PENDAHULUAN Di dalam melakukan kegiatan budi daya, pengendalian hama dan penyakit sangat di perlukan untuk mencegah terjadinya kerugian oleh pembudi daya dan kerugian bagi orang banyak akibat mutu rendah dan penyakit yang menyerang. Untuk itu perlu di lakukan pemberantasan hama dan penyakit dengan baik, terutama pada saat pengolahan tanah pada tambak. Adanya hama di dalam tambak sangat merugikan bagi para pembudi daya dan spesies itu sendiri. Untuk itu para pembudi daya juga perlu memahami lebih dalam jenis – jenis hama yang dapat mengganggu, merusak bahkan memangsa spesies yang di budi dayakan. Dengan di ketahuinya jenis – jenis hama tersebut maka pembudi daya dapat mencegahnya atau memberantasnya dengan memberi obat sesuai dengan jenis hama yang di ketahui. Begitu pula dengan penyakit, yang sangat merugikan sekali bagi pembudi daya karena adanya suatu penyakit dapat menyebabkan ikan / udang mati secara mendadak dalam jangka waktu yang singkat.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sejalan dengan berkembangnya usaha budidaya ikan laut tersebut, terdapat pula beberapa masalah yang mengganggu, sehingga menghambat perkembangan usaha budidaya, yaitu hama dan penyakit ikan. Apabila keadaan tersebut tidak segera
ditanggulangi lebih awal, maka kegiatan budidaya ikan laut akan terganggu, akibatnya ikan akan menurun karena tingkat kematiannya tinggi. Untuk menghindari hal tersebut perlu diupayakan pencegahan dan pengobatan terhadap hama dan penyakit ikan. Namun demikian perlu diperhatikan bahwa tidak semua penyebab kematian dikarenakan penyakit, maka dalam menangani masalah ini, tindakan penanggulangannya dilakukan secara hati-hati dan teliti agar tidak menimbulkan kesalahan yang merugikan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan ikan / udang terserang penyakit meliputi: A. Faktor-faktor kimia dan fisika, antara lain: 1. Perubahan salinitas air secara mendadak; 2. pH yang terlalu rendah (air asam), dan pH yang terlalu tinggi (air basa/alkalis); 3. Kekurangan oksigen dalam air; 4. Zat beracun, pestisida (insektisida, herbisida dan sebagainya); 5. Perubahan suhu air yang mendadak; 6. Kerusakan mekanis (luka-luka); 7. Perairan terkena polusi. B. Makanan yang tidak baik : 1. Kekurangan vitamin dan komposisi gizi yang buruk; 2. Bahan makanan yang busuk dan mengandung kuman-kuman. C. Bentuk fisik dan kelainan-kelainan tubuh yang disebabkan oleh keturunan.d. Stres Stres yang terjadi pada ikan berkaitan dengan timbulnya penyakit pada ikan tersebut. Stres merupakan suatu rangsangan yang menaikkan batas keseimbangan psikologi dalam diri ikan terhadap lingkungannya. Biasanya stres pada ikan diakibatkan perubahan lingkungan akibat beberapa hal atau perlakuan misalnya akibat pengangkutan/transportasiikan-ikan yang dimasukkan ke dalam jaring apung di laut dari tempat pengangkutan biasanya akan mengalami shock, berhenti makan dan mengalami pelemahan daya tahan terhadap penyakit. e. Kepadatan Ikan Kepadatan ikan yang melebihi daya dukung perairan (carrying capacity) akan menimbulkan persaingan antar ikan tinggi, oksigen terlarut menjadi rendah dan sisa metabolisme seperti ammonia akan meningkat sehingga dapat menimbulkan stres dan
merupakan penyebab timbulnya serangan penyakit. (Anonim, 2005). Penyebab penyakit di atas tergolongkan kedalam faktor intern (dari dalam), maksudnya penyebab penyakit itu masih di sebabkan oleh spesies itu sendiri. Sedangkan faktor eksternal di sebabkan oleh lingkungan di sekitar tempat spesies di budi dayakan. Timbulnya penyakit pada budidaya tambak salah satunya disebabkan karena menumpuknya limbah
disekitar lingkungan tambak (faktor ekstern) sehingga
menyebabkan tumbuhnya mikroorganisme. Jika pertumbuhan mikroorganisme ini melimpah terutama pada golongan pengurai akan diikuti dengan turunnya kualitas air di sekeliling perusahaan hatchery (Anonim, 2004).
