Gulma1.docx

  • Uploaded by: harryanatal prayoga
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Gulma1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,284
  • Pages: 18
MAKALAH PENGELOLAAN GULMA “Alternanthera sessilis (L.) DC”

Oleh:

HARRYANATAL PRAYOGA MINGGUS NIM. D1B117055

JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2019

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Di Indonesia gulma merupakan makhluk hidup berhijau daun yang dapat menurunkan kualitas dari tanaman yang di budidayakan oleh semua petani. Beberapa cara pengendalian gulma telah dilakukan agar gulma tidak menurunkan produksi. Didalam komoditas suatu tanaman selalu ada persaingan dalam penyerapan makanan yang terjadi. Terutama persaingan antara tanaman yang dibudidayakan dan gulma yang memperebutkan unsur hara. Gulma didefinisikan sebagai kelompok jenis tumbuhan yang hidupnya atau tumbuhnya tidak dikehendaki oleh manusia karena dianggap mengganggu dan bisa merugikan hasil tanaman yang dibudidayakan bersifat kuantitatif (kerugian dalam bentuk jumlah atau dapat diwujudkan dengan angka) dan bersifat kualitatif (kerugian dalam bentuk kualitas hasil pertanian yang tidak dapat diwujudkan dengan angka). Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh di sekitar tanaman budidaya, sehingga gulma sering disebut tumbuhan penggangu. Manfaat dari gulma belum banyak diketahui, sehingga gulma dianggap menjadi tumbuhan yang mengganggu pekerjaan petani dalam memelihara tanaman budidayanya. Adanya gulma di areal budidaya menyebabkkan terjadinya persaingan dengan tanaman pokok. Dalam melangsungkan kehidupannya, gulma dan tanaman pokok memperebutkan unsur hara, cahaya, air, udara dan tempat tumbuh. Akibat adanya persaingan tersebut keberadaan gulma menjadi suatu penyebab penurunan hasil karena tanaman pokok tidak dapat berproduksi optimal. Selain itu gulma juga dapat menjadi tumbuhan inang hama dan penyebab penyakit. Kerugian yang ditimbulkan gulma dapat lebih besar dari seranagan hama dan penyakit, sehingga perlu dikendalikan. Pengendalian gulma harus disesuaikan dengan jenis tanaman budidaya, jenis gulma, siklus hidup gulma, cara berkembang-biak gulma dan cara penyebarannya. Populasi gulma dalam kurun waktu tertentu selalu mengalami perubahan. Perubahan terjadi akibat faktor-faktor yang disengaja maupun secara alami di habitat hidupnya. Penggunaan herbisida di suatu lahan pertanian misalnya juga menyebabkan terjadinya dinamika populasi gulma. Konsekuensi dari pemakaian herbisida yang sama (sama jenis bahan aktif atau sama cara kerja) secara berulang-

ulang dalam periode yang lama pada suatu areal maka ada dua kemungkinan masalah yang timbul pada areal tersebut yaitu terjadi dominansi populasi gulma resisten-herbisida atau dominansi gulma toleran herbisida. 1.2. Rumusan masalah Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Apa pengertian gulma? 2. Menjelaskan klasifikasi dan deskripsi dari Alternanthera sessilis (L.) DC? 3. Apa peranan negatif gulma dan peranan positif gulma? 4. Bagaimana cara pengendalian gulma?

1.3 Tujuan Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk dapat mengetahui pengertian gulma 2. Untuk dapat mengetahui klasifikasi dan deskripsi dari Alternanthera sessilis (L.) DC 3. Untuk dapat mengetahui peranan negatif gulma dan peranan positif gulma 4. Untuk dapat mengetahui cara pengendalian gulma

