Epiglotitis.docx

  • Uploaded by: Albukhari Subulussalam
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Epiglotitis.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,892
  • Pages: 20
BAB I PENDAHULUAN Epiglotitis akut atau biasa disebut juga supraglotitis atau laringitis supraglotik, adalah keadaan inflamasi pada daerah supraglotis dari orofaring, yang meliputi inflamasi oada epiglotis, valekula, aritenoid, dan lipatan ariepiglotika. Epiglotitis biasanya disebabkan karena adanya infeksi bakteri pada daerah tersebut,dengan bakteri penyebab terbanyak adalah Haemophilus influenza tipe b. Epiglotitis paling sering terjadi pada anak-anak berusia 2-4 tahun, namun akhirakhir ini dilaporkan bahwa prevalensi dan insidennya meningkat pada orang dewasa.2,4 Onset dari gejala epiglotitis akut biasanya terjadi tiba-tiba dan berkembang secara cepat. Pada pasien anak-anak, gejala yang paling sering ditemui adalah sesak nafas dan stridor yang didahului oleh demam, sedangkan pada pasien dewasa gejala yang terjadi lebih ringan, dan yang paling sering dikeluhkan adalah nyeri tenggorokan dan nyeri saat menelan. Diagnosis dapat dibuat berdasarkan riwayat perjalanan penyakit dan tanda serta gejala klinis yang ditemui, dan dari foto rontgen lateral leher yang memperlihatkan edema epiglotis dan dilatasi dari hipofaring. Tujuan utama dari tatalaksana pada pasien dengan epiglotitis akut adalah menjaga agar saluran nafas tetap terbuka dan mengenai infeksi penyebab atau penyebab yang lainnya. Epiglotitis akut dapat menjadi keadaan yang mengancam jiwa karena dapat menimbulkan obstruksi saluran nafas yang tiba-tiba. Karena itu,dokter harus mewaspadai kemungkinan terjadinya epiglotitis pada pasien, mendiagnosis serta memberikan tatalaksana secara cepat dan tepat agar tidak sampai menjadi keadaan yang mengancam jiwa.

1

BAB II LAPORAN KASUS

I.

II.

IDENTITAS PASIEN Nama

: Tn. Suyanto

Umur

: 36 tahun

Jenis kelamin

: Laki - laki

Alamat

: RT. 26. Ladang panjang/Sei. Gelam

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Sopir perusahaan

ANAMNESIS (Autoanamnesis, hari SelasaTgl : 24 Juni 2014) Keluhan Utama Sulit menelan sejak 1 minggu ini.

Riwayat Perjalanan Penyakit Pasien datang ke poli THT dengan keluhan sulit menelan.sulit menelan sudah dirasakan selama 1 bulan ini oleh pasien, namun keluhan sulit menelan dirasakan semakin bertambah berat 1 minggu ini, sulit menelan dirasakan terasa berat saat pasien minum, sehingga pasien susah sekali untuk minum dan juga tidak bisa menelan air ludahnya, riwayat menggorek tenggorokan (-), demam (-), batuk (-), pilek (-), suara serak (+). Pasien juga mengaku memiliki kebiasaan merokok (+) setiap harinya dan memiliki riwayat minum alkohol 4 tahun yang lalu. Pasien tidak ada keluhan pada telinga dan hidungnya.

Riwayat Pengobatan Pasien sebelumnya sudah pernah berobat dan minum obat namun keluhan tidak berkurang.

2

Riwayat Penyakit Dahulu  Riwayat asma

: Disangkal

 Riwayat Hipertensi

: Disangkal

 Riwayat DM

: Disangkal

 Riwayat alergi makanan : Disangkal  Riwayat alergi obat

: Disangkal

 Riwayat debu

: Disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien disangkal.

