Galatia 6:1-10 [BIS] 6:1Saudara-saudara! Kalau seseorang didapati melakukan suatu dosa, hendaklah kalian yang hidup menurut Roh Allah, membimbing orang itu kembali pada jalan yang benar. Tetapi kalian harus melakukan itu dengan lemah lembut, dan jagalah jangan sampai kalian sendiri tergoda juga. 6:2Hendaklah kalian saling membantu menanggung beban orang, supaya dengan demikian kalian mentaati perintah Kristus. 6:3Kalau seseorang menyangka dirinya penting, padahal tidak, orang itu membohongi dirinya sendiri. 6:4Setiap orang harus memeriksa sendiri apakah kelakuannya baik atau tidak. Kalau baik, ia boleh merasa bangga atas hal itu. Tetapi tidak usah ia membandingkannya dengan apa yang dilakukan orang lain. 6:5Sebab masing-masing orang harus memikul tanggung jawabnya sendiri. 6:6Orang yang menerima pengajaran Kristus, hendaknya membagi dengan gurunya semua yang baik yang ada padanya. 6:7Janganlah tertipu. Allah tidak bisa dipermainkan! Apa yang ditanam, itulah yang dituai. 6:8Kalau orang menanam menurut tabiat manusianya, ia akan menuai kematian dari tabiatnya itu. Tetapi kalau ia menanam menurut pimpinan Roh Allah, ia akan menuai hidup sejati dan kekal dari Roh Allah. 6:9Sebab itu, janganlah kita menjadi bosan melakukan hal-hal yang baik; sebab kalau kita tidak berhenti melakukan hal-hal itu sekali kelak kita akan menuai hasilnya. 6:10Jadi, selama ada kesempatan bagi kita, hendaklah kita berbuat baik kepada semua orang, terutama sekali kepada saudara-saudara kita yang seiman. Penjelasan khusus Ayat 1: Kata "memimpin" dalam bahasa Yunani _katartizo_ berarti "memulihkan". Kata ini dipakai dalam PB untuk membetulkan jaring atau jala (Mat 4:21) atau menyempurnakan watak manusia (2Kor 13:11). Jadi, memulihkan seorang berarti memimpin orang itu kembali kepada pertobatan yang benar dan penyerahan sepenuhnya kepada Kristus dan ajaran-ajaran-Nya. Hal ini mungkin meliputi tindakan disiplin (lihat cat. --> Mat 13:30) [atau ref. Mat 13:30] yang dilaksanakan dengan "lemah lembut". Ayat 6: terpisah dalam konteks, karena tidak berkaitan dengan yang sebelumnya dan yang sesudahnya. Tetapi, komentarnya sangat praktis. Pada zaman Paulus tidak ada pemberian gratis. Ayat ini ditujukan kepada mereka yang di ajar (katekumen) dan mendesak agar mereka berbagi dengan pengajar mereka, yaitu mengumpulkan dana atau sumbangan lain untuk membantu para pengajar.
Kesimpulan dari keseluruhan perikop: Paulus tidak ingin ada orang yang bermegah atas kejatuhan orang lain. Justru orang yang tidak jatuh karena rohaninya kuat harus mampu menunjukkan sikap kristiani yang penuh kasih terhadap mereka yang jatuh. Sikap kristiani itu adalah ujud kualitas kekristenan sejati. Pertama, ia tidak akan menghakimi saudara yang sedang jatuh, sebaliknya ia akan mengampuni dan mengangkatnya (ayat 1). Ini adalah sikap yang meneladani Kristus. Kedua, ia menyadari diri juga lemah dan bisa jatuh
sehingga akan selalu berjaga-jaga agar tidak jatuh (ayat 3). Dengan kesadaran seperti itu, terbangunlah sikap saling menolong di antara sesama anak Tuhan (ayat 2). Ketiga, ia tidak menilai diri dengan memakai standar manusia melainkan standar Firman (ayat 4-5). Keempat, ia akan rendah hati menerima teguran firman karena kesalahannya dan bersikap hormat kepada yang menegur dengan kasih (ayat 6). Paulus juga terus mendorong supaya orang yang jatuh cepat bertobat karena Allah tidak dapat dipermainkan (ayat 7-8). Akhirnya, Paulus juga menasihati jemaat Galatia agar terus menerus mewujudkan karakter ilahi mereka dengan perbuatan-perbuatan yang baik dan menjadi berkat (ayat 9-10). Gereja seharusnya menjadi wadah kasih persaudaraan diwujudkan. Ada teguran atas kesalahan, ada pertobatan dari kesalahan yang dilakukan, ada pengampunan untuk orang yang bertobat, dan ada hormat kepada orang yang menegur. Semua itu harus dilandaskan atas kasih Tuhan. Jangan menunggu orang lain, mulailah dari diri Anda.
Catatan pelengkap: Kristus membawa kemerdekaan untuk menjadi anakanak Allah yang dewasa, yang tidak harus dikawal oleh Hukum Taurat lagi karena dosa sudah diatasi. Sayangnya, kita lebih suka aman daripada merdeka, sehingga sistem-sistem keagamaan lebih dipentingkan di atas pengenalan akan Allah. Jemaat-jemaat di Galatia sudah mengalami pelepasan dalam Kristus dari dunia yang jahat (1:4) dan hidup baru oleh kuasa Roh Kudus (3:5). Dunia yang jahat barangkali termasuk sistem politik yang bergantung pada kuasa dan jaringan, dan juga roh-roh gelap yang menakutkan. Mereka sudah mengalami identitas dalam Kristus yang aman dari kesewenang-wenangan pelindung, dan kuasa rohani yang meniadakan ancaman kuasa gelap. Kemudian, ada kelompok datang mengusulkan bahwa untuk menjadi pengikut Kristus yang sejati, kita harus menaati Hukum Taurat (HT). Mengapa jemaat tertarik? Jika tahanan dilepaskan, kita duga bahwa otomatis dia gembira. Tetapi ternyata, sebagian orang demikian jadi stres. Soalnya, selama ditahan, tahanan tidak harus berpikir, mengambil keputusan atau bertanggung jawab. HT juga merincikan bagaimana orang harus menaati Allah. Jika jemaatjemaat di Galatia sudah gelisah dengan iman kepada Kristus yang sepertinya kurang ritus dan aturan, maka tawaran HT akan menggiurkan.