ENERGI ANGIN SOLUSI PEMADAMAN LISTRIK DI SULSEL YANG MURAH DAN CEPAT
Oleh : Ricky Cahya Andrian, ST, MM
Krisis listrik yang saat ini melanda Sulsel membuat pihak PLN dan masyarakat samasama merugi. PLN merugi karena penjualan listriknya berkurang dan sering mendapat tekanan dan kritikan dari stakeholder, sedangkan masyarakat merugi karena bisnis dan kehidupannya menjadi tidak nyaman. Yang lebih ironis adalah murid sekolah tidak dapat belajar dengan baik dan pihak rumah sakit juga akan kewalahan melayani pasien yang gawat darurat. Intinya, listrik adalah kebutuhan vital masyarakat, tanpa listrik, roda perekonomian akan macet dan kejahatan akan meningkat. Saat ini Sulsel mengandalkan 4 pembangkit besar yaitu PLTU Tello, PLTGU Sengkang, PLTD Suppa dan PLTA Bakaru. Pembangkit di Tello yang sebagian besar menggunakan BBM
sudah tidak bisa diharapkan kehandalannya lagi akibat umurnya yang sudah tua dan boros, hanya bisa memproduksi 35 MW dari kapasitas terpasang 197 MW. PLTGU Sengkang dengan kapasitas terpasang 135 MW tetap digenjot agar tetap memproduksi secara maksimum. PLTD Suppa dengan kapasitas terpasang 62 MW tidak bisa beroperasi maksimum akibat pembatasan BBM dari Pertamina sehingga hanya beroperasi sekitar 50 MW. Dan PLTA Bakaru dengan kapasitas maksimum 116 MW, akibat kemarau panjang hanya bisa memproduksi sebesar 100 MW saat beban puncak. Sehingga total yang dibangkitkan sekitar 320 MW dari beban maksimum 400 MW. PLN defisit sekitar 80 MW. Kekurangan atau defisit inilah yang membuat PLN Sulsel dengan terpaksa melakukan pemadaman terhadap konsumennya sebesar 80 MW.
Akibat hal di atas, maka penulis ingin memberi masukan kepada manajemen PLN Sulsel untuk menggunakan Pembangkit Angin (Wind Power) sebagai alternatif walaupun daya yang dibangkitkan rata-rata sekitar 0.6 – 1 MW untuk satu turbin, cukup untuk melistriki sekitar 6001000 rumah moderen. Untuk dapat menghasilkan 600 kW ini, turbin angin dipasang di ketinggian 50 meter dengan diameter blade (sirip) sekitar 35 meter. Bagaimana jika dipasang secara massal baik itu di darat (on shore) atau bahkan bisa juga di tengah laut (off shore). Sulsel memiliki potensi angin yang sangat banyak, apalagi dikelilingi oleh laut dan gunung yang memiliki kecepatan angin yang sangat tinggi. Sebagai informasi, instalasi pembangkit angin ini hanya 18 bulan saja dengan perincian biaya sebagai berikut :
TABEL 1. TOTAL BIAYA WIND POWER (ENERGI ANGIN) Biaya Komponen Capital costs Unscheduled maintenance Preventive maintenance Major overhaul Other operating costs Total cost of Energy
HPP (cents/kWh) 3.08 0.68 0.18 0.04 0.39 4.37
Persen dari HPP 70% 16% 4.1% 0.92% 8.9% 100%
masyarakat rata-rata 540 rupiah/ kWh, maka margin keuntungan (EBIT = Earning Before Income Tax) sekitar 103 rupiah/ kWh. Sangat menguntungkan bukan ?
bahwa Sidrap dan Parepare memiliki potensi kecepatan angin yang sangat tinggi dibandingkan daerah lain di Indonesia sehingga BPPT bekerjasama dengan Pemda Sidrap akan segera membangun Pembangkit Angin di daerah ini. Energi angin ini dapat diparalel dengan PLTD eksisting, juga dapat membantu mendongkrak tegangan sistem 20 kV yang rendah.
Gambar 1. Turbin angin di pesisir pantai di US
Biaya pemasangan turbin angin dengan kapasitas 1 MW memang sangat besar tetapi untuk jangka panjang, biaya keseluruhan akan jauh lebih murah karena tidak membutuhkan bahan bakar BBM yang sangat mahal (70US$ per barel atau sekitar 6000 rupiah per liter). Sebagai perbandingan, PLTA bakaru memiliki HPP sekitar 80 rupiah/ kWh atau 0.8 cents/ kWh. Ini yang paling murah, sedangkan yang paling mahal yaitu PLTU Tello memiliki HPP sekitar 900 rupiah kWh atau 9 cents/ kWh. Bandingkan dengan energi angin hanya 4.37 cents/kWh atau 437 rupiah/ kWh. Dengan penjualan PLN kepada
Gambar 2. Turbin angin yang dipasang di atas gunung di US
Kecepatan angin yang dibutuhkan untuk memutar turbin rata-rata sekitar 22-27 km/jam. Penulis meyakini bahwa daerah seperti Sidrap dan daerah lainnya di Sulsel memiliki potensi kecepatan angin di atas nilai minimal tersebut. Karena selama penulis tinggal di gardu induk, angin yang berhembus di sekitar Gardu Induk Sidrap sangat kencang, ditambah lagi dengan pemberitaan di media massa dalam hal ini BPPT yang mengatakan
PLN Sulsel memiliki PLTD tersebar yang menggunakan BBM sebagai penopang hidup. Artinya tanpa BBM, tidak ada listrik yang dihasilkan. Belum lagi kalau mesin PLTD tersebut yang rusak. Bandingkan dengan pembangkit angin yang dapat dipasang di tiap rumah penduduk ataupun di bukit atau di gununggunung. Setidaknya energi angin dapat dijadikan pemikiran oleh manajemen PLN untuk digunakan terutama di isolated area (area terpencil) seperti pulau atau pedalaman atau di
pinggir pantai. BBM yang berkurang akibat penggunaan energi angin ini diperkirakan sebesar 30%. Penghematan BBM ini akan mendongkrak pemasukan keuangan PLN dan meningkatkan kembali citra PLN yang sekarang ini sangat buruk akibat pemadaman bergilir.
Gambar 3. Turbin angin di India eksisting dengan grid sistem 275 kV
Pembangkit angin ini bersifat modular, artinya kapasitas turbinnya dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Turbin dengan kapasitas 1 MW dapat diperkecil menjadi 600 kW dengan memperpendek panjang diameter blade (balingbaling). Kapasitas faktor yang dimiliki oleh pembangkit angin ini sekitar 20-40%.
Penulis mengkhawatirkan bahwa potensi angin ini akan dimanfaatkan oleh penduduk seperti di Sidrap untuk membangkitkan listriknya sendiri walaupun monopoli tetap dipegang oleh PLN. Tetapi jika hal ini memang terjadi, artinya PLN Sulsel akan kehilangan pelanggannya yang telah dapat menghasilkan listriknya sendiri. Bagaimana dengan daerah lain seperti Bulukumba, Takalar, Parepare dan lainnya yang berada di pinggir laut, yang besar kemungkinan akan beralih ke pembangkit angin ini. Manajemen PLN harus berinisiatif mengambil langkah untuk menghadapi isu ini. Energi angin adalah barang substitute atau pengganti yang menurut Peter F. Drucker, pakar marketing, akan mengancam kelangsungan hidup suatu perusahaan seperti PLN.
Gambar 4. Turbin angin di tengah laut (off shores)
Sebagai penutup, tulisan ini dibuat agar manajemen PLN dan pembaca dapat melihat bahwa teknologi pembangkit angin saat ini sudah sangat maju dan daya yang dihasilkan juga sangat besar, sekitar 1 MW untuk satu turbin. Diharapkan pembangkit angin ini dapat dijadikan solusi untuk mengatasi pemadaman listrik yang hampir terjadi tiap saat dan tiap tahun di Sulsel karena listrik adalah untuk kehidupan yang lebih baik. Penulis adalah staf pemeliharaan, Teknisi Utama Kontrol Listik dan Instrumen Unit Tragi Sidrap AP2B Sistem Sulsel Email
[email protected]
: