bronkus, trakea, atau paruparu (+) b. Kandidiasis esophagus (+) c. Kriptokokosis ekstra paru (+) d. Kriptosporidiosis intestinal kronis (>1 bulan) (+) e. Renitis CMV (gangguan penglihatan) (+) f. Herpes simplek, ulkus kronik (> 1 bulan) (+) g. Mycobacterium tuberculasis di paru atau ekstra paru (+) h. Ensefalitis toxoplasma. (+)

a. Kandidiasis bronkus, trakea, atau paruparu (-) b. Kandidiasis esophagus (-) c. Kriptokokosis ekstra paru (-) d. Kriptosporidiosis intestinal kronis (>1 bulan) (-) e. Renitis CMV (gangguan penglihatan) (-) f. Herpes simplek, ulkus kronik (> 1 bulan) (-) g. Mycobacterium tuberculasis di paru atau ekstra paru (+) h. Ensefalitis toxoplasma. (-)

Prognosis

Prognosis

Umumnya Dubia ad malam, prognosis sangat tergantung kondisi pasien saat datang dan pengobatan. Terapi hingga saat ini adalah untuk memperpanjang masa hidup, belum merupakan terapi definitif.

Umumnya Dubia ad malam, prognosis sangat tergantung kondisi pasien saat datang dan pengobatan. Terapi hingga saat ini adalah untuk memperpanjang masa hidup, belum merupakan terapi definitif.

Pencegahan :

Pencegahan :

a) Melakukan sex yang aman. b) Menghindari kontak darah ataupun sexual dengan penderita HIV. c) Melakukan penyuluhan kepada masyarakat awam mengenai penyakit HIV/ AIDS dan bahayanya. d) Meningkatkan pelayanan di sektor penanggulangan khusus HIV/AIDS

a) Melakukan sex yang aman. b) Menghindari kontak darah ataupun sexual dengan penderita HIV. c) Melakukan penyuluhan kepada masyarakat awam mengenai penyakit HIV/ AIDS dan bahayanya. d) Meningkatkan pelayanan di sektor penanggulangan khusus HIV/AIDS

Edukasi

Edukasi

1. Menganjurkan tes HIV pada pasien TB, infeksi menular seksual (IMS), dan kelompok risiko tinggi beserta pasangan seksualnya, sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 2. Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit HIV/AIDS. Pasien disarankan untuk bergabung dengan kelompok penanggulangan HIV/AIDS untuk menguatkan dirinya dalam menghadapi pengobatan penyakitnya

1. Menganjurkan tes HIV pada pasien TB, infeksi menular seksual (IMS), dan kelompok risiko tinggi beserta pasangan seksualnya, sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 2. Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit HIV/AIDS. Pasien disarankan untuk bergabung dengan kelompok penanggulangan HIV/AIDS untuk menguatkan dirinya dalam menghadapi pengobatan penyakitnya

DISKUSI KASUS TB PARU Teori

Kasus

Anamnesis

Anamnesis

1. 2. 3. 4. 5.

1. 2. 3. 4. 5.

Demam (+) Batuk/batuk berdarah (+) Sesak nafas (+) Nyeri dada (+) Malaise (+)

Demam (+) Batuk/batuk berdarah (+) Sesak nafas (-) Nyeri dada (+) Malaise (+)

Status Present Keadaan Umum Sensorium :Compos mentis Tekanan Darah :120-130/80-90 mmHg Temperatur : > 37,5⁰ C Pernafasan :18-20x/ menit, reguler, abdominalthoracal Nadi :80-100x/ menit, equal, sedang

Status Present Keadaan Umum Sensorium: Compos mentis Tekanan Darah:120/80 mmHg Temperatur : 38 ⁰ C Pernafasan: 24 x/ menit, reguler, abdominalthoracal Nadi: 90 x/ menit, equal, sedang

Keadaan Penyakit Anemia : Tidak Ikterus : Tidak Sianosis : Tidak Dyspnea : Ya Edema : Tidak Eritema : Tidak Turgor : Baik Gerakan aktif : Ya Sikap tidur paksa : Tidak

