Hipertensi.docx Meri.docx

  • Uploaded by: Santika Kiki
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Hipertensi.docx Meri.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,271
  • Pages: 22
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH HIPERTENSI

Disusun Oleh : Meri Enjelina (15016) Desi Lynasari (15003) Oktavia Rosaria Damanik (15018)

Dosen Mata Ajar : Ns. Yanti Aritonang S,Kep

AKADEMIK KEPERAWATAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA JAKARTA 2016

KATA PENGANTAR

1. KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah Memberikan Rahmatnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Keperawatan Medikal Bedah pada Hipertensi .Adapun Tujuan penyusunan makalah ini salah satunya untuk memenuhi Tugas Mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah. Dan tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyususnan makalah ini yang selalu sabar membimbing kami. Kami sadar akan keterbatasan dan kemampuan yang kami miliki, maka kami mohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat dalam penyusunan makalah ini. Saran dan kritik kami harapkan untuk meningkatkan bobot makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini bermanfaat.

Jakarta,01 Oktober 2016

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.. .................................................................................... 1 KATA PENGANTAR ..................................................................................... 2 DAFTAR ISI.................................................................................................... 3 BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 4 A. Latar Belakang ...................................................................................... 4 B. Tujuan ................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 5 1. Konsep Teori Hiperrtensi ..................................................................... 5 2. Klasifikasi ............................................................................................ 5 3. Etiologi ................................................................................................. 6 4. Patofisiologi ......................................................................................... 7 5. Patoflowdiagram .................................................................................. 9 6. Manifestasi Klinik ................................................................................ 11 7. Pemeriksaan Penunjang ....................................................................... 14 8. Konsep Asuhan Keperawatan .............................................................. 14

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 21 1. Kesimpulan ..................................................................................... 21 2. Saran ............................................................................................... 21 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 22

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat (tenang).7 Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140 / 90 mmHg.22 Hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi berbagai faktor resiko yang dimiliki seseorang. Faktor pemicu hipertensi dibedakan menjadi yang tidak dapat dikontrol seperti riwayat keluarga, jenis kelamin, dan umur. Faktor yang dapat dikontrol seperti obesitas, kurangnya aktivitas fisik, perilaku merokok, pola konsumsi makanan yang mengandung natrium dan lemak jenuh.23 Hipertensi dapat mengakibatkan komplikasi seperti stroke, kelemahan jantung, penyakit jantung koroner (PJK), gangguan ginjal dan lain-lain yang berakibat pada kelemahan fungsi dari organ vital seperti otak, ginjal dan jantung yang dapat berakibat kecacatan bahkan kematian. Hipertensi atau yang disebut the silent killer yang merupakan salah satu faktor resiko paling berpengaruh penyebab penyakit jantung (cardiovascular 2. Tujuan Tujuan Umum Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memahami tentang Keperawatan Medikal Bedah mengenai Hipertensi. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui komponen-komponen yang perlu didokumentasikan pada saat pengkajian. b. Untuk mengetahui komponen-komponen yang perlu dimengerti pada pelajaran KMB khusunya pada penyakit Hipertensi.

BAB II PEMBAHASAN

1.1 Konsep Teori Hipertensi A. Definisi Menurut JNC hipertensi terjadi apabila tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg (Tagor,2003). Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara abnormal dan trus menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor resiko yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam dalam mempertahankan tekanan darah secara abnormal. Hipertensi berkaitan dengan kenaikan tekanan sistolik atau tekanan diastolic atau tekanan keduanya. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah tinggi persisiten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolic 90 mmHg (Brunner & Suddarth, 2005).

B. Klasifikasi A. Klasifikasi berdasarkan Etiologi a) Hipertensi Esensial (Primer) Merupakan 90% dari kasus penderita hipertensi. Dimana sampai saat ini belum diketahui penyebabnya secara pasti. Beberapa faktor yang mempengaruhi dalam terjadinya hipertensi esensial, seperti : faktor genetic,stress dan psikologis ,serta faktor lingkungan dan diet (peningkatan penggunaan garam dan berkurangnya asupan kalium atau kalsium). Peningkatan tekanan darah tidak jarang merupakan satu-satunya tanda hipertensi primer. Umumnya gejala baru terlihat setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti ginjal, mata, otak dan jantung.

b) Hipertensi Sekunder Pada hipertensi sekunder,penyebab dan patofisiologi dapat diketahui dengan jelas sehingga lebih mudah untuk dikendalikan dengan obat-obatan. Penyebab hipertensi sekunder

diantaranya

berupa

kelainan

ginjal

seperti

tumor,

diabetes,kelainan

adrenal,kelainan endokrin lainnya seperti obesitas,resistensi insulin, hipertiroidisme, dan pemakaian obat-obatan seperti kontrasepsi renda dan kortikosteroid.