BAB III PEMBAHASAN 3.1. PENGERTIAN HAMA Pada umumnya hama yang sering menyerang ikan / udang yang di budi dayakan itu sama hanya tergantung spesies yang di pelihara . Hama tambak adalah segala macam hewan yang ada di tambak, selain yang dibudidayakan, dan dianggap merugikan karena mengurangi produktifitas maksimal, disebabkan hilangnya hewan budidaya karena proses makan memakan (predasi), terjadinya persaingan dalam pemanfaatan sumber energi atau menimbulkan kerugian di bidang fasilitas. 3.2. HAMA YANG MENYERANG IKAN
Hama dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam, yaitu : 3.2.1. Pemangsa (Predator) Predator adalah hewan yang secara langsung membunuh dan memakan spesies yang di pelihara sehingga jumlah udang dalam petakan menjadi kurang. Di samping jumlah memakan spesies yang di pelihara berkurang, juga menimbulkan dampak lain seperti persaingan dalam pemanfaatan oksigen, mengurangi ruang lingkup bagi memakan spesies yang di pelihara, di samping itu jatah makanan yang seharusnya untuk hewan budi daya, akan di makan juga oleh hewan pemangsa sehingga pertumbuhan udang menjadi terhambat. Jenis-jenis hewan termasuk dalam golongan predator sangat banyak, mulai dari vertebrata tingkat rendah, yaitu ikan sampai vertebrata tingkat tinggi seperti lingsang. Bahkan jenis-jenis ikan, seperti payus (Elops hewaiensis), Bulan-bulan (Megalops cyprinoides), kerapu (Epinephelus sp.) dan Sphyraena sp., dan lain-lain. 3.2.2. Penyaing Jenis-jenis hewan penyaing yang sering ditemukan di tambak diantaranya : 1. Cacing Polychaeta “Dendronereis sp. (Palolo)” 2. Udang-udangan Mesopodopsis (Jambret), Metapenaus monoceros (Udang api-api), Penaeus merguiensis (Udang putih), Penaeus indicus (Udang jaring) 3. Serangga Chironomus sp. 4. Moluska Cerithidae, Trisipan 5. Ikan Cichlidae Tilapia mossambica (Mujair), Microryridae, Aplocheilus panchax (Kepala timah),Mugiliidae Mugil Cephalus (Belanak),Siganiidae Siganus sp. (Samadar) 3.2.3.Perusak Keberadaan hama ini dapat menimbulkan bebrapa kerugian diantaranya kerusakan pada tanggul sehingga menyebabkan kebocoran . Jenis perusak antara lain kepiting (Scylla serrata) dan udang pantus (Thalassina sp). Kepiting biasanya membuat lubang-lubang pada tanggul sehinga kedalaman air sulit dipertahankan dan masuk hama pemangsa dan penyaing dalam petakan tambak. Selain itu menyebabkan ikan / udang lolos melalui lubang kepiting.
Prosedur Pengendalian Hama Prosedur pengendalian hama dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu : Cara Fisik 1. Pengolahan Tanah Sebelum benur ditebar, usahakan agar tambak dikeringkan secara total agar semua organisme mati dan pengeringan dasar tambak dapat membantu memperbaiki struktur tanah dasar. 2. Perbaikan Pematang Lubang-lubang pada pematang sebaiknya diperbaiki, jika terdapat lubang dapat dilakukan penyumbatan. Cara lain adalah dengan melapisi tanggul dengan plastik. 3. Mekanik (Penangkapan langsung) Dilakukan dengan menangkapi udang liar, ikan, kepiting dan ular. Cara ini sangat efektif jika dilakukan teratur sehingga menghemat biaya pembelian pestisida.
4. Penyaringan Air yang Masuk Air yang ke dalam tambak harus disaring terlebih dahulu, misalnya dengan ijuk atau dengan saringan yang berukuran halus agar hewan-hewan liar tidak dapat masuk kedalam petakan tambak. Cara Kimiawi Jika cara fisik mengalami hambatan maka cara kimiawi dapat digunakan tetapi tetap harus hati-hati dalam pemilihan jenis maupun dosis yang digunakan. Cara kimiawi lebih menguntungkan dalam hal tenaga dan waktu.