BAB II. LANDASAN TEORI

Kemampuan tanaman bersaing dengan gulma tergantung pada spesies gulma, kepadatan gulma, saat dan lama persaingan, cara budidaya dan varietas yang ditanam, serta tingkat kesuburan tanah. Perbedaan spesies, akan menentukan kemampuan bersaing karena perbedaan system fotosintesis, kondisi perakaran dan keadaan morfologinya. Gulma yang muncul atau berkecambah lebih dulu atau bersamaan dengan tanaman yang dikelola, berakibat besar terhadap pertumbuhan dan hasil panen tanaman. Persaingan gulma pada awall pertumbuhan akan mengurangi kuantitas hasil, sedangkan persaingan dan gangguan gulma menjelang panen berpengaruh besar terhadap kualitas hasil (Kilkoda, 2015). Pengendalian gulma merupakan subjek yang sangat dinamis dan perlu strategi yang khas untuk setiap kasus. Beberapa hal perlu dipertimbangkan sebelum pengendalian gulma dilakukan dengan cara jenis gulma dominan, tumbuhan budidaya utama , alternatif pengendalian yang tersedia ,dan dampak ekonomi dan ekologi (Arsetia, 2016). Kerugian utama yang ditimbulkan oleh gulma antara lain menurunkan kuantitas hasil, mengurangi kualitas hasil, mempersulit pengolahan tanah dan mengganggu kelancaran pengairan. Periode kritis persaingan tanaman dan gulma terjadi sejak tanam sampai seperempat atau sepertiga dari daur hidup tanaman tersebut. Persaingan gulma pada waktu itu menyebabkan turunnya hasil secara nyata. Gulma pada jagung dapat menurunkan hasil hingga 20–60% (Hasanuddin, 2012).

Gulma juga mempunyai nilai positif yang memberikan keuntungan bagi tanaman budidaya. Pertama, gulma dapat mengurangi resiko erosi yang terjadi di areal pertanaman tanaman budidaya. Kedua, gulma dapat menjadi inang hewan predator bagi hama – hama yang merusak tanaman. Gulma juga dapat berperan sebagai LCC (Legume cover crop) (Iskandar, 2009). Pengendalian gulma dimaksudkan untuk menekan atau mengurangi pertumbuhan populasi gulma sehingga penurunan hasil yang diakibatkannya secara ekonomi menjadi tidak berarti. Cara pengendalian gulma berbeda berbeda dengan pengendalian hama dan penyakit tanaman pada umumnya. Pestisida adalah racun untuk membunuh serangga (insektisida), fungi atau cendawan, nematoda dan lainlain hama dan penyakit pengganggu rumah (Wudianto, 1990). Herbisida adalah salah satu jenis pestisida yang merupakan bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan digunakan untuk mematikan tanaman pengganggu/gulma (Purba, 2009). Gulma dalam kelompok ini mempunyai ciri-ciri seperti daun sempit seperti teki-tekian tetapi memiliki stolon, alih-alih umbi. Stolon ini di dalam tanah membentuk jaringan rumit yang sulit diatasi secara mekanik. Daun-daun soliter pada buku-buku, tersusun dalam dua deret, umumnya bertulang daun sejajar, terdiri atas dua bagian yaitu pelepah daun dan helaian daun. Daun biasanya berbentuk garis (linier), tepi daun rata. Lidah-lidah daun sering kelihatan jelas pada batas antara pelepah daun dan helaian daun, contoh gulma kelompok ini adalah alangalang (Imperata cylindrica), rumput belalang (Digitaria sanguinalis), rumput kekawatan (Cynodon dactylon) , dan kelangan (Eleusine indica) (Ngatiman, 2016)

BAB III. PEMBAHASAN 3.1. Pengertian gulma Gulma adalah segala tanaman yang tumbuh pada tempat yang tidak diinginkan. Bunga mawar pun, jika tumbuh di tengah sayuran juga termasuk Gulma. Kebanyakan Gulma adalah tanaman yang cepat tumbuh dan dapat menghasilkan sejumlah besar biji dalam waktu singkat. Biasanya bijinya mudah tersebar, misalnya bunga dandelion dengan buahnya yang bisa tersebar hanya dengan angin kecil. Beberapa gulma akan terus menebarkan bijinya walaupun pohonnya telah dicabut. Di atas tanah, dari gulma kebun biasa, bunga-bunganya akan membuat setumpuk biji berambut pada timbunan kompos jika ditaruh disitu dan tidak dihancurkan. Gulma lain seperti tumbuhan rambat bunga kuning menghasilkan puncuk yang berakar setiap kali menyentuh tanah. Dengan ini, tanaman menjalar dengan cepat. Ada Gulma yang seperti konvolvulus, harus diangkat sepenuhnya dari tanah. Sisa tangkai yang tercecer akan tumbuh sebagai tanaman baru. Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh di sekitar tanaman budidaya, sehingga gulma sering disebut tumbuhan penggangu. Manfaat dari gulma belum banyak diketahui, sehingga gulma dianggap menjadi tumbuhan yang mengganggu pekerjaan petani dalam memelihara tanaman budidayanya. Adanya gulma di areal budidaya menyebabkkan terjadinya persaingan dengan tanaman pokok. Dalam melangsungkan kehidupannya, gulma dan tanaman pokok memperebutkan unsur hara, cahaya, air, udara dan tempat tumbuh. Akibat adanya persaingan tersebut keberadaan gulma menjadi suatu penyebab penurunan hasil karena tanaman pokok

tidak dapat berproduksi optimal. Selain itu gulma juga dapat menjadi tumbuhan inang hama dan penyebab penyakit. Kerugian yang ditimbulkan gulma dapat lebih besar dari seranagan hama dan penyakit, sehingga perlu dikendalikan. Pengendalian gulma harus disesuaikan dengan jenis tanaman budidaya, jenis gulma, siklus hidup gulma, cara berkembang-biak gulma dan cara penyebarannya. 3.2. Klasifikasi dan deskripsi dari Alternanthera sessilis (L.) DC a. Klasifikasi Alternanthera sessilis (L.) DC Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas

: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas

: Hamamelidae

Ordo

: Caryophyllales

Famili

: Amaranthaceae

Genus

: Alternanthera

Spesies

: Alternanthera sessilis (L.) DC

Nama daerah : Matean/Mremah

b. Klasifikasi Alternanthera sessilis (L.) DC 

Ekologi: herba menahun, berumpun kuat, tinggi 0.2 – 0.5 m. Tumbuh pada ketinggian 5 – 1600 m. Buah di Jawa tidak berkembang dengan sempurna.



Batang: berambut tipis yang merata.



Daun: bentuk solet sampai memanjang, kerapkali kemerah-merahan atau bernoda.



Bunga: dalam tongkol duduk, kadang-kadang seolah-olah bertangkai, tidak berduri tempel; dalam ketiak dan garpu. Daun pelindung kecil, runcing, bertepi semacam selaput. Daun tenda bunga 5, runcing, keputih-putihan serupa selaput, panjang kurang lebih3 mm, bertulang daun 3, dari luar berambut. Benang sari 5. tangkai sari pada pangkalnya bersatu seperti mangkok yang pendek. Kepala sari berganti-ganti dengan taju yang berbentuk pita pada ujung yang berbagi dalam umbai. Tangkai putik pendek, kepala putik berbentuk tombol.

3.3. Peranan negatif gulma dan peranan positif gulma a. Peranan negatif Adapun dampak negatif yang timbul akibat gulma antara lain : 1. Persaingan antara tanaman utama dan gulma dalam pengambilan air, unsur hara, cahaya, dan ruang lingkup mengakibatkan pertumbuhan tanaman melambat dan kemampuan berproduksinya menurun. 2. Kualitas produksi pertanian menjadi turun akibat terkontaminasi atau terkotori oleh benih-benih gulma dan bagian tanaman yang lainnya. 3. Gulma tertentu dapat mengeluarkan senyawa kimiawi yang bersifat racun bagi tanaman sehingga merusak pertumbuhannya. 4. Pekerjaan para petani menjadi terganggu dan tidak lancar akibat gulma yang memiliki duri atau rambut-rambut halus yang gatal. 5. Gulma bisa menjadi perantara atau tanaman inang bagi hama atau penyakit tertentu yang dapat menyerang tanaman utama. 6. Ada pula gulma yang dapat membahayakan kesehatan manusia karena mempunyai tepung sari yang bisa menimbulkan alergi.

