DAFTAR ISI
Halaman Judul ....................................................................................................... Kata Pengantar..................................................................................................... Abstraksi ........................................................................................................ Daftar isi ...................................................................................................... Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang....................................................................................... 1.2. Rumusan masalah .................................................................................... 1.3. Tujuan penelitian............................................................................. 1.4. Kegunaan penelitian ........................................................................ 1.5. Metodologi penelitian .................................................................... 1.5.1. Metode penelitian.............................................................. 1.5.2. Pelaksanaan penelitian...................................................... 1.6. Sitematika penyajian................................................................................ Bab II Latar Belakang Lahirnya Grebeg Pancasila 2.1. Krisis yang terjadi pada masa pemerintahan Orde Baru ................... 2.1.1. Krisis politik............................................................................ 2.1.2. Krisis hukum................................................................ 2.1.3. Krisis ekonomi............................................... 2.1.3.1. Utang luar negeri Indonesia....................................... 2.1.3.2. Penyimpangan Pasal 33 UUD 1945........................ 2.1.3.3. Pola pemerintahan Sentralistis.................................... 2.2. Keprihatinan Masyarakat Blitar ........................................... 2.2.1. Sosok pemerintah yang tidak dapat diandalkan..................
2.2.2. Hari Kelahiran Pancasila tidak dijadikan hari peringatan Nasional ............................... Bab III Awal Mula Grebeg Pancasila 3.1. Upaya masyarakat Blitar memperingati hari kelahiran Pancasila............ 3.2. Seminar pembakuan Grebeg Pancasila di Blitar ............................... Bab IV Tujuan Diadakannya Grebeg Pancasila Dan NilaiNilai Yang Terkandung Di Dalamnya 5.1. Tujuan diadakannya Grebeg Pancasila....................................... 5.1.1. Tujuan umum.................................................................. 5.1.2. Tujuan khusus ........................................................ 5.2. Nilainilai yang terkandung dalam pelaksanaan Grebeg Pancasila .................. Bab V Peran Grebeg Pancasila Bagi Masyarakat Blitar Bab VI Kesimpulan dan Saran 6.1 Kesimpulan ...................................................................... 6.2 Saran dan Harapannya ...................................................................... Daftar Pustaka ...................................................................
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Mahakuasa, atas limpahan berkat dan rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis yang berjudul Grebeg Pancasila: Ritual Lokal Berorientasi Nasional ini. Setelah melalui serangkaian proses penelitian yang mengesankan sekaligus menantang, kami sebagai pelajar dan generasi muda bangsa, semakin manyadari bahwa ternyata sebuah proses dalam belajar itu lebih penting daripada meraih nilai semata. Non scholae sed vitae discimus, artinya: belajar bukan hanya untuk mendapatkan nilai, melainkan untuk hidup. Dalam penyusunan karya tulis ini, ada banyak pihak yang turut membantu penulis, sehingga karya tulis ini dapat selesai dan dinikmatui oleh pembaca yang budiman. Untuk itu kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Tuhan Yesus Kristus, atas rahmatNya yang diberikan kepada penulis sehingga dapat terus bersemangat dalam menyelesaikan karya tulis ini. 2. Orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis, agar penulis tetap bersemangat unuk menyusun karya tulis ini.
3. Rm. Gregorius Tri Wardoyo, CM selaku Kepala SMAK Seminari Garum, yang selalu mendukung penulis baik secara moral dan maupun material. 4. Bapak dan Ibu guru SMAK Seminari Garum yang bersedia membantu penulis menyelesaikan permasalahanpermasalahan yang dihadapi dalam penyusunan karya tulis ini. 5. Para narasumber, yaitu Bpk. KRT Djoko Harijanto Nagoro, Lik Hir, Bpk. Edy Sanyoto, yang bersedia memberikan informasi yang penulis butuhkan mengenai Grebeg Pancasila. 6. Dinas Inkomparda Kota Blitar yang telah memberikan dokumendokumen baik tertulis maupun dalam bentuk fotofoto ataupun film yang penulis butuhkan guna melengkapi datadata tentang Grebeg Pancasila. 7. Temanteman angkatan St. Louis yang selalu kompak dalam suka dan duka bersamasama melakukan penelitian sampai penyusunan karya tulis ini. 8. Segenap anggota komunitas seminari, yang selalu memberikan dukungan yang berarti kepada penulis.
Besar harapan penulis agar karya tulis ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca, terutama memberikan informasi yang berarti tentang Grebeg Pancasila. Penulis berharap pembaca tergugah untuk mempelajari lebih dalam lagi tradisi Grebeg Pancasila ini. Penulis menyadari masih ada banyak kekurangan dalam karya tulis ini. Untuk itu, penulis memohon maaf yang sebesar besarnya kepada para pembaca. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.
Hormat kami, Penulis
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Hampir setiap daerah di Indonesia memiliki kekhasan, terutama dalam hal tradisi. Kabupaten Blitar, daerah yang tak lepas dari lembaran kisah sejarah perjuangan rakyat dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia pun memiliki begitu banyak tradisi lokal yang harus kita lestarikan, salah satunya adalah Grebeg Pancasila.
Grebeg adalah tradisi masyarakat Jawa yang biasanya diselenggarakan sebagai upacara peringatan harihari besar tertentu. Misalnya, Grebeg Suro dan Grebeg Maulud. Masyarakat Blitar pun menggunakan tradisi Grebeg untuk memperingati secara khusus Hari Kelahiran Pancasila setiap tanggal 1 Juni, yaitu Grebeg Pancasila, yang menjadi satu kesatuan dalam rangkaian acara peringatan Bulan Bung Karnobulan Juni. Penulis tertarik untuk mempelajari sejarah tradisi Grebeg Pancasila di Blitar, karena penulis yakin bahwa dalam tradisi tersebut terkandung banyak nilainilai luhur yang merupakan hasil refleksi masyarakat yang diwariskan secara turun temurun. Menjadi tugas kita, para generasi penerus bangsa untuk menggali nilai nilai tersebut sebagai modal kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Alasan penulis memberi judul Grebeg Pancasila, Ritual Lokal Berorientasi Nasional pada Karya Tulis ini adalah: Pertama, Grebeg Pancasila yang dilaksanakan di Blitar, secara ritual tak lepas dari tata cara tradisi Grebeg yang umum digunakan oleh masyarakat Jawa. Oleh sebab itu, tradisi ini dapat dikatakan sebagai kekayaan khas daerah Blitar yang patut untuk dilestarikan generasi penerus bangsa. Kedua, Grebeg Pancasila yang dilaksanakan di Blitar ini menunjukkan bahwa masih adanya upaya masyarakat untuk menggali nilainilai luhur Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa Indonesia.
