Hipertensi Pad Ibu Bersalin.docx

  • Uploaded by: Desli Djialale
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Hipertensi Pad Ibu Bersalin.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 20,351
  • Pages: 149
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN NY R USIA 19 TAHUN G1P0A0 UMUR KEHAMILAN 39+2 MINGGU DENGAN PREEKLAMPSI BERAT DI RUANG TERATAI RSUD CILACAP TAHUN 2015

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Kebidanan di STIKES Al Irsyad Al Islamiyyah Cilacap

Imung Hidayati 206.112.077

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) ALIRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP 2015

MOTTO Bersungguh-sungguhlah engkau dalam menuntut ilmu, jauhilah kemalasan dan kebosanan karena jika tidak demikian engkau akann berada dalam bahaya kesesatan (Imam Al-Ghazali) Hati yang bersih akan peka terhadap pengetahuan, apapun yang dilihat, didengar, dirasakan jadi samudra pengetahuan yang membuatnya semakin bijak, arif, dan pas saat menyikapi hidup ini (Aa Gym) Jika ada orang berilmu tapi masih suka menjatuhkan orang lain di depan umum untuk menunjukan dirinya lebih pintar, dia bukanlah orang berilmu yang bijak (Jefri Al-Buchori)

iv

PERSEMBAHAN Karya tulis ilmiah ini merupakan hasil perjuangan dan doa restu berbagai pihak yang sepenuhnya mendukung, memotivasi, dan membimbingku. Untuk itu karya ini penulis persembahkan untuk semua pihak yang penulis sayangi, mulai dari Tuhan dan Rasul yang selalu di hati, orang tua, saudara, pembimbing, sahabat, teman, dan semua orang disekitarku.

Thanks a lot for everything

v

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) ALIRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP Karya Tulis Ilmiah, Juni 2015 Imung Hidayati Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin dengan Preeklampsi Berat di Ruang Teratai RSUD Cilacap Tahun 2015 xv + 113 Halaman + 19 Tabel + 1 Bagan + 7 Lampiran ABSTRAK Latar Belakang : Salah satu penyebab AKI adalah komplikasi persalinan. Komplikasi masa persalinan terbanyak disebabkan salah satunya karena preeklamsia atau eklamsia. Di Indonesia preeklampsia atau eklampsia mendominasi penyebab tingginya AKI sebesar 15 % selain dua penyebab lainnya, yaitu perdarahan pasca melahirkan dan infeksi, data rekam medik RSUD Cilacap menunjukkan bahwa jumlah ibu bersalin dengan preeklampsi berat tahun 2014 sebanyak 179 orang, dan dari angka tersebut menyumbangkan 2 AKI di Kabupaten Cilacap. Tujuan Penelitian : Dapat mengetahui, mempelajari dan mengaplikasikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin Ny R usia 19 tahun G1P0A0 usia kehamilan 39+2 minggu dengan Preeklampsi Berat di Ruang Teratai RSUD Cilacap tahun 2015 Metode Penelitian : Menggunakan metode observasional deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Pasien adalah ibu bersalin dengan preeklampsi berat di Ruang Teratai RSUD Cilacap sejumlah 1 orang. Hasil Penelitian : Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin Ny R usia 19 tahun G1P0A0 usia kehamilan 39+2 minggu dengan Preeklampsi Berat di Ruang Teratai RSUD Cilacap tahun 2015 ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik di lapangan, yaitu pada saat pertolongan persalinan kala II, dimana Ny. R dilakukan episiotomi tanpa diberikan anestesi lokal terlebih dahulu, serta Ny. R dilakukan pertolongan persalinan secara spontan. Simpulan : Asuhan kebidanan yang diberikan kepada Ny R adalah keadaan ibu baik tidak terjadi hal-hal yang menjadi komplikasi baik ibu maupun janin. Saran : Bagi RSUD Cilacap, pertahankan pelayanan yang sudah ada karena pelayanan yang diberikan kepada pasien sudah baik, sudah sesuai dengan teori, dan sesuai dengan SOP RSUD Cilacap. Kata kunci : Asuhan Kebidanan, Ibu Bersalin, Preeklampsi Berat Pustaka : 27 buah (2008-2014)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, bahwa dengan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) sebagai rangkaian proses belajar di Program Diploma III Kebidanan STIKES Al Irsyad Al Islamiyyah Cilacap dengan judul “ ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN NY R USIA 19 TAHUN G1P0A0 USIA KEHAMILAN 39+2 MINGGU DENGAN PREEKLAMPSI BERAT DI RUANG TERATAI RSUD CILACAP TAHUN 2015”. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada : 1.

Sarwa, AMK. S. Pd. M.Kes., selaku Ketua STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap

2.

Dr. H. Nono Rasino, Sp OG,(K) selaku direktur RSUD Cilacap yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian

3.

Yogi Andhi Lestari, M.Keb., selaku Kaprodi Kebidanan STIKES Al-Irsyad AlIslamiyyah Cilacap

4.

Susanti, M. Keb selaku pembimbing I

5.

Amir Rofingah, Amd. Keb selaku pembimbing II

6.

Seluruh dosen STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap yang telah membantu dalam penyusunan KTI ini

7.

Bapak, Ibu dan mba tercinta yang telah memberikan segala pengorbanannya selama mengikuti proses belajar

vii

8.

Seluruh teman-teman mahasiswa program studi D III Kebidanan STIKES AlIrsyad Al-Islamiyyah Cilacap

9.

Semua pihak yang telah memberi bantuan kepada penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, sehingga penulis dapat menyelesaikan KTI ini.

Selanjutnya penulis menyadari bahwa apa yang telah penulis susun dalam KTI ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran dalam penyusunan KTI ini.

Cilacap, Juni 2015

peneliti

viii

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................................................ i LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................................. ii LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................. iii MOTTO ...................................................................................................................................... iv PERSEMBAHAN .....................................................................................................................v ABSTRAK ................................................................................................................................. vi KATA PENGANTAR .......................................................................................................... vii DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ix DAFTAR TABEL .................................................................................................................xiii DAFTAR BAGAN ................................................................................................................xiv DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................................ xv BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................................1 B. Rumusan Masalah ...........................................................................................5 C. Tujuan .................................................................................................................5 D. Manfaat Penelitian ..........................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka .............................................................................................8 1. Teori Medis............................................................................................... 8 a. Persalinan ............................................................................................8 1) Pengertian ...................................................................................8

ix

2) Teori Terjadinya Persalinan .....................................

8

3) Tanda-Tanda Persalinan ........................................... 10 4) Faktor yang Mempengaruhi ..................................... 11 5) Kala Persalinan......................................................... 11 b. Preeklampsi Berat (PEB) ............................................... 15 1) Pengertian................................................................. 15 2) Etiologi ..................................................................... 16 3) Patofisiologi ............................................................. 18 4) Tanda dan Gejala...................................................... 21 5) Diagnosis .................................................................. 22 6) Komplikasi ............................................................... 24 7) Pembagian PEB........................................................ 25 8) Pentalaksanaan ......................................................... 26 2. Teori Manajemen Kebidanan ............................................... 32 a.

Pengertian....................................................................... 32

b.

Langkah Manajemen Kebidanan.................................... 33

c. Follow Up Data Perkembangan ..................................... 39 B. Kerangka Teori ........................................................................... 41 BAB III METODE PENGAMBILAN DATA DAN MANAJEMEN KEBIDANAN A. Metode Pengambilan Data .......................................................... 42 1. Jenis Penelitian ...................................................................... 42 2. Tempat Dan Waktu Penelitian .............................................. 42

x

3. Subjek Penelitian ...................................................................................43 4. Jenis Data ................................................................................................43 5. Teknik Pengambilan Data ..................................................................43 6. Analisis Data ..........................................................................................45 7. Etika Penelitian ......................................................................................45 B. Manajemen Kebidanan .....................................................................................................46 1. Pengkajian ............................................................................................................................46 2. Interpretasi Data Dasar ......................................................................................................62 3. Identifikasi Diagnosis/ Masalah Potensial ...................................................................63 4. Identifikasi Kebutuhan Segera ........................................................................................63 5. Perencanaan Asuhan yang Menyeluruh .......................................................................64 6. Pelaksanaan ..........................................................................................................................66 7. Evaluasi..................................................................................................................................66 BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Kasus ...................................................................................................................67 1. Pengkajian .............................................................................................................................67 2. Interpretasi Data Dasar ......................................................................................................79 3. Identifikasi Diagnosis/ Masalah Potensial ...................................................................82 4. Identifikasi Kebutuhan Segera ........................................................................................82 5. Perencanaan Asuhan yang Menyeluruh .......................................................................82 6. Pelaksanaan ..........................................................................................................................83 7. Evaluasi..................................................................................................................................85 8. Catatan Perkembangan Kala I .........................................................................................90

xi

9. Catatan Perkembangan Kala II .......................................................................................94 10. Catatan Perkembangan Kala III .....................................................................................97 11. Catatan Perkembangan Kala IV ................................................................................. 100 B. Pembahasan ...................................................................................................................... 102 1. Pengkajian .......................................................................................................................... 103 2. Interpretasi Data Dasar ................................................................................................... 105 3. Identifikasi Diagnosis/ Masalah Potensial ................................................................ 106 4. Identifikasi Kebutuhan Segera ..................................................................................... 107 5. Perencanaan Asuhan yang Menyeluruh .................................................................... 108 6. Pelaksanaan ....................................................................................................................... 112 7. Evaluasi............................................................................................................................... 112 BAB V PENUTUP A. Simpulan............................................................................................................................ 113 B. Saran ................................................................................................................................... 115 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN – LAMPIRAN

xii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Perbedaan Pembukaan Serviks ...................................................................... 13 Tabel 2.2 Perbedaan Lama Persalinan ............................................................................ 14 Tabel 2.3 Faktor Risiko dan Perkiraan Peningkatan Risiko ..................................... 17 Tabel 2.4 Cara Pemberian Dosis Awal ........................................................................... 30 Tabel 2.5 Cara Pemberian Dosis Rumatan .................................................................... 30 Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Hematologi ..................................................................... 77 Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Urin ................................................................................... 77 Tabel 4.3 Program terapi yang diberikan ....................................................................... 78 Tabel 4.4 Pemantauan Balance Cairan tanggal 10 April 2015 ................................ 86 Tabel 4.5 Pemantauan Balance Cairan tanggal 11 April 2015 ................................ 86 Tabel 4.6 Pemantauan Balance Cairan tanggal 12 April 2015 ................................ 87 Tabel 4.7 Program Manajemen PEB ............................................................................... 87 Tabel 4.8 Program Terminasi Kehamilan ...................................................................... 88 Tabel 4.9 Pemberian Obat Antihipertensi ..................................................................... 88 Tabel 4.10 Evaluasi Kemajuan Persalinan....................................................................... 89 Tabel 4.11 Pemeriksaan Fisik Tanggal 10 April 2015 ................................................. 89 Tabel 4.12 Pemeriksaan Fisik Tanggal 11 April 2015 ................................................. 89 Tabel 4.13 Pemeriksaan Fisik Kala I ................................................................................. 93 Tabel 4.14 Observasi Kala IV ............................................................................................. 101

xiii

DAFTAR BAGAN

Halaman Bagan 2.1 Kerangka Teori................................................................................................... 41

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian Lampiran 2 Kegiatan Bimbingan Pembimbing 1 Lampiran 3 Kegiatan Bimbingan Pembimbing 2 Lampiran 4 Surat persetujuan pasien (Informed Consent) Lampiran 5 Lembar pemantauan partograf Lampiran 6 Format Manajemen Kebidanan Varney pada Ibu Bersalin Lampiran 7 Format SOAP

xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin. ( Hidayat 2010, h. 1) Persalinan normal seperti yang disebutkan di atas dapat menjadi persalinan patologi jika dalam proses persalinan disertai dengan adanya komplikasi. Komplikasi persalinan adalah kondisi dimana nyawa ibu dan atau janin yang ia kandung terancam yang disebabkan oleh gangguan langsung saat persalinan. Salah satu komplikasi persalinan yang mungkin terjadi adalah preeklampsieklampsia. (Sarimawar 2011, h. 1) Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih cukup tinggi apalagi jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga (Depkes RI 2013, h. 71). AKI Provinsi Jawa Tengah juga masih tinggi. Berdasarkan laporan dari Kabupaten/ Kota tahun 2012 sebesar 116,34/100.000 kelahiran hidup, mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan AKI pada tahun 2011 sebesar 116,01/100.000 kelahiran hidup. Kejadian kematian maternal paling banyak adalah pada waktu nifas sebesar 57,93%, pada waktu

2

hamil sebesar 24,74%, dan pada waktu persalinan sebesar 17,33% (Dinkes Jawa Tengah 2012, hh. 13-14). Di wilayah Kabupaten Cilacap, kasus kematian ibu pada tahun 2013 sebanyak 34 jiwa, yang terdiri dari kematian ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas. Dari jumlah kematian tersebut, diketahui bahwa kematian ibu banyak terjadi pada ibu usia antara 20 tahun sampai dengan usia 34 tahun, sebanyak 19 jiwa, atau sebesar 55,88 % dari jumlah kematian ibu, sedangkan berdasarkan penyebab kematian terbanyak terjadi pada kematian ibu nifas, sebanyak 22 jiwa atau sebesar 64, 70 % dari jumlah 34 kematian ibu. Adapun AKI tahun 2013 sebesar 115 per 100.000 Kelahiran Hidup. Jika dibandingkan dengan tahun 2012, maka AKI mengalami peningkatan sebesar 3,8 %. (DKK Cilacap Tahun 2013, hh 15-16) Salah satu penyebab kematian ibu terbesar adalah perdarahan (25 %), preeklampsi/ atau eklampsia (15 %), infeksi (15 %), partus lama/ atau macet dan abortus (Buku PONEK 2008, h. 2). Dalam buku profil kesehatan Indonesia tahun 2013 juga disebutkan bahwa kematian ibu di Indonesia tetap di dominasi oleh 3 penyebab utama kematian yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK), dan infeksi. Proporsi ketiga penyebab kematian ibu telah berubah, dimana perdarahan dan infeksi mengalami penurunan sedangkan HDK proporsinya semakin meningkat. Lebih dari 30 % kematian ibu di Indonesia pada tahun 2010 disebabkan oleh HDK (Depkes RI 2013, h. 82). Preeklampsi atau toksemia preeklamatik (pre-eclamptic toxaemia, PET) adalah sindrom yang ditandai dengan hipertensi dan proteinuria yang baru

3

muncul di trimester kedua kehamilan yang selalu pulih di periode postnatal. (Robson 2011, h. 23) Terdapat banyak faktor risiko yang merupakan predisposisi terjadinya preeklamsi. Faktor-faktor risiko terjadinya preeklamsi antara lain: kehamilan pertama, riwayat komponen genetik preeklampsi pada keluarga, riwayat preeklampsi sebelumnya, indeks masa tubuh sama dengan atau lebih dari 35 saat kunjungan antenatal pertama, kehamilan kembar, mola hidatidosa, penyakit ginjal, hipertensi kronik, diabetes mellitus, penyakit kolagen vascular, isoimunisasi rhesus, usia ekstrem (dibawah 20 tahun atau diatas 35 tahun), dan perubahan parternitas (peran perlindungan pajanan antigen sebelumnya). (Wodward 2011, h. 42) Pentingnya asuhan atau tindakan penatalaksanaan yang cepat, benar, dan tepat pada pasien preeklampsi berat (PEB) adalah untuk mencegah terjadinya eklampsi, hendaknya janin lahir hidup, serta trauma pada janin terjadi seminimal mungkin, sehingga AKI dan angka kematian bayi (AKB) karena adanya komplikasi PEB dapat diturunkan. (Sofian 2011, h. 145) Berdasarkan survei wawancara yang telah dilakukan di Ruang Teratai RSUD Cilacap dengan salah satu bidan di ruangan tersebut, didapatkan data bahwa selama ini pengelolaan pasien ibu bersalin dengan PEB selalu dikelola sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah ditetapkan oleh pihak rumah sakit pada bulan November 2011. Adapun alur pengelolaannya adalah; memberi salam sapa dengan senyum ramah dan sopan, melakukan

4

anamnesa, melakukan persetujuan tindakan medis, melakukan cuci tangan, melakukan pemeriksaan fisik dan laborat, memasang infus dan kateter, kolaborasi dengan dokter, memberitahu pasien dan keluarga tentang kondisi pasien dan instruksi dokter, melakukan persetujuan tindakan medis, menyiapkan alat dan obat-obatan penanganan PEB (infuse pump, cairan Ringer Laktat 500 ml, dan MgSo4 40%), cuci tangan, melakukan tindakan manajemen PEB, membereskan alat-alat dan cuci tangan serta membuat dokumentasi dalam rekam medik pasien. (Standar pelayanan medis Obstetri Ginekologi BLUD RSUD Cilacap 2011) Berdasarkan survei pendahuluan yang telah peneliti lakukan di Ruang Rekam Medik pada tanggal 28 Januari 2015, angka kejadian Preeklamsi Berat di RSUD Cilacap tahun 2013 sebanyak 203 kasus, pada tahun 2014 yaitu sebanyak 179 kasus. Jika dilihat dari angka tersebut, kejadian PEB pada tahun 2014 mengalami penurunan. Akan tetapi, kejadian PEB pada tahun 2013 tidak menyumbangkan Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Cilacap, sedangkan pada tahun 2014 kejadian PEB menyumbangkan 2 AKI di Kabupaten Cilacap. (Catatan Rekam Medik RSUD Cilacap Tahun 2013-2014) Berdasarkan data dan fenomena diatas, penulis tertarik untuk mengkaji permasalahan tersebut dengan memaparkan dalam sebuah Proposal Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Ny. R Umur 19 Tahun G1 P0 A0 Umur Kehamilan 39+2 Minggu dengan Preeklamsi Berat di

Ruang Teratai RSUD Cilacap Tahun 2015”.

5

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan alasan yang telah diuraikan diatas, rumusan masalahnya adalah “Bagaimanakah Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin dengan Preeklamsi Berat di Ruang Teratai RSUD Cilacap tahun 2015?”. C. Tujuan 1. Tujuan umum Diharapkan peneliti mampu mempelajari atau mengobservasi Asuhan Kebidanan pada kasus ibu bersalin dengan Preeklamsi Berat di Ruang Teratai RSUD Cilacap tahun 2015 dengan pendekatan manajemen kebidanan menurut varney. 2. Tujuan khusus a. Dapat mengobservasi tentang pengkajian klien pada kasus ibu bersalin dengan Preeklamsi Berat di Ruang Teratai RSUD Cilacap tahun 2015. b. Dapat menganalisa dan menginterpretasi data klien untuk menentukan diagnosa pada kasus ibu bersalin dengan Preeklamsi Berat di Ruang Teratai RSUD Cilacap tahun 2015. c. Dapat menentukan diagnosa potensial dan mengantisipasi kemungkinan yang terjadi pada kasus ibu bersalin dengan Preeklamsi Berat di Ruang Teratai RSUD Cilacap tahun 2015. d. Dapat melaksanakan tindakan segera pada kasus ibu bersalin dengan Preeklamsi Berat di Ruang Teratai RSUD Cilacap tahun 2015.

6

e. Dapat membuat rencana tindakan asuhan kebidanan pada kasus ibu bersalin dengan Preeklamsi Berat di Ruang Teratai RSUD Cilacap tahun 2015. f. Dapat melaksanakan tindakan yang telah disusun pada kasus ibu bersalin dengan Preeklamsi Berat di Ruang Teratai RSUD Cilacap tahun 2015. g. Dapat mengevaluasi asuhan yang diberikan pada kasus ibu bersalin dengan Preeklamsi Berat di Ruang Teratai RSUD Cilacap tahun 2015. h. Dapat mendokumentasikan asuhan kebidanan pada kasus ibu bersalin dengan Preeklamsi Berat di Ruang Teratai RSUD Cilacap tahun 2015. D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis Menambah

wacana

dan

mengembangkan

ilmu

pengetahuan,

memberikan asuhan kebidanan pada klien dengan pendekatan manajemen varney pada ibu bersalin dengan preeklamsi berat. 2. Secara Praktis a. Bagi Pasien Untuk

menambah

wawasan

atau

pengetahuan

mengenai

preeklamsi berat, serta mendeteksi secara dini. b. Bagi Rumah Sakit Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan untuk mempertahankan penanganan pada kasus ibu bersalin dengan preeklamsi berat di RSUD Cilacap sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP).

