Enema _nia Sandra (1711312027).docx

  • Uploaded by: ulfptr rhm
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Enema _nia Sandra (1711312027).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,256
  • Pages: 20
ENEMA Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas praktikum mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II

Dosen Pengampu: Reni Prima Gusty, S. Kp., M. Kes.

Oleh: Nia Sandra 1711312027

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS 2019

KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar dan tepat pada waktunya. Shalawat beriring salam saya persembahkan untuk Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari jaman jahiliyah menuju jaman yang berilmu pengetahuan seperti saat sekarang ini. Pada makalah dengan judul “ Enema ” ini saya menampilkan hasil pemahaman dan kesimpulan yang saya ambil dari buku dan jurnal yang telah saya baca. Saya mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini serta kepada Ibu Reni Prima Gusty, S. Kp., M. Kes. selaku dosen praktikum Keperawatan Madikal Bedah II. Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, wawasan dan sebagai pedoman pembaca dalam praktik pembelajaran. Namun, saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan maupun pembahasan dalam makalah ini. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik

dan

saran

dari

pembaca

agar

dapat

memeperbaiki

dan

menyempurnakan makalah ini.

Padang, Januari 2019

Penulis

i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ..............................................................................................................1 1.2 Tujuan ...........................................................................................................................1 1.3 Rumusan Masalah .........................................................................................................1 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kolon ........................................................................................2 2.2 Definisi Anema .............................................................................................................3 2.3 Indikasi dan Kontraindikasi ..........................................................................................4 2.4 Alat dan Prosedur ..........................................................................................................5 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan .................................................................................................................13 3.2 Saran............................................................................................................................14 DAFTAR PUSTAKA

ii

iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau feses. Sedangkan defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Frekuensi defekasi bervariasi untuk setiap orang. Beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya, adalah: diet, asupan dan haluran cairan, aktivitas, faktor psikologis, gaya hidup, pengobatan, prosedur medis, dan penyakit. Setiap individu dapat mengalami masalah dalam proses defekasi, yang dapat berpengaruh pada gastrointestinal ataupun organ lainnya. Oleh karena itu, klien sering meminta bantuan dan solusi dari perawat untuk menangani masalah defekasi yang dialami. Sebagai seorang perawat kita tentu harus memahami dan mengerti bagaimana cara membantu klien dalam mengatasi masalah defekasi. Oleh sebab itu, saya menyusun makalah ini yang memuat materi mengenai enema yaitu salah satu prosedur untuk menangani masalah defekasi. Dalam makalah ini terdapat pengertian enema, anatomi dan fisiologi organ yang terkait dengan proses enema, indikasi, kontraindikasi, alat, dan prosedur dari enema. 1.2 Tujuan Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah menambah wawasan dan pengetahuan pembaca mengenai pengertian enema, anatomi dan fisiologi organ kolon, indikasi dan kontraindikasi, alat dan bahan, serta prosedur dan tindakan enema. 1.3 Rumusan Masalah a.

Bagaimana anatomi dan fisiologi kolon ?

b.

Apa pengertian enema ?

c.

Bagaimana indikasi dan kontraindikasi enema ?

1

d.

Apa saja alat dan bahan yang digunakan dalam enema ?

e.

Bagaimana prosedur melakukan enema ?

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kolon Kolon merupakan usus yang memiliki diameter lebih besar dari usus halus. Kolon memiliki panjang 1,5 m dan berbentuk seperti huruf U terbalik. Posisi kolon memanjang dari katub ileosekal (katup antara ileum usus halus dan segmen pertama dari usus besar) hingga anus. Kolon memepunya 4 segmen, yaitu: a.

Sekum Suatu struktur seperti kantong yang menyusun beberapa centimeter pertama.

b.

Kolon asenden Naik pada dinding perut posterior kanan, kemudian berbelok dengan tajam di bawah hati pada fleksura hepatika.

c.

Kolon tranversum Terletak di atas usus halus, terletak horizontal dalam perut dan di bawah hati, lambung, serta limpa, kemudian berbelok ke bawah pada fleksura kolika kiri (fleksura splenika).

d.

Kolon desenden Dimulai didekat limpa dan memanjang ke bawah di sisi kiri perut ke dalam rongga panggul.

e.

Kolon sigmoid

2

Menurun melewati rongga panggul, tempat ia akan menjadi rektum. f.

Rektum Beberapa inci terakhir dari usus besar, berakhir pada anus yang merupakan lubang eksternal dari usus besar yang memungkinkan pengeluaran produksi sisa. Kolon memiliki beberapa fungsi, yaitu:

a.

Fungsi primer kolon (usus besar) adalah menyerap air dan elektrolit (natrium dan klorida) selama proses pencernaan.

b.