1.2. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam karya tulis ini adalah sebagai berikut. a) Apa yang menjadi latar belakang lahirnya Grebeg Pancasila? b) Bagaimanakah awal mula Grebeg Pancasila di Blitar dan pelaksanaannya
yang pertama? c) Apakah tujuan dari diadakannya Grebeg Pancasila, serta nilainilai yang terkandung di dalamnya? d) Apakah peran Grebeg Pancasila bagi masyarakat Blitar?
1.3. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah yang ditentukan, maka tujuan dari penelitian ini adalah: a) Mengetahui latar belakang lahirnya Grebeg Pancasila. b) Memperoleh gambaran tentang awal mula Grebeg Pancasila di Blitar dan pelaksanaannya yang pertama. c) Mengetahui tujuan dari diadakannya Grebeg Pancasila, serta nilainilai yang terkandung di dalamnya. d) Mengetahui peran Grebeg Pancasila bagi masyarakat Blitar. 1.4. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah dapat membuka wawasan tentang budaya budaya lokal khususnya yang ada di daerah Blitar yang memiliki nilainilai luhur yang layak dilestarikan oleh para generasi penerus. Selain itu, penelitian ini menambah pengetahuan bagi penyusun khususnya, dan masyarakat pada umumnya tentang Grebeg Pancasila.
1.5. Metodologi Penelitian 1.5.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang kami gunakan adalah wawancara dan studi kepustakaan.
Wawancara
Penelitian kami lebih banyak menggunakan metode wawancara dengan narasumber, karena grebeg Pancasila bukan merupakan obyek yang bisa setiap saat diamati secara fisik, tapi merupakan suatu momentum khusus. Narasumber yang kami wawancarai adalah sebagai berikut:
1. KRT. Djoko Harijanto Nagoro KRT. Djoko Harijanto Nagoro bekerja di Dinas Inkomparda Kota Blitar, yang khususnya melayani informasi dalam bidang kebudayaan. KRT. Djoko Harijanto Nagoro merupakan salah satu tokoh yang berperan dalam pelaksanaan Grebeg Pancasila yang pertama hingga tahun 2008 ini.
2. Hirdianto (akrab dipanggil Lik Hir) Lik Hir adalah seorang senimanbudayawan yang masih aktif berkecimpung dalam dunia seni di Blitar. Lik Hir merupakan salah satu dari anggota Dewan Kesenian Kota Blitar yang turut mencetuskan pelaksanaan Grebeg Pancasila, serta perumus falsafah Gunungan yang selalu ada dalam kegiatan Grebeg Pancasila.
3. Edi Sanyoto Edi Sanyoto adalah seorang wartawan salah satu surat kabar di kota Blitar yang juga menjadi ketua Komunitas Penghayat Kepercayaan. Dalam penelitian ini Edi Sanyoto menjadi wakil masyarakat Blitar dalam menyampaikan refleksi atas pelaksanaan Grebeg Pancasila yang diadakan di Blitar.
Studi Pustaka Dalam penelitian ini, penulis mempelajari dokumendokumen yang
berhubungan dengan Grebeg Pancasila. Dokumen tersebut sebagian besar diperoleh dari Dinas Inkomparda Kota Blitar, baik berupa dokumen tertulis maupun dalam bentuk film. Sebagian lagi diperoleh dari literatur yang ada di perpustakaan penulis.
1.5.2. Pelaksanaan Penelitian Penelitian dalam rangka mengumpulkan datadata mengenai sejarah Grebeg Pancasila ini diakukan di kota Blitar selama kurang lebih satu bulan. Penelitian pertama dilakukan pada tanggal 27 September 2008 di Dinas Inkomparda Kota Blitar, yaitu melakukan wawancara dan mengumpulkan dokumendokumen tentang Grebeg Pancasila. Penelitian terakhir dilakukan pada tanggal 5 November 2008 di rumah narasumber KRT Djoko Harijanto Nagoro, dalam rangka melakukan wawancara dan melakukan koreksi atas sejarah Grebeg Pancasila yang disusun sebelumnya.
1.6. Sistematika Penyajian Bab I berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan metodologi penelitian, serta sistematika penyajian dalam karya tulis ini. Bab II berisi uraian tentang latar belakang lahirnya Grebeg Pancasila di Blitar. Bab III berisi uraian tentang awal mula Grebeg Pancasila dan gambaran pelaksanaannya yang pertama. Bab IV berisi pemaparan tentang peranan Grebeg Pancasila bagi masyarakat Blitar.
Penutup dari karya tulis ini berupa kesimpulan dari bahasanbahasan dalam karya tulis ini, serta berisi saran dan harapan penulis bagi para pelajar, masyarakat umum, dan pemerintah.