7

c. Bagi STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap Dapat menambah kepustakaan dan wacana khususnya tentang ibu bersalin dengan preeklamsi berat. d. Bagi Bidan Dapat sebagai masukan untuk melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan preeklamsi berat dan pertimbangan bagi profesi bidan dalam meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan. e. Bagi Peneliti Merupakan pengalaman langsung bagi penulis dalam melakukan asuhan kebidanan ibu bersalin dengan preeklamsi berat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Teori Medis a. Persalinan 1) Pengertian Persalinan Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun kedalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin. ( Hidayat 2010, h. 1) Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. ( APN 2008, h. 37) 2) Teori terjadinya persalinan Menurut Amru Sofian (2011, hh. 69-70) apa yang menyebabkan terjadinya persalinan belum diketahui benar, yang ada hanyalah teori-teori yang kompleks. Teori-teori yang dikemukakan antara lain faktor-faktor hormonal, struktur rahim, pengaruh tekanan pada syaraf, dan nutrisi.

9

a) Teori penurunan hormon: 1-2 minggu sebelum partus, mulai terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim. Karena itu, akan terjadi kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan his jika kadar progesteron turun. b) Teori

plasenta

menjadi

tua:

penuaan

plasenta

akan

menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron ssehingga terjadi kekejangan pembuluh darah. Hal tersebut akan menimbulkan kontraksi rahim. c) Teori distensi rahim: rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot rahim. d) Teori iritasi mekanik: dibelakang serviks, terletaak ganglion servikale (pleksus Frankenhhauser). Apabila ganglion tersebut digeser dan ditekan misalnya oleh kepala janin, akan timbul kontraksi uterus. e) Induksi partus (induction of labour). Partus dapat ditimbulkan dengan: (1) Gagang laminaria: beberapa laminaria dimasukan dalam kanalis servisis dengan tujuan merangsang pleksus Frankenhauser. (2) Amniotomi: pemecahan ketuban. (3) Tetesan oksitosin: pemberian oksitosin melalui tetesan perinfus.

10

3) Tanda- tanda persalinan Menurut Sofian (2011, h. 70) tanda permulaan persalinan dan tanda-tanda inpartu adalah sebagai berikut. a) Tanda permulaan persalinan (1) Lightening atau setting atau dropping, yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul, terutama pada primigravida. Pada multipara hal tersebut tidak begitu jelas. (2) Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun. (3) Sering buang air kecil atau sulit berkemih (polakisuria) karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin. (4) Perasaan nyeri diperut dan dipinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah uterus, kadang-kadang disebut “false labor poins”. (5) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah, mungkin bercampur darah (bloody show). b) Tanda- tanda inpartu (1) Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teraatur. (2) Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks. (3) Kadang- kadang ketuban pecah dengan sendirinya (4) Pada pemeriksaan dalam serviks mendatar dan telah ada pembukaan.

11

Tanda dan gejala inpartu termasuk: (1) Penipisan dan pembukaan serviks (2) Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks ( frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit) (3) Cairan lendir bercampur darah (show) melalui vagina. (APN 2008, h. 37) 4) Faktor- faktor yang berperan dalam persalinan menurut Sofian 2011, yaitu: a) Kekuatan mendorong janin keluar (power) (1) His (kontraksi uterus) (2) Kontraksi otot-otot dinding perut (3) Kontraksi diafragma, dan (4) Ligamentous action, terutama ligamentum rotundum b) Faktor janin c) Faktor jalan lahir Pada waktu partus, akan terjadi perubahan-perubahan pada uterus, serviks, vagina dan dasar panggul. 5) Kala persalinan Proses persalinan menurut Sofian (2011, hh. 71-73) terdiri dari 4 kala, yaitu: Kala I : waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap 10 cm.

12

Kala II : kala pengeluaran janin, sewaktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengejan mendorong janin keluar hingga lahir. Kala III : waktu untuk pelepasan dan pengeluaran uri. Kala IV : mulai dari lahirnya uri, sampai 1-2 jam. a) Kala I (Kala Pembukaan) Inpartu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody show) karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mulai mendatar (effacement). Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler disekitar kanalis servisis akibat pergeseran ketika serviks mendatar dan membuka. Kala pembukaan dibagi 2 fase: (1) Fase laten Pembukaan serviks yang berlangsung lambat sampai pembukaan 3 cm, lamanya 7-8 jam. (2) Fase aktif Berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase. (a) Periode akselerasi: berlangsung 2 jam, pembukaan 3cm menjadi 4 cm. (b) Periode dilatasi maksimal (steady): selama 2 jam, pembukaan berlangsung cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.

13

(c) Periode deselerasi: berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi 10 cm (lengkap). Dalam buku-buku proses membukanya serviks disebut dengan berbagai istilah: melembek (softening), menipis (thinned out), terobliterasi (oblitarted), mendatar dan tertarik keatas (effaced and taken up), dan membuka (dilatation). Tabel 2.1 Perbedaan pembukaan serviks (Sofian 2011, h. 71) Primi Serviks mendatar (effacement) dulu, baru berdilatasi. Berlangsung 13-14 jam.

Multi Mendatar dan membuka dapat terjadi bersamaan. Berlangsung 6-7 jam

b) Kala II (Kala Pengeluaran Janin) Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinasi, kuat, cepat, dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun dan masuk ke ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang melalui lengkung refleks menimbulkan rasa mengejan. Karena tekanan pada rektum, ibu merasa seperti ingin buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his dan mengedan yang terpimpin, akan lahir kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi berlangsung selama 1,5 - 2 jam, pada multi 30 menit - 1 jam.

14

c) Kala III (Kala Pengeluaran Uri) Setelah bayi lahir, kontraksi rahim beristirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi dua kali lebih tebal dari sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit, seluruh plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina, dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 530 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc. d) Kala IV Kala IV adalah kala pengawasan selama 2 jam setelah bayi lahir dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu, terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum. Lamanya persalinan pada primi dan multi dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 2.2 Perbedaan lama persalinan (Sofian 2011, h. 73)

Kala I Kala II Kala III Lama Persalinan

Primi 13 jam 1 jam

Multi 7 jam jam

jam

jam

14 jam

7 jam

15

b. Preeklampsi Berat (PEB) 1) Pengertian Preeklampsi adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria. (Prawirohardjo 2009, h. 531) Preeklampsi adalah gangguan multisystem dengan etiologi kompleks yang khusus terjadi selama kehamilan. Preeklampsi biasanya didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah dan proteinuria yang terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu. (Bothamley 2011, hh. 192-193) Preeklampsi atau toksemia preeklamatik (pre-eclamptic toxaemia, PET) adalah sindrom yang ditandai dengan hipertensi dan proteinuria yang baru muncul di trimester kedua kehamilan yang selalu pulih di periode postnatal. (Robson 2011, h. 23) Preeklampsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria pada umur kehamilan 20 minggu atau lebih. (Nugroho 2010, h. 133) Preeklampsi berat adalah patologi kehamilan yang ditandai dengan hipertensi dan proteinuria yang terjadi setelah umur kehamilan 20 minggu sampai segera setelah persalinan. (Standar Operasional Prosedur (SOP) RSUD Cilacap 2011)

16

2) Etiologi Bothamley (2011, h. 194) mengemukakan bahwa faktor risiko preeklampsi adalah sebagai berikut. a) Primigravida atau > 10 tahun sejak kelahiran terakhir b) Kehamilan pertama dengan pasangan baru c) Riwayat preeklampsia sebelumnya d) Riwayat keluarga dengan preeklampsia, khususnya pada ibu atau saudara perempuan (baik wanita hamil atau pasangannya) e) Kehamilan kembar f) Kondisi medis tertentu seperti hipertensi esensial, penyakit ginjal, diabetes g) Adanya proteinuria saat mendaftar untuk pemeriksaan ( > 1 + pada lebih dari satu pemeriksaan atau > 0,3 g/ 24 jam) h) Umur ≥ 40 tahun i) Obesitas (IMT > 35) j) IVF (fertilisasi in vivo) Menurut Prawirohardjo (2009, h. 532), terdapat banyak faktor risiko untuk terjadinya hipertensi dalam kehamilan, yang dapat dikelompokkan dalam faktor risiko sebagai berikut. a) Primigravida, primipaternitas b) Hiperplasentosis,

misalnya:

mola

hidatidosa,

kehamilan

multipel, diabetes mellitus, hidrops fetalis, bayi besar c) Umur yang ekstrim

17

d) Riwayat keluarga pernah preeklampsia/ eklampsia e) Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil f) Obesitas Robson (2011, hh. 32-33), dalam bukunya disebutkan bahwa terdapat banyak faktor risiko yang mempredisposisi terjadinya preeklampsi. Berikut adalah daftar faktor risiko disertai dengan perkiraan peningkatan risiko. Tabel 2.3 Faktor risiko dan perkiraan peningkatan risiko (Robson, 2011) Faktor Risiko Sindrom antifosfolipid Pernah mengalami preeklampsi Telah menderita diabetes Kehamilan kembar Nuliparitas Riwayat keluarga Peningkatan IMT sebelum kehamilan Peningkatan IMT saat pemeriksaan antenatal Usia lebih dari 40 tahun Peningkatan tekanan darah diastolic ( >80 mmHg)

Perkiraan Peningkatan Risiko Meningkat 9 kali lipat Meningkat 7 kali lipat

Meningkat 3, 5 kali lipat Meningkat 3 kali lipat Meningkat 3 kali lipat Meningkat 3 kali lipat Meningkat 2, 5 kali lipat Meningkat 1, 5 kali lipat Meningkat 2 kali lipat Meningkat 1, 5 kali lipat

Faktor risiko preeklampsi menurut Wodward (2011, h. 42) adalah sebagai berikut. a) Kehamilan pertama b) Riwayat komponen genetik preeklampsi pada keluarga

18

c) Riwayat preeklampsi sebelumnya d) Indeks masa tubuh sama dengan atau lebih dari 35 saat kunjungan antenatal pertama e) Kehamilan kembar f) Mola hidatidosa g) Penyakit ginjal h) Hipertensi kronik i) Diabetes mellitus j) Penyakit kolagen vascular k) Isoimunisasi rhesus l) Usia ekstrem (dibawah 20 tahun atau diatas 35 tahun) m) Perubahan parternitas (peran perlindungan pajanan antigen sebelumnya). 3) Patofisiologi Pada preeklampsi terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerolus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi.

19

Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerolus. Perubahan pada organ-organ ibu hamil dengan preeklampsi berat (PEB) adalah sebagai berikut. a) Otak Pada preeklampsi aliran darah dan pemakaian oksigen tetap dalam batas-batas normal. Pada eklampsi, retensi pembuluh darah meninggi, ini terjadi pula pada pembuluh darah otak. Edema yang terjadi pada otak dapat menimbulkan kelainan serebral dan gangguan visus, bahkan pada keadaan lanjut dapat terjadi perdarahan. b) Plasenta dan rahim Aliran darah menurun ke plasenta dan menyebabkan gangguan plasenta, sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dank arena kekurangan oksigen terjadi gawat janin. Pada preeklampsi – eklampsia sering terjadi peningkatan tonus rahim dan kepekaannya terhadap rangsang, sehingga terjadi partus prematurus.

20

c) Ginjal Filtrasi glomerolus berkurang oleh karena aliran ke ginjal menurun. Hal ini menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerolus menurun, sebagai akibatnya terjadilah retensi garam dan air. Filtrasi glomerolus dapat turun sampai 50 % dari normal sehingga pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria dan anuria. d) Paru-paru Kematian ibu pada preeklampsi – eklampsia biasanya disebabkan oleh edema paru yang menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa pula karena terjadinya aspirasi pneumonia, atau abses paru. e) Mata Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Bila terdapat hal-hal tersebut, maka harus dicurigai terjadinya preeklampsi berat. Pada preeklampsi dapat terjadi ablasio retina yang diisebabkan edema intraokuler dan merupakan salah satu indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain yang dapat menunjukan tanda preeklampsi berat yang mengarah pada eklampsi adalah adanya skotoma, diplopia, dan ambliopia. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau di dalam retina.

21

f) Keseimbangan air dan elektrolit Pada preeklampsi ringan biasanya tidak dijumpai perubahan yang nyata pada metabolisme air, elektrolit, kristaloid, dan protein serum. Jadi tidak terjadi gangguan keseimbangan elektrolit, gula darah, kadar natrium bikarbonat, dan pH darah berada pada batas normal. Pada preeklampsi berat dan eklampsi, kadar gula darah naik sementara, asam laktat dan asam organik lainnya naik, sehingga cadangan alkali akan turun. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh kejang-kejang. Setelah konvulsi selesai zat-zat organik dioksidasi, dan dilepaskan natrium yang lalu bereaksi dengan karbonik sehingga terbentuk natrium bikarbonat. Dengan demikian cadangan alkali dapat pulih normal. (Sofian 2011, h. 144) 4) Tanda dan gejala Bothamley (2011, h. 199) dalam bukunya, menerangkan bahwa kemungkinan tanda dan gejala preeklampsi adalah sebagai berikut. a) Sakit kepala b) Gangguan penglihatan c) Nyeri epigastrik d) Muntah e) Penurunan gerakan janin f) Ukuran janin kecil tidak sesuai usia kehamilan.

22

Tanda dan gejala preeklampsi menurut Dutton (2011, h. 349) adalah sebagai berikut ini a) Hipertensi (sistolik >160 dan/ atau diastolik > 110) dengan proteinuri (terkait > 5 g/dl) b) Sakit kepala yang tidak membaik setelah pemberian analgesik c) Nyeri di kuadran kanan atas d) Perubahan penglihatan 5) Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan a) Gambaran klinik; pertambahan berat badan yang berlebihan, edema, hipertensi, dan timbul proteinuria. Gejala

subjektif;

sakit

kepala

didaerah

frontal,

nyeri

epigastrium, gangguan visus: penglihatan kabur, skotoma, diplopia; mual dan muntah, refleks meningkat, dan tidak tenang. b) Pemeriksaan; tekanan darah tinggi, refleks meningkat, dan proteinuria pada pemeriksaan laboratorium. (Sofian 2011, h. 145) Dutton (2011, h. 350), mengemukakan bahwa diagnosis preeklampsi adalah sebagai berikut a) Hipertensi b) Hasil uji dengan stik rendam urin menemukan protein +3 yang perlu dikonfirmasi dengan urin 24 jam.

23

Nugroho (2010, h. 134) menerangkan dalam bukunya bahwa kriteria diagnostik preeklampsi berat (PEB) ditandai oleh salah satu hal di bawah ini: a) Tekanan darah sistolik lebih atau sama 160 mmHg atau diastolik lebih atau sama 110 mmHg, tekanan darah ini tidak menurun meski ibu hamil sudah rawat baring di rumah sakit. b) Proteinuria 5 gram atau lebih per 24 jam atau kualitatif positif 3 atau 4 c) Oliguria yaitu produksi urin kurang dari 500 cc per 24 jam disertai dengan kenaikan kreatinin plasma d) Gangguan visus dan serebral e) Nyeri epigastrium atau nyeri kuadran kanan atas abdomen f) Edema paru, syanosis g) Pertumbuhan janin intrauterine terhambat h) Adanya HELLP Sydrome (Hemolisis, Elelevated liver function test and Low Platelet count) Preeklampsi digolongkan preeklampsi berat bila ditemukan satu atau lebih gejala sebagai berikut. a) Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah distolik ≥110 mmHg. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di rumah sakit dan sudah menjalani tirah baring

24

b) Proteinuria ≥ 5 gr/ 24 jam atau 4 + dalam pemeriksaan kualitatif c) Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/ 24 jam d) Kenaikan kadar kreatinin plasma e) Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma dan pandangan kabur f) Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat teregangnya kapsula Glisson) g) Edema paru-paru dan sianosis h) Hemolisis mikroangiopatik i) Trombositopenia berat: < 100.000 sel/ mm3 atau penurunan trombosit dengan cepat j) Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoselular): peningkatan kadar alanin dan aspartate aminotransferase k) Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat l) Sindrom HELLP (Prawirohardjo 2009, h. 545) 6) Komplikasi Robson (2011, h. 32), dalam bukunya disebutkan bahwa terdapat beragam komplikasi preeklampsi antara lain: a) Bagi ibu: abrupsio plasenta, sindrom HELLP (Haemolysis, Elevated Liver enzymes, Low Pletelet count), koagulasi intravascular

diseminata

(disseminated

coagulation

intravascular, DIC), gagal ginjal, kegagalan multi-organ,

25

eklampsia (kejang grand mal pada preeklampsia), dan bahkan kematian. b) Bagi janin: keterbatasan pertumbuhan intrauteri dan janin lahir prematur. Kemungkinan krisis yang terjadi akbibat proses preeklampsi menurut Wodward (2011, h. 47) yaitu: a) Bagi ibu: eklampsia, perdarahan otak, sindrom HELLP, ruptur/ infark hati, solusio plasenta, Koagulasi intravaskular Diseminata (KID), kerusakan ginjal, dan Edema paru/ adult respitaratory distress syndrome (ARDS) b) Bagi janin: pertumbuhan janin terhambat, kematian janin intrauteri, dan Kematian perinatal 7) Pembagian preeklampsi berat (PEB) Menurut Prawirohardjo (2009, h. 545) preeklampsi berat (PEB) dibagi menjadi: 1) Preeklampsi berat tanpa impending eklamsia 2) Preeklampsi berat dengan impending eklamsia Disebut impending eklamsi bila preeklampsi berat disertai gejala-gejala subjektif berupa nyeri kepala hebat, gangguan visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium, dan kenaikan progresif tekanan darah.

26

8) Penatalaksanaan a) Pencegahan (1) Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti, mengenali

tanda-tanda

sedini

mungkin

(preeklampsi

ringan), lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat. (2) Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya preeklampsi kalau ada faktor-faktor predisposisi (3) Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan, serta pentingnya mengatur diit cukup protein, rendah karbohidrat, lemak, dan garam secukupnya, juga menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan. b) Penanganan Tujuan utama penanganan adalah: (1) Untuk mencegah terjadinya preeklampsi dan eklampsi (2) Hendaknya janin lahir hidup (3) Trauma pada janin seminimal mungkin. (Sofian 2011, h. 145) Tujuan

utama

perawatan

preeklampsi

menurut

Prawirohardjo (2009, h. 543) yaitu untuk mencegah kejang, perdarahan intrakranial, mencegah gangguan fungsi organ vital, dan melahirkan bayi sehat.

