Dialog Imam Abu Hanifah Dengan Ateis

  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Dialog Imam Abu Hanifah Dengan Ateis as PDF for free.

More details

  • Words: 610
  • Pages: 4
Wednesday, June 24, 2009

Dialog Imam Abu Hanifah dengan Ateis

Suatu hari seorang Atheis (tidak beragama) bertemu dengan Imam Abu Hanifah untuk bertanya beberapa soalan mengenai Allah.

Sejak bila Allah itu ada (wujud) Atheis : Pada tahun berapa Tuhanmu dilahirkan? Imam Abu Hanifah : Allah berfirman: 'Dia [Allah] tidak melahirkan & tidak dilahirkan'. Atheis : Pada tahun berapa Dia di lahirkan? Imam Abu Hanifah : Dia berada sebelum adanya sesuatu Atheis : Aku minta kamu memberi contoh yang lebih jelas. Imam Abu Hanifah : Angka berapa sebelum angka empat? Atheis : Angka tiga. Imam Abu Hanifah : Angka berapa sebelum angka tiga? Atheis : Angka dua. Imam Abu Hanifah : Angka berapa sebelum angka dua? Atheis : Angka satu.

Imam Abu Hanifah : Angka berapa sebelum angka satu? Atheis : Tidak ada angka. Imam Abu Hanifah : Kalau sebelum angka satu tidak ada angka lain yang mendahulinya, kenapa kamu hairan kalau sebelum Allah yang Maha Satu yang hakiki tidak ada yang mendahului-Nya? Allah menghadapkan 'Wajah' Atheis : Kemana Tuhanmu menghadapkan wajahnya? Imam Abu Hanifah : Kalau kamu membawa lampu pelita dimalam hari, kemana lampu itu menghadapkan wajahnya? Atheis : Keseluruh penjuru. Imam Abu Hanifah : Kalau demikian halnya dengan lampu yang cuma buatan itu, bagaimana dengan Allah Ta'ala. Zat Allah Atheis : Tunjukkan kepada aku bagaimana rupa Zat Tuhanmu, adakah ia padat seperti besi, atau cair seperti air, atau berwap seperti gas? Imam Abu Hanifah : Pernahkan kalian melihat orang sakit yang hampir meninggal? Atheis : Ya, pernah. Imam Abu Hanifah : Ketika ia berbicara dengan kamu dan menggerak-gerakan anggota tubuhnya. Lalu tiba- tiba ia diam tak bergerak. Nah, apa yang menyebabkan perubahan itu? Atheis : Kerana disebabkan rohnya telah meninggalkan jasadnya. Imam Abu Hanifah : Apakah waktu keluarnya roh itu kalian masih ada disana? Atheis : Ya, masih ada. Imam Abu Hanifah : Ceritakanlah kepadaku, adakah rohnya itu padat seperti besi, cair seperti air atau berwap seprti gas? Atheis : Entahlah, aku tidak tahu. Imam Abu Hanifah : Kalau kamu tidak mengetahui bagaimana rupa bentuk roh yang hanya sebuah makhluk, bagaimana kamu mampu memintaku untuk mengutarakan Zat Allah Ta'ala? Dimana Allah Atheis : Dimana letaknya Tuhanmu? Imam Abu Hanifah : Jika aku membawa segelas susu segar ke sini, apakah kamu yakin kalau didalam susu itu terdapat lemak? Atheis : Sudah tentu

Imam Abu Hanifah : Tolong beritahu kepadaku dimana letaknya lemak itu? Atheis : Berada di segenap susu itu. Imam Abu Hanifah : Kalau lemak yang makhluk itu tidak ada tempat khusus dalam susu tersebut, apakah layak kamu meminta kepadaku untuk memberitahu dimana Allah Ta'ala? Takdir Allah Atheis : Kalau segala sesuatu telah ditakdirkan sebelum ia diciptakan, jadi apakah tugas Tuhan kamu kini? Imam Abu Hanifah : Ada pekerjaanNya yang dijelaskan dan ada pula yang tidak dijelaskan. Atheis : Kalau ada orang masuk ke syurga itu ada awalnya, mengapa tidak pula ada akhirnya? Kenapa di syurga berada kekal selamanya? Imam Abu Hanifah : Hitungan angka pun ada awalnya tetapi tidak ada akhirnya. Atheis : Bagaimana kita boleh makan dan minum di syurga tanpa perlu membuang air kecil & besar? Imam Abu Hanifah : Kamu telah pun mempraktikkanya ketika berada ada di dalam perut ibu kamu dahulu. Hidup dan makan minum selama sembilan bulan, akan tetapi tidak pernah membuang air kecil dan besar didalamnya. Setelah lahir kedunia baru kita melakukan dua hajat tersebut. Atheis : Bagaimana kebaikan syurga itu akan bertambah dan tidak akan habis-habis setelah diberikan kepada manusia. Imam Abu Hanifah : Allah juga menciptakan sesuatu di dunia, yang apbila dinafkahkan akan bertambah banyak dan

tidak habis, seperti ilmu. Semakin banyak diberikan ilmu kita semakin

berkembang dan tidak berkurang.

Wallahua'lam

Dapatkan Mesej Bergambar di Sini Ahlan Wasahlan ya Rejab..

Related Documents