BAB II LATAR BELAKANG LAHIRNYA GREBEG PANCASILA
2.1. Krisis yang Terjadi pada Masa Pemerintahan Orde Baru Pemerintahan Orde Baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto selama 32 tahun, ternyata tidak konsisten dan konsekuen terhadap tekad awal munculnya Orde Baru pada tahun 1966, yaitu melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Setelah Orde Baru memegang tampuk kekuasaan dan mengendalikan pemerintahan, maka muncul suatu keinginan untuk terusmenerus mempertahankan kekuasaanya, atau status quo. Akhirnya muncul berbagai macam penyelewengan dilakukan, serta penyimpangan dari nilainilai Pancasila dan ketentuanketentuan yang terdapat pada UUD 1945. Penyelewengan dan penyimpangan yang dilakukannya itu direkayasa untuk melindungi kepentingan penguasa, sehingga hal itu berdampak pada adanya ketidaksejahteraan rakyat. 2.1.1. Krisis Politik Demokrasi yang tidak dilaksanakan dengan semestinya akan menimbulkan
permasalahan politik. Ada kesan bahwa kedaulatan negara Indonesia pada waktu berada di tangan sekelompok tertentu1. Secara de facto anggota MPR sudah diatur dan direkayasa, sehingga sebagian besar anggota MPR itu diangkat berdasarkan ikatan kekeluargaan (nepotisme). Keadaan seperti ini mengakibatkan munculnya rasa tidak percaya kepada institusi pemerintah, DPR, dan MPR. 2.1.2. Krisis Hukum Pelaksanaan hukum pada masa pemerintahan Orde Baru sering diwarnai dengan ketidakadilan. Misalnya, kekuasaan kehakiman memiliki kekuasaan yang merdeka dan terlepas dari kekuasaan pemerintah (eksekutif). Namun pada kenyataannya kekuasaan kehakiman berada di bawah kekuasaan eksekutif. Bahkan hukum sering dijadikan sebagai alat pembenaran atas tindakan dan kebijakan pemerintah. Sering pula terjadi rekayasa dalam proses peradilan, apabila proses peradilan itu menyangkut diri penguasa, keluarga kerabat, atau para pejabat negara. 2.1.3. Krisis Ekonomi Krisis moneter yang melanda negaranegara di Asia Tenggara sejak bulan Juli 1996, juga mepengaruhi perkembangan perekonomian Indonesia. Nilai tukar rupiah melemah, Indonesia mengalami krisis ekonomi. Kondisi perekonomian semakin memburuk karena pada akhir tahun 1997 persediaan sembako di pasaran mulai menipis. Hal ini menyebabkan hargaharga barang naik tidak terkendali, sehingga biaya hidup semakin bertambah tinggi. Faktor lain yang menyebabkan krisis ekonomi yang melanda Indonesia, yaitu masalah utang luar negeri, penyimpangan Pasal 33 UUD 1945, dan pola 1
Dalam UUD 1945 Pasal 2 telah disebutkan bahwa “Kedaulatan adalah di tangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR”.
pemerintahan yang sentralistik. 2.1.3.1. Utang Luar Negeri Indonesia Utang luar negeri Indonesia menjadi salah satu faktor penyebab munculnya krisis ekonomi. Namun utang luar negeri Indonesia tidak sepenuhnya merupakan utang negara, tetapi sebagian lagi merupakan utang swasta. Utang yang menjadi tanggungan negara hingga 6 Februari 1998 mencapai $US 63, 462 miliar, sedangkan utang pihak swasta mencapai $US 73,962 miliar2.
2.1.3.2. Penyimpangan Pasal 33 UUD 1945 Pengaturan perekonomian pada masa pemerintahan Orde Baru jauh menyimpang dari sistem perekonomian Pancasila. Dalam Pasal 33 UUD 1945 tercantum bahwa dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua untuk semua di bawah pimpinan atau pemilikan anggotaanggota masyarakat. Namun kenyataanya, sistem ekonomi yang berkembang pada masa Orde Baru condong pada sistem ekonomi kapitalis yang dikuasai oleh para konglomerat dengan berbagai bentuk monopoli, oligopoli, serta diwarnai dengan korupsi dan kolusi. 2.1.3.3. Pola Pemerintahan Sentralistis Sistem pemerintahan yang dilaksanakan oleh pemerintah Orde Baru bersifat sentralistis. Di dalam pelaksanaan pola pemerintahan sentralistis ini semua bidang kehidupan berbangsa dan bernegara diatur secara sentral dari pusat pemerintahan, yakni di Jakarta. Oleh karena itu, peranan pemerintah pusat sangat menentukan dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat. Sebagian besar 2
Seperti disampaikan oleh Radius Prawiro pada sidang DPK Ekonomi di Bina Graha. (Badrika, I Wayan. Sejarah Nasional Indonesia dan Umum untuk SMA kelas XII. Halaman 151.)
kekayaan dari daerahdaerah diangkut ke pemerintah pusat. Hal ini menimbulkan ketidakpuasan pemerintah dan rakyat di daerah terhadap pemerintah pusat. Hal hal ini pulalah yang membuat rakyat semakin mendesak untuk diadakannya reformasi.
2.2. Keprihatinan Masyarakat Blitar 2.2.1. Sosok Pemerintah yang Tidak Dapat Diandalkan Suasana politik Indonesia pada masa pemerintahan Orde Baru terutama krisiskrisis yang terjadi pada masa itu juga dirasakan mencekam bagi masyarakat Blitar, terutama berhubungan dengan pemerintahan yang sentralistik. Masyarakat Blitar, karena kekecewaanya tersebut, seringkali mereka melakukan aksiaksi yang secara tidak langsung mengkiritik pemerintahan Orde Baru. Biasanya pihak yang “berulah” itu adalah para seniman di kota Blitar dan sekitarnya. Mereka sering melakukan kegiatankegiatan berwujud seni yang secara implisit mengkritik pemerintah. Misalnya saja, pada jangka waktu tahun 1995 sampai dengan 2000, beberapa kali mereka menggelar kegiatan pembacaan puisi atau drama dengan tematema kritikan yang cukup pedas. Aksi mereka mengundang perhatian aparat keamanan, yang kemudian berusaha untuk menghentikan aksi mereka. Hingga pada akhirnya masyarakat Blitar rindu akan sosok pemimpin yang dapat diandalkan, seperti sosok Bung Karno. Kerinduan ini muncul begitu besarnya, hingga kemudian dibentuklah Majelis Pelestari Ajaran Bung Karno (MPABK) yang harapannya mampu membantu masyarakat dalam mengenang kembali semangat dan nama besar Bung Karno beserta karyakaryanya.
Di Blitar setiap tanggal 21 Juni, pihak keluarga Bung Karno selalu mengadakan acara keluarga dalam mengenang Bung Karno, yaitu Haul Bung Karno. Dan pada beberapa kesempatan, ada pula seniman yang diundang untuk mengisis acara Haul Bung Karno tersebut. Hal ini turut pula menumbuhkan kerinduan yang besar di hati para seniman, dan meluas pada masyarakat umum Blitar. Terbukti, ketika acara Haul Bung Karno berlangsung, banyak pedagang yang menjual suvenirsuvenir yang bergampar potret diri Bung Karno.
