TUGAS KELOMPOK METODE PELAKSAAN CUT OFF DOSEN PENGAMPU: DWIFITRA Y JUMAS, ST, M.SCE
ANGGOTA KELOMPOK : CHAIRUNNISA
(1710015410021)
ABDILLAH SHIDDIQ
(1710015410003)
HADIAN KANZI PUTRA
(1710015410048)
DWI SEPTI SALSABILA
(1710015410009)
SARAH FADHILLAH
(1710015410031)
SAHRUL MUBARAK
(1710015410008)
JURUSAN TEKNIK EKONOMI KONSTRUKSI FAKULTAS SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS BUNG HATTA 2018
Metode Pelaksanaan Dewatering Cut Off Prinsip metode dewatering cut off adalah memotong aliran air dengan suatu dinding pembatas, sehingga daerah yang dikehendaki dapat terbebas dari air tanah. Ditinjau dari air pergerakan tanah . Ada beberapa cara dalam metode Cut off yang digunakan: 1. Steel Sheet Pile Sheet Pile adalah dinding vertikal relatif tipis yang berfungsi untuk menahan tanah dan untuk menahan masuknya air ke dalam lubang galian. Metode pelaksanaan Steel Sheet Pile: 1. Tetapkan jenis profil steel sheet pile yang akan digunakan, karena steel sheet pile tersebut juga berfungsi sebagai struktur penahan tanah. 2. Tetapkan model profil yang terletak pada belokan (biasanya menggunakan profil yang ada dipotong dan disambung kembali sesuai model yang dikehendaki). 3. Bila diperlukan, steel sheet pile dapat disambung lebih dulu sebelum dipancang, dengan memperhatikan agar alur sambungan dengan steel sheet pile yang lain tetap terjaga. 4. Steel Sheet Pile dipancang pada tempatnya untuk tahap pertama cukup pada kedalaman agar steel sheet pile dapat berdiri sendiri dengan stabil. 5. Steel sheet pile berikutnya dipancang dengan mengikuti alur sambungan dengan steel sheet pile yang telah dipancang lebih dulu, dengan kedalaman yang sama. Begitu seterusnya dengan steel sheet pile selanjutnya sampai sepanjang yang kita kehendaki. 6. Pemancangan tahap berikutnya adalah memancang steel sheet pile satu per satu sampai kedalaman yang dikehendaki. Untuk menjaga agar steel sheet pile tidak keluar dari interlocking selama proses pemancangan, disarankan menggunakan Vibro Hammer yang dibantu dengan Crane. 7. Bila pemancangan telah selesai sesuai dengan kedalaman yang dikehendaki yaitu sampai pada lapisan impermeable (merupkan lapisn tanah yang sulit meresap atau dilalui air), barulah pekerjaan galian dapat dimulai.
. Hal-hal yang harus diperhatikan:
Kecenderungan sheet pile selalu miring ke arah pemancangan (membentuk kipas) akibat getaran vibro & pemancangan tidak tegak lurus, hal ini dapat diatasi dengan alat bantu katrol untuk menarik sheet pile menjadi lurus setelah selesai pemancangan.
Jika berdasarkan perhitungan konstruksi sheet pile free standing tidak mampu menahan geser dan guling akibat tekanan tanah aktif dapat ditambah dengan walling beam + anchor.
Bila diinginkan daerah galian bebas dari struktur penahan, maka dapat digunakan sistem angkur.
Bila pada kaki steel sheet pile terdapat lapisan impermeable (clay) yang ketebalannya tidak cukup kuat menahan tekanan air, agar tidak terjadi peristiwa quick sand, di luar dinding steel sheet pile dipasang pressure relief well (Sumur pelepasan tekanan).
Bila lapisan impervious letaknya sangat dalam, untuk memperkecil hydraulic gradient (untuk mengurangi tinggi tekanan air) pemancangan steel sheet pile dapat diperdalam. Dengan demikian dapat dihindari terjadinya peristiwa quick sand. Air tidak akan muncul pada dasar galian karena telah kehabisan tinggi tekanan airnya.
Keuntungan Steel Sheet Pile: o Kuat menahan gaya-gaya benturan pada saat pemancangan. o Bahan relative tidah begitu berat o Dapat digunakan berulang-ulang o Mempunyai keawetan o Penyambungan mudah
2. Concrete Diaphragm wall Diaphragm Wall ini dibuat dari beton yang dicor di dalam tanah membentuk dinding yang dapat berfungsi sebagai cut off dewatering dan sebagai struktur penahan tanah. Metode pelaksanaan diaphragm wall : 1. Melakukan marking area yang akan dikerjakan diaphragm wall. 2. Jika pada proses marking sudah benar dan mendapat persetujuan, maka dilanjutkan dengan membuat guide line, yaitu mengali pada area marking dengan kedalam sekitar 100 cm dan memberikan perkuatan dengan beton mutu rendah ( K125) dengan tebal 20 – 30 cm. Guide line ini diperlukan agar alat pengali yaitu mesin grab dapat mudah mengikuti alur galian yang ditentukan .Seperti pada gambar dibawah ini:
3. Menentukan tempat pembuatan tulangan besi (reinforcement) jika diafragma wall dilakukan metoda cor in-situ atau menentukan tempat perletakan untuk pemakaian precast sistem. 4. Menentukan tempat pencampuran antara air dan bentonite. Campuran ini akan dialirkan pada galian diafragma wall untuk menghindari terjadinya keruntuhan galian. 5. Pekerjaan diaframa wall ini biasanya diikuti dengan pondasi yang memakai bor pile maka harus ditentukan juga urutan kerja antara pekerjaan diafragma wall dan bor pile agar selalu silmultan (bersamaan) 6. Peralatan terkait harus sudah tersedia dilapangan. Alat tersebut seperti : Mobil Crane minimal 2 buah ( 1 untuk pengalian diafragma wall dan 1 untuk bor pile ), Mesin Grab, Mesin Bor , Casing bor pile, pompa air untuk sirkulasi campuran bentonite , ultra sonic sonding dan peralatan lain yang terkait pekerjaan tulangan besi (reinforcement ).