3.3. PENGERTIAN PENYAKIT Penyakit di artikan sebagai suatu keadaan fisik, morfologi, dan atau fungsi yang mengalami perubahan dari kondisi normal karena beberapa penyebab, dan terbagi atas dua kelompok yaitu penyebab dari dalam (internal) dan luar (eksternal). Penyakit ikan umumnya
adalah eksternal. Penyakit internal : genetik, sekresi internal, imunodefisiensi, saraf dan metabolik. Penyakit eksternal : 1). Non patogen · Penyakit lingkungan :suhu dan kualitas air lainnya (pH, kelarutan gas, zat beracun). · Penyakit nutrisi : kekurangan nutrisi, gejala keracunan bahan pakan. 2). Patogen; bersifat parasit dan terdiri atas empat kelompok yaitu : · Penyakit viral · Penyakit jamur · Penyakit bakterial Gejala-gejala umum penyakit ikan 1. Warna kusam atau pucat 2. Sirip rontok 3. Sirip lepas dan kadang tidak rapi 4. Luka 5. Pendarahan 6. Produksi lendir berlebihan/berkurang 7. Tutup insang selalu terbuka, warna lembar insang pucat 8. Benjolan pada insang/daging 9. Mata menonjol 10. Ukuran kepala dan badan tidak proporsional, kemungkinan terjadi kelainan bentuk lain Karakteristik penyakit infeksi pada ikan. Ikan merupakan salah satu hewan air yang selalu bersentuhan dengan lingkungan perairan sehingga mudah terinfeksi patogen melalui air. Infeksi bakteri dan parasit tidak terjadi pada hewan darat melalui perantara udara, namun pada ikan sering terjadi melalui air. Pada budidaya, air tidak hanya sebagai tempat hidup bagi ikan, tapi juga sebagai perantara bagi patogen. 3.3.1 Istilah penting penyakit infeksi pada ikan Istilah penting yang seringkali digunakan dalam penyakit infeksi ikan adalah sebagai berikut : Epidemiologi : ilmu yang mempelajari hubungan berbagai faktor yang mempengaruhi frekuensi
dan penyebaran penyakit pada suatu komunitas. Penyebaran vertikal : penyebaran penyakit dari suatu generasi ke generasi selanjutnya melalui telur. Penyebaran horisontal : penyebaran penyakit dari ikan satu ke ikan yang lain pada kelompok ikan dan waktu yang sama. Carrier : hewan yang membawa organisme penyebab penyakit dalam tubuhnya, namun hewan tersebut terlihat sehat sehingga menjadi pembawa atau penyebar infeksi. Vektor : hewan yang menjadi perantara organisme penyebab penyakit dari inang yang satu ke inang yang lain. Contoh : siput, burung. Patogenisitas : kemampuan untuk dapat menyebabkan terjadinya penyakit. Virulensi : derajat patogenisitas suatu mikroorganisme. Kisaran inang : kisaran hewan-hewan yang dapat diinfeksi oleh patogen.
3.3.2 Prosedur diagnosa di lapangan Pengukuran panjang dan berat ikan. Pengamatan tanda-tanda luar pada permukaan tubuh dan insang. Gunting lembaran insang dan ambil lendir tubuh untuk mendeteksi parasit di bawah mikroskop. Ambil contoh darah dari sirip dada menggunakan jarum suntik untuk pembuatan preparat apusan darah dengan menggunakan pewarnaan Giemsa. Isolasi jamur dengan menggunakan agar GY jika diduga terjadi infeksi jamur. vi. Isolasi bakteri dari sirip atau insang dengan menggunakan agar cytophaga, jika diamati adanya insang atau sirip yang membusuk. Isolasi bakteri dari luka dengan menggunakan agar TS atau BHI, jika ikan memiliki borok atau ada pembengkakan pada permukaan tubuh. Bedah ikan dengan peralatan bedah yang bersih untuk membuka rongga perut dan amati tanda-tanda internal.Isolasi bakteri dari hati, ginjal dan limpa dengan menggunakan agar TS atau BHI. x. Pembuatan preparat limpa pada kaca preparat dengan pewarnaan Giemsa untuk mendeteksi infeksi bakteri.Fiksasi setiap organ dengan larutan formalin 10°I° berpenyangga fosfat- untuk histopatologi dan dalam etanol 70% untuk uji PCR. Pekerjaan di laboratorium Pekerjaan yang paling penting bagi ahli penyakit adalah mendiagnosa penyakit. Jika diagnosanya salah, maka penanganannya juga akan salah. Bila terlalu lama untuk mendiagnosa penyakit, ikan mati sebelum pengobatan dilakukan, diagnosa harus tepat dan cepat.