27

c) Strategi Pedoman terbaru dari The Royal College Of Obstetricians dan Gynaecologists (RCOG) (2011) menganjurkan: (1) Pedoman lokal dan atau regional harus dibentuk untuk penatalaksanaan preeklampsi berat dan eklampsia (2) Pengkajian tekanan darah dan proteinuria secara cermat dibutuhkan serta pertimbangan tentang potensi terserangnya organ lain termasuk unit feto-plasental (untuk pengukuran tekanan darah dan pengukuran proteinuria lihat bagian hipertensi kronis) (3) Pemantauan tekanan darah dan keseimbangan cairan perlu dilakukan secara intensif, begitu juga pemeriksaan darah secara teratur untuk mengetahui perubahan HELLP (4) Janin dilahirkan tergantung pada stabilitas ibu (5) Masalah yang terkait dengan pelahiran telah didiskusikan pada bagian preeklampsi dan kejang eklamtik tidak mengharuskan pelahiran lebih awal (6) Preeklampsi awitan awal yang berat dapat ditangani secara konservatif untuk menunda pelahiran sampai janin matur. Tindakan ini memerlukan rawat inap di unit yang memiliki fasilitas neonatal yang adekuat untuk bayi prematur. Bukti menunjukan bahwa tujuan tersebut dapat dicapai setelah 715 hari gestasi ekstra dan ini mengurangi morbiditas yang

28

berhubungan dengan respirasi neonatus. (Robson 2011, h. 36) Dalam standar operasional prosedur (SOP) RSUD Cilacap tahun 2011 alur proses penanganan preeklampsi berat adalah sebagai berikut. (1) Memberi salam sapa dengan senyum ramah dan sopan (2) Melakukan anamnesa kebidanan (3) Melakukan persetujuan tindakan medis (4) Melakukan cuci tangan (5) Melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang laborat (6) Memasang infus dan kateter (7) Kolaborasi dengan dokter (8) Memberitahu pasien dan keluarga tentang kondisi pasien dan instruksi dokter (9) Melakukan persetujuan tindakan medis (10) Menyiapkan alat dan obat-obatan penanganan PEB (a) Infus pump (b) Cairan Ringer Laktat (RL) 500 ml (c) MgSo4 40% 1. 4 gr dicairkan 10 cc aquabidest untuk dosis awal secara IV pelan 2. MgSo4 6 gr dalam infuse RL (1 gr/ jam) untuk dosis maintenance

29

(11) Cuci tangan (12) Melakukan tindakan manajemen PEB (13) Melakukan pertolongan persalinan spontan pada persalinan kala II jika ibu mempunyai kekuatan mendorong janin keluar (power), pembukaan lengkap, his adekuat, kepala janin sudah turun di Hodge III-IV, dan denyut jantung janin stabil (120-160 x/ menit). (14) Melakukan pertolongan persalinan buatan dengan Vakum Ekstraksi (VE) pada kala II jika syarat- syarat VE terpenuhi. Syarat- syarat VE meliputi presentasi belakang kepala, janin cukup bulan, pembukaan lengkap, kepala di Hodge III-IV, serta ibu tidak mempunyai kekuatan mendorong janin keluar (power). (15) Melakukan pertolongan persalinan buatan dengan Sectio Caesarea (SC) pada kala II jika keadaan ibu dan janin memburuk serta usia kehamilan belum cukup bulan. (16) Membereskan alat-alat dan cuci tangan (17) Membuat dokumentasi dalam rekam medik pasien. Tatalaksana umum preeklampsi berdasarkan Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitaas Kesehatan Dasar dan Rujukan (2013, hh. 112-113) adalah sebagai berikut. (1) Ibu hamil dengan preeklampsi harus segera dirujuk ke rumah sakit

30

(2) Pencegahan dan tatalaksana kejang: (a) Bila terjadi kejang, perhatikan jalan napas, pernapasan (oksigen), dan sirkulasi (cairan intravena) (b) MgSo4 diberikan secara intravena kepada ibu dengan eklampsia (sebagai tatalaksana kejang) dan preeklampsi berat (sebagai pencegahan kejang). Cara pemberiannya adalah sebagai berikut: Cara pemberian MgSo4 1. Berikan dosis awal 4 gr MgSo4 sesuai prosedur untuk mencegah kejang atau kejang berulang. Tabel 2. 4 Cara pemberian dosis awal (Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan 2013, h. 113) Cara pemberian dosis awal a. Ambil 4 gr larutan MgSo4 (10 ml larutan MgSo4 40 %) dan larutkan dengan 10 ml akuabides b. Berikan larutan tersebut secara perlahan IV selama 15-20 menit

2. Sambil menunggu rujukan, mulai dosis rumatan 6 gr MgSo4 dalam 6 jam sesuai prosedur.

31

Tabel 2. 4 Cara pemberian dosis rumatan (Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan 2013, h. 113) Cara pemberian dosis rumatan Ambil 6 gr MgSo4 (15 ml larutan MgSo4 40%) dan larutkan dalam 500 ml larutan Ringer Laktat/ Ringer Asetat, lalu berikan secara IV dengan kecepatan 28 tetes/ menit selama 6 jam, dan diulang hingga 24 jam setelah persalinan atau kejang berakhir (bila eklampsia)

Syarat pemberian MgSo4: a. Tersedia Kalsium Glukonas 10% b. Ada reflek patella c. Jumlah urine minimal 0,5ml/ kg BB/ Jam d. Jumlah frekuensi pernapasan >16 x/ menit 3. Lakukan pemeriksaan fisik tiap jam, meliputi tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi pernapasan, reflek patella dan jumlah urin. 4. Bila frekuensi pernapasan <16 x permenit, dan atau tidak didapatkan reflek tendon patella, dan atau terdapat oliguria (produksi urin <0,5ml/ kg BB/ Jam), segera hentikan pemberian MgSo4 5. Jika terjadi depresi napas, berikan Kalsium Glukonas 1 gr IV (10ml larutan 10%) bolus dalam 10 menit. 6. Selama ibu dengan preeklampsi atau eklampsia dirujuk, pantau dan nilai adanya perburukan

32

preeklampsi. Apabila terjadi eklampsia lakukan penilaian

awal

dan

lakukan

tatalaksana

kegawatdaruratan. Berikan kembali MgSo4 40 % 2 gr (5 ml) IV perlahan (15-20 menit) yang diencerkan dengan aquabidest 5ml. Bila setelah pemberian MgSo4 ulangan masih terdapat kejang, dapat dipertimbangkan pemberian diazepam 10 mg IV selama 2 menit. (c) Pada kondisi dimana MgSo4 tidak dapat diberikan seluruhnya, berikan dosis awal (loading dose) lalu rujuk ibu segera ke fasilitas kesehatan yang memadai. (d) Lakukan intubasi jika terjadi kejang berulang dan segera kirim ibu ke ruang ICU (bila tersedia) yang sudah siap dengan fasilitas ventilator tekanan positif. 2. Teori Manajemen Kebidanan a. Pengertian Secara garis besar, ada beberapa pengertian manajemen kebidanan. 1) Menurut IBI (50 tahun IBI), manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari pengumpulan data dan analisis data, penentuan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan dokumentasi.

33

2) Menurut Depkes RI, manajemen kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan masalah ibu dan anak ynag khusus dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada individu, keluarga, dan masyarakat. 3) Menurut Hellen Varney, manajemen kebidanan adalah proses pemecahan

masalah

yang

digunakan

sebagai

metode

mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam pengkajian/ tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien. (Mangkuji 2012, h. 4) Manajemen asuhan kebidanan adalah suatu pendekatan pemecahan masalah yang digunakan oleh setiap bidan dalam pengambilan keputusan klinik pada saat mengelola klien yaitu: ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir, dan balita dimanapun tempatnya. (Sujianti 2009, h. 143) b. Langkah manajemen kebidanan Langkah

manajemen

kebidanan

merupakan

suatu

proses

penyelesaian masalah yang menuntut bidan untuk lebih kritis didalam mengantisipasi masalah. Ada tujuh langkah dalam manajemen kebidanan menurut Varney yang akan dijelaskan sebagai berikut. 1) Langkah I: pengumpulan data dasar Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan adalah pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk

34

mengevaluasi klien secara lengkap. Data yang dikumpulkan antara lain: a) Keluhan klien b) Riwayat kesehatan klien c) Pemeriksaan fisik secara lengkap sesuai dengan kebutuhan d) Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya e) Meninjau data laboratorium. Pada langkah ini, dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Pada langkah ini, bidan mengumpulkan data dasar awal secara lengkap. (Mangkuji 2012, h. 5) Langkah ini menentukan pengambilan keputusan yang akan dibuat pada langkah berikutnya, sehingga pengkajian harus komprehensif

meliputi

data

subjektif,

objektif

dan

hasil

pemeriksaan yang dapat menggambarkan/ menilai kondisi klien yang sebenarnya. (Sujianti 2010, h. 144) Terkait dengan teori Varney di atas, maka dalam hal ini diadakan pengumpulan data pada Ny. “X” sesuai dengan identifikasi yang penulis dapat di Ruang Teratai RSUD Cilacap tentang ibu bersalin dengan Preeklampsi Berat. Tujuan identifikasi data dasar tersebut yaitu untuk mendapatkan informasi yang lebih rinci dari Ny. “X” yang nantinya akan dijadikan acuan untuk melalukan tindakan selanjutnya. Data subjektif yang berhubungan

35

dengan preeklampsi berat antara lain: identitas, keluhan utama, riwayat menstruasi, riwayat perkawinan, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu, riwayat hamil ini, riwayat penyakit yang lalu/ operasi, riwayat penyakit keluarga (ayah, ibu, adik, paman, bibi) yang pernah menderita sakit, riwayat ginekologi, riwayat keluarga berencana dan activity daily living. Data objektif yang berhubungan dengan preeklampsi berat antara lain: pemeriksaan umum (vital sign), pemeriksaan fisik dari kepala sampai kaki (head to toe) dan pemeriksaan laboratorium. (Sujianti 2010, hh. 145-146) 2) Langkah II: interpretasi data dasar Pada

langkah

ini,

kegiatan

yang

dilakukan

adalah

menginterpretasikan semua data dasar yang yang telah dikumpulkan sehingga ditemukan diagnosis atau masalah. Diagnosis yang dirumuskan adalah diagnosis dalam lingkup praktik kebidanan yang tergolong pada nomenklatur standar diagnosis, sedangkan perihal yang berkaitan dengan pengalaman klien ditemukan dari hasil pengkajian. (Mangkuji 2012 h. 5) Berdasarkan data-data dasar yang telah dikumpulkan pada Ny. “X”, maka dilakukan perumusan diagnosa lebih rinci pada klien untuk membandingkan dengan data-data yang telah diperoleh sebelumnya pada pengumpulan data dasar. Diagnosa tersebut berupa pendalaman masalah yang dialami oleh klien, dalam hal ini

36

dilakukan diagnosa tentang apa itu preeklamsi berat dan apa penyebab terjadinya preeklamsi berat. Selanjutnya dapat di simpulkan bahwa klien tersebut benar mengalami preeklamsi berat. Menurut Sujianti (2010, h. 148), interpretasi data dasar meliputi: a) Diagnosa Rumusan diagnosa merupakan kesimpulan dari kondisi klien; apakah klien dalam kondisi hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan apakah kondisinya dalam keadaan normal. Dalam kasus preeklampsi berat, maka perumusan diagnosa adalah sebagai berikut. Diagnosa

: Ny. X umur x tahun Gx Px Ax usia kehamilan x minggu inpartu dengan preeklamsi berat.

Dasar

: data subjektif dan data objektif.

b) Masalah Masalah dirumuskan bila bidan menemukan kesenjangan yang terjadi pada respon ibu terhadap kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir. Masalah ini terjadi pada ibu tetapi belum termasuk dalam rumusan diagnosa yang ada, tetapi masalah tersebut membutuhkan penanganan/ intervensi bidan, maka masalah dirumuskan setelah diagnosa. 3) Langkah III: identifikasi diagnosis/ masalah potensial Pada langkah ini, kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian diagnosis dan masalah yang

37

sudah teridentifikasi. Berdasarkan temuan tersebut, bidan dapat melakukan antisipasi agar diagnosis/ masalah tersebut tidak terjadi. Selain itu, bidan harus bersiap-siap apabila diagnosis/ masalah tersebut benar-benar terjadi. (Mangkuji 2012, h. 5) Pada kasus ibu bersalin dengan preeklampsi berat diagnosa potensial yang bisa timbul adalah eklampsia atau kejang. Antisipasi yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian MgSo4 40 % dengan dosis awal 4 gr dan dosis pemeliharaan 1 gr habis dalam waktu 1 jam (Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan 2013, h. 113). 4) Langkah IV: identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera Pada langkah ini, yang dilakukan oleh bidan adalah mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi klien. Ada kemungkinan, data yang kita peroleh memerlukan tindakan yang harus segera dilakukan oleh bidan, sementara kondisi yang lain masih bisa menunggu beberapa waktu lagi. (Mangkuji 2012, h. 6) Pada kasus ibu bersalin dengan preeklampsi berat, tindakan segera yang perlu dilakukan adalah melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis obsgyn (dr. Spog) untuk konsultasi mengenai tindakan ataupun asuhan kebidanan yang hendak dilakukan.

38

5) Langkah V: perencanaan asuhan yang menyeluruh Pada langkah ini, direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Rencana asuhan yang menyeluruh pada pasien preeklampsi berat tidak hanya meliputi hal yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi dilihat juga dari apa yang akan diperkirakan terjadi selanjutnya, apakah dibutuhkan konseling dan apakah perlu merujuk klien. (Mangkuji 2012, h. 6) Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dank lien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga melaksanakan rencana tersebut (informed consent). Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan sesuai dengan hasil pembahasan bersama klien baik lisan ataupun tertulis, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya. (Sujianti 2010, h. 153) 6) Langkah VI: pelaksanaan Pada langkah keenam ini, kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan rencana asuhan yang sudah dibuat pada langkah keV secara aman dan efisien. Kegiatan ini bisa dilakukan oleh bidan atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukan sendiri, bidan tetap memiliki tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksananya. Pada situasi seperti ini, bidan harus berkolaborasi dengan tim kesehatan lain atau dokter. Dengan demikian, bidan

39

harus bertanggung jawab atas terlaksananya rencana asuhan yang menyeluruh yang telah dibuat bersama tersebut. (Mangkuji 2012, h. 6) Adapun pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada Ny. “X” dengan masalah preeklamsi berat harus sesuai dengan intervensi yang telah dibuat pada langkah sebelumnya. 7) Langkah VII: evaluasi Pada langkah terakhir ini, yang dilakukan oleh bidan adalah: a) Melakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan, yang mencakup pemenuhan kebutuhan, untuk menilai apakah sudah benar-benar terlaksana/ terpenuhi

sesuai dengan

kebutuhan yang telah teridentifikasi dalam masalah dan diagnosis b) Mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui mengapa proses manajemen ini tidak efektif. (Mangkuji 2012, hh. 5-6) Mengevaluasi hasil asuhan yang telah dilakukan pada Ny. “X” untuk memastikan apakah rencana tersebut telah berjalan secara efektif atau belum. c. Follow up data perkembangan kondisi pasien Menurut Mangkuji 2012 tujuh langkah varney disarikan menjadi 4 langkah yaitu SOAP (Subjektif, Objektif, Assesmen, Planning). SOAP

40

disarikan dari proses pemikiran penatalaksanaan perkembangan kebidanan sebagai perkembangan catatan kemajuan keadaan klien: 1) Subjektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesis, berhubungan dengan masalah dari sudut pandang klien (ekspresi mengenai kekhawatiran dan keluhannya), serta pada orang yang bisu dibelakang data diberi tanda “O” atau “X”. 2) Objektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan laboratorium/ pemeriksaan diagnostik lain, serta informasi dari keluarga atau orang lain. 3) Assasmen Menggambarkan

pendokumentasian

hasil

analisis

dan

interpretasi (kesimpulan) data subjektif dan objektif, yang meliputi: a) Diagnosis/ masalah b) Diagnosis/ masalah potensial c) Antisipasi diagnosis/ masalah potensial/ tindakan segera 4) Planning Menggambarkan pendokumentasian tindakan ( I ) dan evaluasi (E), meliputi: asuhan mandiri, kolaborasi, tes diagnostik/ laboratorium, konseling, dan tindak lanjut (follow up).

41

B. KERANGKA TEORI

Persalinan

Preeklampsi Berat

Manajemen Varney

1. Pengertian

1. Pengertian

1. Pengumpulan data

2. Teori

2. Etiologi

dasar

terjadinya

3. Patofisiologi

2. Interpretasi data dasar

persalinan

4. Tanda dan gejala

3. Identifikasi diagnosis/

3. Tanda-tanda

5. Dignosis

4. Faktor-faktor

6. Komplikasi

4. Tindakan segera

7. Pembagian

5. Rencana asuhan

8. Penatalaksanaan

6. Pelaksanaan

yang berperan 5. Kala persalinan 6. Tujuan APN

masalah potensial

7. Evaluasi

SOAP S: Subjektif O: Objektif A: Assesment P: Planning

Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber: APN (2008), Sofian (2011), Hidayat (2010), Mangkuji (2012), Bothamley (2011), Dutton (2011), Prawirohardjo (2009), Robson (2011), SOP RSUD Cilacap (2011), Sujianti (2009), Nugroho (2010), Woodward (2011), Buku saku pelayanan kesehatan ibu (2013), Sofyan (2008).

BAB III METODE PENGAMBILAN DATA DAN MANAJEMEN KEBIDANAN

A. METODE PENGAMBILAN DATA 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus yaitu dengan mendeskripsikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan preeklampsi berat (PEB). Metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang menjelaskan data dan karakteristik populasi atau fenomena yang dipelajari. (Machfoedz 2013, h. 16) Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk melakukan deskripsi terhadap fenomena tanpa mencoba menganalisis mengapa fenomena tersebut dapat terjadi (Machfoedz 2013, h. 16). Studi kasus yang digunakan penulis dalam membuat karya tulis ilmiah ini adalah dengan menggunakan asuhan kebidanan menurut tujuh langkah varney dari pengkajian sampai dengan evaluasi dan data perkembangannya menggunakan SOAP. 2. Tempat dan waktu penelitian Studi kasus ini telah dilakukan di Ruang Teratai RSUD Cilacap dan waktu pengambilan data dilakukan pada tanggal 10 – 12 April 2015.

43

3. Subjek penelitian Subjek dalam kasus ini adalah ibu bersalin Ny. R usia 19 tahun G1P0A0 usia kehamilan 39+2 minggu dengan preeklampsi berat tanpa

Impending Eklampsia. 4. Jenis data Peneliti menggunakan dua jenis data untuk penyusunan proposal karya tulis ilmiah ini. Adapun jenis data tersebut adalah: a. Data Primer Yaitu data yang didapat dari hasil wawancara langsung dengan subyek penelitian dan observasi langsung yang dilakukan pada subjek penelitian. b. Data Sekunder Yaitu data yang didapat dari dokumen rekam medik atau catatan medik subjek penelitian dan dokumen hasil pemeriksaan seperti pemeriksaan laboratorium dan USG (Ultra Sonografi). 5. Teknik pengambilan data Teknik pengumpulan data adalah cara-cara untuk memperoleh keterangan-keterangan yang diperlukan dalam penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: a. Wawancara Merupakan metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan

44

dari seseorang sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face). Jadi data tersebut diperoleh langsung dari responden melalui suatu pertemuan atau percakapan. (Choirian 2014, h. 35) b. Observasi Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara langsung kepada responden penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti. Dalam metode observasi ini, peneliti menggunakan lembar partograf untuk melakukan observasi. (Choirian 2014, h. 36) c. Pemeriksaan fisik Menurut Ambarwati (2009, hh. 119-123) pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi: 1) Inspeksi Adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan menggunakan indra penglihatannya untuk mendeteksi karakteristik normal atau tanda tertentu dari bagian tubuh atau fungsi tubuh pasien. Inspeksi digunakan untuk mendeteksi bentuk, warna, posisi, ukuran, tumor dan lainnya dari tubuh pasien. 2) Palpasi Adalah suatu tindakan pemeriksaan yang dilakukan dengan perabaan dan penekanan bagian tubuh dengan menggunakan jari atau tangan.