Keadaan Penyakit Anemia : Ya Ikterus : Tidak Sianosis : Tidak Dyspnea : Tidak Edema : Tidak Eritema : Tidak Turgor : Baik Gerakan aktif : Ya Sikap tidur paksa : Tidak

Stats Gizi TB BB RBW > 110% Kesan: Normoweight Indeks Massa Tubuh = 23 Kesan:Normoweight

Status Gizi TB 166 cm BB 48 Kg RBW 72,72 % Kesan: Underweight Indeks Massa Tubuh =17,41kg/m² Kesan: Underweight

Pemeriksaan Fisik 1. Kepala konjungtiva mata atau kulit yang pucat 2. Leher pembesaran KGB 3. Thorax Perkusi paru : sonor memendek

Pemeriksaan Fisik 1. Kepala konjungtiva mata atau kulit yang pucat (+) 2. Leher pembesaran KGB (-) 3. Thorax Perkusi paru : sonor memendek di apex paru kiri (+)

Auskultsi : SP : Bronkial ST : ronki basah 4. Abdomen Dalam batas normal 5. Ektermitas Akral hangat

Auskultsi : SP : Bronkial lapang paru kiri (+), ST :Ronki basah pada apex paru kiri (+)

4. Abdomen Dalam batas normal (+) 5. Ektermitas Akral hangat (+)

Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan Penunjang: 1. Radiologi Lesi tuberkuloma 2. Darah rutin Leukosit ↑ LED ↑ Gama globulin ↑ Natrium darah ↓ 3. Sputum BTA + 4. Tes tuberculin Tes Mantoux +

1. Radiologi Lesi tuberkuloma 2. Darah rutin Leukosit (Normal) LED (Tidak diperiksa) Gama globulin (Tidak diperiksa) Natrium darah (Tidak diperiksa) 3. Sputum BTA + 4. Tes tuberculin Tes Mantoux (Tidak diperiksa)

Diagnosa banding : 1. TB Paru 2. Pneumonia 3. Bronkitis Kronis

Diagnosa Banding : 1. TB Paru 2. Pneumonia 3. Bronkitis Kronis

Diagnosa : TB Paru

Diagnosa : TB Paru

Penatalaksanaan : 1. Aktivitas Tirah baring 2. Diet  MB 3. Medikamentosa - IVFD RL 20 gtt - Isoniazid 300 mg - Rifampisin 450 mg - Pirazinamid 1000 mg - Etambutol 750 mg

Penatalaksanaan : 1. Aktivitas Tirah baring 2. Diet  MB 3. Medikamentosa - IVFD RL 20 gtt - OAT KDT (kombinasi dosis tetap) (RHZE) < 50 kg Dosis : 1x3 tab > 50 kg Dosis : 1x4 tab

Komplikasi

Komplikasi

1. Komplikasi dini : pleuritis, efusi 1. Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis, usus, pleura, empiema, laryngitis, usus, poncet’s arthropathy. poncet’s arthropathy. (-) 2. Komplikasi lanjut : obstruksi jalan 2. Komplikasi lanjut : obstruksi jalan nafas  SOPT (sindrom obstruksi nafas  SOPT (sindrom obstruksi pasca tuberculosis, kerusakan pasca tuberculosis, kerusakan parenkim berat  fibrosis paru, kor parenkim berat  fibrosis paru, kor pulmonal, amiloidosis, karsinoma pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal nafas dewasa paru, sindrom gagal nafas dewasa (ARDS), sering terjadi pada TB milier (ARDS), sering terjadi pada TB milier dan kavitas TB dan kavitas TB (-)

Prognosis

Prognosis

Prognosis pada umumnya baik apabila pasien melakukan terapi sesuai dengan ketentuan pengobatan. Untuk TB dengan komorbid, prognosis menjadi kurang baik.

Prognosis pada umumnya baik apabila pasien melakukan terapi sesuai dengan ketentuan pengobatan. Untuk TB dengan komorbid, prognosis menjadi kurang baik.

