FILSAFAT MINAHASA (Suatu Pengantar) Stanley A.S. Senduk (Alumnus FISIP UNSRAT, Dosen LB Mata Kuliah Filsafat & Metodologi Penelitian FBS UNIMA 1999-2005)
FILSAFAT MINAHASA (Suatu Pengantar) Stanley A.S. Senduk Pengertian Filsafat Filsafat berasal dari kata Yunani yaitu philosophia. Philo artinya cinta dalam arti yang luas, yaitu ingin, dan karena itu lalu berusaha mencapai yang diinginkan itu; Sophia artinya kebijaksanaan yang artinya pandai, pengertian yang mendalam. Jadi, menurut namanya filsafat diartikan ingin mencapai pandai, cinta pada kebijaksanaan. Jadi, berdasarkan kutipan itu dapatlah diketahui bahwa dari segi bahasa, filsafat adalah keinginan yang mendalam untuk mendapat kebijakan, atau keinginan yang mendalam untuk menjadi bijak. Beberapa definisi yang yang dikemukakan oleh beberapa pengarang, sesuai dengan konotasi filsafat yang ditangkap oleh mereka. Menurut poedjawijatana (1974:11) mendefinisikan filsafat sebagai sejenis pengetahuan yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka. Menurut Hasbullah Bakry (1971:11) mengatakan bahwa filsafat adalah esjenis pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang mendalam megenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharsnya setelah mencapai pengetahuan itu. Menurut Plato mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran asli. Menurut Aristoteles mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan yang meliputi kebenaran yang tergabung di dalamnya metafisika, logika, retorika, ekonomi, politik, dan estetika. Menurut Al-Farabi mengatakan filsafat adalah pengetahuan tentang alam ujud bagaimana hakikat yang sebenarnya. Menurut Phytagoras (orang yang pertama menggunakan kata filsafat), mengatakan bahwa filsafat sebagai the love for wisdom. ia mengatakan manusia yang paling tinggi nilainya adalah manusia pencinta kebijaksanaan (love of wisdom), sedangkan wisdom ialah kegiatan melakukan perenungan tetang Tuhan. Bertrand Russel mengemukakan bahwa filsafat adalah pemikiran teoritis tentang susunan kenyataan sebagai keseluruhan. Kata Filsafat Digunakan untuk Menunjuk Berbagai Objek yang Berbeda: Pertama, istilah filsafat digunakan sebagai nama bidang pengetahuan, yaitu pengertahuan filsafat, suatu bidang pengetahuan yang ingin mengetahui sesuatu secara mendalam. Kedua, istilah filsafat diggunakan untuk menamakan hasil karya. Hasil karya yang mendalam dari Plato disebut filsafat Plato; pengetahuan mendalam dari Aristoteles disebut filsafat Aristoteles. Ketga, istilah filsafat telah digunakan juga untuk menunjuk nama suatu keyakinan. Mulder, misalnya, pernah mendefinisikan filsafat sebagai sikap terhadap perjuangan hidup. Keempat, istilah filsafat digunakan untuk memberi nama suatu usaha untuk menemukan pengetahuan yang mendalami tentang sesuatu, contohnya definisi dari Langeveld. Disini filsafat berarti berfilsafat. Runes mengatakan bahwa mencari kebenaran itu sendiri itulah filsafat. Bila ia menjawab tentag sesuatu secara sitematis, radikal, dan universal, serta bertanggungjawab, maka sistem pemikirannya serta kegiatannya itu disebut filsafat. Kelima, yang paling dahulu kita kenal, istilah filsafat digunakan untuk menamakan orang yang cinta pada kebijakan dan ia berusaha mencapainya.
