(RAKA DRYER) RAGI KATUL DRYER MESIN PENGERING RAGI KATUL DENGAN SISTEM HYBRID DAN DILENGKAPI ETC (ELECTRICAL TEMPERATURE Irfan Malik Hartanto1), Agam Seftian Effendi2), Choirul Hamzah3), Aldiansyah Rusminanda4), Irenta Teguh Wahyu Widodo5), Agung Prijo Budijono*) 1)S1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya e-mail:
[email protected] 2)S1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya e-mail:
[email protected] 3)S1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya e-mail:
[email protected] 4)S1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya e-mail:
[email protected] 5)S1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya e-mail:
[email protected] *) Author Corespondance, Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah memberikan solusi permasalahan yang ada di UKM ragi katul, terutama masalah proses pengeringan yang prosesnya masih menggunakan cara tradisional dan alat yang masih relatif sederhana sehingga kurang higenis . Metode yang digunakan adalah dengan memanfaatkan cahaya matahari, exhaut fan, dan teknologi kompor Heat Exchanger yang suplai energi litrik bersumber pada panel surya dan bekerja secara emi otomatis .Hasil yang diharapkan adalah meningkatnya produktifitas dan efisiensi proses produksi sehingga produktifitas UKM ragi katul dapat meningkat 2 kali lipat yang awalnya menghasilkan rata – rata 40 kg/ hari dapat menghasilkan hingga 80 kg/ hari. Keywords : ragi katul, pengeringan, panel surya
I.
Ukm,
Semi
Otomatis,
PENDAHULUAN
Ragi tempe merupakan bibit yang dipergunakan untuk pembuatan tempe. Oleh karena itu sering pula disebut sebagai starter tempe. Ragi tempe mengandung jamur Rhizopus sp. yang dikenal pula sebagai jamur tempe. Secara tradisional, jamur untuk starter pembuatan tempe biasanya diambil dari daun pisang bekas pembungkus tempe pada waktu pembuatan, atau daun aru atau jati yang dikenal dengan sebutan " usar " . Namun demikian, penggunaan daun pisang atau usar ini sangat terbatas dan hanya untuk produksi kecil-kecilan. Untuk produksi yang lebih besar, starter tempe dibuat dengan memperbanyak jamur tempe (Rhizopus sp.) pada media tertentu. Selanjutnya, spora yang dihasilkannya diawetkan dalam keadaam kering bersama medium
tempat tumbuh jamur tempe tersebut. Dengan teknik seperti ini kualitas tempe yang diproduksi akan terjamin, karena dosis penggunaan starter dapat diatur. (Rochintaniawati, 2010) II.
LATAR BELAKANG
Berdasarkan hasil riset dan observasi dengan Bapak cipto (pihak mitra), selama ini proses pengeringan ragi katul selama ini masih menggunakan cara tradisional dan kurang higenis sebagai produk makanan. Masalah yang dihadapi oleh UKM mitra yaitu pada proses pengeringan. Pada proses ini menjadi masalah yang cukup signifikan karena dapat mempengaruhi produktivitas dan efektivitas produksi ragi katul, proses pengeringan saat ini masih mengunakan metode tradisional yaitu menjemur ragi di hamparan tanah dengan alas plastik terpal dibawah terik matahari . Pada proses pengeringan ini para pelaku usaha mengeluhkan beberapa masalah yang diantaranya adalah (a) pengeringan relatif lama dikarenakan intensitas panas matahari yang fluktuatif berdasarkan cuaca, (b) produk ragi tempe memeliki kualitas yang kurang baik karena ragi tempe terkontaminasi dengan debu dan zat zat lain di sekitar lokasi penjemuran, (c) penjemuran relatif berat karena perlu membolak balik jemuran ragi tempe agar dapat kering sempurna, (d) memerlukan lahan yang cukup luas sebagai lokasi pengeringan. Dari masalah masalah tersebut kami memeliki sebuah inovasi yaitu (raka dryer) ragi katul dryer mesin pengering ragi katul dengan sistem hybrid dan dilengkapi etc (electrical temperature). alat pengering ragi katul ini adalah sebuah kontruksi rangka besi yang dapat dipindah pindah, dinding terbuat dari acrilik transparan, terdapat dua sumber tenaga pemanas yaitu panas matahari dan kompor dilengkapi heat exchanger dan diatur secara semi otomatis menggunakan ETC (electrikal temperatur control) dengan sumber listrik panel surya.
III.