III. HAL-HAL PENTING TELINGA Gatal

HIDUNG

TENGGOROK

LARING

: -/-

Rinore : -/-

Sukar Menelan : +

Suara parau : +

Dikorek : -/-

Buntu : -/-

Sakit Menelan : +

Afonia : -

Nyeri

Bersin

Trismus :-

Sesak napas : -

Bengkak :-/-

* Dingin/Lembab : -

Ptyalismus : -

Rasa sakit :

Otore

:-/-

* Debu Rumah

Rasa Ngganjal : +

Rasa ngganjal :

Tuli

:-/-

Berbau : -/-

Rasa Berlendir : -

Tinitus

:-/-

Mimisan : -/-

Rasa Kering : -

: -/-

:-

Vertigo :-/-

Nyeri Hidung : -/-

Mual

Suara sengau : -

:-

Muntah : -

IV. PEMERIKSAAN FISIK Kesadaran

: compos mentis

Pernapasan

: 18 x/i

Suhu

: 36,7 °C

Nadi

: 68 x/i

TD

: 120/70 mmHg

3

Anemia

: -/-

Sianosis

: -/-

Stridor inspirasi

: -/-

Retraksi suprasternal

:-

Retraksi interkostal

: -/-

Retraksi epigastrial

: -/-

a) Telinga Daun Telinga

Kanan

Kiri

Anotia/mikrotia/makrotia

-

-

Keloid

-

-

Perikondritis

-

-

Kista

-

-

Fistel

-

-

Ott hematoma

-

-

Kanan

Kiri

Atresia

-

-

Serumen prop

-

-

Epidermis prop

-

-

Korpus alineum

-

-

Jaringan granulasi

-

-

Exositosis

-

-

Osteoma

-

-

Furunkel

-

-

Kanan

Kiri

Hiperemis

-

-

Retraksi

-

-

Bulging

-

-

Atropi

-

-

Perforasi

-

-

Bula

-

-

Liang Telinga

Membrana Timpani

4

Sekret

-

-

Dbn (jam 5)

Dbn (jam 7)

Kanan

Kiri

Fistel

-

-

Kista

-

-

Abses

-

-

Kanan

Kiri

Fistel

-

-

Kista

-

-

Abses

-

-

Refleks Cahaya Retro-aurikular

Pre-aurikular

b) Hidung Rinoskopi Anterior

Kanan

Kiri

Hiperemis (-), livide (-)

Hiperemis (-), livide (-)

Sekret (-), hiperemis (-),

Sekret (-), hiperemis (-),

Edema mukosa (-), massa(-

Edema mukosa (-),

), polip(-)

massa(-), polip (-)

Dbn

Dbn

Deviasi (-), destruksi (-)

Deviasi (-), destruksi(-)

Dbn

Dbn

Hipertrofi (-), hiperemis (-),

Hipertrofi (-), hiperemis(-

livide (-)

), livide (-)

Dbn

Dbn

Polip

-

-

Korpus alineum

-

-

Massa tumor

-

-

(-)

(-)

Vestibulum nasi

Kavum nasi

Selaput lendir Septum nasi Lantai + dasar hidung Konka inferior Meatus nasi inferior

Fenomena palatum mole

5

Rinoskopi

Kanan

Kiri

Sekret (-), hiperemis (-),

Sekret (-), hiperemis (-),

Edema mukosa (-)

Edema mukosa (-)

Selaput lendir

Dbn

Dbn

Koana

Dbn

Dbn

Septum nasi

Deviasi (-)

Deviasi (-)

Hiperemis (-), livide (-),

Hiperemis (-), livide (-),

edem (-)

edem (-)

Posterior Kavum nasi

Konka superior

Hiperemis(-), masaa(-), Adenoid

Hiperemis(-), masaa(-),

polip(-), edema(-), sekret (-

polip(-), edema(-), sekret

)

(-)

Massa tumor

-

-

Transiluminasi Sinus

Kanan

Kiri

Sinus frontalis, maksilaris : Terang

c) Mulut Hasil Selaput lendir mulut

Dbn

Bibir

Sianosis (-) raghade (-)

Lidah

Atropi papil (-), tumor (-)

Gigi

Caries (+)

Kelenjar ludah

Dbn

6

d) Faring Hasil Uvula

Bentuk normal, terletak ditengah

Palatum mole

hiperemis (-), benjolan (-)

Palatum durum

Hiperemis (-), benjolan (-)

Plika anterior

Hiperemis (-) Dekstra : tonsil T1, hiperemis (-), permukaan rata, kripta tidak melebar

Tonsil

detritus (-) Sinistra : tonsil T1, hiperemis (-), permukaan rata, kripta tidak melebar detritus (-)

Plika posterior

Hiperemis (-)

Mukosa orofaring

Hiperemis (-), granula (-)

e) Laringoskopi indirect

Hasil Pangkal lidah

Edema (-), massa (-), hiperemis (-)

Epiglotis

Edema (+), Hiperemis (+), permukaan licin

Plika ventrikularis

Edema (-), sekret (-)