B. Klasifikasi berdasarkan Derajat Hipertensi a. Berdasarkan JNC VII : Derajat

Tekanan Sistolik (mmHg)

Tekanan Diastolik (mmHg)

Normal

< 120

Dan <80

Pre-Hipertensi

120-139

Atau 80-90

Hipertensi Derajat I

140-159

Atau 90-99

Hipertensi Derajat II

≥ 160

Atau ≥ 100

b. Menurut European Society of Cardiology : Kategori

Tekanan

sistolik

Tekanan

(mmHg)

Diastolik

(mmHg)

Optimal

< 120

Dan

< 80

Normal

120-129

Dan/atau

80-84

Normal Tinggi

130-139

Dan/atau

85-89

Hipertensi Derajat I

140-159

Dan/atau

90-99

Hipertensi Derajat II

160-179

Dan/atau

100-109

Hipertensi Derajat III

≥ 180

Dan/atau

≥ 110

Hipertensi Sistolik Terisolasi

≥ 190

dan

≥ 90

C. Etiologi Carwin (2000) menjelasskan bahwa hipertensi tergantung pada kecepatan denyut jantung, volume sekuncup dan Total Peripheral Resistance (TPR). Peningkatan kecepatan denyut jantung dapat terjadi akibat rangsangan abnormal saraf atau hormone pada nodus SA. peningkatan kecepetan denyut jantung yang berlangsung kronik sring menyertai keadaan

hipertiroidisme. Namun, peningkatan kecepatan denyut jantung biasanya dikompensasi oleh penurunan volume secukupnya sehingga tidak menimbulkan hipertensi. Peningkatan volume secukupnya yang berlangsung lama dapat terjadi apabila terdapat peningkatan volume plasma yang berkepanjangan, akibat gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal atau komsumsi garam yang berlebihan. Peningkatan pelepasan rennin atau aldosterone maupun penurunan aliran darah ke ginjal dapat mengubah penanganan air dan garam oleh ginjal. Peningkatan volume plasma akan menyebabkan peningkatan volume diastolic akhir sehingga terjadi peningkatan volume secukupnya dan tekanan darah, peningkatan preload biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan sistolik. Peningkatan TPR berlangsung lama dapat terjadi pada peningkatan rangsangan saraf atau hormone pada arteriol, atau reponsivitas yang berlebihan dari arteriol terdapat rangsangan normal. Kedua hal tersebut akan menyababkan penyempitan pembuluh darah. Pada peningkatan TPR , jantung harus memompa secara lebih kuat dan dengan k=demikian menghasilkan tekanan yang lebih besar, untuk mendorong darah melintasi pembuluh dara yang menyempit. Hal ini disebabkan peningkatan dalam afterload jantung dan biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan diastolic. Apabila peningkatan afterload berlangsung lama, maka ventrikel kiri mungking mulai mengalami hipertrofi (membesar). Dengan hipertrofi, kebutuhan ventrikel akan oksigen semakin meningkat sehingga ventrikel harus mampu memompa darah secara lebih keras lagi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Pada hipertrofi, saraf-saraf otot jantung juga mulai tegang melebihi panjang normalnya yang pada akhirnya menyebabkan penurunan kontraktilitas dan volume sekuncup.

D. Patofisiologi Kepastian mengenai patofisiologi hipertensi masih dipenuhi ketidak pastian. Sejumlah kecil pasien (antara 2% dan 5%) memiliki penyakit dasar ginjal atau adrenal yang menyebabkan peningkatan tekanan darah. Namun, masih belum ada penyebab tunggal yang dapat diidentifikassikan dan kondisi inilah yang disebut sebagai “hipertensi essesnial”. Sejumlah mekanisme fisiologis terlibat dalam pengaturan tekanan darah normal, yang kemudian dapat turut berperan dalam terjadinya hipertensi esensial. Beberapa faktor yang saling berhubungan mungkin juga turut serta menyebabkan peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensif, dan peran mereka berbeda pada setiap

individu. Diantara faktor-faktor yang telah dipelajari secara intensif adalah asupan garam, obesitas dan resistensi insulin, sistem renin-angiotensin, dan sistem saraf simpatis. Pada beberapa tahun belakangan, faktor lainnya telah dievaluasi, termaksuk genetic,disfungsi endotel (yang tampak pada perubahan endotelin dan nitrat oksida).