METODE
Untuk mencapai tujuan kegiatan ini, maka metode yang digunakan dalam pembuatan (raka dryer) mesin pengering ragi katul dengan sistem hybrid dan dilengkapi etc (electrical temperature) pada pelaksanaan Program Kreatifitas Mahasiswa Teknologi ini ditampilkan pada
flowchart berikut ini. Studi Literatur Studi Literatur berisi serangkaian kegiatan pencariaan dan pengkajian sumber-sumber yang relevan dan terpercaya dalam pengumpulan materi dan menjadi acuan dalam penulisan PKM ini. Literatur yang kami pakai berupa buku Elemen-Elemen Mesin dalam Perancangan Mekanis (Robert L. Mott), buku Mekanisme dan Dinamika Mesin (Ir. Ramses Y. Hutahaean, MT), buku fundamental fluid mechanics ( munson young) dan fundamental heat transfer (frank..incopera). Dalam tahap ini didapatkan referensi desain, cara kerja, material dan simulasi proses pengeringan Observasi dan Diskusi Dengan mitra Kegiatan ini adalah tahapan awal dalam mencari data permasalahan mitra, seperti kapasitas produk mitra yang hanya menghasilkan 40 kg per hari sementara permintaan pasar sebesar 2 kali lipat dari kapasitas produksi UKM, pengeringan ragi katul yang masih menggunakan cara tradisional serta permasalahan lainya yang berhubungan dengan aspek ekonomi (tidak bisa mencapai target maksimal sehingga pendapatan tidak maksimal), sosial (kurangnya kepercayaan pelanggan terhadap kualitas produk ragi katul) . Pembuatan Desain Tahapan selanjutnya yaitu pembuatan desain mesin “raka dryer”. Berdasarkan hasil diskusi tim pelaksana, dosen pembimbing dan mitra maka diperoleh desain “raka dryer” menggunakan software inventor 2016 seperti tampak pada gambar dibawah ini :
Gambar 2. (MP3 SUPI) Mesin Pengolah dan Pengemas Susu Sapi dengan Sistem Terintegrasi 3 in 1 Membuat Urutan Pengerjaan Urutan pengerjaan perlu dibuat untuk mempermudah dalam proses pembuatan mesin, sehingga urutan proses pada pengerjaannya bisa dilakukan secara sistematis dan tertata. Pengadaaan Alat dan Bahan Sebelum pekerjaan dimulai, tentunya perlu dilakukan pembelian bahan-bahan dalam dan mesinmesin yang digunakan dalam pengerjaan mesin. Pembuatan Mesin Setelah semuanya tersedia, termasuk perkakas dan alat alat pendukunga yang akan dipakai, maka langkah selanjutnya adalah pembuatan ataupun perakitan mesin. Biasanya proses ini memakan waktu yang lama namun target kami 1,5 bulan untuk pengerjaan mesinnya. Apabila menemui kendala dan masalah biasanya menggunakan jasa bengkel umum atau menyewa tukang untuk menyelesaikan pembuatan mesin, tetapi disini kami berusaha untuk membuat mesinnya dilakukan sendiri. Uji Coba Mesin Pengujian Mesin raka dryer ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa kinerja masing – masing komponen dari hasil pembuatan mesin dapat berfungsi sesuai dengan apa yang diharapkan. Pengujian akan dilakukan di tempat mitra kami, di UKM ragi katul milik pak cipto Evaluasi Tahap evaluasi dan penyempurnaan mesin dilakukan setelah pengujian mesin dilakukan. Pada tahap ini akan dinilai system kerja dari mesin, sirkulasi udara,
pemerataan temperature ruangan, konsumsi listrik dan kelembaban di dalam ruangan Penerapan Mesin dan Monitoring Setelah mesin yang dibuat telah diuji coba dan mendapatkan hasil yang baik dan maksimal, kemudian mesin diserahkan pada pihak mitra, dan melakukan testimoni guna untuk mendapatkan pendapat mitra bagaimana kinerja dalam mesin. Monitoring dilakukan guna memantau kondisi mesin yang digunakan oleh mitra, kemudian didokumentasikan dan diambil juga dianalisi data - datanya. Sehingga dapat dikembangkan di kemudian hari Publikasi dan Pengajuan Paten Hasil dari program yang kami lakasanakan akan kami publikasikan baik secara ilmiah maupun media masa dengan tujuan agar masyarakat tahu akan manfaat yang dihasilkan oleh mesin yang kami buat. Mengingat banyaknya manfaat yang dihasilkan oleh PKM yang kami buat serta masih banyak penegembangan dari alat kami ini. Pembuatan Laporan Pembuatan laporan dilakukan setelah semua tahapan terselesaikan sehingga hasil yang diperoleh dari pembuatan mesin dapat dijelaskaan secara rinci sesuai data yang diperoleh. Dan mampu menjadi evaluasi pada kegiatan kami. IV.
