Contoh Proposal Lokmin.doc

  • Uploaded by: Astri Puspita Sari
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Contoh Proposal Lokmin.doc as PDF for free.

More details

  • Words: 4,515
  • Pages: 20
PROPOSAL LOKMIN HASIL PENGUMPULAN DATA DAN PENYUSUNAN RENCANA KEGIATAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DI KELURAHAN PANCORAN MAS A. LATAR BELAKANG Mengacu pada visi Kota Depok “Menuju Kota Depok yang melayani dan mensejahterakan”. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka berbagai upaya perlu dilakukan untuk memberdayakan agar tercapai derajat kesehatan yang optimal.Upaya pemberdayaan masyarakat tersebut hendaknya dapat dilaksanakan secara multidisiplin, lintas sektor, dan lintas program. Sebelum upaya tersebut dilaksanakan, dibutuhkan suatu pengkajian yang mendalam tentang kebutuhan masyarakat setempat berdasarkan informasi dalam masyarakat itu sendiri. Sumber informasi dapat diperoleh dari data primer melalui penyebaran angket, data sekunder, FGD, wawancara mendalam, survey dan sebagainya, yang dilakukan di 20 RW di Kelurahan Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat. Pengkajian yang telah dilakukan meliputi pengkajian tentang masalah kesehatan yang terjadi pada Balita, dan lansia. Berdasarkan pengkajian yang dilakukan mahasiswa program Ners Spesialis dan Magister Keperawatan Komunitas FIK UI di wilayah Kelurahan Pancoran Mas didapatkan masalah balita didapatkan masalah komunitas sebagai berikut : (1) Risiko peningkatan kejadian ISPA di Kelurahan Pancoran Mas khususnya di RW 01,02,06 dan 08; (2) Pola pemberian makanan bergizi yang tidak tepat pada kelompok balita dengan gizi kurang dan gizi buruk di RW 01, 02, 06, 08, dan 11; (3) Risiko penularan infeksi kuman TBC pada balita di RW 09 dan 10 Kelurahan Pancoran Mas berhubungan dengan kurang pengetahuan orang tua balita dalam mencegah penularan dan lingkungan rumah yang tidak sehat. Pada usia lanjut didapatkan masalah sebagai berikut : (1) Resiko Peningkatan jumlah penyakit pada kelompok usia lanjut di RW 05 dan RW 18 Kelurahan Pancoran Mas karena kurang pemahaman para usia lanjut dalam mengatasi masalah; (2) Resiko peningkatan kejadian penyakit Rheumatik pada lansia di Kelurahan Pancoran Mas khususnya di RW 9 dan 10 berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang cara perawatan lansia dengan rheumatik dan pencegahannya; (3) Risiko terjadinya gangguan proses pikir di RW 11 kelurahan PanMas Kec PanMas Kota Depok berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penatalaksanaan risiko 1

kepikunan. Penanggulangan masalah komunitas tersebut membutuhkan kerjasama dari semua pihak yang terkait dengan upaya pemberdayaan kesehatan masyarakat perlu mendapat informasi mengenai permasalahan yang ditemukan di wilayahnya. Hal ini penting dilakukan agar semua pihak terkait dapat berpartisipasi memberikan kontribusi yang sesuai dengan tanggung jawab dan wewenang masing-masing dalam menyusun rancangan program kerja untuk mengatasi masalah komunitas yang didapatkan.. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan lokakarya mini dengan berbagai pihak secara lintas sektor dan lintas program untuk mengidentifikasi masalah dan merencanakan penanganan yang sesuai. Penanganan terhadap masalah tersebut nantinya akan dilakukan bersama-sama dengan masyarakat setempat dan pihak terkait secara bertahap. B. TUJUAN 1.

Tujuan Umum Memaparkan hasil pengkajian terhadap keluarga, kelompok usia balita, sekolah, remaja, dan usia lanjut di Kelurahan Pancoran Mas, Kota Depok.

2.

Tujuan Khusus a.

Teridentifikasinya masalah-masalah kesehatan yang terjadi pada berbagai kelompok masyarakat di Kelurahan Pancoran Mas

b.

Tersusunnya kesepakatan dan komitmen untuk bersama-sama menanggulangi masalah kesehatan di wilayah Kelurahan Pancoran Mas

c.

Tersusunnya rencana kegiatan untuk menangani masalah yang teridentifikasi.

C. STRATEGI Strategi pelaksanaan lokakarya mini adalah sebagai berikut: 1.

Pemaparan hasil pengkajian yang dilakukan oleh perwakilan mahasiswa spesialis keperawatan komunitas

2.

Curah pendapat dan diskusi untuk membahas informasi yang telah disampaikan

3.

Penyusunan rencana penanganan masalah keperawatan masyarakat terhadap kelompok target.

4.

