BAGIAN NEUROLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
REFARAT OKTOBER 2018
NYERI KEPALA TIPE TEGANG
Disusun Oleh: Yulianti
C014172051
Miftahul fajri
C014172049
Residen Pembimbing : dr. Maria Carolina W. Supervisor Pembimbing : dr.Ashari Bahar,M.Kes,Sp.S,FINS
DISUSUN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK PADA BAGIAN NEUROLOGI FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018
HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertandatangan di bawah ini,menyatakan bahwa: Nama: Yulianti.
C014172051
Miftahul fajri
C014172049
Adalah benar telah menyelesaikan referat berjudul ”Nyeri Kepala Tipe Tegang” dan telah disetujui serta telah dibacakan dihadapan pembimbing dan supervisor dalam rangkakepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar.
Makassar, 29 Oktober 2018
Supervisor Pengamat,
Residen Pembimbing,
dr.Ashari Bahar,M.Kes,Sp.S,FINS
dr. Maria Carolina W.
2
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................2 DAFTAR ISI...........................................................................................................3 BAB I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang.............................................................................................4 BAB II. PEMBAHASAN 2. 1 Definisi.........................................................................................................5 2. 2 Epidemiologi................................................................................................5 2. 3 Klasifikasi Nyeri Kepala Tipe Tegang........................................................ 6 2. 4 Etiologi dan Faktor Resiko..........................................................................9 2. 5 Patofisiologi ...............................................................................................10 2. 6 Diagnosis....................................................................................................11 2. 7 Tatalaksana.................................................................................................12 2. 8 Diagnosis Banding.....................................................................................17 2. 9 Prognosis....................................................................................................19 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20
3
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri kepala merupakan keluhan yang paling sering di keluhkan oleh pasien saat datang ke dokter. Nyeri kepala menyebabkan gangguan pola tidur, pola makan, depresi sampai kecemasan.1 Suatu penelitian di New York mendapatkan nyeri kepala pada laki-laki sebanyak 22% dan perempuan 78%. Di Indonesia sendiri, dari peneitian di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta periode Januari sampai dengan Mei 1986 di dapatkan 17,4% pasien baru dengan keluhan utama nyeri kepala. Kebanyakan pasien yang datang dengan nyeri kepala memiliki satu dari tiga ciri-ciri sindrom nyeri kepala seperti migren, nyeri kepala klaster, atau nyeri kepala tipe tegang. 2 Nyeri kepala tipe tegang merupakan jenis nyeri kepala yang paling sering, dengan prevalensi 63% pada pria dan 86% pada wanita selama waktu estimasi 1 tahun. Onset awal nyeri kepala tipe tegang terjadi pada masa dini kehidupan ( 40% pada usia <20 tahun), dan pada puncaknya usia 20 dan 50 tahun. Lebih sering terjadi pada wanita dewasa, dengan rasio wanita dan pria 4:3. Prevalensi nyeri kepala type tegang kronis di perkirakan 2%-3%. Walaupun 60% penderita di perkirakan mengalami gangguan fungsional, tetapi hanya 16% penderita yang memeriksakan dirinya.3
4
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Defenisi Nyeri kepala tipe tegang adalah nyeri kepala bilateral yang menekan (pressing/squeezing), mengikat, tidak berdenyut, tidak di pengaruhi dan tidak di perburuk oleh aktifitas, bersifat ringan hingga sedang, tidak di sertai (atau minimal) mual dan/atau serta di sertai fotofobia dan fonofobia.4,5
2.2 Epidemologi Nyeri kepala tipe tegang adalah jenis nyeri kepala yang paling sering terjadi. Untuk sebagian besar individu, onset pertama nyeri kepala tipe tegang adalah sebelum usia 20 tahun dan mencapai puncaknya antara usia 30-39 tahun.6 Sekitar 93% laki-laki dan 99% perempuan pernah mengalami nyeri kepala. Nyeri kepala tipe tegang adalah bentuk paling umum nyeri kepala primer yang di alami oleh 2/3 populasi. Sekitar 78% orang dewasa pernah mengalami nyeri kepala tipe tegang setidaknya sekali dalam hidupnya. Prevalensi nyeri kepala tipe tegang di korea sebesar 16,2% - 30,8%, di kanada sekitar 36%, di jerman sebanyak 38,3%, dan di brazil hanya 13%. Insiden nyeri kepala tipe tegang di Denmark sebesar 14,2 per 1000 orang pertahun. Suatu survey populasi di USA menemukan prevalensi tahunan nyeri kepala tipe tegang episodik sebesar 38,3% dan kronis sebesar 2,2%.4 Nyeri kepala tipe tegang dapat menyerang segala usia. Usia terbanyak adalah 25-30 tahun, namun puncak prevalensi meningkat di usia 30-39 tahun. Sekitar 40% penderita nyeri kepala tipe tegang memilki riwayat keluarga dengan nyeri kepala tipe tegang, 25% penderita juga menderita migraine. Prevalensi seumur hidup pada perempuan mencapai 88%, sedangkan pada laki-laki 69%. Rasio perempuan : laki-laki adalah 5:4. Onset penderita nyeri kepala tipe tegang adalah dekade kedua atau ketiga kehidupan, antara 25-30 tahun. Meskipun jarang, nyeri kepala tipe tegang dapat dialami setelah usia 50-60 tahun.4
5
2.3 Klasifikasi Nyeri Kepala Tipe Tegang 2.3.1 Tension-type headache episodic yang infrequent ( G44.2) Deskripsi : Nyeri kepala episodic yang infrequent, secara tipikal bilateral, rasa menekan atau mengikat dengan intensitas ringan sampai sedang, berlangsung beberapa menit sampai hari. Nyeri tidak bertambah pada aktifitas rutin dan tidak di dapatkan mual, tetapi bisa ada fotofobia atau fonofobia.7 Kriteria diagnosis : a. Sekurang-kurangnya terdapat 10 episode serangan dengan rata-rata <1 hari/bulan (<12 hari/tahun) dan memenuhi kriteria B-D b. Nyeri kepala berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari c. Nyeri kepala paling tidak terdapat 2 gejala klinis khas : 1) Lokasi bilateral 2) Kualitas menekan atau mengikat (tidak berdenyut) 3) Intensitasnya ringan atau sedang 4) Tidak di perberat oleh aktifitas rutin seperti berjalan atau naik tangga d. Tidak di dapatkan : 1) Mual atau muntah 2) Lebih dari satu keluhan fotofobia atau fonofobia e. Tidak memenuhi kriteria diagnosis ICHD-3 yang lain. 2.3.1.1 Tension-type headache episodic yang infrequent berhubungan dengan nyeri tekan perikranial (G44.20) Kriteria diagnosis : a. Memenuhi kriteria A-E dari 2.1Tension-type headache episodic yang infrequent b. Nyeri tekan perikranial meningkat pada palapasi manual 2.3.1.2 Tension-type headache episodic yang infrequent tidak berhubungan dengan nyeri tekan perikranial (G44.21) Kriteria diagnosis : a. Memenuhi kriteria A-E dari 2.1 Tension-type headache episodic yang infrequent b. Nyeri tekan perikranial tidak mengikat Catatan : Pericranial tenderness = nyeri tekan pada otot perikranial (otot frontal, tempo ral, masseter, pteryangoid, sternocleidomastoid, splenius, dan trapezius) pada waktu palpasi manual, yaitu dengan menekan secara keras dengan gerakan kecil memutar oleh jari-jari tangan kedua dan ketiga pemeriksa. Hal ini merupakan tanda yang paling signifikan pada pasien TTH. 6