7. Adanya gulma akan menaikkan ongkos usaha pertanian, termasuk waktu dan tenaga, karena harus mengendalikannya 8. Gulma yang tumbuh di air bisa mengurangi efisiensi sistem irigasi dan menimbulkan pemborosan air akibat proses penguapan yang berlebih. b. Peranan positif Gulma juga mempunyai pengaruh positif dalam lingkungan yaitu bermanfaat untuk: 1. Melindungi tanah dari erosi Imperata cylindrica, paspalum, conjugatan, axonopus. Gulma – gulma tersebut menjalar pada perakaran tanah sehingga dapat menahan air sehingga tidak terjadi erosi. 2. Menyuburkan tanah Gulma yang dapat menyuburkan tanah yaitu Centrocema pubescens, Rureuria Javanica. 3. Sebagai Inang Pengganti Gulma juga dapat berpperan sebagai predator serangga hama atau pathogen 4. Sebagai Musuh Alami Contoh gulma sebagai musuh alami yaitu Cytrohynus lividevenis, Diadema Ecerophaga 5. Sebagai Trop Crop Gulma yang berfungsi sebagai Trop Crop yaitu Tripascum laxum pada teh, Platylenchus Titonia Diversipolia 6. Sebagai Tanaman Penghalang Contohnya Tagetes patula, Meloidgyne Hapla 7. Sebagai Herbalium a. Meniran (Phylanthus urinaria, Linn.) Meniran mengandung filantin, hipofilantin, kalium, damar dan tannin. Filantin dan

hipofilantin berkhasiat melindungi sel hati dan zat toksik

(hepatoprotektor). Meniran

berkhasiat

membersihkan

(liver),ayan, pereda demam, peluruh kencing,

peluruh

haid,disentri, mengobati jerawat dan menambah nafsu

hati/

sakit

dahak, makan.

kuning peluruh

b. Rumput Teki ( Cyperus rotundus ) Sebuah situs kesehatan menyebutkan, penelitian di Cina menemukan bahwa secara tunggai maupun kombinasi, 6-9 gram rimpang teki bisa membantu meringankan ketidakteraturan

siklus

pramenstruasi (PMS). Rimpang

haid

serta

meringankan

sindrom

teki juga sering dipakai untuk meningkatkan

nafsu makan, meredakan demam dan

meringankan penyakit hati. Di India

digunakan sebagai produk perawatan rambut dan

kulit.

Kandungan

minyak

atsirinya digunakan sebagai parfum. 8. Pengaruh menguntungkan pada tanah a. Mampu memompa hara b. Perakaran dalam. c. Melindungi tanah dari bahaya erosi 9. Pengaruh pada populasi jasad pengganggu a. Beberapa jenis parasit tanaman lebih menyukai hidup di gulma dan akan menyerang tanaman budidaya jika gulmanya tidak ada b. Pengendalian gulma secara total tidak dianjurkan 3.4. Cara-cara pengendalian gulma Pengendalian dapat berbentuk pencegahan dan pemberantasan. Mencegah biasanya lebih murah tetapi tidak selalu lebih mudah. Di negara-negara yang sedang membangun kegiatan pengendalian yang banyak dilakukan orang adalah pemberantasan. Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan cara-cara : 1. Preventif (pencegahan) Cara ini teruatama ditujukan terhadap species-species gulma yang sangat merugikan dan belum terdapat tumbuh di lingkungan kita. Species gulma asing yang cocok tumbuh di tempat-tempat baru dapat menjadi pengganggu yang dahsyat (eksplosif). Misalnya kaktus di Australia, eceng gondok di Asia-Afrika. Cara-cara pencegahan masuk dan menyebarkan gulma baru antara lain adalah : a. Dengan pembersihan bibit-bibit pertanaman dari kontaminasi biji-biji gulma b. Pencegahan pemakaian pupuk kandang yang belum matang c. Pencegahan pengangkutan jarak jauh jerami dan rumput-rumput makanan ternak d. Pemberantasan gulma di sisi-sisi sungai dan saluran-saluran pengairan

