b. Alloknesis : “Kulit yang Gatal” Alloknesis adalah fenomena di mana rangsangan yang biasanya tidak berbahaya menyebabkan gatal. Misalnya, aplikasi sikat halus ke tempat yang gatal menginduksi gatal. Alloknesis analog dengan yang lebih dikenal dengan allodynia (didefinisikan sebagai nyeri akibat rangsangan, yang biasanya tidak menimbulkan rasa sakit). Jenis gatal ini dimediasi oleh unit mekanis mekanoreseptor dan juga aktivitas serabut saraf C yang berkelanjutan dan dianggap sebagai respon sensitisasi saraf pusat. Alloknesis sering terjadi pada dermatitis atopik kronis, berkeringat atau sedikit rangsangan mekanis yang terkait dengan pemakaian wol memperburuk gatal. Peran sebenarnya dari sensitisasi sentral pada pruritus yang terkair dengan penyakit tertentu tidak diketahui.
c. Transmisi Pruritus pada Kulit Satu-satunya jaringan perifer yang gatalnya bisa dipicu adalah kulit, selaput lendir dan kornea. Menariknya, saraf di lapisan dermis retikuler yang lebih dalam dan lemak subkutan tidak mentransmisi sesuai gatal dan penyakit kulit inflamasi yang mempengaruhi area tersebut, misalnya panniculitis, menimbulkan rasa nyeri tapi tidak gatal. Penghapusan epidermis menghapus persepsi pruritus, menunjukkan bahwa unit reseptor pruritus terutama terletak di lapisan ini. Diduga bahwa epidermis bertindak sebagai reseptor gatal, namun reseptor spesifik belum dapat diidentifikasi. Mikroskop cahaya dan studi ultrastruktural kulit manusia telah menunjukkan adanya serabut saraf intraepidermal dengan ujung saraf nonspecialized “bebas” yang meluas ke stratum granulosum. Serabut saraf epidermis banyak memberi tanda positif untuk neuropeptida yang terlibat dalam transmisi gatal. Baru-baru ini ditunjukkan bahwa Mrgprs, salah satu reseptor protein-ganda G diekspresikan secara eksklusif di neuron sensorik perifer, berfungsi sebagai reseptor gatal. Keratinosit mengekspresikan berbagai mediator dan reeptor neural, yang keseluruhannya tampaknya terlibat dalam sensasi gatal. Mediator-mediator termasuk opioid, protease, substansi P (SP), nerve growth factor (NGF), neurotropin 4 dimana reseptornya termasuk reseptor opioid µ- dan ĸ-, proteinase activated reseptor-2 (PAR-2), reseptor vanilloid, tropomyosin-related kinase A (TRKA), transient reseptor potential vanilloid (TRPV), ion channels, reseptor gastrin releasing peptide dan
reseptor cannabinoid 1 dan 2. Keratinosit juga memiliki saluran adenosin trifosfat voltase dan reseptor adenosin yang serupa dengan serabut saraf C. Karena saluran ini memiliki peran dalam rasa sakit, temuan ini mengindikasikan bahwa keratinosit dapat bertindak sebagai reseptor gatal
d. Serabut Saraf Khusus untuk Transmisi Pruritus Kemajuan signifikan dalam pemahaman tentang neurofisiologi gatal telah dicapai dalam dekade terakhir. Microneurography telah membantu menyangkal konsep bahwa pruritus dan nyeri hanyalah respons dari neuron yang sama terhadap rangsangan ringan dan intens. Studi yang menggunakan stimulasi medan listrik ditambah dengan microneurography telah mengidentifikasi serabut saraf C histamin-sensisitif yang mentransmisikan gatal. Serabut saraf C memiliki kecepatan konduksi yang sangat lambat, wilayah persarafan yang sangat luas, dan mewakili tidak lebih dari 5% serat C total. Neuron ini sensitif terhadap rangsangan pruritogenik dan termal seperti pada capsaicin, tapi bukan rangsangan mekanis. Respon sekunder subkumpulan neuron C terhadap perubahan suhu dan juga rangsangan pruritus menarik karena peningkatan suhu kulit menurunkan ambang rangsang reseptor pruritus dan kebanyakan pasien pruritus mengeluhkan pruritus hebat di daerah yang hangat. Pada gatal kronis, aktivitas spontan pada serat C ini terjadi, sebaliknya, sebagian besar serat C sensitif terhadap rangsangan mekanik dan panas dan sama sekali tidak sensitif terhadap histamin. Keberadaan dari serat C khusus-transmisi-gatal didukung oleh penelitian spinal-cord pathway. Saraf C aferen itch-transmitting primer bersinaps dengan saraf transmisi sekunder yang menyeberang ke traktus spinotalamikus kontralateral dan naik ke thalamus. Pada kucing, microneurography mengidentifikasi saraf lamina 1 pada traktus spinotalamikus lateral yang secara selektif respon terhadap histamin, menimbulkan adanya central-dedicated nerve pathway untuk pruritus. Serabut saraf C lainnya juga mentransmisikan gatal. Gatal yang diinduksi secara mekanis, klinis biasa ditemukan, misalnya, gatal terkait kontak dengan wol tidak bisa dijelaskan dengan serabut saraf sensitif-histamin. Pasien dengan pruritus kronis, rangsangan elektrikal atau nyeri juga bisa menginduksi gatal. Antihistamin oral tidak efektif dalam pengobatan sebagian besar jenis gatal, menunjukkan bahwa serat yang dimediasi
nonhistamin juga memainkan peran penting. Jalur pruritus nonhistaminergik yang terpisah yang diaktifkan oleh cowhage (Mucuna pruriens) ditemukan pada serabut saraf perifer manusia seperti juga pada traktus spinotalamikus pada primata. Bahan aktif yang menginduksi gatal oleh cowhage telah ditemukan yaitu protease sistin yang bekerja melalui PAR-2 dan PAR-4. Oleh karena itu, dua subpopulasi paralel dari serabut