BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular merupakan kelompok terbesar penyakit penyebab kematian di indonesia. Salah satu penyakit tidak menular yang menyebabkan kematian tinggi di Indonesia adalah diabetes mellitus. Diabetes melitus utamanya diakibatkan karena pola hidup yang tidak sehat. Hipoglikemia merupakan komplikasi yang paling sering muncul pada penderita diabetes mellitus. Hipoglikemia adalah menurunnya kadar glukosa darah yang menyebabkan kebutuhan metabolik yang diperlukan oleh sistem saraf tidak cukup, sehingga menimbulkan berbagai keluhan dan gejala klinik. Hipoglikemia berdampak serius pada morbiditas, mortalitas dan kualitas hidup. Hipoglikemia merupakan penyakit kegawatdaruratan yang membutuhkan petolongan segera. Karena hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen hingga koma sampai kematian. Maka dari itu, penulis tertarik untuk mengambil topik pembahasan mengenai teoritis dan asuhan keperawatan pada penderita hipoglikemia. Ada baiknya kita selalu menjaga kesehatan kita dengan mencegahnya. Bagaimana pun mencegah memang lebih baik dari mengobati. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa yang dimaksud dengan Hipoglikemia ? 2. Apa saja penyebab Hipoglikemia ? 3. Apa saja tanda-tanda pasien terkena pasien Hipoglikemia ? 4. Bagaimana Patofisiologi pada Hipoglikemia ? 5. Bagaimana cara Penatalaksanaan pada Hipoglikemia ? 6. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Hipoglikemia ? C. TUJUAN UMUM Penulis dapat mengetahuai tentang gambaran teori mengenai hipoglikemia dan juga Asuhan Keperawatan pada penderita hipoglikemia D. TUJUAN KHUSUS Setelah melakukan pembelajaran dan penelitian tentang Hipoglikemia, maka pembaca (mahasiswa/mahasiswi) mampu: 1. Mengetahui pengertian dari Hipoglikemia 2. Mengetahui tanda gejala dari Hipoglikemia 3. Mengetahui faktor risiko dari Hipoglikemia 4. Merencanakan tindakan keperawatan pada klien Hipoglikemia
1
BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN HIPOGLIKEMIA Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa dalam darah dibawah
normal
(<70
mg/DL).
Hipoglikemia
merupakan
penyakit
kegawatdaruratan yang membutuhkan pertolongan segera, karena hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen, hipoglikemia juga dapat menyebabkan koma sampai dengan kematian Hipoglikemia adalah suatu keadaan abnormal, dimana kadar glukosa dalam darah <50/60 mg/dl .Hipoglikemia merupakan suatu kegagalan dalam mencapai batas normal kadar glukosa darah dibawah normal yaitu <60 mg/dl. Jadi kesimpulannya, Hipoglikemia didefinisikan sebagai keadaan di mana kadar glukosa plasma lebih rendah dari 45 mg/dl– 50 mg/dl.Pasien diabetes yang tidak terkontrol dapat mengalami gejala hipoglikemia pada kadar gula darah yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang normal, sedangkan pada pasien diabetes dengan pengendalian gula darah yang ketat (sering mengalami hipoglikemia) dapat mentoleransi kadar gula darah yang rendah tanpa mengalami gejala hipoglikemia. pendekatan diagnosis kejadian hipoglikemia juga dilakukan dengan bantuan Whipple’s Triad yang meliputi: ·
Keluhan yang berhubungan dengan hipoglikemia
·
Kadar glukosa plasma yang rendah (<50mg/dl
·
Perbaikan kondisi setelah perbaikan kadar gula darah (paska koreksi)
B. PREVALENSI HIPOGLIKEMIA Hipoglikemia lebih sering terjadi pada DM tipe 1 dengan angka kejadian 1030% psien per tahun dengan angka kematian 3-4% (Goldman and Shcafer 2012). Sedangkan DM tipe 2 angka kejadiannya 1,2% pasien per tahun.Rata-rata kejadian hipoglikemia meningkat dari 3,2 per 100 orang pertahun menjadi 7,7 per 100 orang pertahun pada penggunaan insulin (Cutll et al 2001). Sebagai
2
penyakit akut pada DM tipe 2, Hipoglikemia paling sering disebabkan oleh penggunaan insulin Dan sulfonylurea (PERKENI 2011)
C. ETIOLOGI HIPOGLIKEMIA Dosis pemberian insulin yang kurang tepat, kurangnya asupan karbohidrat karena menunda atau melewatkan makan, konsumsi alkohol, peningkatan pemanfaatan
karbohidrat
karena
latihan
atau
penurunan
berat
badan.Hipoglikemia dapat terjadi pada penderita Diabetes dan Non Diabetes dengan etiologi sebagai berikut (Kedia, 2011).