2.2.2. Hari Kelahiran Pancasila Tidak Dijadikan Hari Peringatan Nasional Pancasila sebagai mahakarya dari pemikiran agung dan hasil refleksi Bung Karno selama masamasa pengasingannya3 pun tak lepas dari perhatian masyarakat Blitar, khususnya para seniman.Pada masa itu nilainilai luhur yang terkandung dalam Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa Indonesia sering dilanggar, maka muncul kemudian hasrat untuk mempersatukan masyarakat Blitar khususnya dalam penegakan kembali nilainilai luhur Pancasila. Akan tetapi, yang menjadi keprihatinan para seniman adalah bahwa Hari Kelahiran Pancasila tanggal 1 Juni tidak dijadikan salah satu hari besar nasional yang secara luas diperingati. Yang selama itu diperingati hanyalah Hari Kesaktian Pancasila setiap tanggal 1 Oktober, yang disinyalir untuk mengenang Pahlawan Revolusi. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri/Panglima Angkatan Darat tertanggal 17 September 1966 (Kep. 977/9/1966) ditetapkan tanggal 1 Oktober sebagai Hari Kesaktian Pancasila yang harus diperingati Angkatan Darat. Dan menurut dasar hukum tersebut, tidak ada keharusan bagi rakyat Indonesia untuk 3
Tim Nusa Indah. Bung Karno dan Pancasila, Ilham dari Flores untuk Nusantara. 2006. Hal. 30
memperingatinya. Para seniman berpendapat bahwa sebaikanya Hari Kesaktian Pancasila dihapuskan saja. Alasan mereka adalah sebagai berikut. Pertama, bila aspek yang ingin ditonjolkan adalah mengenang ketujuh korban, maka peringatannya sebaiknya digabung dengan Hari Pahlawan pada tanggal 10 November. Alasannya, ketujuh korban dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata pada 5 Oktober 1966 dan sudah diangkat sebagai pahlawan nasional. Kedua, jika yang ingin ditonjolkan adalah Pancasilanya, maka hari peringatan yang cocok adalah Hari Kelahiran Pancasila. Hal ini dikarenakan pada tanggal itu, dimungkinkan adanya penggalian lebih dalam akan nilainilai Pancasila dan koreksi atas halhal yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Menurut para seniman, harus ada yang memulai untuk mengajukan kepada pemerintah agar Hari Kelahiran Pancasila dijadikan hari nasional yang nantinya akan diperingati oleh seluruh rakyat Indonesia. Maka para senimanlah yang mengusahakan sebuah perayaan yang secara khusus memperingati Hari Kelahiran Pancasila, dan kini dikenal dengan Grebeg Pancasila.
BAB III AWAL MULA GREBEG PANCASILA
3.1. Upaya Masyarakat Blitar Memperingati Hari Kelahiran Pancasila
Masyarakat Blitar, khususnya para seniman prihatin, karena pemerintah tidak menjadikan Hari Kelahiran Pancasila sebagai salah satu hari nasional. Bahkan menurut para seniman Blitar, pemerintah seolaholah ingin agar hari penting tersebut hilang dari ingatan rakyat Indonesia. Hal ini merupakan salah satu upaya pemerintah Orde Baru yang hendak menghapus ingatan rakyat akan jiwa dan semangat patriotisme Ir. Soekarno, atau yang akrab kita panggil dengan nama Bung Karno, beserta karyakaryanya. Pemerintah justru memunculkan Hari Kesaktian Pancasila tanggal 1 Oktober. Masyarakat Blitar, khususnya para seniman yang mengakui diri sebagai PutraPutri Bung Karno, yang sangat menghargai semangat, ajaran, dan karya karyanya, merasa sangat perlu untuk membangkitkan kembali jiwa Bung Karno melalui suatu momentum. Namun, secara umum masyarakat Blitar belum berani untuk mewujudkannya, karena hal tersebut sangat berisiko, melihat kondisi politik pada saat itu. Akan tetapi, ada pihak yang sudah tidak kuasa menahan kerinduan tersebut, yaitu para seniman. Berangkat dari keprihatinan tersebut, para seniman Blitar berencana untuk mengusahakan sendiri sebuah perayaan khusus untuk memperingati Hari Kelahiran Pancasila yang merupakan mahakarya Bung Karno. Pada tahun 2000, upaya tersebut menemui titik terang. Meskipun respon dari pemerintah Kabupaten dan Kota sangat kecil, akan tetapi ada pihakpihak yang sangat mendukung terlaksananya kegiatan tersebut. Majelis Pelestari Ajaran Bung Karno (MPABK) bersedia untuk membiayai pelaksanaannya, yaitu sebesar Rp1.600.000,00.
Karena acara peringatan Hari Kelahiran Pancasila diusulkan dan direncanakan oleh para seniman, maka tata caranya pun bernuansa senibudaya.
Dari rangkaian acara yang telah disusun, para seniman dan masyarakat Blitar menamai acara tersebut Grebeg Pancasila. Upacara Grebeg yang pertama itu dilaksanakan di Istana Gebang. Dalam acara tersebut, ada dua orang pegawai negeri di Blitar yang turut serta, yaitu KRT Djoko Harijanto Nagoro dan Drs. Pratignyo Y.S, MPd. Satu lagi seorang pegawai negeri yang turut berperan dalam mengusahakan perayaan tersebut. Dia adalah Drs. Andreas Edison, seorang guru yang bekerja di Kediri tetapi tinggal di Blitar. Pada masa itu, tidak sedikit pegawai negeri yang merasa takut untuk melakukan sesuatu yang dianggap berseberangan dengan kebijakan pemerintah Orde Baru. Nama mereka benarbenar diawasi oleh pemerintah. Maka, keputusan mereka untuk ikut serta dalam kegiatan tersebut merupakan keberanian yang luar biasa. Meski pelaksanaan Grebeg Pancasila yang pertama tersebut masih sangat sederhana dan dengan dana yang seadanya, namun para peserta merasakan adanya kerinduan dan kebanggaan yang besar dalam hati mereka, seperti seseorang yang sedang berjuang. Dari perayaan sederhana tersebut, kemudian muncul dukungan yang semakin luas dari masyarakat. Dukungan lebih dirasakan ketika Drs. H. Djarot Saiful Hidayat, MS. terpilih sebagai walikota Blitar yang baru pada tahun 2001 yang sangat mendukung Grebeg Pancasila. Pada tahun 2001 tanggapan penuh diberikan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Blitar atas pelaksaan Grebeg Pancasila. Menjadi momen yang istimewa karena pada tahun tersebut merupakan peringatan Seabad Bung Karno. Untuk selanjutnya pelaksaanaanya dibiayai oleh Pemkot Blitar dengan susunan panitia yang jelas dan perencanaan yang matang, melibatkan peran serta masyarakat Blitar secara luas.