7. Sebelum rangkaian tulangan besi (reinforcement ) dimasukkan ( untuk cor insitu ) atau panel precast masuk, harus dicek dulu dengan ultrasonic sonding untuk diketahui adanya keruntuhan atau tidak. 8. Sistem pengalian dilakukan secara selang-seling. misalnya galian diberi nomor 1,2, 3 dst maka pengalian pertama adalah nomor 1, pengalian kedua adalah nomor 3 dst .Hal ini dilakukan untuk meminimalkan terjadinya keruntuhan pada dinding galian. 9. Kemudian memasukkan rangkaian tulangan besi (reinforcement) dan lakukan pengecoran dengan concrete pump. Untuk precast maka setelah galian siap langsung memasukan panel Precast diafgrama wall.
Keuntungan dan kerugian diaphragm wall : o Metoda penggalian dengan mesin grab tidak akan terlalu menggangu terhadap lingkungan sekitar seperti dari kebisingan, kerawanan longsor. o
Biaya konstruksi relative lebih mahal dibandingkan metoda konvensional.
o
Untuk diafragma wall dengan metoda cor in situ, jika pekerjaan galian tidak hati-hati rawan terjadi ketidakrataan permukaan dinding sisi dalam. 3. Secant Piles
Secant Piles yaitu tiang yang saling bepotongan sehingga membentuk dinding yang rapat. Secant pile adalah bore pile yang dibuat saling berpotongan sehingga terdapat Interlock antar bore pile. Untuk menambah tahanan terhadap tarik, maka diberi tulangan pada bore pile selang seling.
Metode pelaksanaan Secant piles: 1. Di titik yang telah ditetapkan, tanah di bor sedalam desain, kemudian di cor semen bentonite. 2. Di sebelahnya, sesuai dengan arah (line) di bor lagi sedalam desain, dengan jarak as lebih kecil dari 2x diameter lubang, kemudian di cor semen bentonite. Begitu seterusnya.
Tiang Bentonite
3. Tepat di tengah-tengah antara tiang-tiang semen bentonite yang telah selesai di cor (setelah 3 hari), dilakukan pengeboran tanah dengan diameter dan kedalaman yang sama. Karena jarak tepi tiang lebih kecil dari diameter, maka selama proses pengeboran tiang-tiang lama akan tergerus. 4. Kemudian dilakukan pengecorandengan semen bentonite. Begitu seterusnya diantara tiang-tiang yang telah di cor, dengan demikian terbentuklah dinding yang rapat, terdiri dari tiang-tiang yang saling berpotongan (berjejeran).
Pengeboran diantara tiang bentonite
5. Bila struktur secant pile ini diperlukan juga sebagai struktur penahan tanah selama proses
penggalian,
maka
untuk
bertulang (sebagai struktur penahan).
tiang
yang
tahap
kedua
di cor
beton
Keuntungan dan kerugian secant piles: o Secant pile juga bisa diterapkan pada tanah dengan kondisi sulit atau level muka air yang tinggi. o Meningkatnya biaya dibandingkan dengan dinding tumpukan lembaran. 4. Slurry Trenches Dewatering dengan metode Cut Off bisa juga menggunakan Slurry Trenches, Slurry Trenches ini sering digunakan untuk :
Untuk Penjagaan polusi terhadap air tanah
Untuk Pengendalian seepage pada dam/tanggul Metode pelaksanaan Slurry Trenches : 1. Parit digali sesuai lebar dan kedalaman desain dengan menggunakan backhoes, clamp shell atau dragline. Kedalaman galian harus dapat diyakinkan bahwa sudah memotong atau mencapai lapisan kedap air. Bila perlu pada proses penggalian menggunakan bentonite untuk menjaga keruntuhan tanah galian dan sambil membentuk lapisan dinding yang dapat membantu menahan air. 2. Tanah bekas galian yang sudah dibersihkan dari akar-akar dan lain-lain, dicampur dengan slurry pada permukaan sepanjang parit menggunakan bulldozer atau loader. Material yang ideal dalam hal ini adalah silty sand.
3. Penimbunan kembali lubang parit dengan material yang sudah dicampur slurry tersebut, dilakukan dalam dua tahap: •
Penimbunan tahap pertama menggunakan clamp shell dengan cara meletakkan material campuran ke dasar parit, agar tidak terjadi segregasi sampai membentuk lereng timbunan setinggi permukaan.
•
Penimbunan tahap ke dua, menggunakan bulldozzer dengan cara mendorong material campuran ke dalam lubang parit melalui lereng yang telah terbentuk pada penimbunan tahap pertama.
4. Setelah penimbunan kembali selesai, bagian atasnya ditutup dengan tanggul tanah yang dipadatkan.