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah kekorda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak kebawah melalui staf simpatis ke ganglia simaptis. Pada titik ini, neuron perganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontritor. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketehui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsangan emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal mengsekresikan epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat

memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormone ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung pencetus keadaan hipertensi.

E. Patoflowdiargam

F. Menifestasi Klinik Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus) Induvidu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai bertahuntahun. Gejala bila ada menunjukkan adanya kerusakn vaskuler, dengan manisfertasi yang khas sesuai sistem organ yang sivakularisasi oelh pembuluh darah bersangkutan. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azetoma (peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang bermanisfestasi sebagai paralysis sementara pada satu sisi (hemiplegia atau gangguan tajam penglihatan (Brunner & Suddarth, 2005). Crowin (2000) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul : 1. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intracranial. 2. Penglihatan kabur tentang kerusakan retina akibat hipertensi 3. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat 4. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus 5. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler

G. Penatalaksanaan 1. Penatalaksanaan Nonfarmakologi Penatalaksanaan nonfarmakologi dengan modifikasi gaya hidup sangat penting dalam mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam mengobati tekanan darah tinggi (Ridwanamiruddin,2007). Penatalaksanaan hipertensi dengan nonfarmarkologi terdiri dari berbagi macam cara modifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu :

a. Mempertahankan berat badan ideal Mempertahankan berat badan ideal sesuai Body Mass Index (BMI) dengan rentang 18,5-24,9 kg/m2 (Kaplan,2006). BMI dapat diketahui dengan mambagi berat berat badan anda dengan tinggi badan anda yang telah dikuadratkan dalam satuan meter. Mengatasi obesitas (kegemukan) juga dapat dilakukan dengan melakukan diet rendah kolesterol namun kaya dengan serat dan protein (pfizerpeduli.com), dan jika berhasil menurunkan berat badan 2,5-5 kg maka tekanan darah diastolic dapat diturunkan sebanyak 5 mmHg (Radmarssy,2007). b. Kurangi asupan nutrium Mengurangi asupan natrium dapat dilakukan dengan cara diet rendah garam yaitu tidak lebih dari 100 mmol/hari (kira-kira 6 gr NaCl atau 2,4 gr /hari) (Kaplan,2006). Jumlah yang lain dengan mengurangi asupan garam sampai kurang dari 2300 mg (1 sendok the) setiap hari. Pengurangan konsumsi garam menjadi ½ sendok teh/hari, dapat menurut tekanan sistolik sebanyak 5 mmHg dan tekanan diastolic sekitar 2,5 mmHg (Radmarssy,2007) c) Batasi konsumsi alcohol Radmarssy (2007) mengatakan bahwa konsumsi alcohol harus dibatasi karena konsumsi alcohol berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah. Para peminum berat mempunyai risiko mengalami hipertensi empat kali lebih besar dari pada mereka yang tidak meminum alcohol. d) Makan K dan Ca yang cukup dari diet Pertahankan asupan diet potassium (>90 mmol (3500 mg)/hari) dengan cara konsumsi diet tinggi buah dan sayur dan diet rendah lemak dengan cara mengurangi asupan lemak jenuh dan lemak total (Kaplan,2006). Kalium dapat menurunkan tekanan darah dengan meningkatkan jumlah natrium yang berhubungan bersama air kencing. Dengan setidaknya mengomsumsi buahbuahan sebanyak 3-5 kali dalam sehari, seorang bisa mencapai asupan potassium yang cukup (Radmarssy, 2007) e) Menghindari merokok Merokok memang tidak berhubungan secara langsung dengan timbulnya hipertensi, tetapi merokok dapat meningkatkan risiko komplikasi pada pasien

hipertensi

seperti

penyakit

jantung

dan

stroke,

maka

perlu

dihindari

mengkomsumsi tembakau (rokok) karena dapat memperberat hipertensi (Dalimartha, 2008). Nikotin dalam tembakau membuat jantung bekerja lebih keras karena menyempitkan pembuluh darah dan meningkatkan frekuensi denyut jantung serta tekanan darah (Sheps, 2005). Maka pada penderita hipertensi dianjurkan untuk menghentikan kebiasaan merokok (pfizerpeduli.com) f) Penurunan Stres Stress memang tidak menyebabkan hipertensi yang menetap namun jika episode stress sering terjadi dapat menyebabkan kenaikan sementara yang sangat tinggi (Sheps

2005).