2.3.2 Tension-type headache episodic yang frequent (G44.2) Deskripsi : Nyeri kepala episodic frequent, dengan tipikal bilateral, menekan atau mengikat dengan intensitas ringan sampai sedang, berlangsung beberapa menit sampai hari. Nyeri tidak bertambah berat dengan aktivitas fisik rutin dan tidak ada mual, tetapi mungkin di dapat fotofobia atau fonofobia.7 Kriteria diagnosis : a. Sekurang-kurangnya terdapat 10 episode serangan dalam 1-4 hari/bulan berlangsung >3 bulan (≥ 12 dan <180 hari/tahun) dan memenuhi kriteria B-D b. Nyeri kepala berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari c. Nyeri kepala yang memilki paling tidak terdapat 2 dari 4 karakteristik berikut : 1) Lokasi bilateral 2) Menekan atau mengikat (tidak berdenyut) 3) Intensitasnya ringan atau sedang 4) Tidak di perberat oleh aktifitas fisik rutin seperti berjalan atau naik tangga d. Tidak di dapatkan : 1) Mual atau muntah 2) Lebih dari satu keluhan fotofobia atau fonofobia e. Tidak memenuhi kriteria diagnosis ICHD-3 yang lain. 2.3.2.1 Tension-type headache episodic yang frequent berhubungan dengan nyeri tekan perikranial (G44.20) Kriteria diagnosis : a. Termasuk dalam kriteria dari 2.2 Tension-type headache episodic yang frequent b. Meningkatnya nyeri tekan perikranial pada palapasi normal 2.3.2.2 Tension-type headache episodic yang frequent tidak berhubungan dengan nyeri tekan perikranial (G44.21) Kriteria diagnosis : c. Termasuk dalam kriteria dari 2.2 Tension-type headache episodic yang frequent d. Nyeri tekan perikranial tidak mengikat
7
2.3.3 Tension-type headache kronis (G44.2) Deskripsi : Gangguan ini berkembang dari tension type headache episodic frequent, dengan harian atau sangat sering nyeri kepala episodic, dengan tipikal bilateral, menekan atau mengikat dengan kualitas intensitas nyeri sedang sampai berat, berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari, atau terus menerus. Nyeri kepala tidak bertambar berat dengan aktifitas fisik rutin, kemungkinan terdapat mual, fotofobia, dan fonofobia ringan.7 Kriteria diagnosis : a. Nyeri kepala timbul ≥ 15 hari/bulan, berlangsung > 3 bulan (≥180 hari/tahun) dan juga memenuhi kriteria B-D b. Nyeri kepala berlangsung beberapa jam atau terus-menerus c. Nyeri kepala memiliki paling tidak 2 karakteristik berikut : 1) Lokasi bilateral 2) Menekan atau mengikat (tidak berdenyut) 3) Ringan atau sedang 4) Tidak memberat dengan aktifitas fisik yang rutin d. Tidak di dapatkan : 1) Lebih dari satu : kfotofobia, fonofobia atau mual yang ringan 2) Mual yang sedang atau berat, maupun muntah e. Tidak memenuhi kriteria diagnosis ICHD-3 yang lain. 2.3.3.1 Tension-type headache kronis yang berhubungan dengan nyeri tekan perikranial (G44.22) Kriteria diagnosis : a. Nyeri kepala yang memenuhi dalam kriteria dari 2.3 CTTH b. Nyeri tekan perikranial yang meningkat pada palpasi manual 2.3.3.2 Tension-type headache kronis yang tidak berhubungan dengan nyeri tekan perikranial (G44.23) Kriteria diagnosis : a. Nyeri kepala yang memenuhi dalam kriteria dari 2.3 CTTH b. Nyeri tekan perikranial tidak meningkat
2.3.4 Probable tension-type headache (G44.28) Deskripsi : Tension-type headache yang tidak memenuhi salah satu gambaran kriteria subtipe tension type headache di atas dan tidak memenuhi kriteria gangguan nyeri kepala lainya.7 2.3.4.1 Probable tension-type headache episodik yang infrequent (G44.28)
8
Kriteria diagnosis : a. Satu atau lebih nyeri kepala episodic yang memenuhi kriteria A-D dari 2.1 Tension type headache episodic infrequent. b. Tidak memenuhi kriteria ICHD-3 dari semua jenis gangguan nyeri kepala c. Tidak memenuhi kriteria diagnosis ICHD-3 yang lain. 2.3.4.2 Probable tension-type headache episodik yang frequent (G44.28) Kriteria diagnosis : a. Episodenya memenuhi semua kecuali satu dari semua kriteria A-D dari 2.2 Tension type headache episodic yang frequent. b. Tidak memenuhi kriteria ICHD-3 dari semua jenis gangguan nyeri kepala c. Tidak memenuhi kriteria diagnosis ICHD-3 yang lain. 2.3.4.3 Probable tension-type headache