3.2. Seminar Pembakuan Grebeg Pancasila di Blitar Masyarakat Blitar sangat bangga karena berhasil mengadakan peringatan khusus akan Hari Kelahiran Pancasila, yang turut pula dijadikan satu rangkaian dengan acaraacara lain di Bulan Bung Karno, bulan Juni, yaitu Hari Kelahiran Bung Karno, dan Hari Wafatnya Bung Karno. Rangkaian acara tersebut mulai diadakan pada peringatan Seabad Bung Karno di Blitar pada bulan Juni 2001. Setelah masyarakat Blitar mendukung penuh adanya Grebeg Pancasila sebagai momen khusus untuk menggali nilainilai luhur Pancasila, akhirnya disepakati bahwa akan diadakan sebuah seminar pembakuan Grebeg Pancasila. Seminar Pembakuan Grebeg Pancasila tersebut berlangsung di Balai Kota Kusuma Wicitra, Blitar, pada tanggal 22 April 2004. Setelah diadakannya seminar tersebut, kemudian dilanjutkan dengan acara Perumusan Hasil Seminar Pembakuan Grebeg Pancasila pada tanggal 4 Mei 2004 dan tanggal 11 Mei 2004 di aula Dinas Inkomparda Kota Blitar. Acara tersebut diikuti oleh pakar dan pelaku budaya sebanyak 12 orang, Kepala Kelurahan sekota Blitar, guru kesenian SLTA kota Blitar, lima orang LSM, Pengurus Dewan Kesenian Kota Blitar (DKKB), dan 3 tokoh masyarakat. Bertindak sebagai pembicara adalah Pengageng Parentah Karaton Surakarta Hadiningrat, Drs. GPH Dipa Kusuma, yang diwakili oleh Kanjeng Raden Haryo Tumenggung (KHRT) Winarnodipuro, dan Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Bowodipuro, serta Djati Kusuma, seorang budayawan dari Malang.
Adapun hasil dari Seminar Pembakuan Grebeg Pancasila di kota Blitar
tersebut adalah sebagai berikut.
Umum 1.1. Grebeg Pancasila di Kota Blitar berorientasi nasionlisme yang pluralistik. 1.2. Pelaksanaannya disemangati hari lahir Pancasila tanggal 1 Juni. 1.3. Sebagai tuntunan, Grebeg Pancasila berkarakter kesederhanaan, bukan hura hura, dan sarana “Manunggale Kawula lan Pangarsa”. 1.4. Grebeg adalah indentitas lokal, cermin kekayaan dan keunikan budaya di Kota Blitar. 1.5. Lambang Grebeg adalah Burung garuda Pancasila.
Khusus 2.1 Bahasa 2.1.1 Pembawa acara mengguanakan bahasa pengantar bahasa Indonesia 2.1.2 Para peraga menggunakan bahasa Jawa, untuk mempertahankan ciri khas, keunikan, dan kekayaan Bahasa Daerah.
2.2 Busana Peserta Grebeg Pancasila, wajib berbusana daerah, sesuai asal masing masing. Para pelaksana mengadopsi busana dari 3 kerajaan Jawa di masa lalu, yaitu Kerajaan Majapahit, Kerajaan Yogyakarta, dan Kerajaan Surakarta. 2.2.1 Sikep beskap lengkap, bagi para undangan, pejabat, maupun tokohtokoh masyarat yang lain.
2.2.2 Pakaian Kesatriyan (blangkon, surjan, dan celana 2/3) bagi para pelaksana upacara, seperti Manggala Upacara, Suba Manggala, Pambiwara Pancasila, Bregada Siji, Bregada Enem, dan Bregada Patang Puluh Lima, serta peraga yang lain. 2.2.3 Pakaian prajurit Majapahit, bagi Bregada Patang Puluh Lima. 2.2.4 Kreasi merah putih bagi Pagar Ayu yang menghantar Teks Pancasila.
2.3 Musik 2.3.1 Prosesi Bedhol Grebeg, berupa Macapatan. 2.3.2 Upacara Grebeg terdiri atas sejumlah karya, antara lain sebagai berikut: 1) Ladrang Grebeg Pancasila, untuk pembuka dan pengantar narasi. 2) Ketawang Ibu Pertiwi, untuk mengiringi Pidato Bung Karno. 3) Lancaran Bela Pancasila, untuk mengiringi masuknya gunungan. 4) Sampak GaraGara, dan Mars Semangat Juang 45, untuk Janturan Grebeg. 5) Lancaran Bhayangkari, untuk persiapan upacara. 6) Ladrang Nata Agung, untuk penjemputan Pembina Upacara. 7) Ampyakan, untuk tanda kebesaran, penghormat dan laporan. 8) Dhandang Gual Palaran Pancasila, untuk iringan Pambiwara Pancasila. 9) Komposisi Ilustrasi Pancasila, untuk iringan penghantaran Teks Pancasila. 10) Ladrang Parampara, untuk penutup dan pembina upacara turun mimbar. 11) Ladrang Arum Wibawa, untuk persiapan kirab.
2.3.3 Kenduri Pancasila a) Ladrang Soran, untuk menunggu pasukan kirab. b) Gendhing Renyeb, untuk iringan masuknya pasuka kirab. c) Gendhing Bonangan, untuk iringan Ngalap Berkah.
