NO
Variabel X
Terhadap Y Teori
X1
Self Efficacy
Hasil Penelitian
a. Lee dan Bobko (1994)
a. Purnomo dan Lestari
dalam Engko (2008),
(2010) menunjukkan
menyatakan bahwa individu
hasil bahwa self
yang memiliki self efficacy
efficacy memiliki
tinggi akan mencurahkan
pengaruh yang
seluruh usaha dan perhatian
signifikan positif
untuk mencapai tujuan dan
terhadap kinerja.
kegagalan yang terjadi serta
b. Dian Rizki (2016)
membuatnya berusaha lebih
menunjukkan hasil
giat lagi.
bahwa self efficacy
b. Marrison (1993) self of efficacy sebagai kecenderungan seseorang
berpengaruh pada kinerja. c. Engko dan Chasanah
melibatkan diri dalam
(2008) menunjukkan
kegiatan yang mengarah
bahwa adanya
sasaran.
pengaruh positif self efficacy terhadap kinerja.
X2
Locus of Control
a. Rotter (1990) dalam Hyatt
a. Ayudiati (2010)
dan Prawitt (2001)
menyebutkan bahwa
menyatkan bahwa Locus of
locus of control
Control baik internal
berpengaruh positif
maupun eksternal
terhadap kinerja.
merupakan tingkatan
b. Bunga (2012)
seorang individu berharap
menyebutkan bahwa
bahwa reinfocement atau
locus of control
hasil dari perilaku mereka
berpengaruh signifikan
tergantung pada perilaku
terhadap kinerja.
mereka sendiri atau karakteristik personal mereka.
X3
Stress Kerja
a. Menurut Selye (dalam Adi,
a. Rosidah (2003)
2000), stres dapat bersifat
Menunjukkan ada
positif maupun negative,
korelasi negative
stress yang bersifat positif
antara stress kerja
disebut “eustress” yakni
dengan kinerja.
mendorong manusia untuk
b. Reni , Yadi dan
lebih dapat berprestasi, lebh
Susatyo (2008)
tertantang untuk
menunjukkan ada
menyelesaikan masalah-
korelasi negative
masalah yang dihadapinya,
antara stress kerja
meningkatkan kinerja dan
dngan kinerja.
lain-lain. Sebaliknya stress yang berlebihan dan bersifat merugikan disebut “distress” menimbulkan berbagai macam gejala yang umumnya merugikan kinerja karyawan.
PENGARUH SELF EFFICACY, LOCUS OF CONTROL dan STRESS KERJA TERHADAP KINERJA
PENGARUH KEPRIBADIAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN EMPLOYEE ENGAGEMENT TERHADAP ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB)
NO
Variabel X
Terhadap Y Teori
X1
Kepribadian
Hasil Penelitian
a. Robbins (2008: 128)
a. Ilham Fahmi
mengatakan bahwa
(2017)
kepribadian merupakan
Kepribadian
sikap penyesuaian
berpengaruh
seseorang terhadap
langsung dan
lingkungan dengan
positif terhadap
melibatkan perilaku, gaya
OCB
berpikir, dan emosi yang ditampilkan secara stabil. b. Robbins & Judge (2015: 82)
b. Noer Aisyah Barlian (2016) Tipe Kepribadian
juga menyebutkan bahwa
berpengaruh positif
karakteristik-karakteristik
tetapi tidak
yang ditampilkan oleh
signifikan terhadap
seseorang dalam beberapa
OCB.
situasi merupakan karakteristik kepribadian orang tersebut dan menjelaskan perilaku mereka. X2
Kecerdasan
a. Menurut Goleman (2005)
a. Ni Kadek Nita
Emosional
kecerdasan emosional
Suwandewi & I Gusti
didefinisikan sebagai
Ayu Manuati Dewi
kemampuan yang dimiliki
(2016) Kecerdasan
oleh individu dalam
Emosional secara
memotivasi diri,
parsial maupun
kemampuan menghadapi
simultan berpengaruh
kegagalan, pengendalian
positif dan signifikan
emosi, menempatkan emosi
terhadap OCB.
sesuai porsinya, dan mampu
b. Wiwik Sumiyarsih,
mengatur suasana hati. b. Robbins & Judge (2015: 73)
Endah Mujiasih, & Jati Ariati (2012) Terdapat
mengatakan bahwa
hubungan signifikan
kemampuan seseorang
antara kecerdasan
dalam manajemen emosi
emosional dengan
adalah alat prediksi yang
OCB.
kuat atas perilaku kewargaan organisasi (OCB). X3
Employee Engagement
a. Schaufeli et al., 2002
a. Meydy Fauziridwan
Employee engagement
(2018) Employee
merupakan semangat,
Engagement memiliki
dedikasi, dan penghayatan
pengaruh positif dan
dari suatu kesatuan
signifikan terhadap
hubungan kerja
OCB.
b. Robbins & Judge (2015:
b. Amin Budiastuti &
164) menyatakan bahwa
Susanti Budiastuti
keterlibatan pekerja adalah
(2018) Employee
suatu proses partisipatif
Engagement memiliki
yang menggunakan pekerja
pengaruh positif dan
sebagai inputnya agar dapat
signifikan terhdap
meningkatkan kehidupan
OCB.
kerja mereka untuk menjadi
c. Much. Riyadus
lebih termotivasi dan lebih
Solichin (2018)
berkomitmen pada
Employee Engagement
organisasi.
dan Emotional Intelligence memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap OCB.
1. Latar Belakang Masalah Setiap individu dalam sebuah organisasi bukan lagi dianggap sebagai beban namun sebagai aset organisasi. Sebagaimana aset, kunci dari tingginya kinerja suatu organisasi dapat dilihat dari bagaimana kinerja anggota yang ada pada organisasi tersebut. Kinerja suatu organisasi dapat dikatakan baik ketika standart-standart yang telah ditetapkan oleh perusahaan dapat tercapai bahkan melampaui apa yang sudah ditargetkan. Dengan kata lain, organisasi dapat mencapai kinerja yang baik ketika tiap individu dalam organisasi tersebut dikerahkan secara bersama-sama untuk menyempurnakan keterampilan yang dimiliki. Setiap individu yang bekerja dalam tim diharapkan mampu berkomunikasi secara terbuka, bekerja sama dengan individu lain, berbagi informasi, mengakui perbedaan, menyelesaikan konflik, dan mengedepankan kepentingan bersama atas kepentingan pribadi. Dalam hal ini individu perlu untuk peduli terhadap individu lain dan berusaha menunjukkan yang terbaik dengan melampaui target dari suatu pekerjaan. Hal ini dapat dikatakan bahwa individu (dalam hal ini karyawan) tersebut menampilkan perilaku extra-role, yaitu perilaku yang sebenarnya tidak terdapat pada deskripsi pekerjaan formal dan tidak ada sistem reward di dalamnya, namun karyawan tersebut tetap melaksanakannya sehingga dapat meningkatkan efektivitas organisasi (Organ, 1988). Ketika seorang karyawan bekerja dalam suatu organisasi seperti pusat kesehatan, menghadapi pengunjung (pasien) dengan menampilkan perilaku yang sesuai menjadi sangat diperlukan dibandingkan dengan organisasi lain karena sebagian besar pasien rumah sakit memiliki mental gelisah, panik, dan stres yang lebih tinggi ketika memasuki wilayah ini. Para staf yang bekerja setiap hari, bertemu dengan pasien yang memiliki mental tersebut di atas perlu meningkatkan pelayanan terhadap pasien dengan meningkatkan komunikasi dan perilaku melalui peningkatan kualitas seperti altruisme, hati nurani, sportif, sopan santun, dan kebajikan sipil sebagai konsep dari OCB yang banyak menjadi perhatian peneliti saat ini. Organizational Citizenship Behavior (OCB) atau yang biasa disebut dalam Bahasa Indonesia sebagai Perilaku Kewargaan Organisasi merupakan salah satu konstruksi penting dalam psikologi organisasi. OCB memiliki pengaruh atas keberhasilan organisasi dan memiliki dampak yang relatif besar bagi kesejahteraan individu dalam organisasi tersebut (Gonzalez-Mulé, Mount, & Oh, 2014). OCB adalah istilah yang digunakan dalam mengambarkan perilaku individu di luar batas peran yang dimiliki dan ditunjukkan dalam organisasi. Individu dengan perilaku demikian disebut karyawan yang baik atau good citizen (Organ, 1998 dalam Podsakoff et al., 2000). Pada revisi penting yang telah dilakukan, Organ (1997) menyatakan bahwa OCB adalah bentuk kinerja yang memberikan dukungan pada lingkungan sosial dan lingkungan psiokologis pada kondisi kerja yang sedang berlangsung. Beberapa contoh OCB adalah memberi bantuan pada rekan kerja yang kesulitan menyelesaikan pekerjaannya, sukarela dalam melakukan tugas lebih, mematuhi peraturan yang ada, dan meminimalkan konflik (Organ et al., 2006). Dengan demikian, faktor ini penting untuk dibahas karena efektif dalam meningkatkan kinerja organisasi khususnya pada karyawan organisasi jasa (pelayanan) mengingat bahwa karyawan pada organisasi tersebut diharapkan mampu melakukan tugas-tugas resmi dan membutuhkan lebih dari sekedar kecerdasaan pada umumya (Jalali, 2014).
Dalam penelitian mengenai Organizational Citizenship Behavior (OCB) ini, pertimbangan mengenai berbagai faktor internal dan faktor eksternal individu perlu diperhatikan. Salah satu faktor yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah kepribadian dari staf. Faktor ini melibatkan kepribadian seseorang dalam memengaruhi perilakunya. Robbins (2008: 131) menyatakan bahwa individu dengan keterampilan, kemampuan, dan kepribadian tertentu dibutuhkan dalam kerja tim demi mencapai keberhasilan tim tersebut. Robbins & Judge (2015: 82) juga menyebutkan bahwa karakteristik-karakteristik yang ditampilkan oleh seseorang dalam beberapa situasi merupakan karakteristik kepribadian orang tersebut dan menjelaskan perilaku mereka. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perilaku seseorang dalam organisasi dapat dipengaruhi oleh kepribadian yang dimiliki. Menurut Costa & McCrae (1992: 2) dalam Cervone & Pervin (2012: 5) terdapat lima aspek kepribadian yang diantaranya yaitu extraversion, neuroticism, openness to experience, agreeableness, dan conscientiousness. Beberapa penelitian juga membuktikan teori yang tersebut di atas bahwa seseorag dengan pribadi Big Five memiliki kecederungan yang kuat untuk melakukan OCB (Fahmi, 2017; Shah & Halim, 2018; Kappagoda & Kulathunga, 2013). Selain kepribadian, faktor internal lainnya yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah kecerdasan emosional. Faktor emosi memiliki keterlibatan dalam memengaruhi perilaku individu. Robbins & Judge (2015: 73) mengatakan bahwa kemampuan seseorang dalam manajemen emosi adalah alat prediksi yang kuat atas perilaku kewargaan organisasi. Sedangkan untuk kecerdasan emosional didefinisikan sebagai kemampuan untuk menilai emosi diri sendiri maupun orang lain, mengerti dengan emosi-emosi tersebut, dan mampu mengatur emosi secara konsisten (Robbins & Judge, 2015: 70). Menurut Goleman (dalam Bliss, 1999) kecerdasan emosional didefinisikan sebagai suatu kesadaran diri, rasa percaya diri, penguasaan diri, komitmen dan integritas dari seseorang, dan kemampuan seseorang dalam mengkomunikasikan, memengaruhi, melakukan inisiatif perubahan dan menerimanya. Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa kecerdasan emosional dapat menjadi prediktor dalam melakukan sebuah tindakan atau perilaku seseorang, termasuk perilaku kewargaan organisasi (OCB). Goleman (2005) membagi aspek kecerdasan emosional menjadi lima aspek dasar, yaitu kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial. Penelitian yang dilakukan Rafiei (2017) menemukan kebenaran dalam teori di atas bahwa kecerdasan emosional memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap OCB. Miao, Humphrey, & Qian (2017) juga menemukan hal yang sama, bahwa seseorang yang cerdas secara emosi mampu mengendalikan emosinya dan mengerti tentang kebutuhan orang lain sehingga terdorong untuk berperilaku baik dan menghindari kegiatankegiatan yang menyimpang. Faktor selanjutnya yang diyakini memiliki pengaruh terhadap OCB yang dilakukan oleh individu adalah adanya keterlibatan individu dalam suatu pekerjaan atau pengambilan keputusan atau pemberdayaan para pekerja dalam organisasi. Keterlibatan pekerja atau sering disebut employee engagement atau employee involvement dilakukan dengan tujuan agar individu mampu mengendalikan kehidupan kerja mereka, lebih berkomitmen pada organisasi, dan lebih produktif sehingga kinerja organisasi dapat meningkat (Robbins & Judge, 2015: 164). Khan (1990) menyatakan bahwa individu dengan employee engagement adalah
individu yang melakukan tugas-tugas yang berkaitan dengan pekerjaan sehingga individu tersebut dapat berkontribusi dengan memberikan kemampuan, energi, dan semangat dalam melakukan pekerjaan dan menghasilkan kinerja yang sesuai dengan perannya (kinerja inrole) maupun kinerja di luar peran yang dimiliki (kinerja extra-role). Schaufeli et al. (2002) membagi aspek employee engagement menjadi 3 aspek, yaitu aspek vigor, aspek dedication, dan aspek absorption. Teori ini telah dibuktikan dengan adanya penelitian yang dilakukan Ariani (2014) dan Abbas et al. (2016) bahwa karyawan yang terikat dan terlibat dalam suatu pekerjaan cenderung melakukan OCB karena memberikan kesempatan bagi mereka untuk menunjukkan usaha yang lebih dalam organisasi di luar peran yang dimiliki. Beberapa penelitian telah mempelajari hal yang sama di berbagai objek yang berbeda. Namun pada penelitian ini akan dipelajari efek yang ditimbulkan dari sisi kepribadian, kecerdasan individu secara emosional, dan keterlibatan staf pada perilaku kewargaan organisasi pada rumah sakit yang berusaha untuk memberikan pelayanan terbaik mereka pada pasien. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah terdapat pengaruh antara kepribadian terhadap OCB? 2. Apakah terdapat pengaruh antara kecerdasan emosional terhadap OCB? 3. Apakah terdapat pengaruh antara employee engagement terhadap OCB? 4. Apakah kepribadian, kecerdasan emosional, dan employee engagement berpengaruh secara simultan terhadap OCB? 3. Tujuan Penelitian Merujuk pada rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kepribadian terhadap OCB. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kecerdasan emosional terhadap OCB. 3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh employee engagement terhadap OCB. 4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kepribadian, kecerdasan emosional, dan employee engagement secara simultan terhadap OCB. 4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak yang terkait dalam penelitian, antara lain: 1. Bagi Perusahaan Penelitian mengenai pengaruh kepribadian, kecerdasan emosional, dan employee engagement terhadap OCB ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi perusahaan dalam meningkatkan perilaku OCB karyawan, mengingat bahwa OCB
merupakan salah satu cara agar perusahaan mencapai tujuannya dengan memberdayakan seluruh sumber daya manusia yang terlibat di dalamnya. 2. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan mampu memberikan wawasan pada peneliti dan sebagai hasil dari pembelajaran mengenai teori di dalam kelas dan juga praktik yang terjadi di lapangan. Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan oleh peneliti apabila dihadapkan dengan situasi yang mengharuskan untuk meningkatkan OCB karyawan dalam suatu perusahaan. 3. Bagi Peneliti selanjutnya Dari kelebihan maupun kekurangan yang terdapat pada penelitian ini, ada baiknya jika peneliti selanjutnya dengan variabel sejenis dapat mempertimbangkan kedua aspek tersebut untuk membuat suatu penelitian yang lebih komprehensif. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi sebagai sumber rujukan penelitian-penelitian selanjutnya terutama mengenai OCB.