kronis (G44.28) Kriteria diagnosis : a. Nyeri kepala memenuhi semua kecuali satu dari semua kriteria AD dari 2.3 Tension type headache episodic kronis b. Tidak memenuhi kriteria ICHD-3 dari semua jenis gangguan nyeri kepala c. Tidak memenuhi kriteria diagnosis ICHD-3 yang lain.7 2.4 Etiologi dan Faktor Risiko Secara umum etiologi nyeri kepala tipe tegang di klasifikasikan menjadi organik dan gangguan fungsional. Organik seperti tumor serebral, meningitis, hidrosefalus dan sifilis. Sedangkan gangguan fungsional di sebabkan oleh lelah, bekerja tak kenal waktu, anemia, gout, ketidak normalan endokrin, obesitas, intoksikasi dan nyeri yang direfleksikan.4 Buruknya upaya menjaga kesehatan diri sendiri (Poor self-related health), tidak mampu relaks setelah bekerja, gangguan tidur, tidur beberapa jam setiap malam, dan usia muda adalah faktor risiko nyeri kepala tipe tegang. Pencetusnya antara lain : kelaparan, dehidrasi, pekerjaan/beban yang terlalu berat (overexertion), perubahan pola tidur, caffeine withdrawal, dan fluktuasi hormonal wanita. Stress dan konflik emosional adalah pemicu tersering nyeri kepala tipe tegang. Gangguan emosional berimplikasi sebagai faktor risiko nyeri kepala tipe tegang, sedangkan ketegangan mental dan stress adalah faktor-faktor tersering penyebab nyeri kepala tipe tegang.4
9
2.5 Patofisiologi Buruknya upaya kesehatan diri sendiri (poorself-related health), tidak mampu relaks setelah bekerja, gangguan tidur, tidur beberapa jam setiap malam, dan usia muda adalah faktor risiko TTH.8 Pencetus TTH antara lain: kelaparan, dehidrasi, pekerjaan/ beban yang terlalu berat (overexertion), perubahan pola tidur, caffeine withdrawal,dan fluktuasi hormonal wanita.9 Stres dan konflik emosional adalah pemicu tersering TTH
Gangguan
emosional berimplikasi sebagai faktor risiko TTH, sedangkan ketegangan mental dan stres adalah faktorfaktor tersering penyebab TTH.9,10 Asosiasi positif antara nyeri kepala dan stres terbukti nyata pada penderita TTH.11 Stres dan ketegangan mental adalah keluhan yang paling umum di TTH.11 Meskipun stres itu sendiri penting untuk kelangsungan hidup, stres yang tinggi dan bersifat kronis, memiliki hubungan langsung terkait dengan onset, perkembangan, atau hasil dari banyak kondisi patologis.12 Namun, pertanyaannya adalah bagaimana stress emosional diterjemahkan ke dalam rasa sakit patologis dalam TTH. Salah satu penyebab dimana timbul rasa sakit adalah aktivasi faktor transkripsi, faktor nuklir κ- light-chain (NF κ B). Stres mengaktifkan NF κ B yang dimana ketika NF κ B diaktifkan, mempromosikan perubahan pascatranskripsi yang menyebabkan aktivasi iNOS dan COX-2, yang memiliki peran penting dalam proses timbulnya rasa nyeri.12 Nyeri kemudian ditransmisikan melalui serabut-serabut C dan neuron-neuron nociceptive Aδ menuju dorsal horn dan nucleus trigeminal di TCC (trigeminocervical complex.), tempat mereka bersinap dengan second-order neurons. Pada beragam sinap ini, terjadi konvergensi nosiseptif primer dan neuron-neuron mekanoreseptor yang dapat direkrut melalui fasilitasi homosinaptik dan heterosinaptik sebagai bagian dari plastisitas sinaptik yang memicu terjadinya sensitisasi sentral. Pada tingkat molekuler, sinyal nyeri dari perifer menyebabkan
pelepasan
beragam
neuropeptida
dan
neurotransmiter
(misalnya: substansi P dan glutamat) yang mengaktivasi reseptor-reseptor di membran
postsynaptic,
membangkitkan
potensial-potensial
aksi
dan
berkulminasi pada plastisitas sinaptik serta menurunkan ambang nyeri (pain
10
thresholds). Sirkuit spinobulbospinal muncul dari RVM (rostroventral medulla) secara normal melalui sinyal-sinyal fi ne-tunes pain yang bermula dari perifer, namun pada individu yang rentan, disfungsi dapat memfasilitasi sinyal-sinyal
nyeri,
serta membiarkan
terjadinya
sensitisasi
sentral.
Pericranial tenderness berkembang seiring waktu oleh recruitment serabutserabut C dan mekanoreseptor Aβ di sinap-sinap TCC, membiarkan perkembangan allodynia dan hiperalgesia. Intensitas, frekuensi, dan pericranial tenderness berkembang seiring waktu, berbagai perubahan molekuler di pusatpusat lebih tinggi seperti thalamus memicu terjadinya sensitisasi sentral dari neuronneuron tersier dan perubahan-perubahan selanjutnya pada persepsi nyeri.13,14 Penjelasan di atas menunjukkan bahwa TTH adalah proses multifaktorial yang melibatkan baik faktor-faktor miofasial perifer dan komponen-komponen sistim saraf pusat.15
2.6 Diagnosis Berdasarkan ICHD-3, berikut kriteria diagnosis pada TTH: 2.6.3 Kriteria diagnosis episode infrekuensi TTH.16 a. Setidaknya terdapat 10 kali serangan nyeri kepala yang rata-rata terjadi kurang dari 1 hari per bulan (kurang dari 12 hari per tahun) dan memenuhi kriteria B-D. b. Berlangsung selama 30 menit sampai 7 hari. c. Setidaknya memenuhi 2 dari 4 karakteristik sebagai berikut: Lokasi bilateral, nyeri seperti ditekan atau tegang (tidak berdenyut), intensitas nyeri yang ringan atau sedang, tidak diperberat dengan aktivitas rutin seperti berjalan atau naik tangga. d. Memenuhi 2 kriteria: Tidak mual atau muntah dan tanpa fotofobia atau fonofobia. e. Tidak berhubungan dengan penyakit lain. 2.6.2 Kriteria diagnosis episode frekuensi TTH. 16 a. Setidaknya terdapat 10 kali serangan nyeri kepala yang rata-rata terjadi 1 sampai 14 hari per bulan selama lebih dari 3 bulan (lebih
11
dari sama dengan 12 dan kurang dari 180 hari per tahun) dan memenuhi kriteria B-D. b. Berlangsung selama 30 menit sampai 7 hari. c. Setidaknya memenuhi 2 dari 4 karakteristik sebagai berikut: Lokasi bilateral, nyeri seperti ditekan atau tegang (tidak berdenyut), intensitas nyeri yang ringan atau sedang, tidak diperberat dengan aktivitas rutin seperti berjalan atau naik tangga. d. Memenuhi 2 kriteria: Tidak lebih dari satu gejala antara lain fotofobia, fonofobia ataupun mual ringan, anpa mual sedang hingga berat maupun muntah, dan tidak termasuk dalam diagnosis lainnya. 2.6.3 Kriteria diagnosis TTH kronis.16 a. Setidaknya terdapat 10 kali serangan nyeri kepala yang rata-rata terjadi lebih dari 15 hari per bulan selama lebih dari 3 bulan (lebih dari 180 hari per tahun) dan memenuhi kriteria B-D. b. Berlangsung selama 30 menit sampai 7 hari. c. Setidaknya memenuhi 2 dari 4 karakteristik sebagai berikut: Lokasi bilateral, nyeri seperti ditekan atau tegang (tidak berdenyut), intensitas nyeri yang ringan atau sedang, tidak diperberat dengan aktivitas rutin seperti berjalan atau naik tangga. d. Memenuhi 2 kriteria: Tidak mual atau muntah, tanpa fotofobia atau fonofobia, tidak berhubungan dengan penyakit lain.
2.7 Tatalaksana 2.7.1 Prinsip penanganan tension-type headache: Berikut dijelaskan prinsip penanganan tension type headache7 a. Terapi tension-type headache meliputi modifikasi gaya hidup untuk mengurangi kambuhan nyeri kepala, modalitas terapi non farmakologis dan terapi farmakologis akut maupun profilaksis b. Tahap awal penting pada tatalaksana tension-type headache adalah edukasi mengenai factor pencetus dan implementasi tatalaksana stress dan latihan untuk mencegah/mengurangi tension type headache 12
c. Tension-type headache akut membaik dengan sendirinya atau di kelolah dengan analgesic yang dijual bebas seperti asetaminofen, NSAID atau asam asetilsalisilat. Kombinasi dengan kafein juga efektif d. Terapi non farmakologis meliputi terapi relaksasi, cognitive-behavioral therapy dan pemijatan e. Terapi profilaksis diberikan bila nyeri kepala frequent, berhubungan denga pekerjaan, sekolah dan kualitas hidup, dan/ayau penggunaan analgesic yang dijual bebas meningkat (>10-15 hari per bulan). Pilihan terai profilaksis meliputi anti depressan trisiklik seperti amitriptyline dan nontryptiline.7 2.7.2 Jenis terapi penanganan Tensio-type headache Jenis terapi penanganan Tension-type headache dibedakan menjadi : 1. Terapi Farmakologis Tension-type headache a. Pada serangan akut tidak boleh lebih dari 2 hari/minggu 1) Analgesik : aspirin 1000 mg/hari, asetaminofen 1000 mg/hari, NSAID(Naproxen 660-750 mg/hari, ketoprofen 25-50 mg/hari, asam mafenamat, ibuprofen 800 mg/hari, diclofenac 50- 100 mg/hari)pemberian analgesic dalam waktu lama dapat menyebabkan iritasi, gastrointestinal, penyakit ginjal dan hepar, gangguan fungsi platelet 2) Kafein (analgesic adjuvant) 65 mg 3) Kombinasi : 325 aspirin, asetaminofen (65-200 mg kafein) b. Pada tipe kronis 1) Antidepressant Jenis trisiklik : amytriptilin, sebagai obat terapeutik maupun sebagai pencegahan tension type headache. Obat ii mempunyai efek analgesic dengan cara mengurangi firing rate of trigeminal nucleus caudatus. Dalam jangka lama semua trisiklik dapat menyebabkan penambahan berat badan ( mengurangi nafsu makan), menganggu jantung, hipotensi ortostatik, dan efek antikolinergik seperti mulut kering, mata kabur serta konstipasi.7 13
2) Anti ansietas Baik pada pengobatan kronis dan preventif terutama pada penderita
dengan
komorbid
ansietas.
Golongan
benzodiazepine dan butalbutal sering dipakai. Kekurangan obat bersifat adiktif, dan sulit di control sehingga memperburuk nyeri kepala.7
Obat
Dosis
Level
Keterangan
Rekomendasi Ibuprofen
200-800 mg
A
Efek
samping
gastrointestinal, resiko perdarahan Ketoprofen
25 mg
A
Efek
samping
eperti
ibuprofen Naproxen
375 – 550 mg
A
Efek
samping
eperti
ibuprofen Aspirin
500 – 1000 mg
A
Efek
samping
eperti
ibuprofen Diklofenak
12,5 – 100 mg
A
Efek
samping
eperti
ibuprofen, hanya dosis 12,5 – 25 yang di uji pada TTH Paracetamol
1000 mg
A
Efek
samping
gastrointestinal, resiko perdarahan sedikit
lebih disbanding
NSAID Kombinasi
65 – 200 mg
B
Berisiko medication
Kafein
headache
14
terjadinya overuse
2. Terapi non farmakologis a. Kontrol diet b. Terapi fisik c. Hindari pemakaian harian obat analgesic, sedative dan ergotamine d. Behavior treatment
-
Pengobatan Fisik a. Latihan postur dan posisi b. Masase, ultrasoung, terapi manual, compress panas/dingin c. Akupuntur TENS
-
Terapi behavior Dapat dilakukan biofeedback, stress management therapy, reassurance, konseling, terapi relaksasi maupun cognitive-behavioural therapy. Harus diberikan keterangan yang jelas mengenai patofisiologi sederhana dan pengobatan serta tension type headache bukanlah suatu penyakit yang serius seperti tumor, perdarahan otak dll.
-
Penanganan psikologis Dalam hal ini hal ini harus diberikan penjelasan agar penderita dapat menerima hasil yang di dapat dan cukup realistic.7
Pengobatan
Level rekomendasi
Terapi psychobehavioral 1) EMG biofeedback
A
2) Cognitive-behavioural therapy
C
3) Latihan relaksasi’
C
Terapi fisik
C
Akupuntur
C
Tabel : Level rekomendasi terapi non farmakologi
15
3. Terapi preventif farmakologis Indikasi: Perlu diberikan pada penderita yang sering mendapat serangan nyeri kepala pada tension-type headache episodic dan serangan yang lebih dari 15 hari dalam satu bulan.7 Indikasi terapi preventif a. Terapi preventif direkomendasikan pada kasus disabilitas akibat nyeri kepala lebih dar 4 hari/bulan atau tidak ada respon terhadap terapi simptomatis, bahkan bila frekuensi nyeri kepalanya rendah b. Terapi dikatakan fektif bila mengurangi frekuensi serangan dan/atau derajat keparahan minimal 50% c. Identifikasi faktir pencetus dan yang mengurangi nyeri kepala, jika memungkinkan juga berperan dalam mengurangi frekuensi serangan d. Penyakit komorbid yang ikut menentukan pemilihan terapi (Misalkan penggunaan amytriptilin yang di kontraindikasikan pada hipertrofi prostat dan glaukoma) e. Perhatian khusus terhadp adanya interaksi obat f. Terapi preventif seharusnya berbasis obat tunggal yang di titrasi pada dosis rendah dan ditoleransi dengan baik g. Pasien harus dilibatkan dalam pemilihan terapi dan sedapat mungkin dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi obat dalam jumlah banyak h. Pasien harus diinformasikan mengenai bagaimana dan kapan obat harus diminum, efikasi, dan efek sampingnya.7 2.7.3 Prinsip-prinsip pemilihan pengobatan a. Obat berdasarkan efektivitas lini pertama, efek samping dan komorbid penderita b. Mulai dengan dosis rendah, dinaikkan sampai efektif atau tercapai dosis maksimal c. Obat diberikan dalam jangka waktu seminggu/lebih d. Dapat diganti engan obat lain bila obat pertama gagal 16
e. Sedapat mungkin monoterapi.7 Obat
Dosis
Level Rekomendasi
Amytriptiline
10-100 mg
A
Nortriptiline
10-100 mg
Obat lini pertama
Obat lini kedua Mirtazapine
30 mg
B
Venlafaxine
150 mg
B
Clomipramine
75-150 mg
B
Maprotiline
75 mg
B
Mianserin
30-60 mg
B
Obat lini ketiga
Tabel : rekomendasi terapi profilaksis untuk pasien tension type headache
2.8 Diagnosis Banding 2.8.1 Migrain Migrain sendiri merupakan salah satu jenis nyeri kepala primer yang diklasifikasikan oleh International Headache Society (IHS) dan merupakan penyebab nyeri kepala primer kedua setelah Tension Type Headache (TTH). Migrain ditandai dengan nyeri kepala yang umumnya unilateral dengan sifat nyeri yang berdenyut, dan lokasi nyeri umumnya di daerah frontotemporal.17 Menurut International Headache Society (IHS), migren adalah nyeri kepala dengan serangan nyeri yang berlansung 4 – 72 jam. Nyeri biasanya unilateral, sifatnya berdenyut, intensitas nyerinya sedang sampai berat dan diperhebat oleh aktivitas, dan dapat disertai mual muntah, fotofobia dan fonofobia.18