2.4 Gerak 2.4.1 Bedholan a) Tembus Pusaka, Cantrik dengan Ki Juru Kirab di Istana Gebang dan Istana Agung. b) Barisan obor iringan bende oleh Bregada Siji, Bregada Enem, dan Bregada Patang Puluh Lima. 2.4.2 Upacara a) Konsep upacara militer yang dimodifikasi gerak dan tarian tradisional jawa. b) Manggala Upacara, sikap prajurit Jawa. c) Pambiwara dan Pagar Ayu, langkah kapang dengan gerak dasar Rantoyo. 2.4.3 Kirab a) Iringiringan yang terdiri atas Pasukan Lambang Negara sebanyak 17 orang berpakaian putihputih, yang membawa lambang Grebeg yaitu gambar Garuda Pancasila, foto Ir. Soekarno, serta membawa bendera Merah Putih satu tiang penuh. b) Disusul dengan Bregada Siji, Bregada Enem, dan Bregada Patang Puluh Lima yang membawa Gunungan Lima. Yang disambung dengan barisan bendi yang ditumpangi para pangarsa. Paling belakang, iring iringan masyarakat dari seluruh kelurahan yang ikut Grebeg.
2.4.4 Kenduri Gabungan acara formal dan tradisi ngalap berkah.
2.5 Setting a) Dekorasi Grebeg Pancasila, umbul dan penjor dominan warna gula kelapa, merahdan putih. b) Panggung Berukuran 10m x 12m berisi tiga trap, layar kain merah putih. c) Gunungan Lima adalah hasil bumi. d) Tumpeng adalah bunceng untuk selamatan sebagaimana masyarakat Jawa. Demikianlah hasil Seminar Grebeg Pancasila di Blitar yang merumuskan ketentuanketentuan dalam ritual Grebeg Pancasila dan pelaksanaannya.
BAB IV TUJUAN DIADAKANNYA GREBEG PANCASILA DAN NILAINILAI YANG TERKANDUNG DI DALAMNYA
5.1. Tujuan Diadakannya Grebeg Pancasila 5.1.1. Tujuan Umum Mengajak bangsa Indonesia untuk mengenang dan menghayati nilainilai
luhur budaya bangsa, sekaligus menciptakan kedamaian, bukan kedamaian semu melainkan kedamaian yang tidak terperangkap dalam pengkotakkotakan manusia berdasarkan suku, agama, profesi, status sosial, ekonomi, dan agar bangsa Indonesia tidak mudah hanyut dalam berbagai gelombang kehidupan.
5.1.2. Tujuan Khusus 1) Mengusulkan kepada pemerintah, agar Hari Kelahiran Pancasila menjadi hari peringatan nasional, dalam rangka menggali lebih dalam nilainilai Pancasila dan mengkoreksi halhal yang terjadi daalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dewasa ini. 2) Menyatukan masyarakat Blitar melalui acara Grebeg Pancasila yang melibatkan peran aktif masyarakat Blitar dari segala lapisan, mulai dari pelajar, wiraswasta, seniman, budayawan, pedagang, tukang becak, sopir angkutan umum, dan pegawai negeri. 3) Mengingatkan masyarakat Blitar akan indahnya keragaman. Masyarakat Blitar memiliki latar belakang budaya, etnis, dan agama yang berbeda beda. Harapannya, masyarakat mampu hidup bersatu, rukun, dan gotong royong dalam seluruh aspek kehidupan. 4) Mewujudkan adanya suatu ikon budaya yang diraykan secara rutin setiap tahunnya di Kota Blitar. Sebelumnya, di Blitar tidak ada ikon budaya yang secara rutin diperingati. Harapannya, Grebeg Pancasila akan menjadi kegiatan warga Kota Blitar rutin setiap tahun, yang juga diharapkan mampu menarik minat pengunjung/wisatawan. Namun setelah delapan tahun (delapan kali perayaan), Walikota Blitar belum menurunkan Surat
Keputusan Resmi. Selama ini dasar hukum pelaksanaan Grebeg Pancasila adalah:
Perda No. 34 Tahun 2004 tentang Tata Kerja Dinas Informasi, Komunikasi, dan PariwisataDaerah (Inkomparda) Kota Blitar
Hasil Seminar Pembakuan Grebeg Pancasila tanggal 22 April 2004
5.2. NilaiNilai yang Terkandung dalam Pelaksanaan Grebeg Pancasila4 Di balik perayaan Grebeg Pancasila terkandung nilainilai yang ingin diwujudkan, yaitu Nilai Politis, Nilai Ekonomi, dan Nilai Budaya. 1) Nilai Politis: memperjuangkan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. 2) Nilai Ekonomi: melihat bahwa biaya yang digunakan untuk perayaan Grebeg Pancasila cukup besar, maka membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak dalam menyukseskan acara bersama tersebut. 3) Nilai Budaya: memperjuangkan kelestarian budaya bangsa Indonesia yang telah menjadi ciri khas dan kebanggaan bangsa Indonesia karena adanya keanekaragaman tersebut.
BAB IV PERAN GREBEG PANCASILA 4
Dikutip dari Buku Panduan Grebeg Pancasila 2008, halaman iii
BAGI MASYARAKAT BLITAR
Peran Grebeg Pancasila bagi masyarakat Blitar tampak jelas pada saat prosesi Grebeg Pancasila. Berikut ini adalah uraian mengenai prosesi Grebeg Pancasila.
4.1. Prosesi Grebeg Pancasila
4.1.1. Bedholan Grebeg Bedholan Grebeg ialah persiapan upacara Grebeg Pancasila dengan mengambil bendabenda pusaka dari Istana Gebang menuju kantor walikota Blitar oleh pasukan Bregada Siji, Bregada Enem, dan Bregada Patang Puluh Lima5 Bendabenda pusaka yang dimaksud yaitu:
a) patung lambang NKRI (Garuda Pancasila), b) foto Bung Karno, sebagai penggagas Pancasila, ideologi bangsa Indonesia, c) bendera Merah Putih, sebagai bendera pemersatu bangsa Indonesia, dan d) teks pidato Bung Karno tanggal 1 Juni 1945 di depan Sidang BPUPKI, sebagai cikal bakal Pancasila.
Prosesi pengambilan bendabenda pusaka ini dilaksanakan pada 31 mei pukul 19.00 sampai selesai (tepat sehari sebelum dilaksanakannya upacara Grebeg 5
Bregada Siji, Bregada Enem, dan Bregada Patang Puluh Lima merupakan simbol tanggal
kelahiran Pancasila (1 Juni 1945).
Pancasila).
