Gerontik.docx

  • Uploaded by: Santika Kiki
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Gerontik.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,021
  • Pages: 18
BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Populasi lanjut usia meningkatkan juga yaitu pada tahun 19990 jumlah penderita 60 tahun katas mencapai lebih kurang 10 juta jiwa atau dapat di katakan 5,5% dari total populasipenduduk di Indonesia. Sedangkan di tahun 2020 nanti diperkirakan meningkat 3 kali menjadi lebih kurang 29 juta jiwa atau sebanyak 11,4% dari total populasi Indonesia. (Lembaga Demografi FE_UI, Jakarta 1993) Kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan dengan cepat mampu memperbaiki keadan demografi negara-negara berkembang termasuk indikator derajat kesehatan suatu wilayah dapat dilihat dari angka kematian Ibu Melahirkan (Infals Mortality Rate) dan harapan hidup meningkat. Populasi masyarakat umur 6 tahun keatas pada tahun 1971 terdapat 4,5% dari seluruh jumlah penduduk (5,3 juta jiwa).

2. Tujuan a. Untuk mengetahui pengertian Keperawatan Gerontik b. Untuk mengetahui bagaimana cara perawatan Lanjut Usia c. Untuk mengetahui ngertian Penyakit BPH pada lansia

Keperawatan Geriatrik

1

BAB II PEMBAHASAN I. KONSEP PERAWATAN GERONTIK 1. Pengertian Gerontologia berasa dari kata Geros = usia lanjut dan Logos = ilmu. Jadi gerontologi adalah ilmu yang mempelajari sacara khusus mengenai faktor-faktor yang menyangkut lanjut usia. Gerontologi adalah suatu cabang ilmu mempelajari tentang penyakit atau kecacatan yang terjadi pada lanjut usia. Geriatrik baru berkembang pada abab ke 20. Ilmu kesehatan lanjut usia tersebut mengesahkan masa tua yang berbahagia dan masa tua yang berguna sehingga mereka tidak menjadi beban dari masyarakat yang makin dirasakan oleh kelompok dewasa yang belum lanjut. Gerontik berasal dari kata gerontologi dan geriatrik. Sedangkan keperawatan geriatrik adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang didasarkan ilmu dan kiat keperawatan gerontik yang berbentuk biopsikososialkultural dan spiritual yang komperhensif, dialanjutkan pada klien lanjut usia baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok/panti ataupun masyarakat. (Juniati Shar, 2002)

2. Tujuan Geriatrik a. Mempertahankan derajat kesehatan para lanjut usia pada taraf yang setinggitingginya sehinga terhindar dari penyakit atau gangguan. b. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktivitas-aktivitas fisik dan mental c. Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan diagnosa yang tepat dan dini, bila mereka menjumpai kelainan tertentu. d. Mencari upaya semaksimal mungkin agar para lanjut usia yang menderita suatu penyakit atau gangguan, masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu pertolongan (memelihara kemandirian secara maksimal). e. Bagi para lanjut usia sudah tidak dapat disembuhkan dan bila mereka sudah sampai pada stadium terminal, untuk memberikan bantuan yang simpatik dan perawatan dengan penuh pengertian.

Keperawatan Geriatrik

2

3. Aspek-askep Geriatrik Menurut kongres di WINA tahun 1983 telah membaca laporan dari sekertariat Jendral PBB yang disepakati tenatng aspek geriatrik yang penting yakni : a. Aspek Biologis Ini mencangkup perubahan-perubahan anatomi dan fisiologi sel, jaringan dan organ. Perubahan autonomic dalam sel meliputi : -

Mengurangnya Parenchym

-

Ketidakteraturannya besarnya sel

-

Ketidakteraturannya jumlah sel

Khususnya bagi sel-sel saraf (ganglion) terdapat : -

Pengurangan butir nissl

-

Pengurangan crometin

-

Penambahan pygment lifopuscin

-

Vakuolisasi proto plasma sel

-

Pengurangan organel-arrganel

-

Pengurangan mitochondria

Didalam struktur ekstraseluler terdapat jaringan pengikat yang mengeras yang mengakibatkan hambatan dalam sirkulasi dan nutrisi. Pengurangan alat-alat mikro

dalam

dan

adanya

lipofusin

antara

lain

mengurangi

kadar

ribonukleoprotein yang menjadi pusat dari metabolisme sel. b. Aspek Psikologis Sindrom kehilangan salah satu fungsi keinginan seperti : -

Ingin panjang umur

-

Ingin menghemat tenaga

-

Ingin tetap berperan sosial

-

Ingin mempertahannkan hak dan hartanya

-

Ingin tetap berwibawa

-

Ingin meninggal secara hormat

-

Ingin masuk sorga

Adalah gejala multikompleks dari proses lanjut usia. Keadaan ini dapat di tekankan dengan pembekalan agama, peraturan kerja atau pendekatan pada segi mental.