17
2.8.2 Cluster Headache Nyeri kepala tipe cluster merupakan nyeri kepala pada satu sisi yang disertai dengan keluarnya air mata dan hidung tersumbat. Serangan berlangsung regular selama 1 minggu hingga 1 tahun. Serangan-serangan diantarai oleh periode bebas nyeri yang berlangsung setidanknya satu bulan atau lebih lama.19,20 Serangan nyeri kepala tipe cluster secara tipikal berlangsung pendek dan terjadi dengan periode yang jelas, khususnya selama pasien tidur atau pada pagi hari, biasanya berkoresponedensi dengan fase rapid eye movement pada saat tidur. Berbeda dengan nyeri kepala migraine, nyeri kepala cluster tidak didahului dengan aura dan biasanya tidak disertai dengan mual, muntah, fotofobia, atau osmofobia. Pasien biasanya mengalami 1-2 kali periode cluster dalam setahun, masing-masing bertahan selama 2 minggu hingga 3 bulan.21
2.8.3 Neuralgia trigeminal Neuralgia Trigeminal adalah gangguan yang terjadi akibat kelainan dari nervus cranialis ke-5 yaitu nervus trigeminal dan dikenal juga sebagai tic douloureux. Gangguan dari nervus trigeminal dapat dirasakan sebagai rasa tajam dan tertusuk pada pipi, bibir, dagu, hidung, dahi, maupun gusi pada salah satu sisi wajah (unilateral). Rasa nyeri dapat terjadi dalam hitungan detik sampai sekitar 2 menit. Dan episode nyeri ini dapat berlangsung dalam beberapa minggu hingga beberapa tahun.22,23 Gejala klinis yang dirasakan bervariasi bergantung dengan tipe yang dirasakan. Sensasi yang dapat muncul antara lain rasa nyeri, tertusuk, terbakar scara tiba tiba 8 pada wajah, dapat muncul secara mendadak. Setelah rasa nyeri biasa disertai dengan periode bebas nyeri. Rasa ini dapat muncul oleh rangsangan pada triger zone yang biasa dilakukan pada saat menyikat gigi, mengenakan makeup, shaving, cuci muka, bahkan pada saat ada getaran ketika sedang berlari atau berjalan. Rasa nyeri dapat berlangsung detik hingga menit. serangan – serangan
18
paroxysmal pada wajah atau nyeri di frontal yang berlangsung beberapa detik tidak sampai 2 menit.23,24
2.8.4 Pemeriksaan penunjang Diagnostik penunjang TTH adalah pencitraan (neuroimaging) otak atau cervical spine, analisis CSF, atau pemeriksaan serum dengan laju endap darah (erythrocyte sedimentation rate), atau uji fungsi tiroid.25,26 Neuroimaging terutama direkomendasikan untuk: nyeri kepala dengan pola atipikal, riwayat kejang, dijumpai tanda/gejala neurologis, penyakit simtomatis seperti: AIDS (acquired immunodefi ciency syndrome), tumor, atau neurofi bromatosis. Pemeriksaan funduskopi untuk papilloedema atau abnormalitas lainnya penting untuk evaluasi nyeri kepala sekunder.25,27 2.9 Prognosis Pada penderita nyeri kepala tipe tegang dewasa yang berobat jalan yang di ikuti kondisinya selama 10 tahun, 44% nyeri kepala tipe tegang kronis mengalami perbaikan signifikan. Sedangkan 29% nyeri kepala tipe tegang episodik berubah menjadi nyeri kepala tipe tegang kronik. Studi populasi potong lintang Denmark yang di tindak lanjuti selama 2 tahun mengungkapkan rata-rata remisi 45% di antara penderita nyeri kepala tipe tegang episodik frekuen atau kronis, 39% berlanjut menjadi episodik dan 16% menjadi kronis. 4
19
DAFTAR PUSTAKA 1. Hidayanti HB. Pendekatan Klinis Dalam Manajemen Nyeri Kepala MNJ; 2016. 89-96 2. Tandaju Y, Runtuwene T, Kembuan MAHN. Gambaran Nyeri Kepala Primer Pada Mahasiswa Angkatan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Jurnal e-clinic; 2016. 1-4 3. Kharisma Y. Tinjauan Umum Penyakit Nyeri Kepala (Disertasi). Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung; 2017. 4. Anurogo D. Tension Type Headache. Medical Journal of Indonesia; 2014. 186-197 5. Suihaji KS. Hubungan Derajat Depresi Dengan Nyeri Kepala Kronis Pada Penderita Yang Berobat di Poliklinik Saraf RSU Anutaputra Palu Tahun 2018 (Skripsi). Palu: Fakultar Kedokteran Universitas Alkhairaat Palu; 2018 6. Waldie KE, Bull JBPN, Poviton R. Tension-Type Headache: A Life-Course iMedPub Journal; 2015. 1-9 7.