Pencegahan :

Pencegahan :

1. Tinggal di rumah. Jangan pergi kerja atau sekolah atau tidur di kamar dengan orang lain selama beberapa minggu pertama pengobatan untuk TB aktif 2. Ventilasi dalam ruangan. 3. Tutup mulut menggunakan masker. 4. Meludah hendaknya pada tempat tertentu yang sudah diberikan desinfektan 5. Imunisasi BCG 6. Hindari udara dingin.

1. Tinggal di rumah. Jangan pergi kerja atau sekolah atau tidur di kamar dengan orang lain selama beberapa minggu pertama pengobatan untuk TB aktif 2. Ventilasi dalam ruangan. 3. Tutup mulut menggunakan masker. 4. Meludah hendaknya pada tempat tertentu yang sudah diberikan desinfektan 5. Imunisasi BCG 6. Hindari udara dingin.

Pencegahan :

Pencegahan :

7. Usahakan sinar matahari dan udara segar masuk secukupnya ke dalam tempat tidur. 8. Menjemur kasur, bantal, dan tempat tidur terutama pagi hari. 9. Semua barang yang digunakan penderita harus terpisah begitu juga mencucinya dan tidak boleh digunakan oleh orang lain. 10. Makanan harus tinggi karbohidrat dan tinggi protein

7. Usahakan sinar matahari dan udara segar masuk secukupnya ke dalam tempat tidur. 8. Menjemur kasur, bantal, dan tempat tidur terutama pagi hari. 9. Semua barang yang digunakan penderita harus terpisah begitu juga mencucinya dan tidak boleh digunakan oleh orang lain. 10. Makanan harus tinggi karbohidrat dan tinggi protein

Edukasi :

Edukasi :

1. Memberikan informasi 1. Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga kepada pasien dan keluarga tentang penyakit tentang penyakit tuberkulosis tuberkulosis 2. Pengawasan ketaatan 2. Pengawasan ketaatan minum obat dan kontrol minum obat dan kontrol secara teratur. secara teratur. 3. Pola hidup sehat dan 3. Pola hidup sehat dan sanitasi lingkungan sanitasi lingkungan

DISKUSI KASUS ANEMIA Teori

Kasus

Anamnesis

Anamnesis

1. 2. 3. 4. 5. 6.

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Malaise (+) Pucat (+) Mata berkunang (+) Sesak nafas (+) Dyspepsia (+) Tinnitus (+)

Malaise (+) Pucat (+) Mata berkunang (-) Sesak nafas (-) Dyspepsia (-) Tinnitus (-)

Status Present Keadaan Umum Sensorium :Compos mentis Tekanan Darah :120-130/80-90 mmHg Temperatur : > 37,5⁰ C Pernafasan :18-20x/ menit, reguler, abdominalthoracal Nadi :80-100x/ menit, equal, sedang

Status Present Keadaan Umum Sensorium: Compos mentis Tekanan Darah:120/80 mmHg Temperatur : 38 ⁰ C Pernafasan: 24 x/ menit, reguler, abdominalthoracal Nadi: 90 x/ menit, equal, sedang

Keadaan Penyakit Anemia : Tidak Ikterus : Tidak Sianosis : Tidak Dyspnea : Ya Edema : Tidak Eritema : Tidak Turgor : Baik Gerakan aktif : Ya Sikap tidur paksa : Tidak

Keadaan Penyakit Anemia : Ya Ikterus : Tidak Sianosis : Tidak Dyspnea : Tidak Edema : Tidak Eritema : Tidak Turgor : Baik Gerakan aktif : Ya Sikap tidur paksa : Tidak

Stats Gizi TB BB RBW > 110% Kesan: Normoweight Indeks Massa Tubuh = 23 Kesan:Normoweight

Status Gizi TB 166 cm BB 48 Kg RBW 72,72 % Kesan: Underweight Indeks Massa Tubuh =17,41kg/m² Kesan: Underweight

Pemeriksaan Fisik 1. Kepala konjungtiva mata atau kulit yang pucat 2. Leher pembesaran KGB 3. Thorax Perkusi paru : sonor memendek

Pemeriksaan Fisik 1. Kepala konjungtiva mata atau kulit yang pucat (+) 2. Leher pembesaran KGB (-) 3. Thorax Perkusi paru : sonor memendek di apex paru kiri (+)