45

3) Perkusi Adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi getaran atau gelombang suara yang dihantarkan ke permukaan tubuh dari bagian tubuh yang diperiksa. Pemeriksaan dilakukan dengan ketokan jari atau tangan pada permukaan tubuh. 4) Auskultasi Adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi yang terbentuk didalam organ tubuh melalui stetoskop. d. Studi dokumentasi Studi dokumentasi merupakan cara pengumpulan data peneliti melalui dokumen (data sekunder) seperti data statistik status pemeriksaan pasien rekam medik laporan dan lain-lain. (Choirian 2014, h. 37) 6. Analisis data Analisis data merupakan penyederhanaan data kedalam bentuk yang mudah dibaca, dipahami dan diinterpretasikan. Data yang akan dianalisis merupakan data hasil penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan, kemudian peneliti melakukan analisis untuk menarik kesimpulan. 7. Etika penelitian Sebelum dilakukan penelitian, penulis meminta perijinan kepada ketua STIKES AL-Irsyad Al-Islamiyah Cilacap, dilanjutkan ke BAPPEDA Cilacap untuk direkomendasikan ke RSUD Cilacap kabupaten Cilacap untuk dapat menjadi tempat penelitian.

46

Responden atau subjek penelitian yang dipilih diberi penjelasan mengenai maksud, tujuan, manfaat, jaminan kerahasiaan dan apa yang dilakukan responden dalam memberi jawaban atas pertanyaan dalam wawancara. Kemudian responden diminta memberi tanda tangan surat persetujuan sebagai bukti bahwa responden bersedia untuk dijadikan subjek penelitian. Lembar persetujuan ditanda tangani saat responden dalam keadaan tenang dan mempuyai waktu yang cukup untuk berfikir dan memahaminya. B. MANAJEMEN KEBIDANAN 1. Pengkajian a. Data subjektif Merupakan informasi yang diceritakan ibu tentang apa yang sedang dirasakan dan yang telah dialaminya yang meliputi informasi tambahan yang diceritakan oleh anggota keluarga tentang status ibu, terutama jika ibu merasa sangat nyeri dan sangat sakit (Choirian 2014, h. 38) 1) Identitas (a) Nama Dikaji dengan nama yang jelas dan lengkap, untuk menghindari adanya kekeliruan atau untuk membedakan dengan klien atau pasien yang lain. (Estiwidani 2009, h. 136)

47

(b) Umur Umur dicatat dalam hitungan tahun (Estiwidani 2009, h. 136). Umur merupakan hal yang penting, karena ikut menentukan prognosis kehamilan. Kalau umur terlalu lanjut ( > 35 tahun) atau terlalu muda (< 20 tahun), persalinan lebih banyak risikonya. (Wirakusumah 2010, h. 81) (c) Agama Agama ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan klien. Dengan diketahui agama klien akan memudahkan bidan dalam melakukan

pendekatan

didalam

melaksanakan

asuhan

kebidanan. (Estiwidani 2009, h. 137). (d) Suku atau bangsa Ditunjukan

untuk

mengetahui

adat

istiadat

yang

menguntungkan dan merugikan bagi ibu hamil, ibu bersalin maupun ibu nifas. (e) Pendidikan Pendidikan klien ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektualnya. Tingkat pendidikan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang. (Estiwidani 2009, h. 137)

48

(f) Pekerjaan Pekerjaan

klien

ditanyakan

untuk

mengetahui

kemungkinan pengaruh pekerjaan terhadap permasalahan kesehatan klien. (Estiwidani 2009, h. 137) (g) Alamat Alamat ditanyakan untuk mempermudah hubungan bila diperlukan keadaan mendesak. Dengan mengetahui alamat, bidan juga dapat mengetahui tempat tinggal dan lingkungannya. (Estiwidani 2009, h. 137) 2) Alasan masuk Alasan masuk ditanyakan untuk mengetahui perihal yang mendorong klien datang ke bidan. (Estiwidani 2009, h. 137) 3) Keluhan utama Pada keluhan utama, ditanyakan apakah penderita datang untuk memeriksakan kehamilan atau mempunyai keluhan/ pengaduan lain yang penting. (Wirakusumah 2010, h. 81) Menurut Sofian (2011, h. 145) gejala subjektif yang dapat timbul karena preeklampsi berat adalah: sakit kepala didaerah frontal, nyeri epigastrium, gangguan visus; penglihatan kabur, skotoma, diplopia; mual dan muntah. Gangguan serebral lainnya: oyong, refleks meningkat, dan tidak tenang.

49

4) Riwayat menstruasi Dalam riwayat menstruasi yang ditanyakan adalah menarche, teratur atau tidak, siklus haid, lama haid, banyaknya darah, sifat darah (cair atau menggumpal), warna, bau atau tidak, dismenore atau tidak, dan kapan haid terakhir. (Wirakusumah 2010, hh. 81-82) 5) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu Dalam riwayat kehamilan, persalinan dan nifas sebelumnya ditanyakan: a) Kehamilan Tanyakan apakah pasien mengalami gangguan seperti perdarahan, muntah yang hebat, toksemia gravidarum pada kehamilan sebelumnya. b) Persalinan (1) Tanyakan apakah persalinan yang lalu berlangsung spontan atau buatan, aterm atau prematur, apakah terjadi perdarahan, dan siapa yang menolong persalinan (bidan, dokter) (2) Tanyakan adanya riwayat abortus spontan atau yang diinduksi (3) Tanyakan adanya riwayat paritas yang tinggi (4) Paritas yang tinggi akan meningkatkan risiko perdarahan pascapersalinan, kehamilan ganda dan plasenta previa

50

(termasuk plasenta letak rendah, plasenta previa lateralis maupun totalis) (5) Tanyakan indikasi seksio sesaria sebelumnya jika ada (6) Tanyakan adanya penyulit kehamilan dan persalinan sebelumnya, seperti persalinan prematur, ketuban pecah sebelum

waktunya,

distosia,

perdarahan

pascasalin,

kematian janin atau bayi, morbiditas perinatal, diabetes, dan hipertensi. c) Nifas Tanyakan adanya panas atau perdarahan pada masa nifas sebelumnya serta kondisi laktasi. (Wirakusumah 2010, hh. 8283) 6) Riwayat kehamilan sekarang Hal-hal yang perlu ditanyakan dalam anamnesis kehamilan sekarang adalah sebagai berikut. a) Tanyakan kapan ibu mendapat haid terakhir untuk menghitung usia kehamilan b) Tanyakan kapan ibu mulai merasakan pergerakan anak c) Jika kehamilan masih muda, tanyakan adanya mual, muntah, sakit kepala, dan perdarahan d) Jika kehamilan sudah tua, tanyakan adanya bengkak di kaki atau muka, sakit kepala, perdarahan, sakit pinggang, dan lain-lain.

51

Keluhan

ini

nanti

harus

diingat

dalam

pengobatan.

(Wirakusumah 2010, h.83) 7) Riwayat penyakit yang pernah diderita Riwayat penyakit yang lalu ditanyakan untuk mengetahui apakah ada hubungannya dengan masalah yang dihadapi oleh klien. Misal penyakit campak atau cacar air sewaktu kecil, penyakit jantung, hipertensi, dan lain-lain, apakah pernah dirawat di rumah sakit? Kapan? Beraapa lama? Penyakit apa?, apakah pernah dioperasi, apakah ada alergi terhadap obat/ bahan makanan dan lain sebagainya. (Estiwidani 2009, h. 138) 8) Riwayat penyakit keluarga Estiwidani (2009, h. 138) menerangkan dalam bukunya bahwa riwayat penyakit keluarga perlu dikaji untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien. Riwayat penyakit keluarga yang perlu ditanyakan misalnya jantung, diabetes, ginjal, kelainan bawaan, kehamilan kembar, dan lain-lain. Dalam riwayat penyakit keluarga perlu ditanyakan: a) Adanya penyakit keturunan dalam keluarga, anak kembar atau penyakit menular yang dapat mempengaruhi persalinan (misalnya: TBC) b) Adanya riwayat kelainan kongenital dalam keluarga dan riwayat kelainan kongenital pada kelahiran sebelumnya. Hal ini

52

berguna untuk mengidentifikasi risiko penyakit keturunan pada janin. c) Informasi tentang kelainan metabolik, penyakit kardiovaskuler, keganasan, dan retardasi mental. (Wirakusumah 2010, h.84) 9) Riwayat kontrasepsi/ keluarga berencana (KB) Bila ibu pernah mengikuti KB perlu ditanyakan: jenis kontrasepsi, efek samping, alasan berhenti (bila tidak memakai lagi), lamanya menggunakan alat kontrasepsi. (Estiwidani 2009, h. 138) 10) Riwayat sosial ekonomi Untuk mengetahui keadaan psikososial perlu ditanyakan antara lain: riwayat perkawinan (berapa kali?, usia kawin pertama?), jumlah anggota keluarga, dukungan moral dan material dari keluarga, pandangan dan penerimaan keluarga terhadap kehamilan, kebiasaan-kebiasaan

yang

menguntungkan

dan

merugikan,

pandangan terhadap kehamilan, persalinan, dan anak baru lahir. (Estiwidani 2009, hh. 137-138) 11) Activity Daily Living (ADL) Berdasarkan study kasus yang telah dilakukan pada tahun 2014 menyatakan bahwa ADL meliputi: a) Pola nutrisi Hal ini penting untuk bidan ketahui supaya bidan mendapatkan gambaran bagaimana pasien mencukupi asupan

53

gizinya selama proses bersalin. Beberapa hal yang perlu ditanyakan antara lain jenis makanan, frekuensi, porsi serta pantangan makan. Bidan juga harus dapat memperoleh data mengenai kebiasaan pasien dalam pemenuhan kebutuhan cairannya, apalagi pada proses bersalin sangat dibutuhkan intake cairan yang cukup sebagai energi atau kekuatan saat mengejan. Yang perlu bidan tanyakan antara lain jenis minuman, frekuensi, serta banyaknya. b) Pola eliminasi Hal yang perlu ditanyakan pada klien adalah perubahan yang terjadi baik BAB maupun BAK selama hamil. Normalnya, produksi urin pada pasien dengan PEB adalah >300cc/24 jam. c) Pola istirahat dan tidur Istirahat sangat diperlukan oleh ibu bersalin, oleh karena itu bidan perlu menggali informasi mengenai kebiasaan istirahat selama hamil pada ibu supaya bidan mengetahui hambatan yang mungkin muncul. Bidan dapat menanyakan tentang berapa lama ibu tidur di siang dan malam hari. Pada kenyataannya tidak semua wanita memiliki kebiasaan tidur siang, padahal tidur siang sangat penting untuk membantu mempercepat pemulihan kondisi fisiknya setelah melahirkan.

54

Untuk istirahat malam rata-rata waktu yang diperlukan adalah 6

– 8 jam. d) Pola aktivitas Bidan perlu mengkaji aktifitas sehari-hari pasien karena data ini memberikan gambaran kepada bidan tentang seberapa berat aktifitas yang biasa pasien lakukan dirumah. e) Personal hygine Hal yang perlu ditanyakan antara lain mandi serta ganti pakaian dan pakaian dalam. f) Pola kebiasaan sehari-hari Pada kasus ibu bersalin dengan PEB kebiasaan hidup seperti merokok, minum-minuman keras dapat berpengaruh terhadap keadaan ibu. g) Pola kebiasaan seksual Walaupun hal ini merupakan hal yang cukup privasi bagi pasien, namun bidan harus menggali data dari kebiasaan ini karena pernah terjadi beberapa kasus keluhan dalam aktifitas seksual yang cukup mengganggu pasien. Dengan teknik komunikasi yang senyaman mungkin bagi pasien, bidan menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan aktifitas seksual misalnya frekuensi dan gangguan saat berhubungan (Choirian 2014, hh. 44-47)

55

b. Data objektif Merupakan data yang diperoleh dari pemeriksaan fisik secara langsung yaitu meliputi dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. 1) Keadaan umum Dikaji untuk mengetahui keadaan umum pasien, dikatakan baik apabila kooperatif, gerakannya terarah, dan hanya merasa sedikit tegang atau cemas. Sebaliknya, jika klien lemah, mungkin ditemukan kondisi yang tidak kooperatif, bingung, gerakan tidak terarah, gemetar, dan merasa sangat cemas. (Tambunan 2012, h. 8) 2) Kesadaran Kesadaran klien diobservasi dan dinilai apakah klien sadar sepenuhnya (composmentis), apatis, somnolen, delirium, serta semikoma atau koma. (Tambunan 2012, h. 8) 3) Tanda-tanda vital a) Tekanan darah Untuk melakukan deteksi terhadap terjadinya gejala preeklampsi berat yaitu adanya tekanan darah tinggi, dengan tekanan sistolik >160 mmHg dan diastolik >110 mmHg. (Nugroho 2010, h. 134) b) Nadi Untuk melakukan deteksi terhadap terjadinya gejala syok. Pemeriksaan nadi dihitung dalam waktu 1 menit. Salah satu

56

gejala syok adalah nadi cepat, lemah (lebih dari 110 x/ menit). (APN 2008, h. 49) c) Suhu Untuk melakukan deteksi terhadap terjadinya gejala infeksi. Salah satu gejala infeksi adalah peningkatan suhu > 38oC. (APN 2008, h. 47) d) Respirasi Untuk melakukan deteksi terhadap terjadinya gejala syok. Salah satu gejala syok adalah napas cepat ( > 30 x/ menit) (APN 2008, h. 49). Selain untuk penilaian tersebut, penghitungan respirasi sangat penting untuk dilakukan pada pasien PEB, karena salah satu syarat pemberian MgSo4 adalah nilai respirasi > 16 x/ menit. (Prawirohardjo 2009, h. 547) 4) Antopometri a) Berat badan Peningkatan berat badan sebanyak 0,5 kg/ minggu merupakan keadaan yang norma, tetapi apabila seorang wanita mengalami peningkatan berat badan lebih dari 1 kg dalam 1 minggu atau sebanyak 3 kg dalam 1 bulan maka perlu dicurigai adanya preeklampsia. (Reeder 2011, h. 242) Selain itu, pemeriksaan berat badan juga digunakan untuk mengetahui apakah pasien mengalami obesitas atau tidak.

57

Salah satu faktor risiko terjadinya PEB adalah adanya obesitas. (Bothamley (2011, h. 194) b) Tinggi badan Tubuh yang pendek dapat menjadi indikator gangguan genetik. Karena itu, jika ditemukan pasien denga tinggi badan dibawah rata-rata, maka perlu konsul dengan konselor genetik tentang perlunya evaluasi Sindrom Turner. (Wheeler 2004, h. 71) c) Lingkar lengan atas (LILA) Lila diukur dengan menggunakan pita lila dengan satuan senti meter (cm). Jika ditemukan lila < 23,5 cm menunjukan ibu mengalami kurang gizi. (Choirian 2014, h. 49) 5) Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik adalah salah satu teknik pengumpulan data untuk

mengetahui

keadaan

fisik

dan

keadaan

kesehatan.

(Ambarwati 2009, h. 119) a) Kepala (1) Muka/ wajah Pada inspeksi wajah, tentukan ada atau tidaknya kloasma gravidarum dan edema wajah. (Wirakusumah 2010, h. 88)

58

Pada daerah muka / wajah dilihat kesimetrisan muka, apakah kulitnya normal, pucat, sianosis, atau ikterus. (Tambunan 2012, h. 66) (2) Mata Menurut Tambunan (2012, h. 67), tujuan pengkajian mata adalah untuk mengetaahui bentuk dan fungsi mata. Dalam setiap pengkajian selalu dibandingkan antara mata kanan dan mata kiri. Teknik yang digunakan adalah inspeksi. Dalam inspeksi yang dikaji adalah bagian-bagian mata (bola mata, kelopak mata, konjungtiva, sklera, dan pupil), ketajaman penglihatan (visus), dan pemeriksaan lapangan pandangan. Pada pasien PEB ada kemungkinan terjadi gangguan visus/ pandangan menjadi kabur. (3) Hidung Hidung dikaji untuk mengetahui keadaan bentuk dan fungsi hidung. Perhatikan perubahan warna kulit hidung, skresi dan adanya pembengkakan. (Tambunan 2012, hh. 7980) (4) Mulut Dikaji untuk melihat adanya ketidaknormalan seperti bibir sumbing, warna bibir yang tidak normal, ulkus, lesi, dan massa. Pada pemeriksaan gigi, yang perlu dikaji adalah

59

ukuran, warna, lesi, adanya karang gigi, karies, ataupun jumlah gigi yang tanggal. (Tambunan 2012, hh. 81-82) (5) Telinga Pengkajian telinga secara umum bertujuan untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga, dan pendengaran. (Tambunan 2012, h. 77) b) Leher Tujuan pengkajian leher adalah untuk mengetahui bentuk leher, serta organ-organ penting yang berkaitan. Pengkajian dimulai dari inspeksi kemudian palpasi. Inspeksi dilakukan untuk melihat apakah ada kelainan kulit termasuk keadaan pucat, ikterus, sianosis, dan ada tidaknya pembengkakan. Pemeriksaan palpasi ditujukan untuk melihat apakah ada massa yang teraba pada kelenjar limfe, kelenjar tiroid dan trakea. (Tambunan 2012, h. 83) c) Dada Pada pemeriksaan dada, tentukan bentuk buah dada, pigmentasi puting susu dan aerola, keadaan puting susu, serta ada tidaknya kolostrum. (Wirakusumah 2010, h. 88) d) Perut Pada inspeksi perut, tentukan apakah perut membesar ke depan atau ke samping (pada asites misalnya membesar kesamping), keadaan pusat, pigmentasi di linea alba,

60

penampakan gerakan anak atau kontraksi rahim, adanya striae gravidarum atau bekas luka. Pada palpasi perut, tentukan besar rahim sehingga dapat ditentukan tuanya kehamilan dan perkiraan berat janin dalaam kandungan, serta tentukan letak anak dalam rahim melalui pemeriksaan Leopold. Pada auskultasi perut, tentukan denyut jantung janin (DJJ). Pada presentasi biasa (letak kepala), tempat ini berada di sebelah kiri atau kanan dibawah pusat. Jika bagian- bagian anak belum dapat ditentukan, bunyi jantung harus dicari pada garis tengah diatas symphysis. (Wirakusumah 2010, hh. 88-95) e) Genetalia Pada inspeksi vulva, tentukan keadaan perineum, adanya varises,

tanda

Chadwick,

kondilomata,

atau

fluor.