Menghindari

stress

dengan

menciptakan

suasana

yang

menyenangkan bagi penderita hipertensi dan memperkenalkan berbagai metode relaksasi seperti yoga atau meditasi yang dapat mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah (pfizerpeduli.com) g) Terapi Masase (pijat) Menurut Dalimartha (2008), pada prinsipnya pijat yang dilakuakn pada penderita hipertensi adalah untuk memperlancar aliran energy dalam tubuh sehingga gangguan hipertensi dan komplikasinya dapat diminimalisir, ketika semua jalur energy terbuka dan aliran energy tidak lagi terhalang oleh ketegangan otot dan hambatan lain maka risiko hipertensi dapat ditekan.

2. Pengobatan farmakologi a. Diuretic (Hidroklorotiazid) Mengeluarkan cairan tubuh sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan. b. Penghambat simpatis (Metildopa, Klonidin dan Reserpin) menghambat aktivitas saraf c. Betabloker (Metprolol, Propanolol dan Atenolol) -

Menurunkan daya pompa jantung

-

Tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial

-

Pada penderita diabetes mellitus : dapat menutupi gejala hipogliekemia.

d. Vaso dilator (Prasosin, Hidralasin) Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos pembuluh darah. e. ACE inhibitor (Captopril) -

Menghambat pembentukan zat Angiotensi II

-

Efek samping : batuk kering, pusing , sakit kepala dan lemas.

f. Menghambat Reseptor Angiotensin II (Valsartan) Menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada reseptor sehingga memperingan daya pompa jantung. g. Antagonis kalsium (Diltiasem dan Verapamil) Menghambat kontaksi jantung (kontraktilitas)

H. Pemeriksaan Diagnosis a. Tes darah rutin b. Glukosa darah (sebaiknya puasa) c. Kolesterol total serum d. Kolesterol LDL dan HDL serum e. Trigliserida serum (puasa) f. Asam urat serum g. Kreatinin serum h. Kalium serum

1.2 Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Data Biografi : Nama, alamat, umur, tanggal MRS, diagnose medis, penanggung jawab, catatan kedatangan. b. Riwayat Kesehatan -

Keluhan Utama : biasanya pasien dating ke RS dengan keluhan kepala terasa pusing dan bagian kuduk terasa berat, tidak bisa tidur.

-

Riwayat kesehatan sekarang : Biasanya pada saat dilakukan pengkajian pasien masih mengeluh kepala terasa sakit dan berat, penglihatan berkunag-kunag, tidak bisa tidur.

-

Riwayat Kesehatan Dahulu : Biasanya penyakit hipertensi ini adalah penyakit yang menahun yang sudah lama dialami oleh pasien dan biasanya pasien mengkomsumsi obat rutin seperti Catropril.

-

Riwayat Kesehatan Keluarga : Biasanya penyakit hipertensi ini adalah penyakit keturunan.

2. Data Dasar Pengkajian a. Aktivitas / Istirahat Gejala

: kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup menonton

Tanda

: Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea

b. Sirkulasi Gejala

: riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung coroner, penyakit

serebrovaskuler, Tanda

: kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan warna kulit, suhu

dingin. 3. Integritas Ego Gejala

: riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria,faktor stress

multiple. Tanda

: letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue perhatian, tangisan

yang meledak, otot muka yang tegang, pernapsan menghela, peningkatan pola bicara 4. Eliminasi Gejala

: gangguan ginjal saat ini atau yang lalu.

5. Makanan / Cairan Gejala

: makanan yang disukai yang dapat mencangkup makanan tinggi garam,

lemak, dan kolesterol Tanda

: BB normal atau obesitas, adanya edema

6. Neurosensory Gejala

: keluhan pusing/pening, sakit kepala, gangguan penglihatan

Tanda

: perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan retinal

optic 7. Nyeri / Ketidaknyamanan Gejala

: angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat,

nyeri abdomen. 8. Pernapasan Gejala

: dyspnea yang berkaitan dengan aktifitas, takipnea, ortopnea, dyspnea

nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok. Tanda

distress respirasi / penggunaan obat aksesoris pernapasan, bunyi napas

tambahan, sianosis 9. Keamanan Gejala

: gangguan koordiansi

Tanda

: episode paerstesia unilateral transien, hipotensi postural.

