Lereng galian adalah adalah bagian dari penggalian tempat digalinya permukaan tanah yang ada hingga mencapai permukaan tanah dasar. Meskipun bisa saja bahwa subyek penggalian terdiri atas batuan dan bukanlah tanah,namun deskripsi seragam mengenai lereng galian ini tetap digunakan. (10)
Longsoran Longsoran merupakan kejadian dimana massa tanah di atas kedalaman batas di dalam permukaan tanah berangsur-angsur bergerak ke bawah. Lokasi longsoran cenderung terkonsentrasi di daerah yang memiliki geologi atau struktur geologi khusus. Dibandingkan dengan keruntuhan lereng galian atau lereng alami, lereng yang lebih landai bergerak dalam skala besar,membentuk suatu topografi khusus (topografi longsoran)
(11)
Perkerasan Perkerasan adalah bagian dari permukaan pelat perkerasan beton hingga lapis pondasi ada jaan dengan pererasan beton-semen atau bagian dari lapis permukaan hingga lapis pondasi pada jalan dengan perkerasan aspal.
(12)
Struktur Sementara Struktur sementara dalah struktur yang digun untuk sementara waktu guna membangun struktur permanen pada suatu jalan dan yang termasuk di dalamnya adalh penahan tanah, bendungan-elak dn dermaga sementara.
(13)
Tanah dasar Tanah dasar merupakan lapisan tanah yang hampir seragam dengan kedalaman
kira-kira 1m di bawah permukaan dan menjadi dasar untuk menentukan ketebalan perkerasan. Lapisan ini dapat disamakan dengan bagian atas pada bagian penimbunan
atau dengan lapisan tanah sedalam 1m di bawah permukaan tanah asli yang digali hingga mencapai tinggi permukaan yang ditentukan pada bagian penggalian. Bagian yang dibatasi tempat dimana tanah untuk tempat tanah dasar ditempatkan kembali guna mencapai lapisan tanah dasar dengan daya dukung yang sama, dan bagian peralihan yang ditimbun pada bagian penghubung antara lereng galian dan timbunan termasuk kedalam tanah dasar. (14)
Tanah lunak Tanah lunak suatu jenis tanah yang terdiri dari formasi tanah yang disusun oleh tanah lunak seperti lempung dan lanau dengan proporsi partikel halus yang tinggi, tanah organik, atau gambut (peat) dengn rongga-rongga yang besar atau pasir lepas. Tanah lunak cenderung bermaslah dengan stabilitas sehubungan dengan permukaan air tanahnya yang umumnya tinggi sehingga penurunan mungkin terjadi akibat beban timbunan atau struktur lain di atasnya.
(15)
Tanah urugan Tanah urugan adalah bagian tanah dari timbunan selain tanah dasar.
(16)
Timbunan Timbunan adalah bagian dari penimbunan tempat di timbunnya tanah dari permukaan tanah yang ada hingga permukaan tanah dasar.
(3) Penyelidikan detail Penyelidikan detail dilakukan pada seluruh rute jalan,dan harus dilakukan dengan sebaik-baiknya sebelum dilakukan desain detail. Tanah sebagai dasar jalan umumnya terdiri dari tanah dimana lokasi konstruksi jalan berada,tanah galian,dan timbunan. Untuk maksud penyelidikan tanah, zona penyelidikan lapangan harus dibagi kedalam zona: 1) bangunan (konstruksi jalan dan atau jembatan), 2) timbunan 3) Galian 4) daerah longsoran bila ditemui Bangunan (kontruksi jalan dan atau jembatan) Survei paling utama untuk bangunan jalan dan jembatan adalah metode pemboran. Pada dasarnya, kedalaman pemboran dilakukan hingga lapisan tanah yang memiliki daya dukung memadai dengan ketebalan sekurang-kurangnya 5m pada lokasi yang normal atau pemboran dilakukan sampai ketebalan tanah yang memadai untuk tumpuan konstruksi. Galian Pada lokasi galian, pemboran dilakukan hingga kedalaman 2m dibawah permukaan jalan. Timbunan Lapisan tanah untuk pondasi timbunan jalan harus diselidiki secara seksama. Timbunan jalan di atas tanah lunak dapat menimbulkan masalah stabilitas dan penurunan. Lapisan tanah dengan nilai N < 4 atau Qc < 8 kg/cm2 dapat di anggap
lapisan tanah lunak. Lapisan tanah berpasir dengan nilai N antara 10 sampai 15 atau kurang. Harus diselidiki terhadap kemungkinan terjadinya likuifaksi. Daerah longsoran Pada daerah yang rawan longsor, pemboran dilakukan lebih dalam dari permukaan bidang gelincir atau minimal 5m dibawah rencana permukaan tanah dasar (subgrade) 3.2 Survei Daerah Galian 3.2.1
Hal utama yang harus diperhatikan dalam survei
Pada umumnya, struktur geologi dan sifat sifat tanah akan berubah terutama pada tanah di lereng akibat hasil pemotongan/penggalian, karena itu sangatlah sulit untuk menentukan sifat sifat dan karakteristik tanah secara akurat sebelum pelaksanaan pekerjaan penggalian lereng. Melakukan kaji ulang stabilitas lereng galian secara teoritis dari hasil survey tanah dan geologi saja tidaklah mudah. Walaupun demikian, terjadi atau tidaknya longsoran, sifat sifat tanah dan batuan, sejarah keruntuhan lereng dan pengaruh air tanah harus diselidiki pada daerah yang akan dibangun. Terutama untuk desain lereng galian yang besar, yang sangat berpengaruh tidak hanya pada biaya konstruksi tetapi seringkali menimbulkan masalah masalah pada lereng saat pembangunan dan selama pemeliharaan, karena itu harus dilakukan dan dipilih survey yang tepat dan sesuai. Pengujian dan tanah hasil galian perlu dilakukan jika tanah galian tersebut akan digunakan sebagai material timbunan. Hal terutama dari survey lereng galian yang perlu diperhatikan adalah: 1) Stabilitas lereng galian, 2) Stabilitas lereng alami (lihat gambar) 3) Faktor kesulitan saat pekerjaan penggalian
4) Perubahan muka air tanah akibat penggalian (lihat butir 3.4) 5) Sifat sifat tanah sebagai material timbunan (lihat butir 3.3) 3.2.2
Keruntuhan Lereng Galian dan Lereng Alam
Keruntuhan lereng galian dan lereng alam mempunyai bentuk yang berbeda tergantung kondisi tanah, struktur geologi, kondisi air tanah, dan sebagainya, serta kondisi kondisi sekunder seperti kemiringan, bentuk lereng dan curah hujan. Keruntuhan lereng secara garis besar dapat diklasifikasikan kedalam beberapa tipe seperti terlihat pada tabel 3-2-1 3.2.3
Survey lereng galian yang memiliki masalah stabilitas
Pada lereng galian, survey harus dimulai dengan survey pendahuluan seperti dijelaskan pada butir 3.1.2 . Survey pendahuluan ini dilakukan untuk mempelajari kondisi sebenarnya dari lereng, antara lain untuk menilai apakah telah terjadi atau tidaknya longsoran, akibat debris dan runtuhan batuan sebelumnya, selain itu untuk menentukan kondisi air tanah berdasarkan survey geologi secara garis besar. Hasil sarvey pendahuluan digunakan untuk menentukan rencana penyelidikan detail yang akan dilakukan pada tahap selanjutnya.
Penyelidikan detail dilakukan untuk keperluan desain lereng secara detail. Kegiatan ini dapat dilakukan dalam dua tahap atau lebih jika diperlukan. Penyelidikan detail dilakukan untuk melengkapi hasil survey pendahuluan, sehingga akan diperoleh data parameter parameter dan kondisi tanah yang detail, serta untuk memperoleh informasi lainnya yang diperlukan dalam mendesain dan mengkaji ulang daerah yang mungkin tidak stabil. Penyelidikan pada lereng alam diatas lereng galian juga dilakukan sesuai dengan prosedur survey pada lereng galian. Dalam penggunaan hasil hasil survey untuk desain dan pelaksanaan penanaman ditunjukkan pada tabel 3-2-3 dan 3-2-4.
Kemiringan Lebih landai dari 1 : 1,7 (kurang dari 300)
1 : 1,7 – 1 : 1,4 (300 - 350) 1 : 1,4 – 1 : 1 (350 – 450)
1 : 1 – 1 : 0,8 (450 – 500)
Lebih curam dari 1 : 0,8 (lebih dari 500) •
Kondisi Pertumbuhan Tanaman • Perbaikan vegetasi dengan menanam pohon • Spesies lokal akan lebih mudah untuk tumbuh. • Tanaman tumbuh dengan sangat baik saat vegetasi penutup terbentuk, erosi permukaan tidak ada lagi. • Diperlukan kemiringan dari 350 untuk memberikan peluang terbentuknya suatu komunitas tanaman. • Dominan dengan pohon pohon yang tingginya sedang dan belukar serta terbentuknya komunitas tumbuhan dimana tumbuhan herbaceous mungkin menutupi permukaan tanah. • Terbentuknya komunitas tumbuhan rendah yang teridir dari belukar dan tumbuhan herbaceous. • Terdapatnya pohon pohon yang nantinya dapat membuat pondasi menjadi tidak stabil • Pada prinsipnya, selain tanaman diperlukan pekerjaan proteksi lereng.
Komunitas tumbuhan : kelompok tumbuhan dengan kenampakan dan spesies yang sama seperti hutan dan padang rumput, dan digunakan sebagai suatu unit klasifikasi untuk vegetasi. Pada panduan yang ada, target penanaman dinyatakan sebagai tipe komunitas seperti tipe padang rumput dan tipe padang belukar dan lain lain
Kekerasan Tanah Kurang dari 10 mm
Tanah lempungan 10 – 23 mm Tanah pasiran 10 – 27 mm Tanah lempungan 23 – 30 mm Tanah pasiran 27 – 30 mm Lebih besar dari 30 mm Batuan lunak/batuan keras
Kondisi Pertumbuhan Tanaman • Pertumbuhan (germination) rendah karena kekeringan. • Tanah mudah runtuh karena kemiringan melebihi sudut lereng alam • Pertumbuhan sistem akar yang baik (pada tumbuhan herbaceoues) tanahnya pasti subur • Tanahnya cocok untuk ditanami pohon pohon • Pertumbuhan sistem akar terhalangi kecuali beberapa spesies pohon kayu • Pertumbuhan sistem akar sangat tidak mungkin • Pertumbuhan sistem akar tanaman kayu mungkin terjadi pada rekahan batuan
3.3 Survei Untuk Timbunan 3.3.1
Hal-hal Utama yang disurvei
Survey timbunan secara garis besar dapat dibagi menjadi survey tanah pondasi dan material timbunan. Tanah pondasi harus bisa mendukung berat timbunan, bangunan pelengkap
dan
beban
lalu
lintas
tanpa
mengakibatkan
penurunan
yang
membahayakan. Survey perlu dilakukan dengan teliti yang menyangkut stabilitas dan penurunan timbunan jalan jika diatas tanah lunak. Survey pada daerah tanah lunak diuraikan lebih detail pada butir 3.5.
Kategori (1)
Deskripsi
Gambar Skematik
Tipikal bentukbentuk Geologi
Kerunt (1) Erosi permukaan oleh uhan air hujan menghasilkan dangka suatu alur (parit). Hal l ini terjadi jika permukaan lereng tersusun atas tanah yang mudah tererosi, diperburuk dengan fasilitas drainase yang tidak lengkap
Pasir halus : lapukan tanah granit
(2) Keruntuhan permukaan karena rembesan air hujan. a. terdapat bagian yang pada secara tidak merata dekat permukaan lereng b. timbunan yang terbuat dari suatu material yang memiliki beberapa derajat/tingkat permeabilitas dan kuat geser yang secara signifikan berkurang jika kejenuhannya naik
Perhatian khusus diperlukan untuk tanah pasiran dan tanah lempungan terutama SM, SC dan MC karena kuat gesernya secara signifikan berkurang jika kejenuhannya naik
(3) Erosi dan keruntuhan disebabkan oleh aliran air pada permukaan lereng, sebaliknya disebabkan oleh penyumbatan drainase karena sedimen dan rumput dan lain lain. a. lokasi berbentuk kurva yang tajam dimana permukaan jalan yang memperhatikan one-way grade, lokasi dimana lereng yang menurun pada penampang memanjang berubah menjadi lereng yang naik dan khususnya lokasi seperti timbunan dengan kombinasi dua kondisi tersebut yang membuat air permukaan terkonsentrasi pada satu titik b. penyumbatan
Walaupun erosi atau keruntuhan mempunyai hubungan yang kecil dengan material timbunan, tanah yang mudah tererosi juga akan mudah runtuh
Kondisi material timbunan yang diharapkan adalah seperti dijelaskan berikut ini 1) Memiliki kepadatan yang tinggi, kuat geser dan dapat menjamin stabilitas timbunan, 2) Kemudahan pemadatan 3) Tidak memiliki sifat mengembang, atau menyusut yang dapat merusak stabilitas timbunan 4) Tidak adanya material organik yang dapat merubah fisik material timbunan 5) Kecilnya tekanan air pori yang terjadi selama pekerjaan penimbunan berlangsung, 6) Menjamin atau mengkondisikan kelancaran lalu lintas. Umunya, hampir semua jenis tanah dapat digunakan sebagai material timbunan kecuali tanah yang memiliki sifat mengembang tinggi, atau tanah organik dengan kompresibilitas tinggi. Pemeriksaan pemeriksaan yang diperlukan, berdasarkan pada jenis material yang digunakan sebagai berikut
3.3.2 3.4
(1) Timbunan yang mudah rusak akibat gempa Kondisi kerusakan pada timbunan yang terjadi akibat gempa, antara lain retakan, penurunan dan terjadinya likuifaksi yaitu terjadinya keruntuhan timbunan saat gempa jika muka air tanah tinggi dan tanah pondasi terdiri dari tanah pasir lepas. Timbunan mudah rusak jika dibangun pada permukaan tanah dasar yang kemiringannya curam atau pada batas transisi antar galian dengan timbunan didaerah pegunungan, dimana fasilitas drainase rembesan air rusak atau jika kadar air material timbunan adalah tinggi akibat air hujan sebelum terjadinya gempa. Faktor faktor seperti tingginya timbunan kemiringan lereng, jenis material timbunan, tipe lapisan tanah pondasi, kemiringan permukaan tanah, nilai N tanah pondasi, kondisi daerah tangkapan air, dan jenis tindakan pencegahan yang mempengaruhi stabilitas serta luas kerusakan timbunan akibat gempa, adalah merupakan faktor faktor yang harus dikaji terhadap kemungkinan terjadinya keruntuhan timbunan
akibat gempa. Dalam kondisi ini, kondisi timbunan dan tanah pondasi perlu diselidiki dengan pemboran, pendugaan dalam dan pengujian laboratorium. Mengacu pada jenis tanah lainnya, kaji ulang harus dilakukan juga untuk tipe tanah lunak.
Ketika timbunan jalan dibangun diatas tanah lunak, bahaya yang akan terjadi tidak hanya kerusakan timbunan akibat menurunnya stabilitas atau penurunan yang berlebihan, tetapi juga dapat terjadi kerusakan disekitar luar area jalan. Oleh karena itu, diperlukan ketelitian dalam mendesain konstruksi timbunan jalan, serta diperlukannya penyelidikan tanah yang lebih detail. Tujuan dilakukan penyelidikan tanah pada tanah lunak adalah untuk menentukan area tanah lunak (kedalaman dan luasnya), komposisi lapisan tanah dan sifat tehnis tanah
(kuat geser, kecepatan kenaikan kuat geser, karakteristik konsolidasi, berat isi, kadar air, kandungan organik dan lain lain) dari setiap lapisan, yang nantinya digunakan.
Survey pada keruntuhan batuan yang memerlukan tindakan pencegahan khusus (1) Lereng curam yang menonjol pada penampang melintang Lereng lereng yang menonjol pada penampang melintang (tegak lurus garis kontur) atau lereng lereng searah bidang yang menonjol mungkin mengakibatkan runtuhan batuan yang menimpa tonjolan dan menjadi lebih tinggi
dengan ketinggian yang tidak normal dan topologi lereng tersebut perlu diselidiki lebih detail.
Survey untuk stabilitas longsoran Survey survey untuk keperluan penyelidikan stabilitas longsoran adalah dengan melakukan pemboran pemboran dan kadang kala dilakukan penggalian sumur uji, untuk mempelajari mekanisme longsoran dilihat dari sudut pandang mekanika tanah dan untuk pemeriksaan secara detail karakteristik mekanika tanah dari permukaan gelincir lempung. Untuk survey tanah dan geologi, paling kurang harus dilakukan empat (4) pemboran dan tiga (3) darinya harus dilakukan diatas dan melintang bidang gelincir serta satu (1) harus pada bagian atas atau lereng suatu bidang. Penting untuk merencanakan dan benar benar melakukan pemboran paling kurang sedalam lima meter ke dalam batuan dasar untuk membedakan masa gelinciran dari batuan dasar. juga pada daerah longsoran yang luas dan penyebaran batuan dasar yang tidak beraturan, penting untuk melakukan eksplorasi gelombang elastis dan untuk mengadakan suatu upaya tambahan pada sisi melintang sehingga dapat memperoleh suatu tinjauan pada arah yang melintang tersebut.