4.1.2. Upacara Budaya Upacara Budaya dilakukan pada tanggal 1 Juni pukul 07.00 sampai selesai dan berlokasi di Aloonaloon kota Blitar. Upacara ini sekaligus memperingati hari lahir Pancasila. Upacara ini dirancang dengan gaya etik dan estetik namun tanpa meninggalkan kekhidmatan dan makna sebuah upacara. Ritus upacara ini diawali dengan Ladrang Grebeg Pancasila, kemudian Ketawang Ibu Pertiwi, disusul masuknya Gunungan Lima yang dibawa oleh Bregada Siji, Bregada Enem, dan Bregada Patang Puluh Lima yang diiringi dengan iringan gendhing Lancaran Bala Pancasila. Acara puncak dari upacara Budaya tersebut adalah Sabda Kawedhar, berupa amanat Grebeg Pancasila oleh pembina upacara, yaitu walikota Blitar. Pidato tahunan ini mengakhiri rangkaian upacara yang diikuti mesyarakat seluruh kelurahan di Blitar dan aparat pemerintahan maupun keamanan.
4.1.3. Kirab Gunungan Lima Kirab Gunungan Lima merupakan penggambaran lima dasar Pancasila. Simbol itu dikawal oleh Bregada Siji, Bregada Enem, dan Bregada Patang Puluh Lima. Menurut budayawan KRT Sukardi Purwoyudho Nagoro, Gunungan Lima mempunyai filosofis tersendiri yang diharapkan dapat menjadi simbol akan tuntunan tingkah laku masyarakat. Gunungan tersebut berisi ontong (jantung pisang), kacang panjang, wortel, bawang merah bawang putih, jeruk dan cabe merah. Berikut ini adalah filosofis/makna dari bentuk Gunungan dan aksesorisnya.
1. Makna bentuk Gunungan Bentuk Gunungan yang mengerucut melambangkan masyarakat Blitar yang bersatu padu, gotongroyong menuju pada satu titik, yaitu Tuhan Yang Mahakuasa.
2. Makna aksesoris yang ada pada Gunungan Makna dari aksesoris yang terdiri dari ontong, kacang pancang, bawang merahbawang putih, cabe merah dan jeruk, serta wortel pada Gunungan adalah sebagai berikut.
a) Ontong (jantung pisang) yang berada dipuncak gunungan, mengingatkan akan perlunya hati yang bersih dan mengutamakan hati nurani yang tidak hanya mengandalkan otak dan kecakapan berbicara semata. b) Kacang panjang yang tumbuh mengikuti lanjarannya (patokannya). Maknanya, bahwa semua tingkah laku manusia harus selalu mengikuti norma atau aturan yang berlaku. Dengan kata lain bahwa masyarakat hendaknya patuh terhadap hukumhukum yang berlaku secara umum. c) Bawang merahbawang putih, melambangkan eksistensi ayah dan ibu. Dimana orang tua menjadi pusat hidup yang mengingatkan sangkan paraning dumadi atau asalusul dan tujuan hidup di kemudian hari. Sehingga kita juga diharapkan tetap menghormati orang tua. d) Cabe merah dan jeruk melambangkan sifat kecut/asam dan pahitnya kehidupan. Sifatsfat kehidupan tersebut pasti akan dialami manusia,
maka hendaknya kita selalu mengusahakan yang terbaik, setia belajar pada pengalaman, dan yang peling penting adalah berpasarah pada Sang Mahakuasa. e) Wortel merupakan sayuran luar negeri dimaknai sebagai kebudayaan luar negeri yang dapat diterima oleh budaya Indonesia. Mengenai hal ini, tentunya masyarakat sendiri diharapkan memiliki sikap selektif dalam menerima kebudayaan asing. Sehingga masyarakat Indonesia sendiri tidak larut dalam budaya yang menyesatkan. Maka dari itu, maka sikap selektif seperti ini perlulah jika bercermin dari Pancasila itu sendiri.
2. Kenduri Pancasila Sesudah upacara Grebeg Pancasila yang dilaksanakan di Aloonaloon kota Blitar, Lima Gunungan inti tersebut kemudian diarak menuju makam Bung Karno. Perarakan ini melibatkan hampir seluruh masyarakat Blitar dan para pelajar Blitar sebagai bentuk partisipasi aktif bagi pelestarian budaya lokal. Prosesi terakhir dari Grebeg Pancasila ialah Kenduri Pancasila. Kenduri Pancasila yang dimaksud di sini ialah pemberian doa kepada arwah Bung Karno sebagai bentuk penghargaan bagi penggagas pembentukan Pancasila sebagai inti Ideologi bangsa Indonesia. Disini seluruh warga masyarakat boleh mengikuti Kenduri ini. Tak jarang para wisatawan dari luar kota dan orangorang yang peduli akan budaya ini juga hadir, walaupun mereka datang dari kotakota yang jauh seperti Semarang. Prosesi ini dilaksanakan di pelataran makam Bung Karno yang berada di kelurahan Bendo Gerit, kecamatan Sanan Wetan, kota Blitar. Setelah pemberian doa kepada sang Proklamator usai, acara dilanjutkan dengan Ngalap Berkah. Ngalap Berkah ialah ritus dimana Lima Gunungan yang dipakai sebagai media pemanjatan doa, diperebutkan oleh masyarakat yang
meyakini bahwa gunungangunungan tadi memiliki kandungan supranatural dan diyakini membawa bala keselamatan bagi yang mengambilnya. Dalam hal ini, masyarakat yang mengambil bagianbagian dari Gunungan tersebut tetap mempercayai adanya Tuhan sebagai sumber keselamatan dan sumber yang memberi kehidupan. Kenduri Pancasila mengandung makna penting, yaitu: 1. Supaya Bung Karno memperoleh kediaman yang layak disisiNya karena melalui dialah ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia dapat tergali. 2. Melalui kenduri ini pula khususnya masyarakat Blitar dapat hidup sejahtera, aman dan sentosa. 3. Kenduri ini juga sebagai tali pengikat silaturahmi dalam sebuah komunitas masyarakat dan aparat kota Blitar “Manunggaling Kawula lan Pangarsa”.