(Wirakusumah 2010, h. 88) Jika uretra terpasang kateter, lihat jumlah urine yang tertampung dalam urine bag, karena salah satu syarat pemberian MgSo4 adalah jumlah urine minimal 30 ml/ jam. (Prawirohardjo 2009, h. 547) f) Ekstremitas Pada pemeriksaan ekstremitas, cari adanya varises, refleks patella, edema, luka, atau sikatriks pada lipat paha. (Wirakusumah 2010, h. 88)

61

Pada pasien dengan preeklampsi berat, pemeriksaan refleks patella harus (+), karena salah satu syarat pemberian MgSo4 adalah refleks patella (+). (Prawirohardjo 2009, h. 547) g) Pemeriksaan penunjang/ laboratorium Tujuan

tes

laboratorium

komplikasi-komplikasi

dalam

adalah

untuk

kehamilan.

mendeteksi Macam

tes

laboratorium dalam asuhan kehamilan yang merupakan kompetensi bidan adalah: (1) Tes hemoglobin darah (Hb) Tujuan pemeriksaan Hb adalah untuk mengetahui kadar Hb pada ibu hamil dan untuk mendeteksi anemia gravidarum (2) Tes protein urin Tujuan pemeriksaan protein urin adalah untuk mengetahui kadar protein dalam urin dan untuk mendeteksi preeklampsi dalam kehamilan (3) Tes glukosa urin Tujuan pemeriksaan glukosa urin adalah untuk mengetahui kadar glukosa dalam urin dan untuk mendeteksi diabetes mellitus gravidarum. (Pantiawati Saryono 2010, h. 119)

62

2. Interpretasi data dasar Menurut Sujianti (2010, h. 148), interpretasi data dasar meliputi: a) Diagnosa kebidanan Rumusan diagnosa merupakan kesimpulan dari kondisi klien. Dalam kasus preeklampsi berat, maka perumusan diagnosa adalah sebagai berikut. Diagnosa : Ny. X umur x tahun Gx Px Ax usia kehamilan x minggu inpartu dengan preeklamsi berat. Dasar

:

(1) Data Subjektif Data subjektif yang berhubungan dengan kasus ibu bersalin dengan PEB antara lain: identitas (biodata), keluhan utama seperti sakit kepala, penglihatan kabur, nyeri didaerah epigastrium, mual dan muntah, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu seperti riwayat preeklamsi yang lalu, adanya kehamilan ganda, mola hidatidosa, riwayat kehamilan sekarang, pola makan, pola eliminasi, riwayat kesehatan atau penyakit, riwayat kesehatan keluarga, riwayat psikososial. (2) Data Objektif Data objektif yang berkaitan dengan PEB antara lain: keadaan umum, tanda-tanda vital meliputi tekanan darah, nadi, suhu, respirasi. Pemeriksaan fisik antara lain adanya edema pada wajah, ekstremitas atas dan bawah, pemeriksaan abdomen

63

yaitu pemeriksaan leopold, pemeriksaan genetalia dan volume urin, pemeriksaan labaratorium seperti protein urin, trombosit. b) Masalah Masalah dirumuskan bila bidan menemukan kesenjangan yang terjadi pada respon ibu terhadap persalinan. Masalah ini terjadi pada ibu tetapi belum termasuk dalam rumusan diagnosa yang ada, tetapi masalah tersebut membutuhkan penanganan/ intervensi bidan, maka masalah dirumuskan setelah diagnosa. 3. Identifikasi diagnosis/ masalah potensial Pada langkah ini, kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian diagnosis dan masalah yang sudah teridentifikasi. Berdasarkan temuan tersebut, bidan dapat melakukan antisipasi agar diagnosis/ masalah tersebut tidak terjadi. Selain itu, bidan harus bersiap-siap apabila diagnosis/ masalah tersebut benarbenar terjadi. (Mangkuji 2012, h. 5) Pada kasus ibu bersalin dengan preeklampsi berat diagnosa potensial yang bisa timbul adalah eklampsia atau kejang. Antisipasi yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian MgSo4 40 % dengan dosis awal 4 gr dan dosis rumatan 1 gr habis dalam waktu 1 jam (Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan 2013, h. 113).

64

4. Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera Pada

langkah

ini,

yang

dilakukan

oleh

bidan

adalah

mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi klien. Ada kemungkinan, data yang kita peroleh memerlukan tindakan yang harus segera dilakukan oleh bidan, sementara kondisi yang lain masih bisa menunggu beberapa waktu lagi. (Mangkuji 2012, h. 6) Pada kasus ibu bersalin dengan preeklampsi berat, tindakan segera yang perlu dilakukan adalah melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis obsgyn (dr. Spog) untuk konsultasi mengenai tindakan ataupun asuhan kebidanan yang hendak dilakukan. 5. Perencanaan asuhan yang menyeluruh Pada langkah ini, direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Rencana asuhan yang menyeluruh pada pasien preeklampsi berat tidak hanya meliputi hal yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi dilihat juga dari apa yang akan diperkirakan terjadi selanjutnya, apakah dibutuhkan konseling dan apakah perlu merujuk klien. (Mangkuji 2012, h. 6) Menurut Sofian (2011, h. 146), rencana asuhan yang menyeluruh pada pasien dengan PEB adalah sebagai berikut. a. Minta ibu untuk istirahat jika kontraksi tidak ada

65

b. Anjurkan untuk diit cukup protein, rendah karbohidrat, lemak, dan garam secukupnya. (Prawirohardjo 2009, h. 544) c. Lakukan pemeriksaan fisik tiap jam, meliputi tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi pernapasan, reflek patella dan jumlah urine. (Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan 2013, h. 113) d. Berikan MgSo4 40 % sesuai prosedur untuk mencegah kejang dengan dosis awal 4 gr dan dosis rumatan 6 gr. e. Berikan obat antihipertensi nifedipin 4 x 10-30 mg peroral bila tekanan darah sistolik ≥ 180 mmHg, diastolik ≥ 110 mmHg. (Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan 2013, h. 114) f. Berikan Ca Glukonas 1 gr IV ( 10ml larutan 10%) bolus dalam 10 menit jika terjadi depresi napas. g. Lakukan monitoring input cairan (melalui oral ataupun infus) dan output cairan (melalui urin) untuk memperoleh keseimbangan cairan dan menghindari terjadinya edema paru. (Prawirohardjo 2009, h. 546) h. Lakukan persalinan menggunakan ekstrasi vakum atau forseps untuk mempersingkat kala II, karena ibu dilarang mengejan. i. Hindari penggunaan meterghin postpartum kecuali bila terjadi perdarahan yang disebabkan atonia uteri.

66

6. Pelaksanaan Pada langkah keenam ini, kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan rencana asuhan yang sudah dibuat pada langkah ke-V secara aman dan efisien. Kegiatan ini bisa dilakukan oleh bidan atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukan sendiri, bidan tetap memiliki tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksananya. Pada situasi seperti ini, bidan harus berkolaborasi dengan tim kesehatan lain atau dokter. Dengan demikian, bidan harus bertanggung jawab atas terlaksananya rencana asuhan yang menyeluruh yang telah dibuat bersama tersebut. (Mangkuji 2012, h. 6) 7. Evaluasi Pada langkah terakhir ini, yang dilakukan oleh bidan adalah: a) Melakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan, yang mencakup pemenuhan kebutuhan, untuk menilai apakah sudah benar-benar terlaksana/ terpenuhi sesuai dengan kebutuhan yang telah teridentifikasi dalam masalah dan diagnosis b) Mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui mengapa proses manajemen ini tidak efektif. (Mangkuji 2012, hh. 5-6)

BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. TINJAUAN KASUS

MANAJEMEN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN NY. R USIA 19 TAHUN G1P0A0 USIA KEHAMILAN 39 MINGGU 2 HARI DENGAN PEB DI RUANG TERATAI RSUD CILACAP TAHUN 2015

Tanggal masuk : 10 April 2015

Tanggal pengkajian : 10 April 2015

Jam masuk

: 15.15 WIB

Jam pengkajian

: 19.30 WIB

Tempat

: Ruang Teratai

Pengkaji

: Imung H.

No. RM

: 986241

1. PENGKAJIAN a. DATA SUBJEKTIF 1) Identitas Nama istri

: Ny. R

Nama suami : Tn. A

Umur

: 19 Tahun

Umur

: 20 Tahun

Agama

: Islam

Agama

: Islam

Suku/bangsa

: Jawa/ Indonesia

Suku/bangsa :Jawa/ Indonesia

Pendidikan

: SD

Pendidikan

: SMP

Pekerjaan

: IRT

Pekerjaan

: Swasta

68

Alamat

: Muktisari RT 04/ V Gandrung Mangu

2) Alasan Masuk Tanggal 10 April 2015 pukul 15. 30 WIB pasien rujukan dari Puskesmas

Gandrungmangu I Ny. R G1P0A0 usia kehamilan 39

minggu 2 hari dengan Preeklampsi ringan (PER). Hasil pemeriksaan protein urin 2+ dan tekanan darah 140/90 mmHg. Terapi yang telah diberikan di puskesmas yaitu infus RL 500 ml + MgSo4 40 % 4 gr secara intravena perbolus untuk dosis awal dan dosis lanjutan MgSo4 40 % 6 gr dengan kecepatan 28 tetes per menit selama 6 jam, O2 3 liter/ menit, serta terpasang dower kateter. Di ruang VK IGD, asuhan kebidanan yang telah diberikan kepada pasien sesuai dengan rekam medik pasien antara lain: a) Melakukan penapisan tanda-tanda impending eklampsia. Hasil: ibu mengatakan tidak pusing, tidak merasa mual, pandangan jelas, dan ulu hati tidak sakit. b) Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dan antopometri. Hasil: TD 150/ 100 mmHg

N 100 x/ menit

R 20 x/ menit

S 37,20C

BB 58 Kg

TB 152 cm

c) Mengukur TFU, melakukan pemeriksaan Leopold, DJJ, dan kontraksi. Hasil: TFU 29 cm, Leopold I teraba bokong janin, Leopold II bagian kanan teraba punggung dan bagian kiri teraba ekstremitas

69

janin, Leopold III teraba kepala dan sudah masuk panggul, Leopold IV divergen 3/5 bagian. d) Melakukan pemeriksaan pada ekstremitas bagian bawah. Hasil: kedua kaki oedema, reflek patella kanan dan kiri (+), tidak ada varises, dan pergerakan aktif. e) Melakukan pemeriksaan dalam. Hasil: Konsistensi serviks lunak, belum ada pembukan, pendataran serviks 0 % karena belum ada pembukaan, letak portio anteversiofleksi karena pada saat pemeriksaan portio bagian depanlah yang teraba terlebih dahulu oleh jari karena portio menghadap agak ke belakang, dan tidak ada lendir darah di sarung tangan f) Melakukan pemeriksaan laboratorium lengkap dan urin rutin Hasil: Hb 12,5 gr/ dl, Protein urin 3+, HBsAg non reaktif, dan GDS 77 mg/dl g) Melakukan kolaborasi dengan dr. SpOGn untuk mengetahui tindakan segera yang harus diberikan kepada pasien. Hasil: lanjutkan manajemen atau penatalaksanaan PEB, terminasi kehamilan dengan induksi misoprostol 50 mcg per oral/ 6 jam/ tab IV seri I, berikan obat antihipertensi nifedipin 10 mg per oral jika diperlukan (tekanan darah diastole ≥ 110 mmHg), berikan O2 3 - 4 lt/ menit, evaluasi kemajuan persalinan tiap 6 jam, dan pindah ke Ruang Teratai.

70

Pukul 17.15 WIB, pasien telah dipindah ke Ruang Teratai. Asuhan kebidanan yang diberikan kepada pasien di Ruang Teratai sampai dengan pukul 19.30 adalah sebagai berikut: a) Melakukan penapisan tanda-tanda impending eklampsia. Hasil: ibu mengatakan tidak pusing, tidak merasa mual, pandangan jelas, dan ulu hati tidak sakit. b) Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital Hasil: TD 150/ 100 mmHg R 20 x/ menit

N 100 x/ menit S 37,30C

c) Memberikan O2 4 lt/ menit d) Melanjutkan

manajemen

penatalaksanaan

PEB

dengan

memberikan MgSo4 40 % 6 gr + RL 500 ml dengan menggunakan infus pump 87 ml/jam pada pukul 17.30 WIB. e) Menjalankan program terminasi kehamilan dengan induksi misoprostol 50 mcg per oral/ 6 jam/ tab IV seri I pada pukul 17.30 WIB. f) Melakukan pemeriksaan DJJ setiap 1 jam. Hasil: pukul 18.30 WIB DJJ 148 x/ menit, pukul 19.30 WIB DJJ 145 x/ menit. 3) Keluhan utama Ibu mengatakan tekanan darahnya tinggi, kakinya terasa pegel-pegel karena bengkak, tidak merasa mual, pandangan jelas, tidak pusing, dan ulu hati tidak sakit.

71

4) Riwayat menstruasi Menarche usia 13 tahun, siklus 28 hari, teratur, banyaknya ganti pembalut 2-3 kali ganti pembalut/ hari, lama haid 6 hari, dan keluhan saat haid tidak ada. 5) Riwayat kehamilan yang pertama Ibu mengatakan ini adalah kehamilan yang pertama 6) Riwayat kehamilan sekarang a) G P A

: G1P0A0

b) HPHT

: 09 Juli 2014

c)

: 16 April 2015

HPL

d) Usia kehamilan

: 39 Minggu 2 hari

e) Gerakan janin

: ibu mengatakan gerakan janin dalam 24 jam terakhir > 10 kali, kuat. Gerakan pertama dirasakan oleh ibu pada saat UK ± 4 bulan.

f) Imunisasi TT

: 1 kali, yaitu pada tanggal 04 Januari 2014

g) Kecemasan

: ibu merasa cemas dengan keadaan saat ini

h) Tanda-tanda bahaya

: tekanan darah tinggi, kaki bengkak, dan protein urin +

i)

Tanda-tanda persalinan : belum ada

72

7) Riwayat penyakit yang pernah diderita Ibu mengatakan tidak pernah dioperasi, tidak pernah menderita penyakit gula, tekanan darah tinggi, jantung, asma, TBC, kanker, maupun penyakit menular seksual. 8) Riwayat penyakit keluarga Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit gula, tekanan darah tinggi, jantung, asma, TBC, kanker, maupun penyakit menular seksual serta tidak ada riwayat keturunan kembar maupun cacat bawaan. 9) Riwayat kontrasepsi/ keluarga berencana (KB) Ibu mengatakan sebelum hamil belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun. 10) Riwayat sosial ekonomi Status perkawinan sah, menikah 1 kali, lama menikah ± 1 tahun, menikah pertama pada umur 18 tahun. Suami dan keluarga mendukung kehamilan ini, pengambilan keputusan dalam keluarga adalah musyawarah, keluarga cemas dengan kondisi saat ini. 11) Activity daily living a) Pola nutrisi (1) Makan

: makan terakhir jam 18.30 WIB, jenis nasi, sayur, lauk, porsi 1 box makan

yang

rumah sakit.

disediakan

pihak

73

(2) Minum

: Minum terakhir pukul 19.00, jenis air putih, banyaknya ± 1 gelas

(3) Pantangan / keluhan

: tidak ada

b) Pola eliminasi (1) BAK

: menggunakan kateter. Jumlah urin yang tertampung dalam urine bag ± 200 cc , warna kuning.

(2) BAB

: BAB terakhir ± pukul 06.00 WIB konsistensi lunak, warna kuning, dan tidak ada keluhan.

c) Pola istirahat dan tidur (1) Tidur siang

: Hari ini ibu mengatakan tidak bisa tidur siang karena cemas.

(2) Tidur malam

: ibu mengatakan tadi malam bisa tidur selama 7-8 jam.

d) Pola aktivitas Aktivitas saat ini ibu sedang berbaring. e) Personal hygiene Ibu mengatakan mandi terakhir pada pukul 08.30 WIB. f) Pola kebiasaan sehari-hari Ibu mengatakan tidak memiliki kebiasaan merokok, minumminuman keras, konsumsi obat terlarang, dan minum jamu.

74

g) Pola kebiasaan seksual Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual terakhir saat usia kehamilan 6 bulan. b. DATA OBJEKTIF 1) Pemeriksaan umum a) Keadaan umum

: baik

b) Kesadaran

: composmentis

2) Tanda-tanda vital a) Tekanan darah

: 160/ 110 mmHg

b) Nadi

: 92 kali/ menit

c) Suhu

: 37,3 oC

d) Respirasi

: 22 kali/ menit

3) Antopometri a) Berat badan

: BB sebelum hamil: 45 Kg BB sekarang: 58 Kg. Kenaikan BB selama hamil 13 Kg.

b) Tinggi badan

: 152 cm

c) LILA

: 24 cm

d) Pemeriksaan fisik (1) Kepala (a) Muka

: bersih, tidak pucat, tidak ada cloasma, dan tidak ada oedem.

75

(b) Mata

: simetris, conjungtiva merah muda, dan sclera putih

(c) Hidung

: simetris, tidak

ada pembesaran

polip (d) Mulut

: bersih, tidak ada caries gigi, tidak ada gigi berlubang, dan tidak ada sariawan.

(e) Telinga

: simetris kanan dan kiri, serta tidak ada gangguan pendengaran

(2) Leher

: tidak

ada pembesaran kelenjar

tyroid maupun kelenjar limfe. (3) Payudara

: simetris, putting susu menonjol, areola mamae menghitam, tidak ada benjolan abnormal, tidak ada nyeri

tekan,

colostrum

belum

keluar. (4) Perut

: ada strie gravidarum, tidak ada luka bekas operasi, pembesaran perut sesuai umur kehamilan

(a) Leopold

:

i. Leopold I : TFU berada dipertengahan pusat dan prosesus xipodeus, teraba bulat, lunak, dan tidak melenting yaitu bokong janin.

76

ii. Leopold II: sebelah kanan teraba keras, memanjang seperti papan yaitu punggung janin, sebelah kiri teraba bagianbagian terkecil janin yaitu ekstremitas janin. iii. Leopold III: bagian terbawah janin teraba bulat, keras, dan melenting, sudah tidak bisa digerakkan karena kepala sudah masuk panggul. iv. Leopold IV : divergen, kepala sudah masuk 3/5 bagian (b) TFU

: 29 cm

(c) TBJ

: 2790 gram

(d) DJJ

: 142 kali/ menit, teratur

(e) Kontraksi

: belum ada

(5) Genetalia

: bersih, belum ada pengeluaran pervaginam,

uretra

terpasang

dower kateter (6) Ekstremitas (a) Atas

: : simetris, tidak ada oedem,

pergerakan aktif,

terpasang selang infus RL + MgSo4 40 % 6 gr dengan infus pump 87 ml/ jam di tangan kanan.. (b) Bawah : kedua kaki oedem, reflek patella positif kanan dan kiri, tidak ada varises, dan pergerakan aktif.

77

(7) Pemeriksaan penunjang

:

Tanggal 10 April 2015

Pukul 16.30 WIB

Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan Hematologi Pemeriksaan Darah Rutin Hemoglobin Leukosit Hematokrit Eritrosit Trombosit MCV MCH MCHC RDW Golongan darah O HEMOSTASIS Waktu perdarahan Waktu Pembekuan Diabetes Gula darah sewaktu Imunologi HBsAg

Hasil

Satuan

Nilai Normal

12,5 8.260 38 4,5 340.000 85,5 27,9 L 32,6 13,9

g/ dl /uL % 106/uL /uL FL Pg % %

14,0 - 16,0 4.800 - 10.800 37 – 47 4,2 - 5,4 150.000 - 450.000 79,0 - 99,0 27,0 - 31,0 33,0 - 37,0 11,5 - 14,5

4 10

Menit Menit

1–7 9 – 17

77

mg/ dl

60-200

Non reaktif

Non reaktif

Tabel 4.2 Hasil pemeriksaan urin

Pemeriksaan Urin rutin Kimia Berat Jenis PH Protein Reduksi Uroblinogen Bilirubin Leukosit Nitrit Keton

Hasil

1, 010 6,0 3+ Negative Negative Negative Negative Negative Negative

Satuan

Nilai Normal 1,003 – 1,030 5,5 – 8,5 Negative Negative Negative Negative Negative Negative Negative

78

(8) Pemeriksaan dalam

:

Tanggal 10 April 2015

Pukul 15.20 WIB

Atas indikasi untuk mengetahui pembukaan dan kemajuan persalinan. Hasil: Konsistensi serviks lunak, belum ada pembukan, pendataran serviks

0 % karena belum ada pembukaan, letak portio

anteversiofleksi karena pada saat pemeriksaan portio bagian depan yang teraba terlebih dahulu oleh jari karena portio menghadap agak ke belakang, dan tidak ada lendir darah di sarung tangan. (9) Program terapi yang diberikan (data rekam medis) Tabel 4.3 program terapi yang diberikan No

1

2

Nama Obat

Jumlah Dosis Tanggal Waktu

6 gr dalam MgSo4 40 % RL 500 cc

Misoprostole

200 mcg

1 gr/ jam

50 mcg/ oral/ 6 jam

10 April 2015 11 April 2015 10 April 2015 11 April 2015

11.30 WIB 17.30 WIB 23.30 WIB 05.30 WIB 17.30 WIB 23.30 WIB 05.30 WIB 11.30 WIB

Tempat Pemberian Puskesmas Gandrungmangu I RSUD Cilacap RSUD Cilacap RSUD Cilacap RSUD Cilacap RSUD Cilacap RSUD Cilacap RSUD Cilacap

79

2. INTERPRETASI DATA DASAR a. Diagnosa Kebidanan: Ny. R usia 19 tahun G1P0A0 usia kehamilan 39 minggu 2 hari dengan PEB dan kondisi janin baik. Data dasar : 1) Data Subjektif a) Ibu mengatakan namanya Ny. R dan usianya 19 tahun b) Ibu mengatakan ini adalah kehamilan pertama dan belum pernah keguguran c) Ibu mengatakan HPHT tanggal 09 Juli 2014 d) Alasan masuk: Ibu mengatakan masuk ke rumah sakit karena dirujuk Puskesmas Gandrungmangu I, karena tekanan darahnya tinggi dan kakinya bengkak. e) Ibu mengatakan pandangannya jelas, tidak pusing, tidak mualmual, dan ulu hati tidak sakit. 2) Data Objektif a) KU baik, kesadaran composmentis b) Tanda-tanda vital (1) Tekanan darah

: 160/ 110 mmHg

(2) Nadi

: 92 kali/ menit

(3) Suhu

: 37,3 oC

(4) Respirasi

: 22 kali/ menit

80

c) Perut

: ada strie gravidarum, tidak ada luka bekas operasi, pembesaran perut sesuai umur kehamilan

(1) Leopold

:

(a) Leopold I : TFU berada dipertengahan pusat dan prosesus xipodeus, teraba bulat, lunak, dan tidak melenting yaitu bokong janin. (b) Leopold II: sebelah kanan teraba keras, memanjang seperti papan yaitu punggung janin, sebelah kiri teraba bagian-bagian terkecil janin yaitu ekstremitas janin. (c) Leopold III: bagian terbawah janin teraba bulat, keras, dan melenting, sudah tidak bisa digerakkan karena kepala sudah masuk panggul. (d) Leopold IV : divergen, kepala sudah masuk 3/5 bagian (2) TFU

: 29 cm

(3) TBJ

: 2790 gram

(4) DJJ

: 142 kali/ menit, teratur

(5) Kontraksi

: belum ada

d) Ekstremitas (1) Atas

: : simetris, tidak ada oedem, pergerakan aktif,

terpasang selang infus RL + MgSo4 40 % 6 gr dengan infus pump 87 ml/ jam di tangan kanan.