e. Pembersihan ternak yang akan diangkut f. Pencegahan pengangkutan tanaman berikut tanahnya dan lain sebagainya. Apabila hal-hal tersebut di atas tidak dapat dilaksanakan dengan baik, maka harus dicegah pula agar jangan sampai gulma berbuah dan berbunga. Di samping itu juga mencegah gulma tahunan (perennial weeds) jangan sampai berbiak terutama dengan cara vegetatif. 2. Pengendalian gulma secara fisik Pengendalian gulma secara fisik ini dapat dilakukan dengan jalan : a. Pengolahan tanah Pengolahan tanah dengan menggunakan alat-alat seperti cangkul, garu, bajak, traktor dan sebagainya pada umumnya juga berfungsi untuk memberantas gulma. Efektifitas alat-alat pengolah tanah di dalam memberantas gulma tergantung beberapa faktor seperti siklus hidup dari gulma atau kropnya, dalam dan penyebaran akar, umur dan ukuran infestasi, macamnya krop yang ditanaman, jenis dan topografi tanah dan iklim. b. Pembabatan (pemangkasan, mowing) Pembabatan umumnya hanya efektif untuk mematikan gulma setahun dan relatif kurang efektif untuk gulma tahunan. Efektivitas cara ini tergantung pada waktu pemangkasan, interval (ulangan) dan sebagainya. Pembabatan biasanya dilakukan di perkebunan yang mempunyai krop berupa pohon, pada halamanhalaman, tepi jalan umum, jalan kereeta pai, padang rumput dan sebagainya. Pembabatan sebaiknya dilakukan pada waktu gulma menjelang berbunga atau pada waktu daunnya sedang tumbuh dengan hebat. c. Penggenangan Penggenangan efektif untuk memberantas gulma tahunan. Caranya dengan menggenangi sedalam 15 - 25 cm selama 3 - 8 minggu. Gulma yang digenangi harus cukup terendam, karena bila sebagian daunnya muncul di atas air maka gulma tersebut umumnya masih dapat hidup. d. Pembakaran Suhu kritis yang menyebabkan kematian pada kebanyakan sel adalah 45 550 C, tetapi biji-biji yang kering lebih tahan daripada tumbuhannya yang hidup.

Kematian dari sel-sel yang hidup pada suhu di atas disebabkan oleh koagulasi pada protoplasmanya. Pembakaran secara terbatas masih sering dilakukan untuk membersihkan tempat-tempat dari sisa-sisa tumbuhan setelah dipangkas. Pada sistem peladangan di luar Jawa cara ini masih digunakan oleh penduduk setempat. Pembakaran umumnya banyak dilakukan pada tanah-tanah yang non pertanian, seperti di pinggir-pinggir jalan, pinggir kali, hutan dan tanah-tanah industri. Keuntungan pembakaran untuk pemberantasan gulma dibanding dengan pemberantasan secara kimiawi adalah pada pembakaran tidak terdapat efek residu pada tanah dan tanaman. Keuntungan lain dari pembakaran ialah insekta-insekta dan hama-hama lain serta penyakit seperti cendawan-cendawan ikut dimatikan. Kejelekannya ialah bahaya kebakaran bagi sekelilingnya, mengurangi kandungan humus atau mikroorganisme tanah, dapat memperbesar erosi, biji-biji gulma tertentu tidak mati, asapnya dapat menimbulkan alergi dan sebagainya. e. Mulsa (mulching, penutup seresah) Penggunaan mulsa dimaksudkan untuk mencegah agar cahaya matahari tidak sampai ke gulma, sehingga gulma tidak dapat melakukan fotosintesis, akhirnya akan mati dan pertumbuhan yang baru (perkecambahan) dapat dicegah. Bahan-bahan yang dapat digunakan untuk mulsa antara lain jerami, pupuk hijau, sekam, serbuk gergaji, kertas dan plastik. 3. Pengendalian gulma dengan sistem budidaya Cara pengendalian ini jiga disebut pengendalian secara ekologis, oleh karena menggunakan prinsip-prinsip ekologi yaitu mengelola lingkungan sedemikian rupa sehingga mendukung dan menguntungkan pertanaman tetapi merugikan bagi gulmanya. Di dalam pengendalian gulma dengan sistem budidaya ini terdapat beberapa cara yaitu : a. Pergiliran Tanaman Pergiliran tanaman bertujuan untuk mengatur dan menekan populasi gulma dalam ambang yang tidak membahayakan. Coontoh : padi – tebu – kedelai, padi – tembakau – padi. Tanaman tertentu biasanya mempunyai jenis gulma tertentu pula, karena biasanya jenis gulma itu dapat hidup dengan leluasa pada kondisi yang cocok untuk pertumbuhannya. Sebagai contoh gulma teki (Cyperus rotundus)