3. Diagnose Keperawatn a) Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular. b) Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral c) Potensial perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan sirkulasi. d) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan diri.

4. Rencana Asuhan Keperawatan 1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.

Tujuan

: setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia miokard. Hasil yang diharapkan

:

-

Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD

-

Mempertahan TD dalam rentang yang dapat diterima

-

Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil

Intervensi keperawatan

:

1. Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat 2. Catat keberadaan, kualitas denyut sentral dan perifer 3. Auskutasi tonus jantung dan bunyi napas 4. Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler 5. Catat edema umum 6. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi ativitas 7. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat tidur/kursi 8. Bantu melakukan aktivitas perawatan ddiri sesuai kebutuhan 9. Lakukan tindakan yang nyaman seperti pijatan punggung dan leher 10. Anjurkan teknik relaksasi, penduan imajinsi, aktifitas pengalihan 11. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah 12. Berikan pembatas cairan dan diit natrium sesuai indikasi 13. Kolaborasi untuk pemberianobat-obatan sesuai indikasi

2. Nyeri ( sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral. Tujuan

: setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam diharapkna

nyeri berkurang. Hasil yang diharapkan

: pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan

tampak nyaman Intervensi Keperawatan

:

a. Pertahankan tirah baring,lingkungan yang tenang, sedikit penerang

b. Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan c. Batasi aktivitas d. Hindari merokok atau menggunakan penggunaan nikotin e. Beri obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan f. Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres es, posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi, hindari konstipasi.

3. Potensial perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan sirkulasi. Tujuan

: setelah dilakukan intevensi keperawatan 3x24 jam diharapkan sirkulasi

tubuh tidak terganggu. Hasil yang diharapkan -

:

Pasien mendemonostrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukan dengan : TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit epala, pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal.

-

Haluaran urin 30 ml/menit

-

Tanda-tanda vital stabil

Intervensi : 1. Pertahankan tirah baring ; tinggikan kepala tempat tidur 2. Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan ; tidur, duduk dengan pemantau tekanan arteri jika terjadi 3. Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan 4. Amati dayanya hipotensi mendadak 5. Ukur masukan dan pengeluaran 6. Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan 7. Ambulasi sesuai kemampuan ; hindari kelelahan.

4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan diri. Tujuan

: setelah dilakukan interfensi keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan klien terpenuhi daam informasi tentang hipertensi Hasil yang diharapkan -

:

Pasien mengungkapkan pengetahuan dan ketrampilan penatalaksanaan perawat dini

-

Melaporkan pemakaian obat-obatan sesuai pesanan.

Intervensi : 1. Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur 2. Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan stress 3. Diskusi tentang obat-obatan : nama, dosis, waktu pemberian, tujuan dan efek samping atau efek toksik 4. Jelaskan perlunya menghindari pemakaian obat bebas tanpa pemeriksaan dokter 5. Diskusi pentingnya mempertahankan erat badan stabil 6. Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium sesuai pesanan 7. Jelaskan pentingnya mempertahakan pemasukan cairan yang tepat, jumlah yang diperbolehkan , pembatasan seperti kopi yangmengandung kafein, the serta alcohol. 8. Jelaskan perlunya menghindari konstipasi dan penahanan.

5. Evaluasi 1. Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah 2. Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil 3. Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur 4. Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol 5. Menunjukkan perubahan pola makan, baik kualitas maupun kuantitas 6. Mempertahankan berat badan yang dinginkan dengan pemeliharaan kesehatan optimal

7. Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi.

BAB III PENUTUP

Kesimpulan Penyakit Hipertensi merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang mana dapat dihadapi baik itu dibeberapa negara yang ada didunia maupun di Indonesia. Cara mengatur diet untuk penderita hipertensi adalah dengan memperbaiki rasa tawar dengan menambah gula merah/putih, bawang (merah/putih), jahe, kencur dan bumbu lain yang tidak asin atau mengandung sedikit garam natrium. Makanan dapat ditumis untuk memperbaiki rasa. Membubuhkan garam saat diatas meja makan dapat dilakukan untuk menghindari penggunaan garam yang berlebih. Dianjurkan untuk selalu menggunakan garam beryodium dan penggunaan garam jangan lebih dari 1 sendok teh per hari.

Saran Untuk menghindari terjadinya hipertensi, maka sebaiknya kita selaku petugas medis sebaiknya memberi contoh masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, dan juga tidak mengkonsumsi makanan sembarangan yang belum teruji kesehatannya.

DAFTAR PUSTAKA

1.

More Documents from "Santika Kiki"