Keperawatan Geriatrik

3

c. Aspek Sosial Status seseorang memang penting bagi kepribadian. Dalam perannya tertentu di dalam masyarakat merupakan suatu citra tersendiri bagi individu. Perubahan status sosial pasti membawa akibat bagi individu. Pada keadaan lanjut usia wajar dengan sendirinya akan mengalami perubahan status sosial. Misalnya peran menjadi kakek/nenek, menjadi sesepuh, karena RT atau status baru yang justru sesuai dengan lanjut usia. d. Aspek Ekonomi Keadaan lanjut usia mengakibatkan kemunduran kemampuan dalam mencari nafkah dan kebutuhan untuk biaya hidup semakin tinggi karena kesehatannya yang sering terganggu sehingga merupakan beban keluarga dari aspek perekonomian. e. Aspek Kesehatan Penyelidikan PBB di inggris antara lain menghasilkan data sebagai berikut : -

43% penderita umur 65 tahun sakit kaki/cacat

-

37% penderita gangguan gerak/aktivitas

-

8% kurang darah/anemi

-

12% penderita saluran kemih

-

27,5% dimensia,depresi dll

Kematian usia lanjut disebabkan oleh : -

Penyakit jantung koroner

-

Penyakit serangan otak/stroke

-

Kanker dll

4. Sifat Pelayanan Keperawatan Gerontik a. Independen (Mandiri) Dalam melakukan asuhan keperawatan dapat dilakukan secara madniri keperawatan b. Interdependen Dalam melakukan asuhan keperawatan bekerja sama dengan petugas kesehatan lainnya. c. Humanistik Dalam melakukan asuhan keperawatan memandang lansia sebagai makhluk yang mempunya karakteristik Keperawatan Geriatrik

4

d. Holistik Dimana lansia memiliki kebutuhan yang utuh baik bi-spiko-sosial dan spiritual yang mempunyai karakteristik yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.

5. Lingkup Asuhan Keperawatan Gerontik a. Pencegahan ketidakmampuan sebagai akibat proses penuaan b. Perawatan untuk pemenuhan kebutuhan lanjut usia akibat proses penuaan c. Pemulihan untuk mengatasi keterbatasan lanjut usia

6. Peran dan Fungsi Perawat Gerontik a. Sebagai care giver atau pemberi asuhan secara langsung b. Sebagai pendidik lansia keluarga dan masyarakat c. Sebagai motivator dan inovator bagi lansia d. Sebagai advokator bagi lansia e. Sebagai koncelor bagi lansia

II. MITOS-MITOS LANJUT USIA DAN KENYATAANNYA 1. Mitos Kedamaian dan Ketenangan Lanjut usai dapat santai menikmati hasil kerja dan jerih payahmya dimasa muda dan dewasanya, badai dan berbagai goncangan kehidupan seakan-akan sudah berhasil dilewati. Kenyataan : a. Sering ditemui stres karena kemiskinan dan berbagai keluhan serta penderitaan karena penyakit. b. Depresi c. Kekhawatiran d. Paranoid e. Masalah spikotik

2. Mitos Konservatisme dan Kemunduran Pandangan bahwa lanjut usia umumnya : a. Konservatif Keperawatan Geriatrik

5

b. Tidak kreatif c. Menolak inovasi d. Berorientasi kemasa silam e. Merindukan masa lalu f. Kembali ke masa kanak-kanak g. Susah berubah h. Keras kepala i. Cerewet Kenyataan : Tidak semua lanjut usia bersikap dan berfikiran demikian.