Dari pemaparan tentang prosesi Grebeg Pancasila, dapat disimpulkan peran Grebeg Pancasila bagi masyarakat Blitar, yaitu: 1) Sebagai pemersatu masyarakat Blitar yang terdiri dari berbagai lapisan dan latar belakang budaya, etnis, maupun agama, karena di dalamnya masyarakat terlibat secara aktif. 2) Sebagai momentum masyarakat Blitar untuk mendoakan arwah Bung Karno agar mendapat tempat yang layak di sisi Tuhan. 3) Sebagai momentum untuk berkumpul bersama berdoa memohon rahmat Tuhan atas kesejahteraan hidup masyarakat Blitar. 4) Sebagai salah satu daya tarik wisata budaya di Kota Blitar yang pelaksanaannya dilakukan setiap tanggal 1 Juni.
PENUTUP
1. Kesimpulan •
Latar belakang dari lahirnya Grebeg Pancasila adalah: 1. Adanya krisis yang terjadi pada masa pemerintahan Orde Baru 2. Keprihatinan masyarakat Blitar akan sosok pemerintah yang tidak bisa diandalkan, serta keprihatinan karena Hari Kelahiran Pancasila yang
tidak dijadikan hari peringatan nasional. •
Upaya masyarakat memperingati Hari Kelahiran Pancasila di Blitar, yang pada waktu itu merupakan perjuangan berat karena dianggap sebagai hal yang beseberangan dengan kebijakan pemerintah. Namun akhirnya, para seniman memberanikan diri untuk mengadakan peringatan tersebut dengan panitia seadanya dan bermodalkan bantuan dana dari MPA BK sebesar Rp 1.600.000,00. Peringatan tersebut dikemas dengan cara seniman, sehingga bernuansa senibudaya. Perayaan itu kini dikenal dengan Grebeg Pancasila.
•
Pada tanggal 22 April 2004 di Balai Kota Kusuma Wicitra Blitar diadakan Seminar Pembakuan Grebeg Pancasila, yang kemudian dilanjutkan dengan acara Perumusan Hasil Seminar Pembakuan Grebeg Pancasila pada tanggal 4 dan 11 Mei 2004. Setelah itu, Grebeg Pancasila menjadi acara kebudayaan rutin masyarakat Blitar yang dirayakan setiap tanggal 1 Juni, dalam rangka memperingati Hari Kelahiran Pancasila.
•
Tujuan umum diadakannya Grebeg Pancasila adalah mengajak bangsa Indonesia untuk mengenang dan menghayati nilainilai luhur budaya bangsa, sekaligus menciptakan kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
•
Tujuan khusus diadakannya Grebeg Pancasila adalah:
1. Mengusulkan kepada pemerintah, agar Hari Kelahiran Pancasila menjadi hari peringatan nasional. 2. Menyatukan masyarakat Blitar melalui acara Grebeg Pancasila yang melibatkan peran aktif masyarakat Blitar dari segala lapisan. 3. Mengingatkan masyarakat Blitar akan indahnya keragaman. 4. Mewujudkan adanya suatu ikon budaya yang diraykan secara rutin setiap
tahunnya di Kota Blitar. •
Nilainilai yang terkandung dalam Grebeg Pancasila:
1. Nilai Politis: memperjuangkan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. 2. Nilai Ekonomi: melihat bahwa biaya yang digunakan untuk perayaan Grebeg Pancasila cukup besar, maka membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak dalam menyukseskan acara bersama tersebut. 3. Nilai Budaya: memperjuangkan kelestarian budaya bangsa Indonesia yang telah menjadi ciri khas dan kebanggaan bangsa Indonesia karena adanya keanekaragaman tersebut. •
Peran Grebeg Pancasila bagi masyarakat Blitar:
1. Sebagai pemersatu masyarakat Blitar yang terdiri dari berbagai lapisan dan latar belakang budaya, etnis, maupun agama, karena di dalamnya masyarakat terlibat secara aktif. 2. Sebagai momentum masyarakat Blitar untuk mendoakan arwah Bung Karno agar mendapat tempat yang layak di sisi Tuhan. 3. Sebagai momentum untuk berkumpul bersama berdoa memohon rahmat Tuhan atas kesejahteraan hidup masyarakat Blitar. 4. Sebagai salah satu daya tarik wisata budaya di Kota Blitar yang pelaksanaannya dilakukan setiap tanggal 1 Juni.
2. Saran dan Harapan
Sebagai pelajar remaja yang sedang dalam proses menuju kedewasaan dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara, penulis memiliki beberapa saran, baik untuk para pelajar, masyarakat, dan pemerintah.
2.1. Untuk para pelajar Dalan perayaan Grebeg Pancasila peran pelajar juga dilibatkan, bahkan hampir di setiap
bagian ritualnya. Semoga hal ini mampu mendorong
inisiatif kita, para pelajar, untuk turut serta terlibat dalam kegiatankegiatan kebudayaan di daerah kita masingmasing. Semoga kita semakin sadar bahwa peran kita amatlah penting untuk pembangunan di masadepan. Untuk itu, biarkan pundak kita kekar oleh karena tanggung jawab yang diberikan oleh para pendahulu kepada kita demi melestarikan kebudayaan dan nilainilai yang terkandung di dalamnya.
2.2 Untuk masyarakat umum Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berbudaya, bangsa yang cinta akan kebudayaan daerah dan juga bangga akan kebudayaan nasional. Jangan biarkan bangsa kita dijajah oleh kebudayaankebudayaan modern yaag dapat menggerogoti sendisendi kehidupan kita. Kita harus selektif dalam bersikap terbuka terhadap kebudayaan baru yang masuk, agar Indonesia selalu tegak nilai nilai luhur Pancasila yang merangkum seluruh nilainilai kebudayaan di daerah kita masingmasing.
2.3 Untuk pemerintah Grebeg Pancasila adalah momentum yang dirasakan sangat cocok untuk mendalami nilainilai luhur Pancasila. Harapan penulis, dan juga harapan
0kita semua, semoga Grebeg Pancasila menjadi motivasi bagi muncilnya acara acara serupa, khususnya untuk memperingati hari Kelahiran Pancasila. Penulis juga memiliki harapan besar, mewakili masyarakat Blitar, semoga Hari Kelahiran Pancasila kelak menjadi hari peringatan nasional.