“Minahasalogi” “Minahasalogi” memang adalah istilah rekaan. Ini diggunakannya untuk menamakan keseluruhan proses studi dan penelitian menggali identitas orang Minahasa. Secara sederhana Minahasalogi bisa didefinisikan sebagai studi tentang ke-Minahasa-an, yaitu tentang apa, siapa dan bagaimana orang Minahasa itu; pendeknya, tentang identitas orang Minahasa, tanpa mengabaikan historisitas dan kontemporaritas identitas termaksud. Artinya, yang disebut identitas orang Minahasa bukanlah tunggal dan statis, tidak bergerak, melainkan majemuk dan dinamis, bergerak di dalam ruang dan waktu, di dalam konteks dan di dalam sejarah. Konteks di sini merujuk pada seluruh faktor dalam ruang yang mempengaruhi perumusan identitas. Sedangkan sejarah merujuk pada waktu antara kontinuitas dan diskontinuitas, antara tradisi dan perubahan, antara apa yang tetap terpelihara dan apa yang mengalami pembaruan. Sebenarnya di sini Minahasalogi hanya bermaksud meneruskan jejak langkah banyak pemerhati dan peneliti mengenai Minahasa sebelumnya. Kita patut berterima kasih kepada banyak orang di dalam sejarah yang telah memberi perhatian bahkan hidupnya bagi studi keMinahasa-an ini. Sebagaimana tertera pada judulnya, tulisan ini hanyalah merupakan sebuah jelajah bibliografis tentang Minahasalogi. Maksudnya tidak lain untuk sekedar memberikan gambaran mengenai jejak langkah yang telah dilakukan oleh banyak orang, dari generasi ke generasi, dari berbagai bangsa pula, bahkan sampai dua abad ke belakang, mempelajari, mendata, mendokumentasi, menganalisis dan mempresentasikan pengalaman, pengamatan dan penelitian mereka mengenai Minahasa. Selain itu tulisan ini juga hendak menantang orang Minahasa kontemporer untuk melanjutkan jejak langkah itu, sekaligus terus memungkinkan banyak orang bisa mengikuti jejak langkah tersebut. (D. Tulaar) Kosmologi Kosmologi adalah sebuah cabang ilmu filsafat yang membahas tentang 'kosmos' atau alam semesta. Soal-soal seperti 'bagaimana asal mula adanya alam semesta?', 'apakah ia terjadi melalui penciptaan (dari tiada jadi ada, creatio ex nihilo) atau melalui pancaran (illuminatio), atau melalui cinta?', 'setelah semesta ada, apakah ia berkembang?, 'apakah semesta berkembang menuju satu tujuan akhir, ataukah ia berkembang sendiri tanpa tujuan akhir?' Para leluhur kita di masa neolitik sudah memikirkan bagaimana terjadinya alam semesta (termasuk kita, manusia). Mereka menciptakan mitologimitologi yang menjelaskan tentang penciptaan alam semesta. Tahun 1968 Kurt Tauchmann, seorang peneliti Jerman, dipromosi doktor di Universitas Köln dengan disertasi berjudul Die Religion der MinahasaStämme (Nordost-Celebes/Sulawesi). Barangkali inilah disertasi pertama tentang Minahasa yang ditulis dalam bahasa Jerman. Melalui studinya ini Kurt Tauchmann coba merekonstruksi agama dan kepercayaan asli suku-suku di Minahasa dari masa pra-pengaruh Eropa. Buku ini terdiri dari enam bab, masing-masing membahas