3. Mitos Berpenyakitan Lanjut usia dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai berbagai penderita akibat bermacam penyakit yang menyertai proses menua. (lanjut usia merupaka masa berpenyakitan dan kemunduran) Kenyataan : a. Memang proses penuaan disertai dengan menurunnya daya tahan tubuh dan metabolisme sehingga rawan terhadap penyakit b. Tetapi banyak penyakit yang masa sekarang dapat dikontrol dan diobati

4. Masa Senilitas Lanujt usai dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh kerusakan bagian otak (banyak yang tetap segar dan sehat). Banyak cara untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan daya ingat.

5. Mitos Tidak Jatuh Cinta Lanjut usia tidak lagi jatuh cinta dan gairah pada lawan jenis tidak ada. Kenyataan : Perasaan dan emosi seseorang berubah sepanjang masa. Perasaan cinta tidak berhenti hanya karna menjadi lanjut usia.

6. Mitos Aseksualitas Ada pandangan bahwa pada lanjut usia, hubungan seks itu menurun, minat, dorongan, gairah, kebutuhan dan daya seks berkurang. Keperawatan Geriatrik

6

Kenyataan : Menunjukkan bahwa kehidupan seks pada lanjt usia normal saja. Memang frekuensi hubungan seksual menurun, sejalan dengan meningkatnya usia tetapi masi tetap tinggi.

7. Mitos Ketidakproduktifan Lanjut usia dipandang sebagai usia yang tidak produktif. Kenyataan : Tidak demikian, banyak lanjut usia yang mencapai kematangan, kemantapan dan produktivitas mental dan meterial.

III. PERUBAHAN MENTAL PADA LANSIA Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental : 1. Perubahan fisik terutama organ-organ perasan 2. Kesehatan umum 3. Tidak pendidikan 4. Keturunan (hereditar) 5. Lingkungan Perubahan kepribadian yang drastis, jarang terjadi. Lebih sering berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin karena faktor-faktor lain seperti penyakit. Kenangan (Memory) a. Kenangan jangka panjang berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu mencakup beberapa perubahan. b. Kenangan jangka pendek 0-10 menit adalah kenangan buruk IQ (Intellegentia Quation) a. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal b. Berkurangnya penampila, persepsi dan keterampilan.

Keperawatan Geriatrik

7

IV. BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA (BPD) V.

Pengertian BPH adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat (secara umum pada pria lebih tua dari 50 tahun) menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran urinalius (Marilynn, E.D, 2000)

1. Etiologi Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui. Namun yang pasti kelenjar prostat sangat bergantung pada hormon androgen. Faktor lain yang erat kaitannya dengan BPH adalah proses penuaan. Mulai ditemukan pada umur kira-kira 45 tahun dan frekuensi bertambah sesuai dengan bertambahnya umur, sehingga diatas umur 80 tahun kira-kira 80% menderita kelainan ini. Sebagai etiologi sekarang dianggap ketidakseimbangan endokrin. Testosteron dianggap mempengaruhi bagian tepi prostat, sedangkan estrogen (dibuat oleh kelenjar adrenal) mempengaruhi bagian tengah prostat. Timbulnya hiperplasia prostat menurut Roger Kirby antara lain : a. Dihydrotestosteron, peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel dan stroma dari kelenjar prostat mengalami hiperplasia.\ b. Perubahan Keseimbangan Hormon Estrogen-Testosteron, pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan penurunan transforming growth factor beta menyebabkan hiperplasia stroma dan epitel c. Interaksi Stroma-epitel, peningkatan epidermal growth factor atau fibroblast growth factor dan penurunan transforming growth beta menyebabkan hiperplasia stroma dan epite. d. Berkurang sel yang mati, estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan epitel dari kelenjar prostat.

3. Patofisiologi Sejalan dengan bertambahnya umur, kelenjar prostat akan mengalami hiperplasia, jika prostat membesar akan meluas keatas (bladder), didalam mempersempit saluran uretra prostatica dan menyumbat aliran urin. Keadaan ini dapat meningkatkan tekanan intravesikal. Sebagai kompensasi terhadap tekanan uretra prostatica, maka otot destrusor dan buli-buli berkontraksi lebih kuat untuk dapat memompa urin keluar. Kontraksi yang terus menerus menyebabkan perubahan Keperawatan Geriatrik