Prosedur diagnosa adalah sebagai berikut : pertama, coba isolasi patogen dari ikan yang sakit (kecuali untuk infeksi oleh virus); kedua, patogen yang diisolasi diinfeksikan ke ikan yang sehat. Bila diduga virus, larutan yang sudah disaring dengan menggunakan saringan 0,45 µm homogen, diinfeksikan ke ikan yang sehat. Jika ikan yang sekarat (moribund) dengan gejala seperti ikan yang sakit tersebut, hal ini membuktikan bahwa yang diisolasikan tersebut merupakan penyebab penyakit. Dengan demikian, penyebab penyakit teridentifikasi sebagai spesies yang sama dengan patogen sebelumnya. Diagnosa penyakit ikan dapat menjadi lengkap dengan adanya identifikasi penyebab penyakit. Metode pemeriksaan untuk konfirmasi diagnosa berbeda untuk setiap jenis patogen, virus, bakteri, jamur dan parasit. Tindakan penanganan Penyakit viral : jika ikan terinfeksi oleh virus sangatlah sulit untuk diobati. Ada dua cara tindakan pencegahan yaitu membersihkan virus penyebab penyakit dari lingkungan clan meningkatkan kekebalan ikan terhadap viral. Tindakan pencegahan pertama, desinfeksi semua wadah clan peralatan, seleksi incluk clan telur bebas virus. Tindakan selanjutnya bila memungkinkan adalah meningkatkan kualitas telur, penggunaan vaksin clan immunostimulan atau vitamin. Diantara tindakan penanganan yang ada, vaksin merupakan tindakan yang paling efektif untuk mencegah penyakit viral. Sampai sekarang, vaksin untuk beberapa penyakit viral telah dikembangkan sebagai komoditas komersial, tapi untuk virus herpes koi belum dilakukan. Di masa yang akan datang, vaksin terhadap virus herpes koi dapat dikembangkan. Penyakit bakterial : penyakit bakterial dapat diobati dengan antibiotika. Namun, penggunaan antibiotika yang tidak tepat menghasilkan efek yang negatif. Itulah sebabnya pemilihan antibiotika yang tepat merupakan pekerjaan yang paling penting untuk masalah infeksi bakteri. Pemilihan antibiotika dilakukan berdasarkan hasil uji sensitivitas obat. Antibiotika dapat mengobati dengan cepat ikan yang terinfeksi dengan bakteri, namun dapat menyebabkan timbulnya bakteri yang resisten terhadap antibiotika. Dari hal tersebut, pengembangan vaksin terhadap setiap penyakit bakterial sangatlah penting. Penyakit jamur : sampai sekarang belum dikembangkan tindakan penanganan untuk infeksi jamur pada hewan air. Jadi pencegahan tindakan yang dapat dilakukan. Spora yang berenang di air untuk menemukan inang menunjukkan sensitivitas terhadap beberapa zat kimia. Penyakit parasitik : pada umumnya ektoparasit dapat ditangani dengan zat kimia. Namun, telur dan siste memiliki resistensi terhadap zat kimia. Berdasarkan keberadaan parasit, pengobatan
kedua harus dilakukan setelah spora atau oncomiracidium menetas. Untuk menentukan jadwal pengobatan untuk setiap parasit, studi siklus hidup parasit sangatlah penting. 3.3.3.. PENYAKIT YANG MENYERANG IKAN BANDENG Penyakit penting yang sering menyerang bandeng adalah : 3.3.3.1 Pembusukan sirip Disebabkan oleh bakteri. Gejalanya sirip membusuk dari bagian tepi. 3.3.3.2.Vibriosis Disebabkan oleh bakteri Vibriosis sp , gejalanya nafsu makan turun, pembusukan sirip, dan bagian perut bengkak oleh cairan. 3.3.3.3 Penyakit oleh Protozoa. Gejalanya nafsu makan hilang, mata buta, sisik terkelupas, insang rusak, banyak berlendir. 