1. Pada Diabetes a. Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya (Overdose insulin) b. Asupan makan yang lebih dari kurang (tertunda atau lupa, terlalu sedikit, output yang berlebihan seperti adanya gejala muntah dan diare, serta diet yang berlebih). c. Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal (mis. Hipotiroid) d. Aktivitas berlebih e. Gagal ginjal
2. Pada Non Diabetes a. Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati b. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas c. Paska aktivitas d. Konsumsi makanan yang sedikit kalori e. Konsumsi alcohol f. Paska melahirkan g. Post gastrectomy h. Penggunaan obat dalam jumlah yang berlebih (mis. Salisilat, sulfonamide)
3
D. FAKTOR RESIKO HIPOGLIKEMIA Faktor predisposisi terjadinya hipoglikemia pada pasien yang mendapat pengobatan insulin atau sulfonylure (Mansjoer A, 1999), yaitu : a. Pengurangan/keterlambatan makan b. Kesalalahan dosis obat c. Latihan jasmani yang berlebihan d. Penurunan kebutuhan insulin e. Penyembuhan dari penyakit f. Nefropati diabetic g. Hipotiroidisme h. Penyakit Addison i. Hipopituitarisme j. Hari-hari pertama persalinan k. Penyakit hati berat
E. KLASIFIKASI HIPOGLIKEMIA Hipoglikemia
menurut
Setyohadi
(2012)
dan
Thompson
(2011)
diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Ringan (glukosa darah 50-60 mg/dL) Terjadi jika kadar glukosa darah menurun dan sistem saraf simpatik akan terangsang, pelimpahan adrenalin ke darah menyebabkan gejala : tremor, kegelisahan, rasa lapar, dll. 2. Sedang (glukosa darah <50 mg/dL) Penurunan kadar glukosa dapat menyebakan sel2 otak tidak memperoleh bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda gangguan fungsi sistem saraf pusat mencakup ketidakmampuan berkonsentrasi, penurunan daya ingat, penglihatan ganda, peasaan ingin pingsan.
4
3. Berat (glukosa darah < 35 mg/dL) Terjadi gangguan pada sistem saraf pusat, sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemia. Gejalanya : serangan kejang, sulit dibangunkan bahkan kehilangan kesadaran. F. MANIFESTASI KLINIS HIPOGLIKEMIA Gejala dan tanda dari hipoglikemia merupakan akibat dari aktivasi sistem saraf otonom dan neuroglikopenia. Pada pasien dengan usia lajut dan pasien yang mengalami hipoglikemia berulang, respon sistem saraf otonom dapat berkurang sehingga pasien yang mengalami hipoglikemia tidak menyadari kalau kadar gula darahnya rendah (hypoglycemia unawareness). Kejadian ini dapat memperberat akibat dari hipoglikemia karena penderita terlambat untuk
mengkonsumsi
glukosa
untuk
meningkatkan
kadar
gula
darahnya.darahnya.
5
G. PATOFISIOLOGI HIPOGLIKEMIA
Price (2006) mengutarakan bahwa hipoglikemia terjadi karena ketidakmampuan hati memproduksi glukosa yang dapat disebabkan karena penurunan bahan pembentuk glukosa, penyakit hati atau ketidakseimbangan hormonal. Pada pasie hipoglikemi, terdapat deficit sel beta Langerhans, pengeluaran kedua hormone pengantar insulin dan glucagon benar benar terputus. Respon epinefrin terdapat hipoglikemi juga semakin melemah. Frekuensi hipoglikemi berat, menurunkan batas glukosa sampai ke tingkat plasma glukosa yang paling rendah.