8

anatomi dari buli-buli berupa : Hipertropi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya sekuela-sekuela dan difertikel buli-buli. Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan klien sebagai keluhan pada saluran kencing bagian bawah. Pada fase-fase awal dar prostat hyperplasia, kompensasi oleh muskulus destrusor berhasil dengan sempurna. Artinya pola dan kualitas dari miksi tidak banyak berubah. Fase Dekompensasi yang masih akut menimbulkan rasa nyeri dari dalam beberapa hari menjadi kronis dan terjadilah inkontinensia urin secara berkala akan mengalir sendiri tanpa dapat dikendalikan, sedangkan buli-buli tetap penuh. Puncak dari kegagalan kompensasi adalah ketidakmampuan otot destrusor memompa urin dan menjadi retensi urin. Retensi urin yang kronis dapat mengakibatkan kemunduran fungsi ginjal.

4. Manisfestasi Klinis Manisfestasi klinis yang ditimbulkan oleh BPH disebut sebagai Syndroma Prostatisme, dibagi menjadi dua yaitu : a. Gejala Obstruktif -

Hesitancy yaitu memulai kencing yang lama dan sering kali disertai dengan mengejan yang disebabkan oleh karena otot destrusor buli-buli memerlukan waktu beberapa lama meningkatkan tekanan intravesikal guna mengatasi adanya tekanan dalam uretra prostatika.

-

Intermitency yaitu terputus-putusnya aliran kencing, disebabkan karena ketidakmampuan otot destrusor dalam mempertahankan tekanan intra vesika sampai berakhirnya miksi.

-

Terminal dribling yaitu menetesnya urin pada akhir kencing

-

Pancara lemah, kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran destrusor memerlukan waktu untuk dapa melaumpai tekanan di uretra.

-

Rasa tidak puas setelah berakhirnya BAK.

b. Gejala Iritasi -

Urgency yaitu rasa ingin BAK yang sulit ditahan

-

Frekuensi yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya terjadi pada malam hari dan siang hari.

-

Disuria yaitu nyeri pada waktu kencing

Keperawatan Geriatrik

9

Derajat pada BPH terbagi menjadi 4 deraja sesuai dengan gangguan klinisnya : a. Derajat I -

Keluhan prostatisme

-

Ditemukan penonjolan prostat 1-2 cm, berat ±20 gr

-

Sisa urin kurang 50 cc

-

Pancaran lemah dan nocturia

b. Derajat II -

Keluhan miksi terasa panas, sakit, disuria, nocturia bertambah berat

-

Panas tingga (menggigil)

-

Nyeri daerah pinggang

-

Prostat lebih menonjol, batas atas masih teraba, sisa urin 50-100 cc dan beratnya +20-40 gr

c. Derajat III -

Gangguan lebih berat dari derajat II

-

Batas sudah tak teraba

-

Sisa urin lebih 100 cc

-

Penonjolan prostat 3-4 cm dan beratnya 40 gr

d. Derajat IV -

Inkontinensia

-

Prostat lebih menonjol dari 4 cm

-

Ada penyulit keginjal seperti gagal ginjal, hydronefrosia.

5. Pemeriksaan Penujang a. Laboratorium Pemeriksaan darah lengkap, faal ginjal, serum elektolit dan kadar gula digunakan untuk memperoleh data dasar keadaan umum klien. Pemeriksaan urin lengkap dan kulturnya juga diperlukan.

b. Flowmetri Flowmetri adalah alat khusus untuk mengukur pancaran urin dengan stuan ml/detik. Penderita dengan sindroma prostatisme perlu diperiksa dengan flowmetri sebelum dan sesudah terapi. c. Radiologi -

Menentukan volume BPH

Keperawatan Geriatrik

10

-

Menentukan derajat disfungsi buli-buli dan volume residual urin

-

Mencari ada tidaknya kelainan.

d. Kateterisasi Mengukur “rest urin” yaitu mengukur jumlah sisa urin setelah miksi sepontan dengan cara kateterisasi. Sisa urin lebih dari 100 cc biasanya dianggap sebagai batas indikasi untuk melakukan intervensi pada hipertropi prostat.

6. Penatalaksanaan Terapi modalitas pada BPH adalah : a. Watchful (observasi) Yaitu pengawasan berkala pada klien tiap 3-6 bulan kemudian setiap tahun tergantung keadaan klien b. Medikamentosa Terapi ini diindikasikan pada BPH dengan keluhan ringan, sedang dan berat tanpa disertai penyulit serta indikasi terapi pembedahan tetapi masih terdapat kontraindikasi atau belum.