Plika vokalis

Edema (-), sekret (-)

Komisura anterior Aritenoid

Sulit dinilai

Massa tumor

Tidak ada

7

e) Kelenjar Getah Bening Leher Kanan

Kiri

Regio I

Dbn

Dbn

Regio II

Dbn

Dbn

Regio III

Dbn

Dbn

Regio IV

Dbn

Dbn

Regio V

Dbn

Dbn

Regio VI

Dbn

Dbn

area Parotis

Dbn

Dbn

Area postauricula

Dbn

Dbn

Area occipital

Dbn

Dbn

Area supraclavicula

Dbn

Dbn

Kanan

Kiri

Nervus III, IV, VI

Dbn

Dbn

Nervus VII

Dbn

Dbn

f) Pemeriksaan Nervi Craniales

V.

Nervus IX

Dbn

Regio XII

Dbn

PEMERIKSAAN AUDIOLOGI Tes Pendengaran

Kanan

Kiri

Tes rinne

+

+

Tes weber

Tidak ada lateralisasi

Tidak ada lateralisasi

Tes schwabach

Sama dg pemeriksa/N

Sama dg pemeriksa/N

 Kesimpulan : Fungsi Pendengaran telinga kanan dan telinga kiri dalam batas normal

8

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG Tidak dilakukan

VII. DIAGNOSIS Epiglotitis akut

VIII. DIAGNOSIS BANDING Laringitis

IX. PENATALAKSANAAN -

Terapi

: pemberian antibiotik dan steroid parenteral, berupa; Ceftriaxone 2x1 gr

-

Monitoring

-

KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)

X.

: Epiglotis apakah masih edema dan hiperemis

PROGNOSA Bonam

9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

ANATOMI Epiglotis adalah tulang rawan yang berfungsi sebagai katup pada pita suara (laring) dan tabung udara (trakea) yang akan menutup selama proses menelan berlangsung epiglotis merupakan tulang yang tipis, fleksibel, berbentuk daun dan fibroelastik yang terletak dibelakang radix linguae. Dalam pembahasan anatomi epiglotis, tidak terlepas dari pembahasan anatomi laring. Laring adalah organ khusus yang mempunyai sphingter pelindung pada pintu masuk jalan nafas dan berfungsi dalam pembentukan suara.3

Gambar: anatomi

Laring

terletak

di

depan

bagian

terendah

faring

yang

memisahkanya dari kolumna vertebrae, berjalan dari faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk kedalam trakea didalamnya. Di atas ia membuka kedalam laringofaring dibawah menyambung ke trakea.

10

Laring terdiri dari 9 kartilago (6 kartilago kecil dan 3 kartilago besar) terbesar adalah kartilago tyroid yang terdiri dari rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot-otot dan mengandung pita suara, dan disebelah depannnya terdapat benjolan subkutaneus yang disebut jakun. Laring terdiri atas dua lempeng atau lamina yang tersambung digaris tengah ditepai atas terdapat lekukan berupa tulang rawan krikoid yang terletak dibawah tiroid, tulang rawan lainnya ialah kedua tulang rawan aritenoid dan kanan dan kiri tulang rawan kuneiform dan tulang rawan kornikulata yang sangat kecil. Arytenoid pada laring memiliki fungsi yang besar untuk membuka dan menutup pita suara (vocal cords), memiliki bentuk segitiga yang terletak ditepi atas krikoid diperbatasan posterior laring. Pada puncak tulang rawan tiroid terdapat epiglotis yang berupa katup tulang rawan dan membantu menutup laring sewaktu seorang menelan. Laring dilapisi oleh jenis selaput lendir yang sama dengan yang di trakea, kecuali pita suara dan bagian epiglotis yang dilapisi oleh sel epitelium berlapis. Laring dipersyarafi oleh syaraf sensorik dan motorik. Dua syaraf laringeus superior dan dua inferior atau laringeus rekuren, syaraf laringeus merupakan cabang-cabang syaraf vagus. Syaraf laringeus superior meninggalkan trunkus vagalis tepat dibawah ganglion nodosum, melengkung ke anterior dan medial bawah arteri karotis eksterna dan interna, bercabang menjadi satu cabang sensorik interna dan cabang motoruk eksterna, cabang intena menembus membran tiroid untuk mengurus persyarafan sensorik valekula, epiglotis, dan seluruh mukosa laring superior interna. Pita suara terletak disebelah dalam larinx, berjalan dari tulang rawan tiroid disebelah depan sampai dikedua tulang rawan aritenoid. Dengan gerakan dari tulang rawan aritenoid yang ditimbulkan oleh berbagai otot laringeal, pita suara ditegangkan atau dikendorkan. Dengan demikian lebar sela-sela antara pita-pita atau rima glotis, berubah ubah sewaktu bernapas dan berbicara, karena getaran pita