6
Kombinasi dari ketiadaan glukosa dan respon epinefrin yang lemah dapat menyebabkan gejala klinis ketidaksempurnaan pengaturan glukosa yang meningkatkan respon hipoglikemi berat. Penurunan respon epinefrin pada hipoglikemi adalah sebuah tanda dari lemahnya respon saraf otonom yang dapat menyebabkan gejala klinis ketidaksadaran pada hipoglikemi (Shafiee,2012). Selain itu, pada pasien dengan hipoglikemi terjadi kematian jaringan yang disebabkan karena kekurangan oksigen pada jaringan tersebut yang bahkan dapat mengancam kehidupan. Keadaan ini terjadi karena adanya gangguan pada hematologi/hemoglobin yang berperan sebagai transport oksigen. Hemoglobin yang kekurangan glukosa akan mempengaruhi kualias transport oksigen. Terapi oksigen adalah memasukan oksigen tambahan dari luar ke paru melalui saluran pernafasan dengan menggunakan alat sesuai kebutuhan (Narsih,2007)
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG HIPOGLIKEMIA 1. Gula darah puasa Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi glukosa 75 gram oral) dan nilai normalnya antara 70- 110 mg/dl. 2. Gula darah 2 jam post pradial Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2 jam 3. Pemeriksaan HBA1c Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar gula darah yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes dalam waktu 2- 3 bulan. HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada orang normal antara 4- 6%. Semakin tinggi maka akan menunjukkan bahwa orang tersebut menderita DM dan beresiko terjadinya komplikasi. 4. Pemeriksaan elektrolit Terjadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah terganggu
7
I. PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan pasien dengan hipoglikemik dibagi menjadi 2 yaitu stadium permulaan (sadar) dengan pemberian glukosa oral 10-20 gr harus segera diberikan. Dapat berupa gula murni (idealnya dalam bentuk tablet atau jelly) atau minuman yang mengandung glukosa seperti jus buah segar. Jika stadium lanjut (koma hipoglikemia) diberikan bolus D10% yang diikuti pemberian larutan glukosa 40% melalui vena sebanyak 2 flakton tiap 10-20 menit (ulangi 3x) hingga pasien sadar. Dilanjutkan dengan pemberian D10% per infus 6jam/kolf. Bila belum teratasi dapat diberikan antagonis insulin seperti adrenalin, kortisol dosis tinggi, atau glukagon 1mg intravena. Untuk terapi hari selanjutnya pemberian dextrosa menyesuikan dengan keadaan gula darah pasien (arma,2011). J. KONSEP DASAR KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN Pengkajian keperawatan gawat darurat pada pasien hipoglikemi antara lain: a. Pengkajian primery survey ABCD dengan hasil yang meliputi: 1) Tidak ada gangguan jalan nafas 2) Frekuensi nafas besar> 24x/menit 3) Nafas tersengal sengal 4) Hipotensi 5) Bradikardi 6) Nadi teraba lemah 7) Hipotermi 8) Akral dingin 9) Anemiscapillary refill kembali< 2 detik 10) Tremor 11) Lemas 12) Gelisah 13) Terjadi penurunan kesadaran b. 1) 2) 3) 4)
Pada pengkajian sekundery survey AMPLE ditemukan hasil antara lain : Pasien mengkonsumsi insulin per-oral maupun per-IV Penggunaan sulfonylurea Intake makan kurang Pengkajian head to toe: a) Palpitasi b) Keringat berlebihan c) Tremor
8
d) Ketakutan e) Pusing f) Pandangan kabur g) Ketajaman mental menurun h) Akral dingin i) Anemis dan hilangnya skill mutorik halus c. Pengkajian tersier (pemeriksaan penunjang) yang utama adalah pemeriksaan GDS < 60 mg/dl d. Pengkajian riwayat penyakit dahulu dan keluarga juga diperlukan untuk mengetahui apakah pasien mengetahui memiliki riwayat DM atau tidak (baradero,2009) 2. DIAGNOSE KEPERAWATAN a. Resiko ketidakstabilan pada glukosa darah b.d penurunan produksi energy metabolic b. Penurunan perfungsi jaringan serebral b.d kurangnya suplai glukosa ke otak c. Resiko penurunan perfungsi jaringan perifer b.d DM d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat 3. INTERVENSI a. Resiko ketidakstabilan pada glukosa darah b.d penurunan produksi energy metabolic Tujuan : kadar gula darah stabil Kriteria hasil : GDS normal 70-120 mg/dl Intervensi : 1. Kaji keadaan umum dan ttv 2. Kaji kadar GDS sebelum dan 1 jam sesudah pemberian terapi, anjurkan keluarga memberikan pasien minum manis. 3. Kolaborasi dengan pemberian terapi glukosa 5% , 10% ATAU 40%/IV 4. Pantau nilai laboratorium seperti gula darah