sering berada dengan baik dan mengganggu pertanaman tanah kering yang berumur setahun (misalnya pada tanaman cabe, tomat, dan sebagainya). Demikian pula dengan wewehan (Monochoria vaginalis) di sawah-sawah. Dengan pergiliran tanaman, kondisi mikroklimat akan dapat berubah-ubah, sehingga gulma hidupnya tidak senyaman sebelumnya. b. Budidaya pertanaman Penggunaan varietas tanaman yang cocok untuk suatu daerah merupakan tindakan yang sangat membantu mengatasi masalah gulma. Penanaman rapat agar tajuk tanaman segera menutupi ruang-ruang kosong merupakan cara yang efektif untuk menekan gulma. Pemupukan yang tepat merupakan cara untuk mempercepat pertumbuhan tanaman sehingga mempertinggi daya saing pertanaman terhadap gulma. Waktu tanaman lambat, dengan membiarkan gulma tumbuh lebih dulu lalu diberantas dengan pengolahan tanah atau herbisida. Baru kemudian tanaman ditanam pada tanah yang sebagian besar gulmanya telah mati terberantas. c. Penaungan dengan tumbuhan penutup (cover crops) Mencegah perkecambahan dan pertumbuhan gulma, sambil membantu pertanaman pokoknya dengan pupuk nitrogen yang kadang-kadang dapat dihasilkan sendiri. 4. Pengendalian gulma secara biologis Pengendalian gulma secara biologis (hayati) ialah pengendalian gulma dengan menggunakan organisme lain, seperti insekta, fungi, ternak, ikan dan sebagainya. Pengendalian biologis yang intensif dengan insekta atau fungi biasanya hanya ditujukan terhadap suatu species gulma asing yang telah menyebar secara luas dan ini harus melalui proses penelitian yang lama serta membutuhkan ketelitian. Juga harus yakin apabila species gulma yang akan dikendalikan itu habis, insekta atau fungi tersebut tidak menyerang tanaman atau tumbuhan lain yang mempunyai arti ekonomis. Sebagai contoh pengendalian biologis dengan insekta yang berhasil ialah pengendalian kaktus Opuntia spp. Di Australia dengan menggunakan Cactoblastis cactorum, dan pengendalian Salvinia sp. dengan menggunakan Cyrtobagous singularis. Demikian juga eceng gondok (Eichhornia crassipes) dapat dikendalikan secara biologis dengan kumbang penggerek Neochetina bruchi dan Neochetina

eichhorniae. Sedangkan jamur atau fungi yang berpotensi dapat mengendalikan gulma secara biologis ialah Uredo eichhorniae untuk eceng gondok, Myrothesium roridum untuk kiambang , dan Cerospora sp. untuk kayu apu. Di samping pengendalian biologis yang tidak begitu spesifik terhadap species-species tertentu seperti penggunaan ternak dalam pengembalaan, kalkun pada perkebunan kapas, ikan yang memakan gulma air dan sebagainya. 5. Pengendalian gulma secara kimiawi Pengendalian gulma secara kimiawi adalah pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida. Yang dimaksud dengan herbisida adalah senyawa kimia yang dapat digunakan untuk mematikan atau menekan pertumbuhan gulma, baik secara selektif maupun non selektif. Macam herbisida yang dipilih bisa kontak maupun sistemik, dan penggunaannya bisa pada saat pratanam, pratumbuh atau pasca tumbuh. Keuntungan pengendalian gulma secara kimiawi adalah cepat dan efektif, terutama untuk areal yang luas. Beberapa segi negatifnya ialah bahaya keracunan tanaman, mempunyai efek residu terhadap alam sekitar dan sebagainya. Sehubungan dengan sifatnya ini maka pengendalian gulma secara kimiawi ini harus merupakan pilihan terakhir apabila cara-cara pengendalian gulma lainnya tidak berhasil. Untuk berhasilnya cara ini memerlukan dasar-dasar pengetahuan yang cukup dan untuk itu akan diuraikan tersendiri lebih lanjut. 6. Pengendalian gulma secara terpadu Yang dimaksud dengan pengendalian gulma secara terpadu yaitu pengendalian gulma dengan menggunakan beberapa cara secara bersamaan dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya. Walaupun telah dikenal beberapa cara pengendalian gulma antara lain secara budidaya, fisik, biologis dan kimiawi serta preventif, tetapi tidak satupun cara-cara tersebut dapat mengendalikan gulma secara tuntas. Untuk dapat mengendalikan suatu species gulma yang menimbulkan masalah ternyata dibutuhkan lebih dari satu cara pengendalian. Cara-cara yang dikombinasikan dalam cara pengendalian secara terpadu ini tergantung pada situasi, kondisi dan tujuan masing-masing, tetapi umumnya diarahkan agar mendapatkan interaksi yang positif, misalnya paduan antara pengolahan tanah dengan pemakaian herbisida,

jarak tanam dengan penyiangan, pemupukan dengan herbisida dan sebagainya, di samping cara-cara pengelolaan pertanaman yang lain.