Mensekresi mukus dari sel-sel goblet. Tidak ada enzim yang diskresikan untuk proses pencernaan di usus besar.

c.

Tempat dihasilkannya vitamin K dan H (Biotin) sebagai hasil simbiosis dengan bakteri usus, misalnya E Coli.

d.

Membentuk massa feses.

e.

Mendorong sisa makanan hasil pencernaan (feses) keluar dari tubuh.

2.2 Definisi Anema Enema adalah memasukan cairan ke dalam usus besar (kolon) untuk mengeluarkan feses dan membersihkan usus. Tindakan ini memiliki tujuan yang

sama

dengan

huknah.

Jika

yang

dikehendaki

pada

area

kolondesenden, maka cairan yang dibutuhkan adalah  500 cc, dengan ketinggian bag 30-40 cm. Sementara, jika yang dikehendaki pada kolon asenden, maka cairan yang dibutuhkan adalah  1000 cc, dengan ketinggian bag 45-50 cm. Tujuan: a.

Menghilangkan konstipasi feses.

b.

Untuk meningkatkan defekasi dengan merangsang peristaltik.

3

c.

Mencegah keluarnya feses secara involunter selama prosedur operasi dan melahirkan.

d.

Memberikan visualisasi saluran pencernaan selama pemeriksaan radiografi atau instrumental.

e.

Memebantu mengembalikan fungsi usus normal selama program pelatihan usus.

f.

Untuk mengosongkan rektum.

g.

Persiapan sebelum operasi usus.

h.

Meredakan retensi urine dengan rangsangan refleks kandung kemih.

2.3 Indikasi dan Kontraindikasi Indikasi: a.

Pasien obstipasi.

b.

Pasien yang akan dioperasi.

c.

Pasien dengan melena.

d.

Persiapan tindakan diagnostik. Kontraindikasi:

a.

Gagal ginjal akut.

b.

Infark miokardium akut dan penyakit jantung.

c.

Apendisitis.

d.

Kontraindikasi obstetrik seperti perdarahan antepartum, pecah ketuban.

e.

Operasi saluran pencernaan bawah yang belum lama dilakukan.

f.

Sumbatan usus.inflamasi dan infeksi perut.

4

2.4 Alat dan Prosedur 1.

Metode botol dan selang enema Sebuah nampan berisi: a.

Sarung tangan sekali pakai

b.

Pelumas yang larut dalam air (vaselin)

c.

Termometer bak

d.

Sabun dan air

e.

Tissue toilet

f.

Bototl enema (disertai dengan pengukur)

g.

Selang dan klem

h.

Selang rektum (kanul rektum) dengan ukuran yang sesuai Dewasa

: 22-30 Fr

Anak-anak : 12-18 Fr i.

Tiang infus

j.

Nampan K (2 buah)

k.

Larutan sesuai instruksi

l.

Perlak/alas tidak tembus air

m. Pispot (untuk pasien yang tidak berdaya

Larutan yang digunakan: 1.

Hipertonik - sodium fosfat, enema supositoria.

2.

Hipotonik - air keran.

3.

Isotonik - NaCl fisiologis (satu sendok teh garam meja dalam 500 mL air).

5

4.

Lain-lain: 3 sampai 5 mL larutan sabun pekat dalam 1000 mL air.

Suhu larutan: 1.

Dewasa: 40-43 oC

2.

Anak-anak: 37 oC

Jumlah larutan untk kelompok usia yang berbeda: 1.

Dewasa: 750-1000 mL

2.

Remaja: 500-750 mL

3.

Usia sekolah: 300-500 mL

4.

Batita: 250-300 mL

5.

Bayi: 150-250 mL

Prosedur: 1.

Nilai status pasien (buang air besar terakhir, pola defekasi normal, hemoroid, mobilitas, kontrol spinkter eksternal, nyeri perut dan lesi peri anal.

2.

Tentukan tingkat kesadaran dan pemahaman pasien.

3.

Berikan privasi.

4.

Periksa rekam medis pasien untuk mengklarifikasi alasan pemberian enema dan lihat instruksi dokter.

5.

Jelaskna tujunan pemberian enema, hasil yang diharapkan, dan bagaimana pasien dapat bekerjasama.

6.

Siapkan alat.

6

7.

Cuci tangan dan pakai arung tangan.

8.

Tinggikan ranjang pada ketinggian yang sesuai untuk perawat.

9.

Bantu pasien berbaring miring kiri (sim).