b. Penurunan perfungsi jaringan serebral b.d kurangnya suplai glukosa ke otak Tujuan : perfungsi jaringan serebral kembali normal Kriteria hasil : kesadaran CM, GCS : E4V5M6, TTV normal : TD 120/80 mmHg, N: 60-100x/mnt, RR: 16-24x/mnt, S: 36,5-37°C, pupil isokor, estermitas kuat, respon motoric baik Intervensi : 1. Kaji tingkat kesadaran dan TTV
9
2. Pertahankan keefektifan jalan nafas 3. Berikan posisi supinasi 4. Kolaborasi pemberian terapi O2, glukosa 5%, 10% atau 40%/ IV c. Resiko penurunan perfungsi jaringan perifer b.d DM Tujuan : perfusi jaringan perifer kembali normal Kriteria hasil : TTV normal, TD 120/80 mmHg, N: 60-100 x/mnt, RR : 16-24 x/mnt, S: 36,5-37 °C, nadi perifer teraba kuat, dan regular, tidak pucat/ anemis, akral hangat, kapilari refil kurang 2 detik. Intervensi : 1. Kaji tingkat kesadaran dan TTV 2. Pertahankan keefektifan jalan nafas 3. Berikan posisi supinasi 4. Kolaborasi pemberian terapi O2, glukosa 5%, 10% atau 40%/IV d. Ketidakseimbangan nutria kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat Tujuan : nutrisi terpenuhi Kriteria hasil : peningkatan nafsu makan, BB stabil/ meningkat Intervensi : 1. Kaji intake nutrisi 2. Timbang BB dan TB klien 3. Tentukan nilai BMI 4. Kaji kemauan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. 5. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi pada pasien dan keluarga 6. Motivasi pasien untuk meningkatkan intake nutrisi sesuai diit 7. Kolaborasi pemberian glukosa dan diit klien.
10
BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Hipoglikemia didefinisikan sebagai keadaan di mana kadar glukosa plasma lebih rendah dari 45 mg/dl –50 mg/dl. Dosis pemberian insulin yang kurang tepat, kurangnya asupan karbohidrat karena menunda atau melewatkan makan, konsumsi alkohol, peningkatan pemanfaatan karbohidrat karena latihan atau penurunan berat badan merupakan penyebab terjadinya hipoglikemia (Kedia, 2011). Beberapa faktor resiko penyebab hipoglikemia seperti Pengurangan/keterlambatan makan, Kesalalahan dosis obat, Latihan jasmani yang berlebihan, Penurunan kebutuhan insulin, dsb. Klasifikasi hipoglikemia dibagi dalam tingkatan ringan, sedang, dan berat. Manisfestasi klinis yang sering kita jumpai pada penderita hipoglikemia ini yaitu sering lemas, lesuh, letih, tidak fokus terhadap sesuatu, dan mengalami penurunan berat badan. Pemeriksaan penunjang yang utama yatiu pemeriksaan gula darah yang apabila didapatkan hasil kurang dari normal yaitu <50 mg/dl. Tujuan dilakukan tatalaksana Hipoglikemia yaitu untuk memenuhi kadar gula darah dalam otak agar tidak terjadi kerusakan irreversibel, serta tidak mengganggu regulasi DM dan mengarahkan agar kadar glukosa plasma berada dalam batas normal orang puasa yaitu 120mg/dl. Komplikasi yang dapat terjadi yakni kerusakan pada otak, kematian , koma, dsb. Pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan hipoglikemia yang tertera, sudah sesuai dengan tinjauan teori, begitu juga dengan pelaksanaannya tidak ada kesenjangan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus. B. SARAN Saran yang dapat disampaikan dari isi makalah ini yakni diharapkan dapat meningkatkan kinerja perawat dan dapat memberikan asuhan keperawatan kegawatdaruratan khususnya pada pasien hipoglikemia secara cepat dan tepat. Dan diharapkan bagi mahasiswa untukdapat menggunakan kesempatan ini sebaik mungkin untuk serius mencari pengetahuan dalam perawatan penderita hipoglikemia.
11
DAFTAR PUSTAKA Arjatmo, Tjokronegoro. 2002. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta : FKUI. Carpenito. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6. Jakarta : EGC Price, S. 2001. Patofisiologi dan Konsep Dasar Penyakit. Jakarta : EGC Setyohadi, Bambang. 2011. Kegawatdaruratan Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam.
12