81

(2) Bawah

: kedua kaki oedem, reflek patella + kanan dan kiri,

tidak ada varises, dan pergerakan aktif. e) Pemeriksaan penunjang

: Hb 12,5 gr/ dl, Protein urin 3+,

HBsAg non reaktif, dan GDS 77 mg/dl f) Pemeriksaan dalam

: Konsistensi serviks lunak, belum

ada pembukan, pendataran serviks 0 % karena belum ada pembukaan, letak portio anteversiofleksi karena pada saat pemeriksaan portio bagian depanlah yang teraba terlebih dahulu oleh jari karena portio menghadap agak ke belakang, dan tidak ada lendir darah di sarung tangan. b. Masalah

: 1) Ibu merasa cemas dengan keadaan saat ini 2) Usia ibu risiko tinggi (terlalu muda = 19 tahun)

c. Kebutuhan

: 1) memberikan dukungan dan motivasi untuk mengurangi rasa cemas ibu 2) memberitahu kepada ibu bahwa usia terlalu muda atau kurang dari 20 tahun, dimana kondisi panggul belum berkembang secara optimal dan kondisi mental yang belum siap menghadapi kehamilan dan menjalankan peran sebagai ibu memiliki risiko bayi lahir belum cukup bulan, perdarahan dapat terjadi sebelum bayi lahir dan setelah bayi lahir, sehingga diharapkan ibu dapat

menjarangkan

kehamilannya

dengan

menggunakan kontrasepsi yang efektif, sebelum ibu

82

memprogramkan kehamilan kembali karena mengingat usia ibu yang masih terlalu muda. 3. IDENTIFIKASI

DIAGNOSIS/

MASALAH

POTENSIAL

DAN

ANTISIPASI Diagnosa potensial: a. Bagi ibu Antisipasi

: Eklampsi : pemberian obat anti konvulsan berupa MgSo4 40%, pemberian obat anti hipertensi berupa nifedipin per oral jika diastole ≥ 110, dan pemberian O2 4 liter/ menit.

b. Bagi janin Antisipasi

: Gawat janin : pemberian O2 4 liter/ menit dan posisi tidur miring kiri.

4. IDENTIFIKASI

KEBUTUHAN

YANG

MEMERLUKAN

PENANGANAN SEGERA Tidak ada

5. PERENCANAAN ASUHAN YANG MENYELURUH Tanggal : 10 April 2015

Pukul : 19.40 WIB

a. Beritahu ibu dan keluarga tentang kondisi ibu saat ini dalam rangka pemberian informed choice b. Lakukan informed consent kepada ibu dan keluarga sebagai tanda persetujuan tindakan pertolongan persalinan c. Beri dukungan psikologis untuk mengurangi kecemasan ibu

83

d. Anjurkan pada ibu untuk makan dan minum saat tidak ada kontraksi e. Anjurkan pada ibu untuk istirahat jika tidak ada kontraksi f. Lakukan monitoring input cairan dan output cairan untuk memperoleh keseimbangan cairan g. Lanjutkan manajemen penatalaksanaan PEB sesuai dengan jadwal yang ditetapkan h. Lanjutkan program terminasi kehamilan dengan induksi misoprostol 50 mcg per oral/ 6 jam/ tab IV seri I sesuai dengan jadwal yang ditetapkan i. Berikan obat antihipertensi nifedipin 10 mg per oral jika diperlukan (tekanan darah diastole ≥ 110 mmHg) j. Evaluasi kemajuan persalinan tiap 6 jam k. Lakukan Pemeriksaan fisik tiap jam, meliputi tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi pernapasan, reflek patella, dan DJJ, pemeriksaan suhu tiap 4 jam, pemeriksaan dalam untuk mengetahui kemajuan persalinan tiap 6 jam

6. PELAKSANAAN Tanggal : 10 April 2015

Pukul : 19.45 WIB

a. Memberikan informed choice dengan cara memberitahu ibu dan keluarga tentang kondisi ibu saat ini bahwa ibu mengalami keracunan dalam kehamilan, sehingga ibu perlu dirawat di rumah sakit untuk mengakhiri kehamilannya, serta ibu tidak diperbolehkan untuk turun dari tempat tidur.

84

b. Melakukan informed consent kepada ibu dan keluarga sebagai tanda persetujuan tindakan pertolongan persalinan. Keluarga yang memberikan informed consent secara tertulis adalah suami ibu. c. Memberi dukungan psikologis untuk mengurangi kecemasan ibu dengan meminta ibu untuk relax dan santai, kondisi ibu saat ini jangan dipikirkan, selalu berpikir positif, dan ibu harus yakin bahwa ibu bisa melewatinya sehingga ibu dan janin sehat. d. Menganjurkan pada ibu untuk makan dan minum saat tidak ada kontraksi e. Menganjurkan pada ibu untuk istirahat jika tidak ada kontraksi f. Melakukan monitoring input cairan melalui jumlah cairan yang masuk baik yang masuk lewat oral maupun parental serta output cairan melalui jumlah urin yang keluar lewat kateter dan pengeluaran rata-rata tubuh (Index Weight Lose) untuk memperoleh keseimbangan cairan g. Melanjutkan manajemen penatalaksanaan PEB sesuai dengan jadwal yang ditetapkan h. Melanjutkan program terminasi kehamilan dengan induksi misoprostol 50 mcg per oral/ 6 jam/ tab IV seri I sesuai dengan jadwal yang ditetapkan i. Memberikan obat antihipertensi nifedipin 10 mg per oral jika diperlukan (tekanan darah diastole ≥ 110 mmHg) j. Mengevaluasi kemajuan persalinan tiap 6 jam

85

k. Melakukan Pemeriksaan fisik tiap jam, meliputi tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi pernapasan, reflek patella, dan DJJ, pemeriksaan suhu tiap 4 jam, pemeriksaan dalam untuk mengetahui kemajuan persalinan tiap 6 jam. 7. EVALUASI Tanggal : 10 April 2015

Pukul : 19.50 WIB

a. Ibu dan keluarga telah mengetahui tentang kondisi ibu saat ini, bahwa ibu mengalami keracunan dalam kehamilan b. Ibu dan keluarga telah memberikan informed consent sebagai tanda persetujuan tindakan pertolongan persalinan. Sebagai tanda persetujuan tersebut, yang memberikan tanda tangan persetujuan adalah suami ibu, yaitu Tn. A. c. Ibu telah diberikan dukungan psikologis untuk mengurangi kecemasan ibu. Hasil dari pemberian dukungan tersebut ibu masih cemas, sehingga dukungan dan motivasi masih perlu dilakukan. d. Ibu bersedia untuk makan dan minum saat tidak ada kontraksi e. Ibu bersedia untuk istirahat jika tidak ada kontraksi f. Melakukan monitoring input cairan melalui jumlah cairan yang masuk baik yang masuk lewat oral maupun parental serta output cairan melalui jumlah urin yang keluar lewat kateter dan dan pengeluaran rata-rata tubuh (Index Weight Lose) untuk memperoleh keseimbangan cairan telah dilakukan. Hasil monitoring:

86

Tabel 4.8 Pemantauan balance cairan tanggal 10 April 2015 Input Cairan Oral Parental 250 cc 515 cc 23.30 BC = (250+515) – (500+145) 765 – 645 = +120 Hasil pemantauan balance cairan: Pukul

Output Cairan Urin IWL 500 cc 145

Pukul 23.30 WIB Ny R kelebihan cairan. Untuk menghindari oedema paru dilakukan tindakan membatasi cairan oral yang masuk. Tabel 4.9 Pemantauan balance cairan tanggal 11 April 2015 Pukul 05.30

11.30

17.30

23.30

Input Cairan Output Cairan Oral Parental Urin IWL 250 cc 515 cc 500 cc 145 BC = (250+515) – (500+145) 765 – 645 = +120 300 cc 515 cc 700 cc 145 BC = (300+515) – (700+145) 815 – 845 = - 30 250 cc 515 cc 600 cc 145 BC = (250+515) – (600+145) 775 – 745 = +30 375 cc 500 cc 700 cc 145 BC = (375+500) – (700+145) 875 – 845 = +30

Hasil pemantauan balance cairan: Pukul 05.30 WIB Ny R kelebihan cairan. Untuk menghindari oedema paru dilakukan tindakan membatasi cairan oral yang masuk. Pukul 11.30 WIB Ny R kekurangan cairan. Untuk menghindari dehidrasi dilakukan tindakan menambah cairan oral yang masuk. Pukul 17.30 WIB Ny R kelebihan cairan. Untuk menghindari oedema paru dilakukan tindakan membatasi cairan oral yang masuk.

87

Pukul 23.30 WIB Ny R kelebihan cairan. Untuk menghindari oedema paru dilakukan tindakan membatasi cairan oral yang masuk. Tabel 4.10 Pemantauan balance cairan tanggal 12 April 2015 Pukul 05.30

Input Cairan Oral Parental 125 cc 500 cc BC = (125+500) – (400+145) 625 – 545 = +80

Output Cairan Urin IWL 400 cc 145

Hasil pemantauan balance cairan: Pukul 05.30 WIB Ny R kelebihan cairan. Untuk menghindari oedema paru dilakukan tindakan membatasi cairan oral yang masuk. g. Manajemen penatalaksanaan PEB 1 x 24 jam sebelum terminasi kehamilan telah dilanjutkan, dengan jadwal sebagai berikut: Tabel 4.4 Program manajemen PEB Nama Obat Jumlah Dosis Tanggal Waktu

6 gr dalam MgSo4 40 % RL 500 cc

10 April 2015 1 gr/

jam

11 April 2015

11.30 WIB 17.30 WIB 23.30 WIB 05.30 WIB

Tempat Pemberian Puskesmas Gandrungmangu I RSUD Cilacap RSUD Cilacap RSUD Cilacap

h. Terminasi kehamilan dengan induksi misoprostol 50 mcg per oral/ 6 jam/ tab IV/ seri I telah dilanjutkan, dengan jadwal sebagai berikut:

88

Tabel 4.5 program terminasi kehamilan Nama Obat

Jumlah

Misoprostole

IV

Dosis

50 mcg/ oral/ 6 jam

Tanggal 10 April 2015

11 April 2015

Waktu 17.30 WIB 23.30 WIB 05.30 WIB 11.30 WIB

Tempat Pemberian RSUD Cilacap RSUD Cilacap RSUD Cilacap RSUD Cilacap

Hasil terminasi kehamilan: Tanggal 11 April 2015 pukul 17.30 program induksi misoprostole 50 mcg/ oral/ 6 jam/ tab IV seri I habis, pembukaan belum ada. Melakukan konsultasi dengan dr. SpOg, hasil konsultasi: mulai induksi dengan oxytocin 5 IU/ 500 ml RL dari 8 tpm s/d his adekuat, observasi his dan DJJ, lakukan amniotomi, evaluasi kemajuan persalinan saat botol habis. i. Telah diberikan obat antihipertensi nifedipin 10 mg per oral dengan uraian sebagai berikut: Tabel 4.6 Pemberian obat antihipertensi Nama Obat

Dosis

Nifedipin

10 mg/ oral

Tanggal

Waktu

10 April 2015

21.30 WIB 05.30 WIB

11 April 2015 19.15 WIB

Tekanan Darah 150/120 mmHg 160/110 mmHg 170/120 mmHg

j. Telah dilakukan evaluasi kemajuan persalinan tiap 6 jam dengan uraian sebagai berikut:

89

Tabel 4.7 Evaluasi kemajuan persalinan No 1 2 3 4

Tanggal 10 April 2015 11 April 2015 11 April 2015 11 April 2015

Waktu 23.30 WIB 05.30 WIB 11.30 WIB 17.30 WIB

Hasil Evaluasi Belum ada pembukaan Belum ada pembukaan Belum ada pembukaan Belum ada pembukaan

k. Pemeriksaan fisik tiap jam, meliputi tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi pernapasan, reflek patella, dan DJJ, pemeriksaan suhu tiap 4 jam, pemeriksaan dalam untuk mengetahui kemajuan persalinan tiap 6 jam telah dilakukan. Hasil pemeriksaan: Tabel 4.11 pemeriksaan fisik tanggal 10 April 2015 Pukul 20.00 21.00 22.00 23.00 23.30 24.00

Tanda – tanda vital TD N R 160/110 96 24 150/120 92 24 140/110 92 24 140/100 96 24 140/90 92 24

S 37,3 36,6

Reflek Patella + + + + +

DJJ 152 145 142 154 128 128

PD

0 cm

Tabel 4.12 pemeriksaan fisik tanggal 11 April 2015 Pukul 01.00 02.00 03.00 04.00 05.00 05.30 06.00 07.00 08.00 09.00 10.00 11.00

Tanda – tanda vital TD N R 140/90 96 24 160/110 92 24 160/100 92 24 150/100 96 24 160/110 92 24 150/110 92 22 150/100 96 24 150/100 84 24 140/100 92 22 140/100 91 22 150/100 108 22

S 36,7 36,2 -

Reflek Patella + + + + + + + + + + +

DJJ 146 148 145 152 145 142 154 128 128 143 135 130

PD

0 cm

90

11.30 141 0 cm 12.00 150/100 96 24 36,7 + 136 13.00 150/120 96 24 + 136 14.00 150/120 92 24 + 140 15.00 160/120 92 28 + 152 16.00 150/110 96 24 36,1 + 150 17.00 160/120 92 24 + 152 17.30 160/120 98 24 + 140 0 cm Tanggal 11 April 2015 Pukul 17.30 program induksi misoprostole 50 mcg/ oral/ 6 jam/ tab IV seri I habis, pembukaan belum ada. Melakukan konsultasi dengan dr. SpOg, hasil konsultasi: mulai induksi dengan oxytocin 5 IU/ 500 ml RL dari 8 tpm s/d his adekuat, observasi his dan DJJ, lakukan amniotomi, evaluasi kemajuan persalinan saat botol habis. 18.00 160/110 92 22 + 148 8 tpm 18.15 12 tpm 18.30 143 16 tpm 18.45 20 tpm 19.00 170/120 92 24 + 142 24 tpm 19.15 28 tpm 19.30 152 32 tpm 19.45 36 tpm 20.00 150/100 96 24 36,7 + 142 40 tpm 21.00 150/100 92 22 + 154 40 tpm 22.00 150/90 88 22 + 128 40 tpm 23.00 140/100 92 24 + 128 40 tpm 23.30 143 40 tpm 24.00 140/90 96 24 36,5 + 152 40 tpm

CATATAN PERKEMBANGAN KALA I Tanggal 12 April 2015 1.

Pukul 00.00 WIB

Subjektif a. Ibu mengatakan merasa kenceng-kenceng semakin sering b. Ibu mengatakan pandangannya jelas, tidak pusing, tidak mual-mual, dan ulu hati tidak sakit

2. Objektif a. Keadaan umum baik, kesadaran composmentis

91

b. TTV : TD : 140/90 mmHg N

: 96 kali/ menit

R

: 24 kali/ menit

S

: 36,50C

c. DJJ : 152 kali/ menit d. HIS : 3x/10’/42” e. Protein urin +3 f. Pemeriksaan dalam Atas indikasi untuk mengetahui kemajuan persalinan. Hasil pemeriksaan: Konsistensi serviks lunak, pendataran 25 %, portio di tengah, pembukan 2cm, selaput ketuban utuh, presentasi belakang kepala, sarung tangan lendir darah (+). g. Program therapi yang diberikan RL 500 ml kosongan 20 tetes per menit 3. Assesmen Ny. R usia 19 tahun G1P0A0 usia kehamilan 39 minggu 4 hari inpartu kala I fase laten dengan PEB dan keadaan janin baik. 4. Planning Tanggal 12 April 2015

pukul 00.00 WIB

a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu sudah memasuki proses persalinan, jalan lahirnya sudah ada pembukaan 2 cm, keadaan janinnya baik, dan kenceng-kenceng yang ibu rasakan akan semakin kuat, sering, dan semakin lama. Evaluasi: ibu sudah mengerti hasil pemeriksaan yang telah dilakukan

92

b. Memberitahu dan meminta persetujuan ibu bahwa ibu akan dilakukan pemecahan selaput ketuban dengan tujuan mempercepat proses persalinan. Evaluasi: ibu mengerti dan memberikan persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan. Aminiotomi dilakukan pada pukul 00.05 WIB, hasil dari amniotomi tersebut yaitu air ketuban jernih, tidak ada mekonium, bau amis, banyaknya ± 50 cc, tidak teraba tali pusat yang menumbung dan tidak teraba bagian – bagian kecil janin. c. Menganjurkan ibu untuk istirahat jika kontraksi tidak ada Evaluasi: ibu bersedia untuk istirahat selama tidak ada kontraksi

d. Menganjurkan pada ibu untuk makan dan minum selama tidak ada kontraksi Evaluasi: ibu bersedia untuk makan roti dan minum teh manis hangat selama tidak ada kontraksi e. Menganjurkan pada ibu untuk tidur miring kiri untuk mempercepat penurunan kepala Evaluasi: ibu bersedia untuk tidur miring kiri f. Mengajarkan pada ibu teknik relaksasi napas dalam untuk mengurangi rasa sakit saat ada kontraksi Evaluasi: ibu bisa melakukan teknik relaksasi yang peneliti ajarkan g. Melakukan pijat relaksasi di pinggang ibu saat ada kontraksi untuk mengurangi rasa sakit. Evaluasi: ibu merasa nyaman dengan pijat relaksasi yang dilakukan l. Menyiapkan perlengkapan ibu dan bayi

93

Evaluasi: perlengkapan ibu dan bayi seperti kain jarit 3, baju atasan ibu 1, pembalut, underpad 2, kain popok 1, kain pernel 1, baju bayi 1, dan topi bayi telah disiapkan. m. Menyiapkan partus set, alat resusitasi bayi baru lahir, dan perlengkapan persalinan Evaluasi: partus set berupa handscoon steril, duk steril, klem tali pusat 2, gunting tali pusat 1, gunting epis 1, setengah kocher 1, nailfoeder 1, jarum jahit kulit dan otot, dan catgut chromic. Alat resusitasi bayi baru lahir berupa haduk kering, kain pengganjal bahu, penghisap lendir Delee, penghisap lendir suction dan perlengkapan persalinan berupa kain clemek, sepatu bood, masker, dan penutup kepala telah disiapkan. n. Melakukan pemeriksaan fisik setiap 30 menit berupa DJJ, nadi, his. setiap 4 jam berupa tekanan darah dan suhu, serta melakukan pemeriksaan dalam saat ada indikasi Evaluasi: pemeriksaan fisik telah dilakukan. Hasil pemeriksaan: Tabel 4.13 pemeriksaan fisik kala I Pukul 00.30 01.00 01.30 02.00 02.30 03.00 03.30 04.00 04.30 05.00 05.30

TD 150/100 -

N 96 92 92 96 92 96 92 92 96 92 96

S -

DJJ 154 128 128 143 135 130 141 136 136 140 152

HIS 3x/10’/42” 3x/10’/42” 3x/10’/42” 3x/10’/42” 3x/10’/45” 4x/10’/45” 4x/10’/45” 4x/10’/45” 4x/10’/45” 5x/10’/45” 5x/10’/45”

PD 5cm

Keterangan Serviks tipis, effacement 50 %, selaput ketuban (-)

94

06.00 06.30

-

92 92

-

150 5x/10’/45” 152 5x/10’/45”

10cm

kepala Hodge IIIII, lendir darah (+) portio tidak teraba, kepala Hodge III, ada doran teknus perjol vulka

CATATAN PERKEMBANGAN KALA II Tanggal 12 April 2015

Pukul 06.30 WIB

1. Subjektif a. Ibu mengatakan kenceng-kencengnya semakin sering dan susah untuk ditahan lagi b. Ibu mengatakan ingin mengejan seperti akan buang air besar c. Ibu mengatakan pandangannya jelas, tidak pusing, tidak mual-mual, dan ulu hatinya tidak sakit 2. Objektif a. Keadaan umum baik, kesadaran composmentis b. Tekanan Darah 150/100 mmHg c. DJJ 152 kali/ menit d. His 5x/ 10’/ 45” e. Protein urin +3 f. Pemeriksaan dalam: atas indikasi ibu ingin mengejan pukul 06.30 WIB. Hasil pemeriksaan portio tidak teraba, pembukaan serviks 10 cm, penurunan kepala berada di Hodge III, tidak ada penyusupan, presentasi belakang kepala, dan selaput ketuban (-).