Hasil
Berdasarkan proses manufaktur dan assembly, maka diperoleh mesin pengering ragi katul dengan sistem hybrid dan dilengkapi etc (electrical temperature) seperti tampak pada Gambar berikut.
Gambar 3. Mesin Pengolah dan Pengemas Susu Sapi dengan Sistem Terintegrasi 3 in 1
No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Tabel 1. Spesifikasi mesin Uraian Keterangan Dimensi (2 x 2 x 2) m Kapasitas 80 kg /proses Rangka Besi holow Sumber pemanas Matahari dan kompor Sumber listrik Panel surya 100 wp Sirkulasi udara Exhaust fan 35 watt kontrol Ecu timer dan temperatur dinding Acrilik 5 mm
Berdasarkan spesifikai alat yang telah kami buat maka hasil yang diperoleh dapat diprediksi dapat meningkat 2 kali lipat dari produksi sebelum menggunakan alat kami. Pembahasan Berdasarkan hasil dari program pkm ini, maka diperoleh hasil bahwa penggunaan alat kami ini dapat membantu proses pengeringan menjadi lebih mudah dan cepat, penggunaan dinding acrilik dapat mempercepat proses pengeringan yang semula 8 jam menjadi 4 jam, dan, produk juga lebih higienis karena pengeringan berada di dalam ruang tertutup dan sirkulasi yang optimal, pihak UKM mitra merasa senang dengan adanya kegiatan PKM ini, dan berharap semoga dengan adanya kegiatan ini, pengeringan ragi katul menjadi 2 kali lebih efektif dan efisien sehingga dapat meningkatkan produktivitas usahanya manjadi 2 kali lipat.
V.
KESIMPULAN
Penerapan “raka dryer” pengering ragi katul dengan sistem hybrid dan dilengkapi etc (electrical temperature) sangat bermanfaat bagi UKM ragi katul sehingga proses produksi menjadi 2 kali lebih efektif dan efisien yang awalnya 8jam menjadi 4 jam. Sedangkan untuk kapasitas produksinya meningkat yang awalnya hanya 40kg /hari sekarang menjadi 80kg / hari. Untuk proses pengeringan menjadi lebih praktis karena tidak perlu membolak balik ragi katul
REFERENSI Rochintaniawati, D. (2010) ‘Pembuatan Ragi Tempe’, Pembuatan Ragi Tempe. Biegel.J.E. 1998. Pengendalian Produksi, Suatu Pendekatan Kuantitatif. Collins, J.A. 1993. ,Mechanical Design Of Machine Elements And Machines: analysis ,prediction ,prevention, 2nd ed., wiley , new York. Erdman, J.W. and Erdman, E.A. (1982). Effect of home preparation practices of nutritive value of foods in handbook of nutritive value of foods. Miloslaw Recheign, Florida 1: 237 -263.diakses 3 Oktober 2015. Fuad, Ahmadi. 2001. Karakteristik Teknologi Tepat Guna balam Industri Skala Usaha Kecil dan Menengah di Jawa Timur. Makalah yang disampaikan dalam rangka pelatihan produktivitas usaha kecil di Unesa.Tanggal 26 Juli tahun 2001. Kasmidjo, R.B. 1990 Tempe : Mikrobiologi dan Biokimia Pengolahan serta Pemanfaatannya. PAU Panagan dan Gizi. UGM, Yogyakarta. Pitt, J.I. and A.D Hocking. 1985. Fungi and Food Spoilage. Academic Press, Australia. Rahayu, K. 1988. Bahan Pengajaran Mikrobiologi Pangan PAU pangan dan Gizi. UGM, Yogyakarta Smith, A. K and J. Circle, S. 1978. Soybeans Chemsitry and Technology. The AVI pub Company Inc. Westport Connecticut. Shurtleff, W. and A. Aoyagi 1979, The Book of Tempeh. Harper and Row Publisher. New York. Wirakartakusumah, dkk. 1992. Peralatan dan Unit Proses Industri Pangan. PAU Pangan dan Gizi, IPB Bogor. Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan . UI Pres. Jakarta. Novi Dewi Sartika. 2007. Studi Pendahuluan Daya Antioksidan Ekstrak Metanol Tempe Segar dan Tempe Busuk kota Malang TerhadapRadikal Bebas DPPH (1,1 – difenil-2pikrilhidrazil). Skripsi. Universitas Negeri Malang. Samsudin, U. S. dan D. S. Djakamiohardja. 1985. Budidaya Kedelai. C.V. Pustaka Buana. Bandung. Hal 1315 Sarwono, B. 1982. Membuat Tempe dan Oncom. Jakarta : PT Penebar Swadaya. Hal 10-15. Snyder, H.E. and W. Know, T. 1987. Soybean Untiluzatin. An AVI Book. Published by Van Nostrad Rein hold company, New York.