7. Komplikasi a. Urinary traktus infection b. Retensi urin akut c. Obstruksi dengan dilatasi uretra, hydronefrosis dan gangguan fungsi ginjal Bila terjadinya operasi : a. Impetensi (kerusakan nefron pudendes) b. Hemoragic pasca bedah c. Fistula d. Striktur pasca bedah e. Inkontinensia urin

Keperawatan Geriatrik

11

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN BPH PADA LANSIA

I. Pengkajian 1. Identitas Identitas klien yang biasa dikaji pada penyakit sistem perkemihan adalah usia, karena ada beberapa penyakit perkemihan banyak terjadi pada klien diatas usia 50th. 2. Keluhan Utama Keluhan utama yang paling sering ditemukan pada klien dengan penyakit perkemihan seperti : infeksi saluran kemih, inkontinensia urin dan BPH adalah klien nyeri saat berkemih, urin keluar tidak terkontrol atau urin keluar menetes (retensio urin) 3. Riwayat Penyakit Sekarang Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai penyakit yang diderita oleh klien mulai timbulnya keluhan yang dirasakan sampai klien dibawa ke Rumah Sakit. 4. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat penyakit pada perkemih sebelumnya, riwayat pekerjaan pada pekerja yang berhubungan dengan adanya riwayat penyakit saluran kemih. 5. Riwayat Penyakit Keluarga Yang perlu dkaji apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit yang sama karena faktor genetik/keturunan. 6. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan Umum Keadaan umum klien lansia yang mengalami gangguan perkemihan biasanya lemah. b. Kesadaran Kesadaran pasien biasanya CM, Apatis sampai Somnolen c. Tanda-tanda vital -

Suhu meningkat > 37°C

-

Nadi meningkat 70-82x/mnt

-

Tekanan darah meningkat

-

Pernapasan biasanya mengalami normal atau meningkat

d. Pemeriksaan Review Of System (ROS) Keperawatan Geriatrik

12

-

Sistem pernapasan, dapat ditemukan peningkatan frekuensi nafas atau bisa batas normal.

-

Sistem sirkulasi, kaji adanya penyakit jantung, frekuensi nadi apikal, sikulasi perifer, warna dan kehangatan.

-

Sistem persyarafan, kaji adanya hilangnya gerakan/sensasi, spasme otot, terlihat kelemahan,/hilang fungsi.

-

Sistem perkemihan, perubahan pola berkemih, seperti inkontinensia urin, disuria, distensi kandung kemih, warna, bau dan kebersihannya.

-

Sistem pencernaan. Konstipasi, konsistensi feces, frekuensi eliminasi, auskultasi bising usus, anoreksia, adanya distensi abdomen dan nyeri tekan abdomen.

-

Sistem muskluloskeletal, kaji adanya nyeri berat tiba-tiba/mungkin terlokalisasi pada area jaringan.

II. Rencana Tindakan Keperawatan 1. Nyeri akut b/d Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis) Kriteria Hasil : a. Klien dapat mengetahui penyebab nyeri b. Klien mampu mengenal tanda-tanda pencetus nyeri c. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri Intervensi

:

a. Kaji secara konprehensif tentang nyeri, meliputi : lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas. b. Observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, khususnya tidakmampuan berkomunikasi secara efektif c. Gunakan komukasi terapeutik agar pasien dapat mengekspresikan nyeri d. Berikan dukungan terhadap klien dan keluarga. e. Libatkan keluarga untuk mengurangi nyeri f. Berikan analgetik yang tepat waktu terutama pada saat nyeri hebat.