10. Letakkan alas tahan air atau perlak di bawah bokong dan paha. 11. Selimuti pasien dengan hanya memaparkan area anal, dengan visualisasi anus yang jelas. 12. Letakkan pispot atau tempolong pada posisi yang mudah dijangkau. 13. Periksa suhu larutan dengan menempelkan pada pergelangan tangan bagian dalam atau dengan menggunakan termometer bak. 14. Tinggikan wadah, lepas klem, dan biarkan larutan mengakir cukup jauh mengisi selang. 15. Klem selang. 16. Lumasi ujung kanul rektum 6-8 cm dengan gel. 17. Lebrakna bokong dan cari anus. Instruksikan pasien untuj relaks dengan menarik dan menghembuskan napas secara perlahan lewat mulut. 18. Masukkan ujung selang rektum dengan mengarahkan ujung selang ke arah umbilikus pasien. Panjang selang yang dimasukkan bervariasi. Dewasa

: 7,5-10 cm

Anak-anak : 5-7,5 cm Bayi

: 2,5-3,7 cm

19. Tahan selang pada tempatnya dengan menggunakan satu tangan (tanga yang tidak dominan). 20. Buka klem pengatur dan biarkan larutan mengalir perlahan dengan wadah berada setinggi panggul pasien.

7

21. Tinggikan botol enema secara perlahan sampai ketinggian yang sesuai di atas anus. Contoh: 30-45 cm untuk enema tinggi 30 cm untuk emema rendah 7,5 cm pada bayi 22. Rendahkan botol atau klem selang selama 30 detik jika pasien mengeluh kram atau bila cairan bocor di sekitar selang rektum. 23. Klem selang setelah semua cairan masuk. 24. Beritahu pasien bahwa proses pemasukan cairan sudah selesai dan selang akan dilepas. 25. Tempelkan tissue toilet di sekitar selang pada anus dan tarik selang rektum secara perlahan. 26. Jelaskna pada pasien bahwa perasaan kembung itu normal dan mintalah pasien untuk menahan cairan selama mungkin (5 sampai 10 menit) sambil berbaring tenang di atas ranjang. 27. Kumpulkan dan buang alat seklai pakai yang sudah dipakai pada tempat pembuanganyang seharusnya. Bila botol enema perlu digunakan lagi, bilas secara menyeluruh dengan sabun dan air hangat. 28. Bantu pasien ke toilet atau bantu pasien memposiskan sirinya di atas pispot. 29. Mamti feses dan cairan yang keluar (bula pemberian enema diinstruksikan sampai jernaih, amati kandungan cairan yang keluar, cairan yang keluar dikatakan jernih bila tidak ditemukan feses, tetapi cairan mungkin berwarna. 30. Bantu mencuci area anal sesuai keperluan dengan sabun dan air. 31. Lepas dan buang sarung tangan dan cuci tangan.

8

32. Periksa kondisi perut pasien. Keram, kaku, atau kembung menandakan ada masalah yang serius. 33. Catat jenis dan volume enema yang diberikan serta ciri-ciri cairan yang keluar. 34. Laporkan kegagalan untuk berdefekasi kepada dokter. 35. Bersihkan dan simpan kembali alat yang dapat digunakan lagi. 36. Buang semua sampah dan barang-barang sekali pakai pada tempat yang seharusnya. Catatan: Pasien

dengan

hemoroid

dapat

mengalami

rasa

tidak

nyaman/perdarahan ketika enema dimasukkan. Berendam dalam air hangat dapat meredakan rasa tidak nyaman yang timbul setelah prosedur selesai dilakukan. Waspada bila ada perdarahan rektum menetap.

2.

Pemberian enema laksatif dengan menggunakan preparat kemasan sekali pakai

Perangkat alat: a.

Sarung tangan bersih

b.

Paket enema

c.

Tissue toilet

d.

Sabun dan air

e.

Nampang ginjal

f.

Perlak gel pelumas

g.

Pispot/tempolong untuk pasien yang tidak berdaya

9

Prosedur: 1.

Periksa status pasien (buang air besar terakhir, pola defekasi normal, hemoroid, mobilitas, kontrol spinkter eksternal, nyeri perut dan lesi perineum).

2.

Nilai tingkat kesadaran dan pemahaman pasien.

3.

Berikan privasi.

4.

Periksa rekam medis pasien untuk mengklarifikasi alasan pemberian enema dan lihat instruksi dokter.

5.

Jelaskan tujuan pemberian enema, hasil yang diiharapkan, dan bagaimana pasien dapat bekerjasama.

6.

Siapkan alat.

7.

Cuci tangan dan pakai sarung tangan.

8.

Tinggikan ranjang pada ketinggian yang sesuai unutk kerja perawat.

9.

Bantu pasien berbaring miring (sim).

10. Letakkan alas tahan air atau perlak di bawah paha dan bokong. 11. Selimuti pasien dengan hanya memaparkan area anal, dengan melihat anus yang jelas. 12. Letakkan pispot atau tempolong pada posisi yang mudah dijangkau,. 13. Buka penutup plastik dari ujung tabung rektal (ujung sudah dilumasi). 14. Lebarkan bokong dan cari anus. Instruksikan pasine untuk relaks dengan menghembuskan napas secara perlahan lewat mulut. 15. Masukkan ujung tabung rektum secara perlahan ke dalam rektum. Dewasa

: 7,5-10 cm

Anak-anak : 5-7,5 cm Bayi

: 2,5-3,7 cm

10

16. Pencet tabung sampai semua cairan masuk ke dalam rektum dan kolon sigmoid. Sambil memencet tabung, gulung tabung ke atas sambil memasukan cairan. Instruksikan pasien untuk menahan cairan sampai timbul keinginan untuk defekasi (2-5 menit). 17. Tempelkan tissue toilet di sekitar tabung pada anus dan tarik tabung tersebut. 18. Buang barang-barang sekali pakai pada tempat seharusnya. 19. Bantu pasien ke toilet atau bantu memposiskan pasien di pispot. 20. Amati feses dan cairan obat yang keluar. 21. Lepas sarung tangan dan buang. Cuci tangan. 22. Periksa kondisi perut pasien, keram, atau kaku dapat merupakan tanda adanya masalah serius. 23. Catat enema yang diberikan dan bagaimana hasil terjadi. 24. Lapor bila ada masalah.

Catatan: a.

Prosedurpemberian enema pada bayi atau anak pada dasarnya tidak berbeda dengan orang dewasa, kecuali untuk jenis dan jumlah cairan yang diberikan serta panjang tabung yang dimasukkan ke dalam rektum.

b.

Tergantung volume cairan enema yang diberikan, perawat dapat menggunakan spuit dan selang karet, botol enema atau kantung enema.

c.

Hanya cairan isotonik yang dipakai pada anak-anak. Air murni bersifat hipotonik dan menyebabkan retensi air dan kelebihan cairan. Enema yang dijual bebas dapat berbahaya untuk anak-anak dengan megakolon atau pada keadaan dehidrasi. Jika tidak ada NaCl 0,9 % cairan tersebut

11

dapat dibuat dengan menambahkan satu sendok teh garam meja ke dalam 500 mL air. d.

Karena bayi dan anak-anak yang masih sangat kecil tidak dapat menahan cairan setelah pemberiannya, bokong harus dirapatkan sebentar untuk menahan cairan.

Jumlah cairan dan panjang tabung sesuai usia Usia

Jumalah (mL)

Panjang pemasukan (cm)

Bayi

120-240

2,5

2-4 tahun

240-360

5

4-10 tahun

360-480

7,5

11 tahun

480-720

10

12

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan a.

Kolon merupakan usus yang memiliki diameter lebih besar dari usus halus, memiliki panjang 1,5 m dan berbentuk seperti huruf U terbalik. Posisi kolon memanjang dari katub ileosekal (katup antara ileum usus halus dan segmen pertama dari usus besar) hingga anus.

b.

Fungsi primer kolon (usus besar) adalah menyerap air dan elektrolit (natrium dan klorida) selama proses pencernaan.

13

c.

Prosedur pemberian enama ada 2, yaitu: metode botol dan selang enema dan pemberian enema laksatif dengan menggunakan preparat kemasan sekali pakai.

3.2 Saran Sebagai mahasiswa keperawatan kita diharapkan untuk dapat memahami dan mempraktikkan prosedur pemberian enema dengan baik dan benar sesuai SOP yang berlaku.

14

DAFTAR PUSTAKA Jacob, Annamma, Rekha R, dan Jadhav Sonali Tarachnand. 2014. Buku Ajar: Clinical Nursing Procedures, Jilid Satu. Jakarta: Binarupa Aksara Publisher. Saputra, Lyndon. 2014. Organ System: Visual Nursing, Gastrointestinal. Jakarta: Binarupa Aksara Publisher. Saputra, Lyndon. 2014. Medikal Bedah Gastrointestinal. Jakarta: Binarupa Aksara Publisher. Tarwoto, Ratna Ayani, dan Wartonah. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: CV. Trans Info Media. Hidayati, Ratna, dkk. 2014. Praktik Laboratorium Keperawatan, Jilid Satu. Jakarta: Erlangga.

Related Documents

Enema
November 2019 8
Barium Enema
June 2020 5
Nia
May 2020 26
Sandra
November 2019 44
Sandra
December 2019 36

More Documents from "Sandra M Urrego"