Hati Nurani Kita Terobek Lagi

  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Hati Nurani Kita Terobek Lagi as PDF for free.

More details

  • Words: 310
  • Pages: 1
Hati nurani kita terobek lagi Leo Sutrisno Penyebaran uang, Pontianak Post 2 Juni 2008, menyentak hati nurani. Satu contoh lagi apa yang dilakukan oleh salah satu orang kaya di Indonesia yang merobek harkat dan martabat manusia. Motivator Tung Desem Waringin menyebar uang senilai 100 juta rupiah dari udara, dengan pesawat terbang layang, di atas lapangan Baladika, Group I Kopassus, Kecamatan Taktakan, Kabupaten Serang, Provinsi Banten tanggal 1 Juni 2008. Diharapkan, ’orang miskin’ berebutan di lapangan ’memburu’ uang jatuh. Ternyata, yang diperoleh bukan hanya uang tetapi juga sakit, satu orang pingsan serta beberapa orang lain sakit ringan. Merobek harkat dan martabat manusia karena cara memberikannya yang dilempar/disebar begitu saja. Para pemilik binatang peliharaan saja sangat jarang memberi makan binatang piaraannya dengan dilepar. Kepada anjing saja diletakkan pada ’piring’-nya. Burung dimasukkan pada tempat pakannya. Para pawang di kebun binatang pun tidak pernah berbuat sebengis itu, walaupun dengan binatang buas sekalipun. Kenapa kepada manusia justru seperti itu? Kedua, apakah perbuatan seperti itu tidak melanggar kehormatan negara. Uang seperti juga benda-benda tertentu menjadi milik negara. Kita wajib menghormati harta negara. Kenapa mesti disebar? Ketiga, perbutan itu menjadi sangat naif karena yang melakukan adalah salah satu motivator ’kondang’ dengan bayaran mahal tentunya (kata orang tarifnya di atas 100 juta setiap kali diundang). Apakah perbuatan seperti itu dapat dimaksukkan sebagai pemberian motivasi yang betul? Keempat, peristiwa itu tepat pada hari kelahiran Pancasila. Setelah sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, diikuti dengan sila kedua yaitu; ”Kemanusiaan yang adil dan beradab”. Apakah perbuatan memberi seseatu kepada seseorang dengan cara dilempar (disebar) seperti itu bisa dianggap beradab? Memang delam penanggulangan becana, sering bantuan di ’lempar’ dari atas. Tetapi tidak secara sebarang. Pada umumnya bagi daerah-daerah yang tidak dapat dijangkau dengan cara lain. Bisakah kita tinggal diam mengamini perbuatan semacam itu? Kita perlu menarik napas panjang. Hati nurani kita sungguh terobek secara paksa. Leo Sutrisno Komplek Untan P 13 Pontianak

Related Documents

Tanda Hati Kita Mati#
November 2019 30
Nurani
August 2019 22
10 Tanda Hati Kita Mati
November 2019 42
10 Tanda Hati Kita Mati
November 2019 28