2. Hipertemi b/d proses infeksi pada saluran kemih Kriteria Hasil : a. Suhu kulit dalam batas normal b. Tidak sakit kepala Keperawatan Geriatrik

13

c. Nadi dalam batas normal d. Tidak ada perubahan warna kulit Intervensi

:

a. Monitor suhu secara kontinyu (setiap 2 jam) b. Monitor warna dan suhu kulit c. Monitor tekanan darah, nadi dan RR d. Monitor intake dan output e. Kompres klien pada lipatan paha atau axila f. Berikan antipiretik jika perlu

3. Inkontinensia urin b/d kelamahan otot pelvis dan penyangganya, perubahan degeneratif Kriteria Hasil : a. Klien mengenali urgensi berkemih b. Klien menunjukkan keedukuatan waktu untuk mencapai kamar mandi c. Klien mampu berkemih secara mandiri Intervensi

:

a. Monitor eliminasi urin termasuk frekuensi konsistens, bau, volume dan warna dengan tepat. b. Monitor tanda dan gejala retensio urin c. Intruksikan klien/keluarga untuk mencata haluaran urin bila diperlukan d. Ajarkan klien ntuk minum 200ml cairan pada saat makan, diantara waktu makan dan diawal petang e. Bantu klien untuk mengembangkan kebiasaan berkemih sesuai kebutuhan

4. Retensio urin b/d adanya kelemahan destrusor, adanya obstruksi Kriteria Hasil : a. Klien menunjukan bau, warna dan jumlah urin dalam rentang normal b. Tidak ada hematuria c. Klien menunjukan pengeluaran urin tanpa adanya nyeri Intervensi

:

a. Identifikasi penyebab multifaktorial inkontinensia (seperti: output urin, pola berkemih, fungsi kognitif, masalah pengeluaran urin, dan pengobatan) b. Berikan privasi untuk klien Keperawatan Geriatrik

14

c.

Berikan waktu yang cukup untuk mengosongkan kandung kemih 10 menit

d. Monitor derajat disentesi kandung kemih dengan palpasi atau perkusi e. Lakukan pemasangan kateter sesuai kebutuhan

5. Resiko infeksi b/d prosedur invasif Kriteria Hasil : a. Status gastrointestinal dalam batas normal b. Status respirasi dalam batas normal c. Suhu tubuh dalam batas normal Intervensi

:

a. Ganti peralatan klien setelah melakukan tindakan b. Batasi jumlah pengunjung c. Anjurkan dan ajarkan klien,keluarga dan pengunjung untuk mencuci tangan dengan tepat d. Tingkatkan asupan nutrisi dan cairan e. Anjurkan istirahat

6. Kurangnya pengetahuan b/d kurang paparan, mudah lupa, misinterpretasi informasi Kriteria Hasil : a. Menjelaskan proses penyakitnya b. Menjelaskan tanda dan gejala penyakitnya Intervensi

:

a. Kaji tingkat pengetahuan pasien b. Berikan pengajaran sesuai dengan tingkat pemehaman klien c. Berikan informasi kepada klien tentang kondisinya d. Ikut sertakan keluarga atau anggota keluarga lain bila memungkinkan

7. Defisit perawatan diri: Mandi/kebersihan b/d kelemahan, adanya nyeri, ganguan neurovaskuler Kritesial Hasil : a. Klien menerima bantuan atau perawatan total dari pemberi perawatan jika diperlukan

Keperawatan Geriatrik

15

b. Klien mengungkapkan secara verbal tentang kebersihan tubuh dan hygine mulut. Intervensi

:

a. Kaji kemampuan klien untuk menggunakan alat bantu b. Pantau adanya perubahan kemampuan fungsi c. Pantau kemampuan klien untuk melakukan perawatan diri secara mandiri d. Bantu pasien sampai pasien bisa melakukan perawatan diri e. Dukung kemandirian dalam melakukan mandi dan hygine mulut, bantu klien hanya jika diperlukan.

Keperawatan Geriatrik

16

BAB IV PENUTUP

Kesimpulan

Saran Diharapkan para mahasiswi tingkat 3 Akademi Keperawatan UKI dapat mengerti dan memahan serta menerapkan bagaimana tindakan Keperawatan pada Geriatrik (Lanjut Usia) yang mengidap penyakit BPH (Benigna Prostat Hiperplasia) sesuai dengan Intervensi dan Rasional yang tepat.

Keperawatan Geriatrik

17

DAFTAR PUSTAKA

Yuli Reny, Asuhan Keperawatan Gerontik jilid 1, 2014, CV Trans Info Media, Jakarta Timur Mikey&Patricia, Asuhan Keperawatan Gerontik Jilid 2, 2007, EGC, Jakarta

Keperawatan Geriatrik

18

More Documents from "Santika Kiki"