95

g. Terdapat dorongan untuk meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol, dan vulva membuka. 3. Assesmen Ny. R usia 19 tahun G1P0A0 usia kehamilan 39 minggu 4 hari inpartu kala II dengan PEB dan keadaan janin baik. 4. Planning Tanggal 12 April 2015

pukul 06.32 WIB

a. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan meliputi DJJ normal, pembukaan lengkap dan ibu akan dipimpin untuk mengejan. Evaluasi: ibu dan keluarga sudah mengerti hasil pemeriksaan. b. Membantu ibu untuk mengatur posisi litotomi. Evaluasi: ibu sudah dalam posisi litotomi.

c. Memasang kain diatas perut ibu Evaluasi: kain telah dipasang diatas perut ibu d. Mendekatkan alat yang akan digunakan untuk proses persalinan, memakai celemek, cuci tangan, memakai sarung tangan, menghisap oksitosin 10 IU dan kembali meletakkannya ke partus set kemudian menutup kembali partus set. Evaluasi: Alat dan penolong sudah siap. e. Melakukan episiotomi secara lateralis tanpa dillakukan anastesi terlebih dahulu untuk memperlebar jalan lahir saat ibu sedang mengejan Evaluasi: ibu telah dilakukan episiotomi

96

f. Menganjurkan pada ibu untuk mengejan saat ada dorongan untuk mengejan dan kontraksinya kuat sampai kepala bayi tampak 5-6 cm di depan vulva. Evaluasi: ibu bersedia untuk mengejan sampai kepala bayi tampak 5-6 cm di depan vulva. g. Melakukan pimpinan persalinan secara spontan karena ibu mempunyai kekuatan mendorong janin keluar, pembukaan lengkap, his adekuat, kepala janin sudah turun di Hodge IV dan DJJ stabil. Evalusi: pimpinan persalinan secara spontan telah dilakukan yaitu: 1) ketika kepala bayi tampak 5-6 cm di vulva , lindungi perineum dengan tangan dan duk steril agar kepala bayi tidak defleksi terlalu maksimal 2) memeriksa lilitan tali pusat 3) menunggu bayi putar paksi luar, gerakan kepala ke bawah hingga bahu atas lahir kemudian gerakan ke atas 4) setelah bahu lahir, geser tangan untuk menyangga tubuh bayi 5) tangan atas menyusuri dan memegang lengan dan siku atas 6) setelah tubuh dan lengan lahir, susuri ke punggung, tungkai, dan kaki, dengan telunjuk diantara mata kaki. 7) Nilai awal keadaan bayi baru lahir 8) Mengeringkan bayi dengan kain yang kering di atas perut ibu. 9) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat kea rah distal (ibu) dan

97

jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama, lalu potong tali pusat diantara kedua klem tersebut, kemudian tali pusat diikat. 10) Melakukan resusitasi bayi baru lahir dengan cara mengeringkan bayi menggunakan kain bersih dan kering, melakukan rangsangan taktil, membebaskan jalan napas dengan melakukan hisap lendir menggunakan suction, dan menghangatkan bayi. Bayi lahir spontan pada pukul 06.40 WIB. Menangis merintih, pergerakan kurang aktif, warna ekstremitas biru, jenis kelamin perempuan,nilai apgar skor di ruang bersalin 5, bayi baru lahir langsung dirujuk ke perinatal.

CATATAN PERKEMBANGAN KALA III Tanggal 12 April 2015

Pukul 06.42 WIB

1. Subjektif a. Ibu mengatakan senang dan lega atas kelahiran bayinya. b. Ibu mengatakan perutnya masih terasa mules. c. Ibu mengatakan merasa nyeri didaerah jalan lahir. d. Ibu mengatakan pandangannya jelas, tidak pusing, tidak mual-mual, dan ulu hatinya tidak sakit 2. Objektif a. Keadaan umum baik, kesadaran composmentis b. Bayi lahir spontan jam 06.40 WIB, jenis kelamin perempuan. c. TFU : setinggi pusat, kontraksi keras, d. kandung kemih : kosong

98

e. Jumlah perdarahan kala II ± 70 cc f. Tali pusat tampak di vulva dan bertambah panjang g. Lama kala II : 10 menit 3. Assesmen Ny. R usia 19 tahun P1A0 inpartu kala III dengan PEB 4. Planning Tanggal 12 April 2015

Pukul 06.42 WIB

a. Memeriksa fundus uteri untuk mengetahui ada atau tidaknya janin kedua, beritahu Ibu akan di suntik oksitosin 10 IU secara IM pada 1/3 atas bagian luar pada paha Ibu untuk merangsang kontraksi dan mengeluarkan plasenta. Evaluasi: Tidak ada janin kedua dan Ibu sudah di suntik oksitosin 10 IU. b. Memeriksa tanda–tanda pelepasan plasenta seperti tali pusat bertambah panjang, bentuk uterus membulat, dan ada semburan darah tiba–tiba. Evaluasi: Terdapat tanda–tanda pelepasan pasenta antara lain tali pusat bertambah panjang dan ada semburan darah tiba–tiba, uterus globular. c. Melakukan penegangan tali pusat terkendali, memindahkan klem 5 – 10 cm di depan vulva, tangan kiri menekan uterus secara hati – hati kearah dorso cranial, tangan kanan memegang tali pusat. Evaluasi: Penegangan tali pusat terkendali sudah dilakukan. d. Melahirkan plasenta dengan tangan kiri tetap menekan uterus sementara tangan kanan menegangkan tali pusat kearah bawah kemudian ke atas sesuai dengan sumbu jalan lahir hingga plasenta tampak di vulva, pegang

99

plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah jarum jam untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban Evaluasi: Plasenta lahir spontan jam 06.45 WIB. e. Melakukan masase fundus uteri dengan tangan kiri selama 15 detik, sedangkan tangan kanan memeriksa kelengkapan plasenta. Evaluasi: Kontraksi lembek, plasenta lahir lengkap, selaput ketuban utuh, dan kotiledonnya lengkap. f. Melakukan injeksi methergin 0,2 mg secara IM pada 1/3 atas bagian luar pada paha Ibu untuk merangsang kontraksi dan menghentikan perdarahan. Evaluasi: injeksi methergin 0,2 mg secara IM telah dilakukan g. Mengecek perdarahan dan robekan pada perineum Ibu. Evaluasi: Perdarahan kala III ± 100 cc, laserasi derajat II.

h. Memberitahu Ibu akan di suntik lidokain dan dilakukan penjahitan pada luka jalan lahir Ibu. Evaluasi: Ibu sudah di suntik lidokain 2 cc yang dicairkan dengan aquabidest 2 cc dan sudah dilakukan penjahitan perineum derajat 2 yaitu secara jelujur untuk laserasi bagian dalam, dan matras satu-satu dengan jumlah jahitan 4 buah untuk bagian luar. i. Melakukan masase uterus dan mengajari ibu melakukan masase uterus. Evaluasi: Kontraksi uterus keras.

100

CATATAN PERKEMBANGAN KALA IV Tanggal 12 April 2015

Pukul 07.50 WIB

1. Subjektif a. Ibu mengatakan sudah merasa lega dan keadaannya sudah lebih baik dan tidak cemas lagi. b. Ibu mengatakan sudah merasa lega karena plasentanya sudah lahir. c. Ibu mengatakan perutnya masih merasa mules d. Ibu mengatakan pandangannya jelas, tidak pusing, tidak mual-mual, dan ulu hatinya tidak sakit 2. Objektif a. Keadaan umum baik, kesadaran composmentis b. TTV : TD : 160/120 mmHg N

: 98 kali/ menit

R

: 24 kali/ menit

S

: 37,30C

c. TFU 3 jari dibawah pusat d. Kontraksi uterus keras dan kandung kemih kosong e. Perdarahan ± 10 cc f. Plasenta lahir lengkap pukul 06.45 WIB 3. Assesmen Ny. R usia 19 tahun P1A0 inpartu kala IV dengan PEB

101

4. Planning Tanggal 12 April 2015

Pukul 07.55 WIB

a. Menempatkan semua peralatan bekas pakai ke dalam larutan klorin 0,5 % untuk didekontaminasi selama 10 menit lalu dicuci dan dibilas serta dikeringkan Evaluasi: Alat sudah dicuci dan di bilas serta dikeringkan. b. Membersihkan ibu dan tempat bersalin menggunakan air bersih Evaluasi: Ibu dan tempat bersalin sudah dibersihkan. c. Memakai sarung tangan steril untuk memasang kateter agar pengeluaran urin tetap terpantau karena masih diberikan MgSO4 40 % sampai dengan 24 jam post partum. Evaluasi: Kateter telah terpasang dengan urin 400 cc d. Melepaskan sarung tangan lalu direndam dilarutan klorin 0,5 % lalu dicuci dan dibilas Evaluasi: Sarung tangan sudah dicuci dan dibilas e. Melakukan observasi serta pengawasan kala IV Evaluasi: Hasil observasi: Tabel 4.14 Observasi kala IV Jam Ke1

2

Waktu

TD

N

S

TFU

Konut

KK

perdarahan

08.00 08.15 08.30 08.45 09.15 09.45

160/120 160/120 160/110 170/110 150/110 150/110

98 92 92 96 102 96

37,3 36,9 -

3 jr↓pst 3 jr↓pst 3 jr↓pst 3 jr↓pst 3 jr↓pst 3 jr↓pst

Keras Keras Keras Keras Keras Keras

kosong kosong kosong kosong kosong kosong

10 cc 20 cc 30 cc 40 cc 45 cc 50 cc

102

f. Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOg untuk mendapatkan terapi lanjutan. Evaluasi: hasil kolaborasi yaitu lanjutkan manajemen PEB sampai dengan 24 jam post partum, berikan obat oral berupa asam mefenamat 3 x 500 mg, SF 1 x 200 mg, dan Captopril 2 x 25 mg. g. Menganjurkan ibu untuk istirahat agar tekanan darahnya cepat stabil. Evaluasi: ibu bersedia untuk istirahat h. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum untuk mengganti energi yang telah dipakai untuk mengejan tadi Evaluasi: ibu bersedia untuk makan dan minum i. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri dan kebersihan genitalianya. Evaluasi: ibu bersedia untuk menjaga kebersihan diri dan alat genitalnya. j. Memindahkan pasien ke bangsal nifas atau ke Ruang Mawar Evaluasi: Ibu sudah dipindahkan ke ruang isolasi Ruang Mawar pada pukul 10.15 WIB.

B. PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan menguraikan mengenai proses asuhan kebidanan pada ibu bersalin Ny. R usia 19 tahun G1P0A0 usia kehamilan 39+2 minggu dengan preeklamsi berat, dengan kriteria salah satunya tanpa impending eklampsia menggunakan langkah-langkah manajemen kebidanan menurut 7 langkah varney, dilaksanakan pengkajian, interpretasi data dasar,

103

identifikasi diagnosis/ masalah potensial dan antisipasi, tindakan segera, rencana asuhan yang menyeluruh, pelaksanaan, dan evaluasi, yang dilakukan pada tanggal 10 – 12 April 2015 di Ruang Teratai RSUD Cilacap dengan ada atau tidaknya kesenjangan antara teori dan praktek yang peneliti alami dilapangan. 1. Langkah I: pengumpulan data dasar Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan adalah pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi klien secara lengkap. Data yang dikumpulkan antara lain: a) Keluhan klien b) Riwayat kesehatan klien c) Pemeriksaan fisik secara lengkap sesuai dengan kebutuhan d) Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya e) Meninjau data laboratorium. Pada langkah ini, dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Pada langkah ini, bidan mengumpulkan data dasar awal secara lengkap. (Mangkuji 2012, h. 5) Langkah ini menentukan pengambilan keputusan yang akan dibuat pada langkah berikutnya, sehingga pengkajian harus komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan yang dapat menggambarkan/ menilai kondisi klien yang sebenarnya. (Sujianti 2010, h. 144)

104

Preeklampsi adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria (Prawirohardjo 2009, h. 531). Nugroho (2010, h. 134) menerangkan dalam bukunya bahwa kriteria diagnostik PEB ditandai oleh salah satu hal di bawah ini: a) Tekanan darah sistolik lebih atau sama 160 mmHg atau diastolik lebih atau sama 110 mmHg, tekanan darah ini tidak menurun meski ibu hamil sudah rawat baring di rumah sakit. b) Proteinuria 5 gram atau lebih per 24 jam atau kualitatif positif 3 atau 4 Dalam pengkajian data di lahan ini tidak terdapat kesenjangan dengan teori, dimana data fokus yang diperlukan untuk kasus ibu bersalin dengan PEB adalah identitas (biodata), ibu mengatakan bernama Ny R dan berumur 19 tahun. Keluhan utama ibu mengeluh merasa cemas karena tekanan darahnya tinggi dan kakinya bengkak. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu: ibu mengatakan ini adalah kehamilan pertama dan belum pernah keguguran. HPHT tanggal 09 Juli 2014. TTV: tekanan darah ibu mencapai 160/110 mmHg, pemeriksaan fisik: ekstremitas bawah oedema dan pemeriksaan laboratorium dan protein urin positif 3 dari data ini kemudian dapat didiagnosa tentang kondisi ibu. Selain data tersebut, faktor risiko yang mendukung Ny. R mengalami preeklampsia sesuai dengan pengkajian adalah usia ibu yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun) serta primigravida atau kehamilan yang pertama.

105

2. Langkah II: interpretasi data dasar Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan adalah menginterpretasikan semua data dasar yang yang telah dikumpulkan sehingga ditemukan diagnosis atau masalah (Mangkuji 2012 h. 5). Pada pengumpulan data subjektif Ny. R diketahui usianya 19 tahun, ini adalah kehamilan pertamanya dan belum pernah keguguran, HPHT tanggal 09 Juli 2014, ibu mengatakan dirawat di rumah sakit karena tekanan darahnya tinggi dan kakinya bengkak, ibu juga mengeluhkan rasa cemas karena keadaannya saat ini, tetapi pandangan matanya jelas, tidak pusing, tidak mual-mual, dan ulu hatinya tidak sakit, sedangkan pada pengumpulan data obyektif hasil pemeriksaan menunjukan dalam keadaan baik, akan tetapi ibu mengalami hipertensi, tekanan darahnya 160/110 mmHg. Dari hasil pemeriksaan laboratorium, terdapat protein dalam urin ibu yaitu positif 3. Berdasarkan data tersebut maka interpretasi data yang ditegakkan adalah sebagai berikut: a) Diagnosa kebidanan Ny. R usia 19 tahun G1P0A0 usia kehamilan 39 minggu 2 hari dengan PEB b) Masalah Cemas

c) Kebutuhan Memberi dukungan psikologis untuk mengurangi kecemasan ibu dengan meminta ibu untuk relax dan santai, kondisi ibu saat ini jangan

106

dipikirkan, selalu berpikir positif, dan ibu harus yakin bahwa ibu bisa melewatinya sehingga ibu dan janin sehat. Interpretasi data yang peniliti tegakkan tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktik di lapangan. 3. Langkah III: identifikasi diagnosis/ masalah potensial dan Antisipasi Pada langkah ini, kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian diagnosis dan masalah yang sudah teridentifikasi dan melakukan antisipasi agar masalah potensial tersebut tidak terjadi (Mangkuji 2012, h. 5). Pada kasus Ny R pada diagnosa potensial yang terjadi pada ibu adalah eklamsi. Antisipasi yang dilakukan adalah pemberian obat anti konvulsan MgSo4 40 % dan obat antihipertensi berupa nifedipin 10 mg per oral jika diastole ≥110 mmHg. Pada janin bisa terjadi gawat janin seta antisipasi yang diberikan adalah pemberian O2 4 liter/ menit dan posisi tidur miring kiri. Pada kasus ini, diagnosa potensial yang telah ditegakkan tidak terjadi. Menurut teori ibu dengan preeklamsi berat potensial terjadi eklamsi pada ibu dan antisipasi yang dilakukan yaitu pemberian obat anti konvulsan berupa MgSo4 40%, pemberian obat anti hipertensi berupa nifedipin per oral jika diastole ≥ 110, dan pemberian O2

4 liter/ menit. Bagi janin potensial terjadi gawat janin, antisipasi yang dilakukan yaitu pemberian O2 4 liter/ menit dan posisi tidur miring kiri. Sehingga diagnosa potensial dan antisipasi antara praktik dan teori tidak ada kesenjangan.

