Farmakologi: Belia Destama Putri 1648201023 3a Farmasi

  • Uploaded by: Belia Destama
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Farmakologi: Belia Destama Putri 1648201023 3a Farmasi as PDF for free.

More details

  • Words: 1,157
  • Pages: 20
FARMAKOLOGI BELIA DESTAMA PUTRI 1648201023 3A FARMASI

ANTI FUNGI? Anti fungi atau anti jamur adalah obat-obat yang digunakan untuk menghilangkan infeksi yang disebabkan oleh jamur. Infeksi oleh jamur dapat terjadi pada: 1. Kulit oleh dermatofit (jamur yang hidup diatas kulit) 2. Selaput lender mulut, bronchi, usus dan vagina oleh sejenis ragi yang disebutcandida albicans.

Cara mencegah fungi 1.

Menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar

2.

Tidak memakai baju dan handuk secara bergantian

3.

Menjaga kesehatan

4.

Berganti pakaian apabila pakaian dirasa lembab

5.

Rutin membersihkan keringat

Faktor yang dapat menyebabkan tumbuhnya jamur : 1.

Keringat yang berlebihan.

2.

Berpakaian ketat atau berpakaian yang tidak bisa menyerap keringat.

3.

Tidak menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar.

4.

Udara yang lembab dan lingkungan yang panas.

5.

Memakai baju dan handuk secara bergantian.

6.

Pemakaian antibiotic spectrum luas atau pemakaian kortikosteroid yang kurang tepat.

7.

Daya tahan tubuh yang menurun.

KLASIFIKASI OBAT ANTIFUNGI

GOLONGAN AZOL 1. KETOKONAZOL • Spektrum luas efektif terhadap Blastomycesdermatitidis, Candida species, Coccidiodesimmitis, Histoplasmacapsulatum, Malasezziafurfur, Paracoccidiodesbrasiliensis. • Ketokonazol juga efektif terhadap dermatofit tetapi tidak efektif terhadap Aspergillusspesies dan Zygomycetes.

• Ketokonazol dapat menginhibisi biosintesissteroid, sepertihalnyapadajamur.

2. ITRAKONAZOL

• Itrakonazol mempunyai aktifitas spektrum yang luas terhadap Aspergillosissp., Blastomycesdermatidis, Candida sp., Cossidiodesimmitis, Cryptococcus neoformans, Histoplasmacapsulatum, Malasseziafurfur, Paracoccidiodesbrasiliensis, Scedosporiumapiospermum dan Sporothrixschenckii. • Efek samping yang sering dijumpai adalah masalah gastrointestinal seperti mual, nyeri abdomen dan konstipasi. Efek samping lain seperti sakit kepala, pruritus, dan ruam alergi. • Flukonazol berguna untuk mencegah relaps meningitis yang disebabkan oleh Cryptococcus pada pasien AIDS setelah pengobatan dengan amfoterisin B. Juga efektif untuk pengobatan kandidiasis mulut dan tenggorokan pada pasien AIDS.

3. FLUKONAZOL • Menurut FDA flukonazol efektif untuk mengatasikan didiasisoral atau esophageal, criptococcal meningitis dan pada penelitian lain dinyatakan efektif pada sporotrikosis (limfokutaneusdanvisceral). • Flukonazol ditoleransi baik oleh geriatrik kecuali dengan gangguan ginjal. Obat ini termasuk kategori C, sehingga tidak direkomendasikan untuk wanita hamil dan menyusui. • Efek samping: masalah gastrointestinal sepertimual, muntah, diare, nyeri abdomen dan juga sakit kepala. Selain itu hipersensitivitas, agranulositosis, sindroma Stevens Johnsons, hepatotoksik, trombosit openia dan efek pada sistem saraf pusat.

GOLONGAN ALILAMIN 1.

Terbinafin

• Terbinafin merupakan anti jamur yang berspektrum luas. Efektif terhadap dermatofit yang bersifat fungi sidal dan fungi statik untuk Candida albican, s tetapi bersifat fungi sidal terhadap Candida parapsilosis. • Terbinafin juga efektif terhadap Aspergillosissp., Blastomycesdermatitidis, Histoplasmacapsulatum, Sporothrix schenxkii dan beberapa dermatiaceous moulds.

• Efek samping pada gastrointestinal sepertidiare, dispepsia, dan nyeri abdomen. Terbinafin tidak direkomendasikan untuk pasien dengan penyakit hepar kronik atau aktif.

GOLONGAN POLIEN 1. Amfoterisin B • Amfoterisin B mempunyai aktifitas spektrum yang luas terhadap Aspergillussp., Mucoralessp., Blastomyces dermatitidid, candida sp., Coccidiodiodesimmitis, Cryptococcus neoformans, Histoplasma capsulatum, paracoccidioides brasiliensis, Penicillium marneffei. • Sedangkan untuk Aspergillustereus, Fussarium sp., Malassezia furfur, Scedosporium sp., danTrichosporon asahii biasanya resisten • Pemberian formula konvensional dengan carain travena dapat segera menimbulkan efek samping seperti demam, menggigil dan badan menjadi kaku. Biasanya timbul setelah 1-3 jam pemberian obat. • Efek samping toksik yang paling serius adalah kerusakan tubulus ginjal.

GOLONGAN EKINOKANDIN 1.

Kaspofungin

• Kaspofungin adalah anti jamur sistemik dari suatu kelas baru yang disebut ekinokandin. Obat ini bekerja dengan menghambat sintesis beta (1,3) -Dglukan, suatu komponen esensial yang membentuk dinding sel jamur. • Kaspofungin mempunyai aktifitas spektrum yang terbatas. Kaspofungin efektif terhadap Aspergillusfu migates, Aspergillus flavus dan Aspergillus terreus.

• Pengobatan umumnya diberikan selama 14 hari. Keamanan obat ini belum diketahui pada wanita hamil dan anak berumur kurang dari 18 tahun. • Efek samping yang sering dijumpai yaitu demam, adanya ruam kulit, mual, muntah

CONTOH OBAT ANTIFUNGI

AMFOTERISIN (AMFOTERISIN B) Mekanisme kerja: –

Digunakan untuk infeksi jamur sistemik dan aktif terhadap sebagian besar jamur dan ragi. Obat ini terikat kuat pada protein plasma dan penetrasinya ke dalam jaringan dan cairan tubuh buruk. Amfoterisin bersifat toksik dan efek samping sering terjadi.

Efek Samping: –

Bila diberikan secara parenteral: Anoreksia, nausea, muntah, diare, sakit perut; demam, sakit kepala, sakit otot dan sendi; anemia; gangguan fungsi ginjal (termasuk hipokalemia dan hipomagnesemia) dan toksisitas ginjal; toksisitas kardiovaskuler (termasuk aritmia); gangguan darah dan neurologis (kehilangan pendengaran, diplopia, kejang, neuropati perifer); gangguan fungsi hati (hentikan obat); ruam; reaksi anafilaksis.

Dosis: –

Oral: untuk kandidiasis intestinal, 100-200 mg tiap 6 jam. Bayi dan Anak-anak, 100 mg 4 kali sehari. Injeksi intravena: infeksi jamur sistemik, dosis percobaan 1 mg selama 20-30 menit dilanjutkan dengan 250 mcg/kg bb/hari, pelan-pelan dinaikkan sampai 1 mg/kg bb/hari; maksimum 1,5 mg/kg bb/hari atau selang sehari.

Indikasi: Kandidiasis intensial Merk dagang: talsutin

KETOKONAZOL Indikasi: – mukosa sistemik, kandidiasis mukokutan resisten yang kronis, mukosa saluran cerna resisten serius, kandidiasis vaginal resisten yang kronis, infeksi dermatofita pada kulit atau kuku tangan (tidak pada kuku kaki); profilaksis mikosa pada pasien imunosupresan; kandidiasis mukokutan kronis yang tidak responsif terhadap nistatin dan obat-obat lain; infeksi mikosis sistemik (kandidiasis, paraksidioidomikasis, cocci dioidomycosis, hiptoplasmosis). Efek Samping: – mual, muntah, nyeri perut; sakit kepala; ruam, urtikaria, pruritus; jarang trombositopenia, parestesia, fotofobia, pusing, alopesia, ginaekomastia dan oligospermia; kerusakan hati fatal Peringatan: risiko terbentuknya hepatitis lebih besar jika diberikan lebih dari 14 hari. Dosis: – DEWASA 200 mg/hari bersama makanan, biasanya untuk 14 hari; jika setelah 14 hari respons tidak memadai, lanjutkan hingga setidaknya 1 minggu setelah gejala hilang dan kultur menjadi negatif; maksimum 400 mg/hari. ANAK, 3 mg/kg bb/hari dosis tunggal atau dalam dosis terbagi. Kandidiasis vaginal resisten yang kronis, 400 mg/hari bersama makanan selama 5 hari.

Mekanisme kerja: – pada pemberian oral diabsorpsi jauh lebih baik dibandingkan dengan golongan imidazol lainnya. Namun obat ini telah dilaporkan berkaitan dengan kejadian hepatotoksisitas yang fatal. Untuk pemberian per oral, risiko dan manfaat ketokonazol sebaiknya dipertimbangkan secara hati-hati terutama yang berkaitan dengan hepatotoksisitas. Oleh karena itu diperlukan pengamatan klinik dan laboratorium. Pemberian per oral tidak untuk infeksi superfisial. Merk dagang: – A-Be, Ketomed Scalp Solution, Anfuhex, Ketomed Scalp Solution, Anfuhex, Lamycos, Cidaral, Lusanoc, Dandrufin Dericazole, Murazid, Dexazol, Muzoral

TERBINAFIN Indikasi: –

infeksi dermatofita pada kuku; infeksi kurap (termasuk tinea pedis, tinea kruris dan tinea korporis), dimana terapi oral diperlukan (disebabkan tempat, keparahan, atau luas).

Interaksi: –

untuk infeksi jamur pada kuku dan juga untuk mengatasi kurap.

Efek Samping: –

ketidaknyamanan pada perut, anoreksia, mual, diare; sakit kepala; ruam kulit dan urtikaria kadang dengan artralgia atau mialgia; gangguan pengecapan (kadang-kadang); hentikan pengobatan jika terjadi toksisitas liver (jarang) (termasuk jaundice, kolestasis, dan hepatitis), angiodema, pusing, rasa badan tidak enak, paraesthesia, hipoasthesia, fotosensitivitas, reaksi kulit serius termasuk sindrom Steven-Johnson dan nekrolisis epidermal toksik (hentikan pengobatan jika terjadi ruam kulit yang progresif); gangguan psikiatri (jarang), kelainan darah (termasuk leukopenia dan trombositopenia), efek menyerupai lupus eritematosus, dan psoriasis yang memburuk.

Dosis:

– 250 mg per hari biasanya selama 2-6 minggu untuk tinea pedis, 2-4 minggu untuk tinea kruris, 4 minggu pada tinea korporis, 6 minggu - sampai 3 bulan untuk infeksi kuku (kadang-kadang lebih lama pada infeksi toenail); ANAK (tidak dianjurkan) biasanya selama 2 minggu, tinea kapitis, pada anak berusia di atas 1 tahun, berat badan 10-20 kg, 62,5 mg sekali sehari; berat badan 20-40 kg, 125 mg sekali sehari; berat badan lebih dari 40 kg, 250 mg sekali sehari. Merk dagang: – Interbil, termisil, lamisil, lamisit

TERIMA KASIH

Related Documents

Ijtima' Belia
May 2020 13
Farmakologi
May 2020 44
Putri
June 2020 47
Farmasi
July 2020 34
Farmasi
October 2019 58

More Documents from "Gusti ayu sawitri"