BAB IV. PENUTUP 4.1. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa gulma adalah segala tanaman yang tumbuh pada tempat yang tidak diinginkan, gulma juga merupakan tumbuhan yang tumbuh di sekitar tanaman budidaya, sehingga gulma sering disebut tumbuhan penggangu. Manfaat dari gulma belum banyak diketahui, sehingga gulma dianggap menjadi tumbuhan yang mengganggu pekerjaan petani dalam memelihara tanaman budidayanya. Adanya gulma di areal budidaya menyebabkkan terjadinya persaingan dengan tanaman pokok. Dalam melangsungkan kehidupannya, gulma dan tanaman pokok memperebutkan unsur hara, cahaya, air, udara dan tempat tumbuh. Akibat adanya persaingan tersebut keberadaan gulma menjadi suatu penyebab penurunan hasil karena tanaman pokok tidak dapat berproduksi optimal. Selain itu gulma juga dapat menjadi tumbuhan inang hama dan penyebab penyakit. Kerugian yang ditimbulkan gulma dapat lebih besar dari seranagan hama dan penyakit, sehingga perlu dikendalikan. Pengendalian gulma harus disesuaikan dengan jenis tanaman budidaya, jenis gulma, siklus hidup gulma, cara berkembang-biak gulma dan cara penyebarannya. Terdapat 6 cara dalam pengendalian gulma yaitu dengan cara preventif, secara fisik, sistem budidaya, secara biologis, secara kimiawi dan secara terpadu. 4.2. Saran Saran penulis pada makalah ini yaitu dengan pembuatan makalah ini penulis berharap dapat bermanfaat dan penulis berharap adanya saran dan kritikan yang bersifat membangun kepada pembaca.

DAFTAR PUSTAKA Abidin. Z. 2018. Dampak negatif dan kerugian akibat gulma. http://pakarbudidaya.blogspot.com/2018/04/dampak-negatif-dan-kerugianakibat-gulma.html?m=1. Diakses pada tanggal 22 maret 2019. Arsetia, R. T. (2016). Pengaruh Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai pada Sistem Olah Tanah. Produksi Tanaman,1(1): 271–275. Hasanuddin. (2012). Pengaruh Persaingan Gulma Synedrella nodiflora L.Pada Berbagai Densitas terhadap pertumbuhan hasil keledai. Jurnal Agrista, 1(1): 146–151. Iskandar, Riska. 2009. Analisis Vegetasi Gulma Kuantitatif (online). http:// riskaiskandar .blogspot. com /2009/ 02/ analisis- vegetasi- gulmakuantitatif.html. Diakses pada tanggal 22 maret 2019. Kilkoda, A. K. (2015). Pengaruh tanaman Gulma (Ageratum conyzoides dan Boreria alata) terhadap pertumbuhan dan hasil tiga ukuran varietas kedelai pada percobaan pot bertingkat. Kultivasi,1(1): 1–5. Ngatiman. (2016). Teknik Pengendalian Gulma Pada Pertumbuhan Meranti Merah di KHDTK Labanan, Berau, Kalimantan Timur. Penelitian Ekosistem Dipterokarpa, 1(1): 49–56. Purba, Edison. 2009. Keanekaragaman Herbisida Dalam Pengandalian Gulma Mengatasi Populasi Gulma dan Toleran Herbisida. Universitas Sumatera Utara Press. Medan.

DAFTAR GAMBAR

More Documents from "harryanatal prayoga"

November 2019 5
Tugas Gulma Klmpk 1.docx
December 2019 15
Gulma1.docx
December 2019 18
Ep-k_10515902_prayoga
October 2019 39
May 2020 1