kosmologi, kepercayanaan dan ajaran tentang dewa-dewa, gambaran dan konsepsi mengenai jiwa, kepemimpinan agama, perilaku keagamaan, dan terakhir mengenai sistem agama Minahasa. Studi ini sangatlah komprehensif dengan tetap menjaga kepelbagaian di antara suku-suku di Minahasa itu sendiri. Yang menarik, Tauchmann menyebut Minahasa sebagai “Mythenmuseum”. Di wilayah Indonesia bagian Timur, katanya, tidak ada daerah lain di mana ditemukan aneka ragam mitos yang bersaing seperti di Minahasa. Nicolaas Graafland juga menulis banyak monografi yang diterbitkan dalam Mededeelingen vanwege het Nederlandsche Zendelinggenootschap (lazim disingkat MNZG). Salah satu yang penting untuk memahami kerohanian dan keberagamaan orang Minahasa zaman dulu adalah tulisannya yang berjudul “De geestesarbeid der Alifoeren in de Minahassa gederunde de heidensche periode” Di sini Graafland antara lain menggali kedalaman arti dan makna kerohanian tua di Minahasa (khususnya di wilayah berbahasa Tombulu), dari masa sebelum ada pengaruh Kekristenan. Selain mendalami doa-doa tua, ia juga menggali mitos tentang asal-usul manusia dan beberapa legenda. Buku karya Mieke Schouten ini adalah buku dua jilid dari N. Graafland, De Minahasa. Haar verleden en tegenwoordige toestand, sebuah laporan perjalanan pribadi ke berbagai pelosok tanah Minahasa yang menyentuh berbagai aspek kehidupan pada masa Graafland sendiri sedang bekerja sebagai tenaga misionaris (zendeling) NZG (Nederlandsche Zendelinggenootschap) di sana. Buku ini kini sudah ada terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Entah mengapa buku ini bahkan sampai dua kali diterjemahkan dan diterbitkan oleh penerjemah dan penerbit yang berbeda. Terjemahan yang pertama
1
FILSAFAT MINAHASA (Suatu Pengantar) Stanley A.S. Senduk (Alumnus FISIP UNSRAT, Dosen LB Mata Kuliah Filsafat & Metodologi Penelitian FBS UNIMA 1999-2005)
dikerjakan oleh Yoost Kullit. Buku terjemahannya terbit dengan judul Minahasa: Masa Lalu dan Masa Kini. Sedangkan terjemahan keduanya dilakukan oleh Lucy R. Montolalu dan terbit dengan judul Minahasa: Negeri, Rakyat dan Budayanya. Menarik dicatat maksud dari Yoost Kullit menerjemahkan bukunya Graafland ini, sebagaimana yang dituangkannya dalam prakata penerjemah buku terjemahannya, yaitu "agar kaum muda Minahasa khususnya, rakyat Indonesia yang berasal dari Minahasa umumnya dapat mengetahui sedikit tentang perkembangan dan kebudayaan orang Minahasa, yang ketika itu masih terkungkung oleh kebiasaan Alifuru kebiasaan menyembah berhala, pohon, batu, burung, ular dan segala sesuatu yang bersifat animisme". Mengenai perspektif yang disebutnya terakhir ini tentu masih bisa didebat lebih lanjut. Tetapi bahwa ada usaha untuk menerjemahkan buku setebal 1349 halaman dari tahun 1867 dengan motivasi memperkenalkan rekaman kebudayaan Minahasa di masa lalu kepada generasi muda di tahun 1980-an, ini adalah hal yang sangat luar biasa dan patut dihargai setinggi-tingginya.
Epistemologi Epistemologi ialah salah satu cabang ilmu filsafat yang membahas hal-hal seperti "apa itu pengetahuan?", "bagaimana cara manusia menemukan pengetahuan?", "kapan pengetahuan patut disebut benar atau salah?", "apa saja kriteria pengetahuan yang benar?", "apa saja batas-batas pengetahuan manusia?", dan lain-lain. F.S. Watuseke seorang penulis ahli mengenai Minahasa. Beberapa tulisannya malah diterbitkan dalam majalah Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde van Nederlansch-Indië (yang biasa disingkat BKI) terbitan KITLV di Negeri Belanda, baik dalam bahasa Belanda maupun bahasa Inggris. Salah satu tulisannya itu berjudul “Oude gebruiken bij zwangerschap en geboorte in Tondano” Sesuai judulnya, tulisan ini berbicara tentang kebiasaankebiasaan tua di sekitar kehamilan dan kelahiran di Tondano, di mana dijelaskan, misalnya, apa artinya si maali-ali dan si matimea’ sampai pada nama dan jenis berbagai macam rempah-rempah yang diperlukan oleh seorang ibu untuk mandi setelah melahirkan (seperti Karimenga, Kajutumetow, Muntè pepontolen, dst.). Juga tidak ketinggalan di bagian akhir tulisannya adalah sebuah gambar tentang bagaimana tampaknya buaian bayi asli setempat. Pada awal tahun 1961 terbit buku Sejarah Minahasa oleh F.S. Watuseke. Buku ini secara singkat tapi padat mendaftarkan secara kronologis peristiwaperistiwa yang terjadi di Minahasa mulai dari zaman Toar-Lumimuut sampai dengan tahun 1954, yaitu ketika Bitung dijadikan pelabuhan samudra. Yang sangat menarik dari buku ini – khususnya dalam edisi ke-2 yang terbit 1968 – adalah lampiran-lampirannya, yang di antaranya mendaftarkan perjalanan sejarah pembagian tanah Minahasa dalam walak-walak dan kemudian dalam distrik-distrik sejak kira-kira tahun 1679 sampai 1966. Menyinggung tahun 1960-an, tidak boleh dilupakan buku kecil dari E.V. Adam, Kesusasteraan, Kebudajaan dan Tjerita-tjerita Peninggalan Minahasa. Buku kecil ini lebih merupakan kapita selecta mengenai kebiasaan-kebiasaan dan kepercayaan-kepercayaan tua serta aturan-aturan tata-krama di Minahasa tempo dulu. Ada juga pantun-pantun dan “keahlian” mendengarkan bahasa burung. Di Minahasa mereka harus mendengarkan dengan sungguh-sungguh teriakan atau arah terbang burung, karena teriakan atau arah terbang kedua burung itu merupakan 'tanda-tanda' dari alam, agar mereka selamat pada saat mereka hendak memilih waktu untuk membuka perkebunan baru atau pemukiman baru. Selain itu, tikus dan ular juga dipahami sebagai 'tanda-tanda alam'. Bila hewan itu berlari memotong jalan yang akan dilewati, orang Minahasa terpaksa kembali ke tempat semula, karena tikus dan ular itu merupakan tanda-tanda dari alam akan adanya bahaya. Siulan burung Manguni juga dipercaya orang Minahasa sebagai kabar alam mengenai keberuntungan. Jika burung Manguni bersiul 107 kali berturut-turut, maka itu alamat alam akan adanya anugerah yang besar bagi seluruh penduduk negeri. Jika seorang Minahasa sakit keras, maka cara dan bentuk pengobatannya akan dikabarkan oleh alam lewat babi yang disembelih dan dibaca hatinya. Dalam hati babi itu akan terbaca cara dan bentuk pengobatannya (N. Graafland, De Minahasa, hh. 90-94). Masih di era 80-an, perlu juga disebut satu disertasi mengenai Minahasa yang dipertahankan di Göteborg, Swedia oleh Wil Lundström-Burghoorn berjudul Minahasa Civilization: A Tadition of Change (Göteborg: Acta Universitatis Gothoburgensis, 1981). Satu studi anthropologis mengenai kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dipraktekkan oleh masyarakat di Minahasa, termasuk kajian mengenai sistem kekerabatan dan rites de passage mulai dari kelahiran sampai kematian seseorang.
Estetika Estetika ialah salah satu cabang ilmu filsafat yang membahas soal-soal seperti "apa itu keindahan?", "kapan sesuatu itu disebut indah?", "apa saja kriteria sesuatu dapat disebut indah atau buruk?", "bagaimana cara menilai keindahan?", "apa itu seni?", "kapan sesuatu layak disebut seni?", "bagaimana menilai suatu karya seni?", "kriteria apa yang dipake agar sesuatu dapat disebut seni?", "bagaimana cara menilai selera?", "apa tujuan dari seni?", dan lain-lain. Intinya, estetika ialah filsafat keindahan atau filsafat seni. Leluhur kita juga sudah punya estetika. Mereka mengekspresikannya dengan menggambar atau melukiskannya dalam bentuk gambar dan pahatan. Maka, mulailah mereka melukis, menggambar atau memahat di batu-batu dan gua-gua, seperti yang bisa kita lihat misalnya di Waruga-waruga yang ada di Sawangan Airmadidi atau di batu-batu besar seperti Di Watu Pinabetengan. Mereka melukis di batu dan dinding gua. Mereka lalu bereksperimen dengan warna-warna yang mereka temukan dari pohon-pohon, daun-daun atau darah hewan. Dari eksperimen warna, mereka menciptakan kain tenun seperti kain tenun khas Bentenan, menciptakan pakaian, menciptakan alat perang, menciptakan arsitektur rumah, dan lain-lain. Ada juga yang bereksperimen dengan gerak-gerak tari sehingga mereka menciptakan tarian-tarian yang gerakannya indah dan eksotik seperti tari Maengket,dll. Ada juga yang bereksperimen dengan irama-irama suara, sehingga mereka menciptakan lagu-lagu bernada indah, menciptakan pantun-pantun berrima, menciptakan syair-syair, puisi-puisi, dan lain-lain.
Etika Etika adalah salah satu cabang ilmu filsafat yang membahas masalah seputar moralitas (norma-norma), prinsip-prinsip moral, dan teori-teori moral (misalnya 'teori hati nurani', 'teori rasa moral', 'teori keputusan moral', 'teori tentang kebaikan mutlak' dan 'teori tentang kebaikan relatif', 'teori tentang kejahatan', 'teori kriteria moral', 'teori tentang asal mula manusia harus bermoral', dan lain-lain). Leluhur kita sejak era neolitik sudah menciptakan norma-norma, prinsip-prinsip moral, dan teori-teori moral. Gerungan Saul Samuel Yacob Ratulangi yang lebih dikenal dengan nama Sam Ratulangi lahir pada 5 November 1890 di Tondano, Sulawesi Utara. Setelah menamatkan Hoofden School (Sekolah Raja) di Tondano, ia meneruskan pelajarannya ke sekolah tehnik (KWS) di Jakarta. Pada tahun 1915 ia berhasil memperoleh ijazah guru ilmu pasti untuk Sekolah Menengah dari negeri Belanda dan empat tahun kemudian memperoleh gelar dokter Ilmu Pasti dan Ilmu Alam di Swiss. Di negeri Belanda ia menjadi Ketua Perhimpunan Indonesia dan di Swiss menjadi Ketua Organisasi Pelajar-pelajar Asia. Awal Agustus 1945 Ratulangi diangkat menjadi anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Setelah RI terbentuk, ia diangkat menjadi Gubernur Sulawesi yang pertama. Ia ditangkap Belanda dan dibuang ke Serui, Irian Jaya. Pada 30 Juni 1949, Sam Ratulangi meninggal dunia di Jakarta dalam kedudukan sebagai tawanan musuh (Belanda). Jenazahnya kemudian dimakamkan di Tondano. Beliaulah yang mencetuskan semboyan “Si Tou Timou Tumou Tou” yang terkenal itu, dan dapat diartikan sebagai Manusia itu hidup untuk memanusiakan orang lain. Semboyan ini diserap oleh Tou Minahasa sebagai prinsip moral masyarakat Minahasa.*** ***) Dari Berbagai Sumber
2
FILSAFAT MINAHASA (Suatu Pengantar) Stanley A.S. Senduk (Alumnus FISIP UNSRAT, Dosen LB Mata Kuliah Filsafat & Metodologi Penelitian FBS UNIMA 1999-2005)
3