107

4. Langkah IV: identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera Pada langkah ini, yang dilakukan oleh bidan adalah mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi klien. (Mangkuji 2012, h. 6) Pada kasus ibu bersalin dengan preeklampsi berat, tindakan segera yang dilakukan adalah melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis obsgyn (dr. Spog) untuk konsultasi mengenai tindakan ataupun asuhan kebidanan yang hendak dilakukan. Hasil konsultasi: a. Lanjutkan manajemen atau penatalaksanaan PEB Evaluasi: manajemen penatalaksanaan PEB 1 x 24 jam sebelum terminasi kehamilan telah dilanjutkan b. Terminasi kehamilan dengan induksi misoprostol 50 mcg per oral/ 6 jam/ tab IV seri I Evaluasi: telah dilakukan terminasi kehamilan dengan induksi misoprostol 50 mcg per oral/ 6 jam/ tab IV/ seri I. Tetapi pada saat program induksi habis, pembukaan belum ada. Kemudian, melakukan konsultasi dengan dr. SpOg, hasil konsultasi: mulai induksi dengan oxytocin 5 IU/ 500 ml RL dari 8 tpm s/d his adekuat, observasi his dan DJJ, lakukan amniotomi, evaluasi kemajuan persalinan saat botol habis. c. Berikan obat antihipertensi nifedipin 10 mg per oral jika diperlukan (tekanan darah diastole ≥ 110 mmHg)

108

Evaluasi: telah diberikan obat antihipertensi nifedipin 10 mg per oral pada saat tekanan darah diastole ≥ 110 mmHg d. Berikan O2 3 - 4 lt/ menit Evaluasi: telah diberikan O2 4 lt/ menit sejak pasien datang di VK IGD dan dilanjutkan di Ruang Teratai dengan dosis pemberian yang sama. Respirasi ibu 24 kali/ menit dan DJJ 152 kali/ menit, meskipun dalam pemeriksaan respirasi dan DJJ hasilnya normal, akan tetapi pasien tetap diberikan O2 untuk mencegah terjadinya apneu atau henti napas saat terjadi kejang. e. Evaluasi kemajuan persalinan tiap 6 jam Evaluasi: telah dilakukan evaluasi kemajuan persalinan tiap 6 jam Sesuai dengan teori kasus ibu bersalin dengan preeklampsi berat, tindakan segera yang dilakukan adalah melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis obsgyn (dr. Spog) untuk konsultasi mengenai tindakan ataupun asuhan kebidanan yang hendak dilakukan. Sehingga tindakan segera antara praktik dan teori tidak ada kesenjangan. 5. Langkah V: perencanaan asuhan yang menyeluruh Rencana asuhan kebidanan pada Ny. R ibu hamil dengan PEB di RSUD Cilacap pada saat sebelum inpartu dan masuk inpartu kala I antara lain beritahu ibu dan keluarga tentang kondisi ibu saat ini dalam rangka memberikan inform choice, lakukan informed consent kepada ibu dan keluarga sebagai tanda persetujuan tindakan pertolongan persalinan, beri dukungan psikologis untuk mengurangi kecemasan ibu dengan meminta ibu

109

untuk relax dan santai, kondisi ibu saat ini jangan dipikirkan, selalu berpikir positif, dan ibu harus yakin bahwa ibu bisa melewatinya sehingga ibu dan janin sehat, anjurkan pada ibu untuk makan dan minum saat tidak ada kontraksi, anjurkan pada ibu untuk istirahat jika tidak ada kontraksi, siapkan perlengkapan ibu dan bayi, siapkan partus set, alat resusitasi bayi baru lahir, dan perlengkapan persalinan, lakukan monitoring input cairan dan output cairan untuk memperoleh keseimbangan cairan, lakukan Pemeriksaan fisik tiap jam, meliputi tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi pernapasan, reflek patella, dan DJJ, pemeriksaan suhu tiap 4 jam, pemeriksaan dalam untuk mengetahui kemajuan persalinan tiap 6 jam. Pada saat kala II ibu dilakukan pertolongan persalinan secara spontan karena ibu mempunyai kekuatan untuk mendorong janin keluar, pembukaan lengkap, his adekuat, kepala janin sudah turun di Hodge IV dan DJJ stabil. Namun, sebelum dilakukan pimpinan persalinan penolong melakukan episiotomi secara lateralis tanpa dilakukan anastesi terlebih dahulu untuk memperlebar jalan lahir saat ibu sedang mengejan. Untuk pertolongan persalinan kala III asuhan yang diberikan pada Ny R yaitu melahirkan plasenta setelah ada tanda-tanda pelepasan plasenta seperti uterus globuler, tali pusat memanjang, dan semburan darah mendadak dan singkat. Pada saat inpartu kala IV asuhan yang diberikan yaitu melakukan pengawasan kala IV selama 2 jam. Sedangkan sesuai teori menurut Sofian (2011, h. 146), rencana asuhan yang menyeluruh pada pasien dengan PEB pada saat sebelum inpartu dan

110

masuk inpartu kala I adalah minta ibu untuk istirahat jika kontraksi tidak ada, anjurkan pada ibu untuk makan dan minum saat tidak ada kontraksi, lakukan pemeriksaan fisik tiap jam, meliputi tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi pernapasan, reflek patella, lakukan monitoring input cairan (melalui oral ataupun infus) dan output cairan (melalui urin) untuk memperoleh keseimbangan cairan dan menghindari terjadinya edema paru (Prawirohardjo 2009, h. 546). Menurut Sofian (2011, h. 146), pada pertolongan persalinan kala II lakukan persalinan menggunakan ekstrasi vakum atau forseps untuk mempersingkat kala II, karena ibu dilarang mengejan. Dalam standar operasional prosedur (SOP) RSUD Cilacap tahun 2011 proses penanganan kasus PEB pada saat inpartu kala II yaitu melakukan pertolongan persalinan spontan jika ibu mempunyai kekuatan mendorong janin keluar (power), pembukaan lengkap, his adekuat, kepala janin sudah turun di Hodge III-IV, dan denyut jantung janin stabil (120-160 x/ menit). Berdasarkan buku Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusu Dini (2008, hh. 146-148) tindakan episiotomi hendaknya dilakukan anastesi lokal terlebih dahulu sebagai bagian dari asuhan sayang ibu. Untuk pertolongan persalinan kala III asuhan yang diberikan yaitu melahirkan plasenta setelah ada tanda-tanda pelepasan plasenta seperti uterus globuler, tali pusat memanjang, dan semburan darah mendadak dan singkat (APN 2008, h. 124). Pada saat inpartu kala IV asuhan yang diberikan yaitu melakukan pengawasan kala IV selama 2 jam (APN 2008, h. 137).

111

Berdasarkan uraian diatas, maka rencana asuhan yang menyeluruh pada pasien Ny. R dengan PEB pada saat sebelum inpartu dan masuk inpartu kala I, kala III, dan kala IV tidak ditemukan kesenjangan karena rencana tindakan dilakukan sesuai dengan teori. Namun, pada saat pertolongan persalinan kala II terdapat kesenjangan antara teori dan praktik dilapangan yaitu pada saat pasien dilakukan tindakan episiotomi dan pertolongan persalinan kala II. Jika sesuai dengan teori maka sebelum dilakukan tindakan episiotomi hendaknya dilakukan anastesi lokal terlebih dahulu sebagai bagian dari asuhan sayang ibu, sedangkan pada saat praktik dilapangan tidak dilakukan tindakan anastesi lokal terlebih dahulu. Pada saat pertolongan persalinan kala II sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Sofian (2011, h. 146), lakukan persalinan menggunakan ekstrasi vakum atau forseps untuk mempersingkat kala II, karena ibu dilarang mengejan, sedangkan dalam praktiknya pasien dilakukan pertolongan persalinan secara spontan, sehingga terjadi kesenjangan. Akan tetapi, jika dihubungkan dengan SOP RSUD Cilacap tahun 2011 mengenai proses penanganan kasus PEB pada saat inpartu kala II yaitu melakukan pertolongan persalinan spontan tidak terjadi kesenjangan, karena pada saat ditolong ibu mempunyai kekuatan mendorong janin keluar (power), pembukaan lengkap, his adekuat, kepala janin sudah turun di Hodge III-IV, dan denyut jantung janin stabil (120-160 x/ menit).

112

6. Langkah VI: pelaksanaan Pada langkah keenam ini, kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan rencana asuhan yang sudah dibuat pada langkah ke-V secara aman dan efisien (Mangkuji 2012, h. 6). Pada kasus tersebut, pelaksanaan asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny. R telah sesuai dengan rencana asuhan yang dibuat. 7. Langkah VII: evaluasi Asuhan kebidanan yang telah diberikan pada Ny. R dengan PEB menggunakan pola pikir 7 langkah varney dan catatan perkembangan pasien menggunakan metode SOAP sudah sangat efektif, karena diagnosa potensial yang sudah ditegakkan tidak terjadi pada Ny. R.

BAB V PENUTUP

A. Simpulan Berdasarkan apa yang penulis dapatkan dalam studi kasus dan pembahasan dalam asuhan kebidanan pada ibu bersalin Ny R dengan Preeklamsi berat di RSUD Cilacap maka penulis mampu mengambil kesimpulan yaitu : 1. Penulis melakukan pengkajian pada ibu bersalin dengan preeklamsi berat melalui anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Setelah dilakukan anamnesa diperoleh data bahwa klien bernama Ny R usia 19 tahun, Ibu mengeluh cemas karena tensinya tinggi, dan kakinya bengkak, ibu tidak pusing, pandangannya jelas, tidak mual-mual, ulu hati tidak sakit, ini merupakan kehamilan pertamanya dan tidak pernah keguguran. Pada pemeriksaan fisik didapatkan ekstremitas bawah ibu odema. Sedangkan pada pemeriksaan laboratorium hasil protein urin ibu positif 3 2. Berdasarkan data yang diperoleh dapat ditegakkan diagnosa Ny R usia 19 tahun G1P0A0 usia kehamilan 39 minggu 2 hari dengan preeklamsi berat tanpa impending eklampsia. Masalah yang muncul adalah ibu merasa cemas dengan keadaannya. Kebutuhan yang diperlukan ibu berupa motivasi dan dukungan emosional baik dari bidan, suami maupun dari keluarga.

114

3. Penulis menegakkan adanya diagnosa potensial akan terjadi eklamsi sehubungan jika tekanan darah dan protein urin meningkat dan antisipasi penanganannya dengan melakukan manajemen PEB. 4. Pada kasus ini tindakan segera yang dilakukan adalah dengan melakukan kolaborasi dengan dr SpOG untuk mengetahui tindakan atau asuhan kebidanan yang akan dilakukan. Hasil kolaborasi tersebut antara lain: a. Lanjutkan manajemen atau penatalaksanaan PEB b. Terminasi kehamilan dengan induksi misoprostol 50 mcg per oral/ 6 jam/ tab IV seri I c. Berikan obat antihipertensi nifedipin 10 mg per oral jika diperlukan (tekanan darah diastole ≥ 110 mmHg) d. Berikan O2 3 - 4 lt/ menit e. Evaluasi kemajuan persalinan tiap 6 jam 5. Rencana asuhan yang menyeluruh yang diberikan pada kasus ibu bersalin Ny R dengan Preeklamsi Berat ini adalah beritahu ibu dan keluarga tentang kondisi ibu saat ini, lakukan informed consent kepada ibu dan keluarga sebagai tanda persetujuan tindakan pertolongan persalinan, beri dukungan psikologis untuk mengurangi kecemasan ibu, anjurkan pada ibu untuk makan dan minum saat tidak ada kontraksi, anjurkan pada ibu untuk istirahat jika tidak ada kontraksi, siapkan perlengkapan ibu dan bayi, siapkan partus set, alat resusitasi bayi baru lahir, dan perlengkapan persalinan, lakukan monitoring input cairan dan output cairan untuk memperoleh keseimbangan cairan, lakukan Pemeriksaan fisik tiap jam,

115

meliputi tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi pernapasan, reflek patella, dan DJJ, pemeriksaan suhu tiap 4 jam, pemeriksaan dalam untuk mengetahui kemajuan persalinan tiap 6 jam. Melakukan persalinan secara spontan, melahirkan plasenta secara normal, dan melakukan pengawasan kala IV selama 2 jam. 6. Pelaksanaan yang dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat sampai Ny. R melahirkan. 7. Evaluasi dari asuhan kebidanan yang diberikan kepada Ny R adalah keadaan ibu baik tidak terjadi hal-hal yang menjadi komplikasi dan tidak terjadi kegawatan pada ibu dibuktikan dengan tidak terjadinya gawat janin dan eklampsi pada ibu 8. Penulis mengidentifikasi bahwa ada kesenjangan antara teori dan praktik pada ibu bersalin Ny. R yaitu pada saat pertolongan persalinan kala II, dimana Ny. R dilakukan episiotomi tanpa diberikan anestesi lokal terlebih dahulu, serta Ny. R dilakukan pertolongan persalinan secara spontan. B. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis akan memberikan saran antara lain : 1. Bagi Stikes Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap Perlu adanya peningkatan kepustakaan sebagai bahan acuan dalam memberikan pelayanan asuhan kebidanan yang komprehensif tentang kasus preeklampsi berat

116

2. Bagi RSUD Cilacap Mempertahankan pelayanan yang sudah ada karena pelayanan yang diberikan kepada pasien dengan preeklampsi berat sudah baik, sudah sesuai dengan teori, serta sesuai dengan SOP rumah sakit yang telah ditetapkan. 3. Bagi bidan Perlu adanya peningkatan pelayanan asuhan kebidanan sehingga dapat mendeteksi lebih dini tentang kasus preeklampsi berat 4. Bagi ibu atau pasien Peningkatan kesadaran dan pengetahuan pasien tentang pentingnya pendeteksian dini tentang preeklampsi dan diharapkan dapat mengunjungi segera fasilitas kesehatan untuk mendapatkan asuhan kebidanan secara komprehensif 5. Bagi peneliti selanjutnya Perlu adanya tambahan wawasan dan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari bangku perkuliahan dan mengaplikasikan asuhan kebidanan khususnya asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan preeklamsi berat.

DAFTAR PUSTAKA Ambarwati, Eny Retna dan Tri Sunarsih. 2009. KDPK Kebidanan Teori & Aplikasi. Yogyakarta: Nuha Medika Bothamley, Judy dan Maureen Boyle. 2011. Patofisiologi dalam Kebidanan. Jakarta: EGC Choirian, Rizca. 2014. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Ny S Usia 25 Tahun P2A0 4 Jam Post Partum dengan Preeklamsi Berat (PEB) di Ruang Mawar RSUD Cilacap Kabupaten Cilacap Tahun 2014 Dinas Kesehatan Jateng. 2012. Profil Kesehatan Propinsi Jawa Tengah 2012. http://www.dinkesprovjateng.go.id, diakses tanggal 22 Januari 2015 Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap. 2013. Buku Profil Kesehatan Kabupaten Cilacap Tahun 2013. Cilacap: DKK Departemen Kesehatan RI. 2013. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. http://www.dinkes.go.id, diakses tanggal 22 Januari 2015 Departemen Kesehatan RI. 2008. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) 24 Jam di Rumah Sakit. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI Djaja, Sarimawar dan Tin Afifah. 2011. Pencapaian dan Tantangan Status Kesehatan Maternal di Indonesia. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 10 No 1 Maret 2011 Dutton, A. Lauren, Jessica E. Densmore dan Meredith B. Turner. 2011. Rujukan Cepat Kebidanan. Jakarta: EGC Estiwidani, Dwana, dkk. 2009. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya Hidayat, Asri dan Sujiatini. 2010. Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Nuha Medika JNPK-KR. Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi Menyusu Dini. 2008 Kemenkes RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Dasar dan Rujukan. Kemenkes RI Machfoedz, Ircham. 2013. Metodologi Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Yogyakarta: Fitramaya

Mangkuji, Betty, dkk. 2012. Asuhan Kebidanan 7 Langkah Soap. Jakarta: EGC Nugroho, Taufan. 2010. Kasus Emergency Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika Pantiawati, Ika dan Saryono. 2010. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Yogyakarta: Nuha Medika Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Reeder, J. Sharon, Leonide L. Martin, dan Deborah Koniak-Griffin. 2011. Keperawatan maternitas Vol. 2 Ed. 18. Jakarta: EGC Robson, S. Elizabeth dan Jason Waugh. 2011. Patologi dalam Kehamilan. Jakarta: EGC Sofian, Amru. 2011. Sinopsis Obstetri Jilid I Edisi 3. Jakarta: EGC Sofyan, Mustika, et all. 2008. 50 Tahun Ikatan Bidan Indonesia Bidan Menyongsong Masa Depan. Jakarta: PP IBI Standar Operasional Prosedur: Pertolongan Ibu Hamil dengan PEB. 2011. RSUD Cilacap Sujianti dan Susanti. 2009. Buku Ajar Konsep Kebidanan Teori & Aplikasi. Yogyakarta: Nuha Medika Tambunan, S. Eviana dan Deswani Kasim. 2012. Panduan Pemeriksaan Fisik bagi Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Wirakusumah, F. Firman, Johanes C. Mose dan Budi Handono. 2010. Obstetri Fisiologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC Woodward, Vivien, K. Bates dan N. Young. 2011. Kedaruratan Persalinan. Jakarta: EGC

MANAJEMEN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN NY. X USIA X TAHUN GxPxAx UMUR KEHAMILAN X MINGGU DENGAN PREEKLAMPSI BERAT DI RUANG TERATAI RSUD CILACAP TAHUN 2015

Tanggal masuk

:

Tanggal pengkajian :

Jam masuk

:

Jam pengkajian

:

Tempat

:

Pengkaji

:

A. PENGKAJIAN 1. DATA SUBJEKTIF a. Identitas

Nama istri

:

Nama suami :

Umur

:

Umur

:

Agama

:

Agama

:

Suku/bangsa

:

Suku/bangsa :

Pendidikan

:

Pendidikan

:

Pekerjaan

:

Pekerjaan

:

Alamat

:

Alamat

:

b. Alasan Masuk c. Keluhan utama d. Riwayat menstruasi

e. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu f. Riwayat kehamilan sekarang 1) G P A

:

2) HPHT

:

3) HPL

:

4) Usia kehamilan

:

5) Gerakan janin

:

6) Imunisasi TT

:

7) Kecemasan

:

8) Tanda-tanda bahaya

:

9) Tanda-tanda persalinan

:

g. Riwayat penyakit yang pernah diderita h. Riwayat penyakit keluarga i. Riwayat kontrasepsi/ keluarga berencana (KB) j. Riwayat sosial ekonomi k. Activity daily living 1) Pola nutrisi a) Makan

:

b) Minum

:

2) Pola eliminasi a) BAK

:

b) BAB

:

3) Pola istirahat dan tidur a) Tidur siang

:

b) Tidur malam

:

4) Pola aktivitas

:

5) Personal hygiene

:

6) Pola kebiasaan sehari-hari

:

7) Pola kebiasaan seksual

:

2. DATA OBJEKTIF a. Pemeriksaan umum 1) Keadaan umum

:

2) Kesadaran

:

b. Tanda-tanda vital 1) Tekanan darah

:

2) Nadi

:

3) Suhu

:

4) Respirasi

:

c. Antopometri 1) Berat badan

:

2) Tinggi badan

:

3) LILA

:

d. Pemeriksaan fisik 1) Kepala a) Muka

:

b) Mata

:

c) Hidung

:

d) Mulut

:

e) Telinga

:

2) Leher

:

3) Dada

:

4) Perut a) Leopold

:

b) TFU

:

c) DJJ

:

d) Kontraksi

:

5) Genetalia

:

6) Ekstremitas

:

e. Pemeriksaan penunjang

:

f. Pemeriksaan dalam

:

B. INTERPRETASI DATA DASAR a. Diagnosa

:

b. Masalah

:

c. Kebutuhan

:

C. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/ MASALAH POTENSIAL

D. IDENTIFIKASI

KEBUTUHAN

PENANGANAN SEGERA

YANG

MEMERLUKAN

E. PERENCANAAN ASUHAN YANG MENYELURUH

F. PELAKSANAAN

G. EVALUASI

DOKUMENTASI KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN NY. X USIA X TAHUN GxPxAx UMUR KEHAMILAN X MINGGU DENGAN PREEKLAMPSI BERAT DI RUANG TERATAI RSUD CILACAP TAHUN 2015

Tanggal…………………………

Subyektif

Obyektif

Assessment

Planning

Jam…………………………

Related Documents

Hipertensi
May 2020 42
Hipertensi
May 2020 37
Hipertensi
June 2020 44
Hipertensi
October 2019 62
Pad 5
May 2020 13

More Documents from "Equipo 3. 2009"