Auskultsi : SP : Bronkial ST : ronki basah 4. Abdomen Dalam batas normal 5. Ektermitas Akral hangat dan pucat

Auskultsi : SP : Bronkial lapang paru kiri (+), ST :Ronki basah pada apex paru kiri (+)

4. Abdomen Dalam batas normal (+) 5. Ektermitas Akral hangat dan pucat (+)

Pemeriksaan Penunjang: Hemoglobin, Hematokrit dan indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC) ↓ Hapus darah tepi menunjukkan hipokromik mikrositik, normositik normokrom, makrositik.

Pemeriksaan Penunjang: Hemoglobin, Hematokrit dan indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC) ↓ Hapus darah tepi menunjukkan hipokromik mikrositik, normositik normokrom, makrositik. (Tidak diperiksa) Kadar feritin menurun dan Kadar feritin menurun dan kadar Free Erythrocyte Porphyrin kadar Free Erythrocyte Porphyrin (FEP) meningkat (FEP) (tidak diperiksa) Sumsum tulang : aktifitas Sumsum tulang : aktifitas eritropoitik meningkat eritropoitik meningkat (tidak diperiksa)

Diagnosa banding : 1. Anemia 2. Myeldisplastik syndrome 3. Mielofibrosis Diagnosa : Anemia

Diagnosa Banding : 1. Anemia 2. Myeldisplastik syndrome 3. Mielofibrosis Diagnosa : Anemia

Penatalaksanaan : 1. Aktivitas Tirah baring 2. Diet  MB 3. Medikamentosa •IVFD RL 20 gtt •HB < 7 g/dl Transfusi PRC

Penatalaksanaan : 1. Aktivitas Tirah baring 2. Diet  MB 3. Medikamentosa • IVFD RL 20 gtt • HB < 7 g/dl Transfusi PRC

Komplikasi Komplikasi yang terjadi pada penderita anemia adalah : 1. Gagal jantung, 2.Gangguan fungsi ginjal, 3.Infeksi, 4.Kelainan jantung

Komplikasi Komplikasi yang terjadi pada penderita anemia adalah : 1. Gagal jantung, 2.Gangguan fungsi ginjal, 3.Infeksi, 4.Kelainan jantung

Pencegahan : Pendidikan Kesehatan Kesehatan Lingkungan Penyuluhan gizi Mengkonsumsi makanan yang mengandung Vitamin C Pada penderita anemia berat dapat dilakukan tranfusi darah

Pencegahan : Pendidikan Kesehatan Kesehatan Lingkungan Penyuluhan giziMengkonsumsi makanan yang mengandung Vitamin C Pada penderita anemia berat dapat dilakukan tranfusi darah

Edukasi : 1. Menginformasikan kepada pasien untuk menjaga asupan makanan yang seimbang 2.Menyampaikan pada pasien tentang kemungkinan perjalanan penyakit dan komplikasi yang akan terjadi 3. Segera datang ke akses pelayanan terdekat apabila mengalami gejala yang sama 4. Menkonsumsi makanan yang matang, menjaga kebersihan individu dan lingkungan.

Edukasi : 1. Menginformasikan kepada pasien untuk menjaga asupan makanan yang seimbang 2.Menyampaikan pada pasien tentang kemungkinan perjalanan penyakit dan komplikasi yang akan terjadi 3. Segera datang ke akses pelayanan terdekat apabila mengalami gejala yang sama 4. Menkonsumsi makanan yang matang, menjaga kebersihan individu dan lingkungan.

Kesimpulan HIV atau Human immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang menyerang/menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia . Infeksi HIV dapat menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit penyakit infeksi menular yang disebabkan bakteri mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru. Sebagian besar kuman TB menyerang paru, namun dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Anemia secara fungsional didefenisikan sebagai punurunan jumlah eritrosit sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer. Secara praktis anemia ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit, atau hitung eritrosit

Related Documents

Hiv Tb Pix - Copy.pptx
October 2019 4
Tb & Hiv
October 2019 21
Pix
November 2019 27
Pix
December 2019 23