11

yang disebabkan udara yang melalui glotis maka suara dihasilkan. Berbagai otot yang terkait pada laring mengendalikan suara dan juga menutup lubang atas laring sewaktu menelan. Pada waktu menelan,gerakan laring keatas, penutupan glotis dan fungsi seperti pintu dari epiglotis yang berbentuk daun pada pintu masuk laring, berperan untuk mengarahkan makanan dan cairan masuk kedalam esofagus.

2.2

DEFENISI Epiglotitis adalah suatu infeksi pada epiglotis, yang dapat menyebabkan penyumbatan saluran pernafasan dan kematian. Infeksi pada epiglotis ini merupakan penyakit yang sama bahayanya dengan croup yaitu suatu infeksi laring yang menimbulkan stridor dan obstruksi jalan nafas.2,4

Epiglotis menggambarkan infeksi yang sangat cepat dan progresif yang menyebabkan peradangan pada jaringan disekitar epiglotis yang dapat menyebabkan penyumbatan mendadak dari saluran nafas atas dan kematian.

2.3

ETIOLOGI Epiglotis biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri. Bakteri yang paling

sering ditemukan adalah Haemophilus influenza tipe b, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri lain, seperto Streptococcus pneumonia, Haemophilus parainfluenza, Streptococcus aureus, dan yang lebih jarang Klebsiella pneumoniae, Niesseria meningitidis. Candida albicans juga pernah dilaporkan baik pada pasien yang imunokompeten maupun yang imunokompromi. Beberapa virus juga dapat menyebabkan epiglotitis yaitu virus Herpes simpleks, virus parainfluenza, dan virus Epstein-Barr. Penyebab non-infeksi dari epiglotitis akut dapat berupa penyebab termal, makanan atau minuman yang panas, penggunaan obat-obatan terlarang seperti rokok, kokain dan rokok mariyuana, penyebab kaustik, dan benda asing yang tertelan.2,4,5

12

2.4

EPIDEMIOLOGI Epiglotitis paling sering pada anak berusia antara 2 dan 8 tahun, meskipun

penyakit ini dapat mengenai usia berapapun. Pria lebih sering terkena dibandingkan wanita dengan perbandingan 2,5:1. Pada orang dewasa, merokok dan kurangnya imun tubuh dapat menjadi faktor resiko, dan da beberapa bukti yang mendukung peningkatan resiko pada penderita diabetes. Sejak terjadi kemajuan dalam hal vaksinasi melawan Haemophilus influenza type b pada anakanak, insidensi epiglotitis akut pada anak telah berkurang. Selama beberapa tahun terakhir kejadian epiglotitis pada orang dewas terlihat mengalami peningkatan.2,4,5

2.5

PATOFISIOLOGI Epiglotitis biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri. Infeksi yang berat

menyebabkan peradangan dan edema epiglotis, supraepiglotik dan jaringa sekitar lainnya. Bakteri secara langsung menyerang selaput lendir epiglotis dimana sub mukosa menjadi longgar. Jalan nafas menjadi tersumbat akibat pembengkakan epiglotis yang berkembang dengan cepat. Terjadi gangguan pernafasan dan obstruksi jalan nafas total. Penyebab non infeksi bisa disebabkan oleh adanya trauma luka bakar dan trauma kaustik, tertelan benda asing, cedera akibat inhalasi yang dapat menyebabkan epiglotitis.2,4

2.6

MANIFESTASI KLINIS Banyak tanda dan gejala yang dapat terjadi pada epiglotitis dan gejalanya

dapat berkembang pesat dan dapat terjadi dalam beberapa jam. Gejala klinis epiglotitis yang paling umum adalah sakit tenggorokan ringan atau infeksi saluran pernafasan atas. Hal ini diakibatkan karena infeksi bermula disaluran pernafasan atas kemudian infeksi bergerak kebawah yaitu epiglotis. Epiglotis dapat segera berakibat fatal karena pembengkakan jaringan yang terinfeksi dan dapat menyumbat saluran udara dan menghentikan pernafasan. Perdangan pada faring menyebabkan terjadi pembengkakan epiglotis.