3.3.3.4. Penyakit oleh cacing renik. Sering disebabkan oleh cacing Diploctanum yang menyerang bagian insang sehingga menjadi pucat dan berlendir. Penyakit dari bakteri, parasit dan jamur disebabkan lingkungan yang buruk, dan penurunan daya tahan tubuh ikan. Penurunan kualitas lingkungan disebabkan oleh tingginya timbunan bahan organik dan pencemaran lingkungan dari aliran sungai.. Bahan organik dan kotoran akan membusuk dan manghasilkan gas-gas yang berbahaya. Ketahanan tubuh ikan ditentukan konsumsi nutrisinya. Maka cara pengendalian penyakit harus menitikberatkan pada kedua faktor tersebut. Untuk mengatasi penurunan kualitas lingkungan dapat dilakukan perlakuan TON dengan dosis 5 botol/ha atau 25 gr (2 sendok makan)/100 m2 yang mengandung unsur mineral dan asam-asam organik penting yang mampu menetralkan berbagai gas berbahaya hasil pembusukan kotoran dalam kolam dan unsur mineral akan menyuburkan plankton sebagai pakan alami. Untuk mencukupi kebutuhan nutrisi dalam jumlah yang ideal, perlu diberikan pakan dengan standar protein yang sesuai serta dengan penambahan/pencampuran NASA pada pakan buatan. NASA dengan kandungan mineral-mineral penting, vitamin, asam organic, protein dan lemak akan menambah dan melengkapi nutrisi pakan, sehingga ketahanan tubuh untuk hidup dan berkembang selalu tercukupi. 3.3.4. Penyakit bakterial pada ikan kerapu
Diantara jenis bakteri tersebut bakteri V alginolyticus dan V fuscus merupakan jenis yang sangat patogen pada ikan kerapu tikus. 3.3.4.1. Vibrio alginolyticus Vibrio alginolyticus dicirikan dengan pertumbuhannya yang bersifat swarm (Gambar 2) pada media padat non selektif. Ciri lain adalah gram negatif, motil, bentuk batang, fermentasi glukosa, laktosa, sukrosa dan maltosa, membentuk kolom berukuran 0.8-1.2 cm yang berwarna kuning pada media TCBS. Bakteri ini merupakan jenis bakteri yang paling patogen pada ikan kerapu tikus dibandingkan jenis bakteri lainnya. Nilai konsentrasi letal median (LC50) adalah sebesar 106.6 pada ikan dengan berat antara 5-10 gram. Kematian masal pada benih diduga disebabkan oleh infeksi bakteri V alginolyticus. Pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan penggunaan berbagai jenis antibiotika seperti Chloramfenikol, eritromisina dan oksitetrasiklin. Sifat lain yang tidak kalah penting adalah sifat proteolitik yang berkaitan dengan mekanisme infeksi bakteri. 3.3.4.2. Vibrio anguillarum Dibandingkan dengan V alginolyticus, V anguillarum merupakan spesies yang kurang patogen terhadap ikan air payau. Pada uji patogenisitas ikan kerapu tikus ukuran 5 gram yang diinfeksi bakteri dengan kepadatan tinggi hingga 108 CFU/ikan hanya mengakibatkan mortalitas 20%. Diagnosis penyakit dapat dilakukan dengan melakukan isolasi dan identifikasi bakteri. Penumbuhan bakteri pada media selektif TCBS akan didapatkan koloni yang kekuningan dengan ukuran yang hampir sama dengan koloni V alginolyticus akan tetapi bakteri ini tidak tumbuh swarm pada media padat non-selektif seperti NA. 3.3.4.3 Penyakit Protozoa 4.3.4.1. Cryptocaryonosis Penyakit ini sering ditemukan pada ikan kerapu bebek dan macan, dengan tanda ikan yang tersering terlihat bercak putih. Stadia parasit yang menginfeksi ikan dan menimbulkan penyakit adalah disebut trophont berbentuk seperti kantong atau genta (Gambar 3) berukuran antara 0.3-0.5 mm, dan dilengkapi dengan silia. Tanda klinis ikan yang terserang adalah ikan seperti ada gangguan pernafasan, bercak putih pada kulit, produksi mukus yang berlebihan,
kadang disertai dengan hemoragi, kehilangan nafsu makan sehingga ikan menjadi kurus. Erosi (borok) dapat terjadi karena infeksi sekunder dari bakteri. Diagnosis dapat dilakukan dengan melihat gejala seperti adanya bercak putih, tetapi untuk lebih memantapkan (diagnosis definitif) perlu dilakukan pengamatan secara mikroskopis dengan cara memotong insang, mengerok dari lendir. Serangan penyakit dapat diatasi dengan penjagaan kualitas air. Perlakuan bahan kimia pengendali parasit dapat dilakukan seperti perendaman dalam larutan formalin 25 ppm, perendaman ikan dalam air bersalinitas 8 ppt selama beberapa jam dan memindahkan ikan yang udah diperlakukan ke dalam wadah barn bebas parasit.