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI).Diagnosis Dan Penatalaksanaan Nyeri Kepala. Universitas Airlangga Surabaya:2018
8.
Lyngberg AC, Rasmussen BK, Jorgensen T, Jensen R: Incidence of primary headache: a Danish epidemiologic follow-up study. Am J Epidemiol 2005;161:1066–73.
20
9.
Rasmussen BK. Migraine and tension-type headache in a general population: precipitating factors, female hormones, sleep pattern and relation to lifestyle. Pain 1993;53(1):65-72.
10. Spierings EL, Ranke AH, Honkoop PC: Precipitating and aggravating factors of migraine versus tension-type headache. Headache 2001;41:554–8. 11. Clark GT, Sakai S, Merrill R, et al. Cross-correlation between stress, pain, physical activity, and temporalis muscle EMG in tension-type headache. Cephalalgia 1995;15:511–8. 12. Munhoz CD, Garcia-Bueno B, Madrigal JLM, et al.: Stress-induced neuroinfl ammation: mechanisms and new pharmacological targets. Braz J Med Biol Res 2008, 41:1038–1046 13. Chen Y. Advances in the Pathophysiology of Tension-type Headache: From Stress to Central Sensitization. Current Pain & Headache Reports 2009;13:484–94. 14. Ji RR, Kohno T, Moore KA, Woolf CJ: Central sensitization and LTP: do pain and memory share similar mechanisms? Trends Neurosci 2003;26:696– 705. 15. Olesen J. The role of nitric oxide in migraine, tension-type headache and cluster headache. Pharmacol Ther 2008;120:157–71. 16. Fumal A, Schoenen J. Tension-type headache: current research and clinical management. Lancet Neurol 2008;7(1):70-83. 17. Headache Classification Subcommitee of the International Headache Society. The International Headache Classification Disorder: 2nd Edition.Cephalgia 2004; 24 18. Fumal A, Schoenen J. Tension-type headache: current research and clinical management. Lancet Neurol 2008;7(1):70-83. 19. Price, Sylvia dan Lorraine M.Wilson. Patofisiologi edisi 6.Jakarta : EGC.2003. 20. Leroux E, Ducros A. Cluster headache. In: Orphanet Journal of Rare Diseases;
BioMed
Central
Ltd.
http://www.orjd.com/content/3/1/20
21
Published
on
23
July
2008.
21. Forshaw M. Understanding headache and migraine. p.33. America: John Wiley & Sons, Ltd. 22. Anonym. The International Clasification of Headache Disorders. In: Cephalalgia International Journal of Headache. p. 629-808. UK: SAGE Publication; 2013 23. Krafft, Rudolph M. Trigeminal Neuralgia. Northeastern Ohio Universities College of Medicine, Rootstown. Ohio : 2008 24. Tew, John. Trigeminal Neuralgia. Mayfield Clinic. Ohio : 2013 25. Sunaryo, Utoyo. Neuralgia Trigeminal. PDGI Probolinggo. Indonesia : 2010 26. Frishberg BM, Rosenberg JH, Matchar DB, et al. Evidence-based guidelines in the primary care setting: neuroimaging in patients with nonacute headache. Available
at:
www.aan.com/
professionals/practice/pdfs/gl0088.pdf.
Accessed on August 8,2013. 27. Bendtsen L, Evers S, Linde M, et al. EFNS (European Federation of Neurological Societies) guideline on the treatment of tension-type headache: report of an EFNS task force. Eur J Neurol 2010;17(11):1318-25
22