13

Infeksi biasanya dimulai secara tiba-tiba dan berkembang dengan cepat. Gejalanya terdiri dari: a. Sulit menelan b. Air liur keluar berlebihan (drooloing) c. Odinofagi d. Stridor (suara pernafasan yang kasar) e. Suara serak f. Demam g. Sianosis (warna kulit kebiruan) Gejala lain dapat berupa: a. Batuk b. Nyeri telinga c. Tripod sign (badan membungkuk kedepan, sebagai upaya untuk bernafas) Pada epiglotitis yang lebih parah dapat berupa: a. Dyspneu b. Dyspagia c. Dysfonia d. Stridor (mendadak adnaya obstruksi jalan nafas) e. Respiratory disease

2.7

PENEGAKAN DIAGNOSA Diagnosa ditegakkan berdasarkan. Anamnesa, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang:2,5 Anamnesa Dari anamnesa yang dapat ditemukan adalah biasanya pasien akan mengeluh demam (suhu tinggi) biasanya merupakan gejala pertama. Seseorang dengan epiglotitis juga akan mengeluh sangat sakit tenggorokan. Pasien dapat juga memiliki suara yang serak dan nyeri menelan. Karena sakit pada waktu menelan, pasien mengeluarkan banyak air liur. Batuk juga merupakan gejala yang umum yang dapat dijumpai.

14

Trauma akibat benda asing merupakan penyebab lain dari epiglotitis yang jarang terjadi. Pasien akan datang dengan keluhan stridor dan kesulitan menelan. Suara serak dan perubahan suara akan menjadi kecurigaan akibat tertelan benda asing pada anamnesa awal. Pemeriksan fisik Pemeriksaan fisik pada epiglotitis merupakan gejala dan hasil pemeriksaan dengan laringoskopi yang menunjukan pembengkakan dan eritematosa epiglotis.  Laringoskopi Laringoskopi adalah cara terbaik untuk mengkonfirmasi diagnosis epiglotis. Fibreoptic laryngoscopi adalah “Gold Standar” untuk mendiagnosa epiglotis karena epiglotitis dapat langsung dilihat. Namun hal ini digunakan dengan melihat kondisi pasien dengan hemodinamik yang stabil dan memiliki jalan napas yang baik. Namun hal ini menjadi kekkawatiran akan terjadinya obstruksi jalan nafas sehingga laringoskopi pada pasien ini harus dilakukan ditempat-tempat misalnya kamar operasi dimana tersedia intubasi atau trakeostomi jika terjadi obstruksi jalan nafas.

15

2.8

PEMERIKSAAN PENUNJANG  X-Ray leher Foto polos leher dengan melihat soft tissue lateral

 Pemeriksaan laboratorium a. Pemeriksaan darah lengkap Pembiakan darah atau lendir tenggorokan dapat menunjukan adanya bekteri pada pemeriksaan darah lengkap tampak peningkatan jumlah sel darah putih. b. Kultur darah dan sensitivitas Kultur darah digunakan untuk memastikan antibiotik yang adekuat terhadap bakteri penyebab.

2.9 PENANGANAN Epiglotitis adalah kegawatdaruratan medis yang bila tidak ditangani akan berakibat fatal. Prinsip penanganan dan pengobatan pasien dengan epiglotitis adalah semakin cepat penanganan prognosa semakin baik. Pasien harus dirawat dirumah sakit segera setelah didiagnosa klinis dicurigai. Visualisasi langsung dari epiglotis adalah diagnostik. Obstruksi jalan nafas dapat tiba-tiba terjadi sehingga airway (jalan nafas) harus segera ditangani dengan pemasangan tuba endotrakeal. 16

Hal ini diakibatkan pada epiglotis yang meradang mekanismenya adalah menghalangi jalan nafas, kerja nafas menjadi meningkat dan retensi karbon dioksida dan hipoksia dapat terjadi. Faktor-faktor ini dapat mengakibatkan asfiksia fatal dalam beberapa jam dan dapat menyebabkan kematian. Untuk meningkatkan hidrasi dilakukan pemasangan iv line (cairan infus) Dalam kasus yang lebih parah, jika epiglotis bengkak dan memblokir jalan nafas, bahkan oksigen tidak mampu menanggulangi, prosedur yang dapat dilakukan tim medis adalah trakeostomi. Ini adalah tindakan dengan membuat lubang kecil di trakea. Hal ini memungkinkan tabung untuk masuk ke epiglotis yang membengkak sehingga oksigen dapat masuk ke paru. Sementara bantuan ventilator penting untuk pasien dengan trakeostomi dengan perawatan intensif dengan pemberian antibiotik.