4.3.3.2. Infestasi Trichodina Penempelan Trichodina (Gambar 4) pada tubuh ikan sebenarnya hanya sebagai tempat pelekatan (substrat), sementara parasit ini mengambil partikel organik dan bakteri yang menempel di kulit ikan. Tetapi karena pelekatan yang kuat dan terdapatnya kait pada cakram, mengakibatkan seringkali timbul luka, terutama pada benih dan ikan muda. Pelekatan pada insang juga seringkali disertai luka dan sering ditemukan set darah merah dalam vakuola makanan Trichodina. Pada kondisi ini maka Trichodina merupakan ektoparasit sejati. Trichodina yang merupakan ektoparasit pada ikan air laut mempakan spesies yang bersifat sebetulnya lebih bersifat komensal daripada ektoparasit. Trichodina spp. yang didapatkan pada ikan air payau merupakan spesies yang memiliki toleransi yang luas terhadap kisaran salinitas. Trichodina yang menempel di insang umunmya berukuran lebih kecil dibandingkan yang hidup di kulit, contohnya adalah Trichodinella. Ikan yang terserang Trichodina biasanya warna tubuhnya terlihat pucat, produksi lendir yang berlebihan dan terlihat kurus. Diagnosis dapat dilakukan dengan cara melakukan pengerokan (scraping) pada kulit, atau mengambil lembaran insang dan melakukan pemeriksaan secara mikroskopis. Pencegahan terhadap wabah penyakit adalah dengan cara pengendalian kualitas lingkungan, karena mewabahnya penyakit berkaitan dengan rendahnya kualitas lingkungan. Perlakuan terhadap ikan yang terinfeksi oleh parasit adalah dengan cara perendaman dalam larutan formalin 200-300 ppm.
4.3.3.3. Caligus sp., parasit golongan Crustacea Parasit jenis ini sering, ditemukan baik pada induk ikan maupun di tambak. Penempelan ektoparasit ini dapat menimbulkan luka, dan akan lebih parah lagi karena ikan yang terinfeksi dengan parasit sering menggosok-gosokkan tubuhnya ke dinding bak atau substrat keras lainnya. Timbulnya luka akan diikuti dengan infeksi bakteri. Caligus sp. berukuran cukup besar sehingga dapat diamati dengan tanpa bantuan mikroskop. Perlakuan ikan terserang parasit cukup mudah, yaitu hanya merendamnya dalam air tawar selama beberapa menit. Perlakuan dengan formalin 200-250 ppm juga cukup efektif. Penggunaan bahan seperti Triclorvon (Dyvon 95 SP) hiingga 2 ppm dapat mematikan parasit.
KESIMPULAN Dari pembahasan yang ada dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa dalam pembudidayaan ikan, baik pada air payau maupun air laut di butuhkan pengawasan yang ekstra pada kultivan yang di pelihara. Hal ini dilakukan karena tidak menutup kemungkinan bahwa kultivan akan terserang penyakit, yang mana akan menimbulkan kerugian.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, “Pedoman Teknis Penanggulangan Penyakit Ikan Budidaya Laut”, Departemen Kelautan dan perikanan 2005. Anonim, “Pengendalian Hama Yang Sering Terjadi Di Tambak Air Payau” Departemen Kelautan dan Perikanan, 2004. Anonim, “Jenis Penyakit Pada Ikan (Finfish) Budidaya Air Payau” Departemen Kelautan dan Perikanan, 2005. Anonim,“Cegah Bercak Putih (WSSV) yang Menyerang Udang di Tambak” Departemen Kelautan dan Perikanan, 2005. Dr. A. B. Susanto, M.Sc, dkk.”Pembesaran Bandeng”Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, 2004.
Makalah kelompok Dasar-dasar akuakultur Hama Dan Penyakit Pada Pembudidayaan Ikan
OLEH : KELOMPOK
:I
JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR