Yanuar Catur Pamungkas 1515082930 Kewarganegaraan
DAMPAK ERA INFORMASI TERHADAP PEMBANGUNAN NASIONAL Oleh : Yanuar Catur Pamungkas Tak diragukan lagi bahwa motor utama transformasi yang sedang melanda jagad raya dewasa ini adalah perkembangan pesat yang terjadi di bidang infrastruktur informasi yang ditunjang oleh kemajuan teknologi dan informasi oleh kemajuan teknologi dan informasi (Alwi Dahlan, 2000). Perlu diketahui bahwasanya informasi merupakan kebutuhan yang primer dirasakan setiap manusia. Dengan informasi pola hidup seseorang ataupun masyarkat akan mudah berubah begitu signifikannya. Namun dalam perspektif saya dampak informasi yang begitu mudahnya mengglobal tetap menjadi dua hasil yaitu dampak baik (positive value) dan dampak buruk (negative value). Dalam perspektif positive value kita dapat melihat bagaimana pengaruh cepatnya informasi dapat mempengaruhi tingkat kecerdasan. Sementara negara-negara berkembang sedang bergulat dengan pembangunan ekonominya agar bisa keluar dari keterbelakangan dan kemelaratan, negara-negara maju dewasa ini sudah berada diambang pintu masyarakat baru: Masyarakat Informasi. Dalam masyarakat seperti itu komputer akan menjadi alat yang dominan. Media massa menyatu (converge) menjadi media massa yang interaktif, multimedia, dan mampu memenuhi kebutuhan dan selera individu (customisation). Inilah yang membedakan antara negara-negara maju dan negara-negara berkembang, bagi bangsa yang bisa mempergunakan dan memanfaatkan teknologi informasi akan merasakan betapa besarnya dampak positif bagi masyarakatnya dan kehidupan bangsa secara umum. Tingkat kecerdasan seseorang sangat bergantung dari informasi yang didapatnya, kenapa masyarakat papua dipelosok masih memakai pakaian tradisionil mereka yaitu koteka ataupun kenapa masyarakat jawa timur masih banyak mempercayai hal ghoib yang irrasional hal-hal tersebut karena keterbatasan informasi yang mereka dapat, mereka belum banyak tahu tentang hal-hal yang lebih baik dari yang mereka dapatkan saat ini. Artinya peran informasi yang begitu cepat akan memberikan suatu nilai baru bagi kehidupan mereka.
Namun dalam dampak mengglobalnya informasi tak dirasa positif saja karena setiap informasi itu memberitahukan tentang suatu nilai baru bagi masyarakat tertentu sedangkan tidak semua nilai baru tersebut adalah nilai kebaikan atau norma positif akan tetapi juga bisa memberikan nilai yang buruk bagi masyarakat yang tanpa disadari mungkin juga akan diikuti dan justru malah mengikis identitas asli suatu bangsa. Dalam hal ini saya ambil contoh di masa orde baru yang dimana dimasa itu tidak adanya transparansi dalam pemerintahan, siapa legislatif-legislatifnya kemudian bagaimana keuangan negara dikelola dsb. Ditambah dikekangnya para pengkritik kebijakan pemerintah maka tak heran jika di masa orde baru dulu banyak aktivis yang dipenjara ataupun hilang tiba-tiba dan tak jelas dimana keberadaanya. Hal-hal tersebut coba ditutupi oleh pemerintah dalam era orde baru semua media juga dibatasi pemerintah maka jadi tidak heran jika masyarakat indonesia saat ini berfikir statis dan cenderung tidak kritis. Dimasa reformasi informasi begitu mudahnya didapat bahkan informasi menjadi sebuah kebutuhan yang fundamen. Informasi dan pengetahuan, seperti diutarakan oleh Thomas A. Steward (1997) dalam bukunya: Intellectual Capital, memang tidak sama dengan uang kas, sumber alam, tenaga kerja, dan mesin. Informasi adalah sumber daya yang aneh (weird resources), katanya. Ia menyebutkan beberapa alasan mengapa demikian: (1) Informasi merupakan public-good, yang dapat dipergunakan, tanpa dikonsumsi (can be used without being consumed). Karena itu, informasi bersifat non substractive (tidak berkurang). Walaupun telah dijual, informasi yang sama bisa dijual pada pihak lain, seperti dosen yang mengajar mata kuliah yang sama di berbagai tempat, bahkan informasi atau pengetahuan dari dosen itu bisa diajarkan oleh sang murid kepada khalayak lain tanpa ada masalah. (2) Dalam ilmu ekonomi, nilai timbul karena kelangkaan (scarcity). Itu untuk sumber daya ekonomi lain. Informasi dan pengetahuan bertambah nilainya justru karena melimpah (abundant), bukan karena langka. (3) Barang dan jasa padat pengetahuan memiliki struktur biaya yang “berat di depan” (frontloaded). Artinya biaya untuk unit pertama akan tinggi dibanding dengan unit berikutnya. (4) Karena cirinya yang kreatif, pada informasi dan pengetahuan sulit dilihat keterkaitan antara masukan (input) dan keluaran (output). Karena itu sulit untuk diprediksi tidak seperti modal tetap (mesin) yang lebih dapat diprediksi (predictable). Jikalau kita lihat hasil pembangunan nasional yang disumbangkan oleh teknologi informasi seperti e-government, baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat saat ini
berlomba-lomba membuat aplikasi e-government. Kenapa pemerintah berlomba-lomba membuat e-government tersebut? Dari sini bisa kita dapat beri kesimpulan bahwa manfaat dari semakin mengglobalnya informasi bisa membantu dalam pengawasan. Pemerintahan yang berusaha ingin meraih kepercayaan publik harus membuat transparansi dalam pemerintahannya maka dibuatlah e-government tersebut.
Selain itu informasi sekarang
adalah menjadi sumber mata pencaharian banyak orang. Banyak orang yang ternafkahi dari teknologi informasi. Jadi,sekali lagi kita bisa simpulkan bahwasanya dampak era informasi bisa berupa keuntungan commercial, peningkatan human development dan pemberi informasi untuk menciptakan kepercayaan antara pemegang otoritas negara dengan rakyat yang jadi objek otoritasnya sehingga terciptalah pembangunan nasional yang lebih efektif dan justru efisien bukan boros walaupun teknologi informasi sering dipersepsikan sebagai pengeluaran yang tidak murah akan tetapi menurut saya justru pengeluaran besar ini adalah upaya meminimalisir pengeluaran-pengeluaran tak terduga dikemudian hari yang diakibatkan tak adanya transparansi ataupun ketertutupan informasi. Meskipun banyak pula dampak negatif dari mengglobalnya informasi akan tetapi ini tidak bisa dipungkiri dan juga banyak manfaat yang dihasilkannya. Yang bisa kita lakukan kita ataupun pemegang otoritas dalam menyikapi era informasi adalah membuka seluas-luasnya namun tetap dalam filterisasi yang diatur dalam sebuah perundang-undangan.