2.10

TERAPI MEDIKAMENTOSA Setelah penanganan umum telah dilakukan, pemberian antibiotik

parenteral khusus harus segera diberikan. Pemberian antibiotik digunakan untuk melawan infeksi sehingga mengurangi pembengkakan epiglotis yang dapat menyebabkan obstruksi total jalan nafas. Antibiotik dapat ampisilin, sefuroksim, ceftriaxone dan chlorampenicol. Obat steroid juga dapat diberikan untuk mengurangi perdanagan disekitar epiglotis.2,4,5 2.11

KOMPLIKASI Meskipun epiglotis akut itu sendiri merupakan penyakit yang dapat

mengancan jiwa, infeksi lain dapat terjadi secara bersamaan, komplikasi paling sering adalah pneumonia. Infeksi dengan Haemophilus Influenza yang lain termasuk meningitis, adenitis servikal, perikarditis, dan otitis media. Selain itu, dapat juga terjadi abses epiglotis dan uveitis.

2.12

PROGNOSA Sebagian besar pasien akan sembuh tanpa gejala jika pengobatan

dilakukan dengan dini dan pengobatan yang tepat. Kematian dapat terjadi bila terjadi obstruksi jalan nafas yang tidak ditangani segera. Penanganan yang cepat menghasilkan prognosa yang baik.

17

2.13

PENCEGAHAN Pencegahan dapat berupa imunisasi pertama untuk mencegah infeksi

H.influenza, biasanya diberikan pada anak usia 2 tahun. Vaksinasi telah mengurangi insidensi epiglotitis secara dramatis pada anak-anak dinegara yang menerapkan vaksinasi tersebut sebagai vaksinasi rutin.2

18

BAB III PEMBAHASAN

Pasien Tn. Suyanto, usia 36 tahun datang ke poli THT Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi pada tanggal 24 juni 2014 dengan keluhan utama sulit menelan dalam 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Pada pasien ini didiagnosis dengan epiglotitis dikarenakan pada anamnesa didapatkan pasien sulit dan sakit saat menelan dalam 1 bulan ini namun sulit menelan dirasakan bertambah berat dalam 1 minggu ini, air liur banyak keluar, rasa mengganjal dan suara parau, susah menelan dirasakan terasa sangat berat apabila pasien minum dan dari hasil pemeriksaan fisik ditemukan epiglotis yang meradang dengan tanda hiperemis dan udem. Penyebab pada pasien ini belum diketahui secara pasti namun kemungkinan disebabkan karena pasien memilki kebiasaan merokok setiap harinya yang merupakan faktor pendukung terjadinya peradangan. Pada kasus ini harus segera diterapi dengan pemberian antibiotik parenteral agar bekerja secara cepat untuk menghindari terjadinya obstruksi saluran nafas akibat epiglotis yang menutup karena bengkak dan meradang.

19

DAFTAR PUSTAKA

1. Thane D, Kern R, Pearson B. Penyakit telinga, Hidung dan Tenggorokan : Penuntun untuk Diagnosis dan Penetalaksanaan. Jakarta: EGC. 1991 2. Tolan, R.W Pediatric Epiglotitis. 2011. Avalaible at: http://emedicine.medscape.com/article/963773 3. Boies A, George LA, Lawrence RB, Peter HH. Boies Buku Ajar Penyakit THT, Edisi 6. Jakarta: EGC. 1997 4. Jaffe J. Epiglotitis Acute. 2008. Available from: http://www.emedicine.com 5. Khan FH. Pediatrics, Epiglotitis. 2008. Available from:http://www.emedicine.com 6. Putz R, Pabst Atlas Anatomi Manusia Sobotta: Kepala, Leher, Ekstremitas Atas Edisi 21. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.2000

20

More Documents from "Albukhari Subulussalam"

Epiglotitis.docx
December 2019 6
Miopia Ods .doc
December 2019 14
Ket.docx
December 2019 6