Penyampaian kesimpulan hasil diskusi

D. KRITERIA EVALUASI 1. Evaluasi struktur

2

a. Tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan : tempat pertemuan,laptop, LCD, materi, pengeras suara, dan lain-lain 3 hari sebelum waktu pelaksanaan. b. Teridentifikasinya kegiatan utk mengatasi hal tersebut. c. Didapatkannya permohonan izin penggunaan tempat di kantor kelurahan Pancoran Mas 3 hari sebelum waktu pelaksanaan d. Persiapan pelaksanaan lokakarya mini dapat diselesaikan. 2. Evaluasi proses a. 80% peserta berperan aktif selama kegiatan Tanya jawab dan diskusi b. 80% peserta memberikan masukan dalam upaya pencegahan dan penanganan masalah kesehatan terhadap kelompok masyarakat usia balita usia lanjut dan keluarga c. didapatkannya masukan dari masyarakat melalui tokoh masyarakat dan kader kesehatan 3. Evaluasi hasil a. 80% kader kesehatan hadir dalam pertemuan lokakarya mini di kelurahan Pancoran MAs b. Masalah-masalah kesehatan yan g terjadi pada berbagai kelompok masyarkat dapat teridentifikasi c. 80% peserta mencapai kesepakatan dan komitmen untuk bersama-sama menanggul;angi masalah kesehatan di wilayah Kelurahan PAncoran Mas d. Rencana kegiatan untuk menangani masalah yang teridentifikasi dapat disusun dan disepakati. D. Susunan Panitia Ketua : Sekretaris : Penyaji : Seksi Ilmiah : Seksi Acara : Seksi perlengkapan : Sesi konsumsi dan dokumentasi :

3

F. Susunan Acara 1. Pembukaan 2. Sambutan sambutan dari :  Ketua Pokjakes (5 menit)  Kepala Kantor Kelurahan Pancoran Mas (10 menit)  Kepala Puskesmas  Ketua RW 3. Perkenalan mahasiswa (5 menit) 4. Presentasi hasil Pengkajian oleh kader didampingi oleh mahasiswa (30 menit) 5. Diskusi /Tanya jawab (30 menit) 6. Pleno hasil diskusi (15 menit) 7. Pembacaan doa 8. Penutup Askep Keperawatan Komunitas

Tujuan keperawatan komunitas adalah meningkatkan kemampuan masyarakat dalam upaya mengatasi masalah kesehatannya secara mandiri dan mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Sedangkan sasarannya adalah 1) Individu yang memiliki masalah kesehatan, 2) Keluarga, yaitu mengutamakan keluarga dengan risiko tinggi terhadap masalah tertentu, 3) Kelompok, yang dapat merupakan kelompok ibu hamil, balita dan usia lanjut, dan 4) Masyarakat. Sifat dari peraktek keperawatan komunitas adalah menyeluruh dan paripurna, dimana pelayanan tidak terbatas pada kelompok usia tertentu atau kelompok dengan masalah kesehatan tertentu. Pelayanan keperawatan komunitas bersifat berkelanjutan bukan episodic dan bertanggung jawab penuh terhadap status kesehatan seluruh penduduk. Menurut Anderson & McFarlane (2000) intervensi yang dapat dilakukan dalam keperawatan komunitas pada kelompok lansia mencakup tiga tingkat pencegahan yaitu : 1.

Pencegahan Primer ( Primary Prevention ) 4

Yaitu tahap pncegahan pertama yang dilakukan sebelum timbul masalah yang terdiri dari promosi kesehatan ( Health Promotion ) dan perlindungan khusus ( Specific protection ) seperti pemberian pendidikan kesehatan tentang penyakit yang sering terjadi pada lansia dan latihan fisik secara teratur, dan perlindungan akan bahaya lingkungan. 2.

Pencegahan Sekunder ( Secondary Prevention ) Yaitu tahap pencegahan kedua yang dilakukan pada awal masalah timbul maupun pada saat masalah berlangsung yang terdiri dari diagnosa dini ( early diagnosis ) dan melakukan tindakan-tindakan penyembuhan ( promotif treatment ).

3.

Pencegahan Tersier ( Tertiery Prevention ) Yaitu tahap pencegahan ketiga yang dilakukan pada saat masalah kesehatan telah selesai yang terdiri dari memperbaiki keterbatasan ( disabilimitation ) dan usaha rehabilitasi ( rehabilitation ).

D. Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Kelompok Lansia dengan Hipertensi Asuhan keperawatan komunitas ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. 1.

Pengkajian Berdasarkan model community as partner dari Anderson & McFarlane (2000) kelompok lansia di komunitas merupakan “core” atau inti dari asuhan keperawatan komunitas yang meliputi : demografi, nilai-nilai keyakinan, dan riwayat kesehatan yang dipengaruhi oleh delapan subsistem yang terdiri dari : lingkungan fisik, sarana pelayanan kesehatan dan sosial ekonomi, keamanan, transportasi, politik, komunikasi, pendidikan dan rekreasi.Pengumpulan data pada semua aspek tersebut dilakukan melalui wawancara observasi, analisa data sekunder, catatan kesehatan, survey terstruktur dan winshield survey. a.

Struktur Inti ( Komunitas ) Hal-hal yang dikaji dalam struktur inti diantaranya konsep diri, riwayat kesehatan, data statistik kejadian tertentu, budaya dan system pendukung yang ada di masyarakat. Yang dimaksud dengan konsep diri meliputi persepsi mayarakat terhadap kesehatan lansia dan hipertensi, kelompok lansia dan lingkungannya, sedangkan riwayat kesehatan meliputi kapan terjadi mulai menderita hipertensi, bagaimana masyarakat menerima program kesehatan lansia. Sedangkan data statistik yang perlu dikaji diantaranya adalah usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, morbiditas hipertensi pada lansia dan mortalitas 5

akibat hipertensi pada lansia, tingkat penghasilan dan komposisi pekerjaan. Data cultural yang dikaji meliputi suku bangsa, bahasa yang digunakan dan nilai serta keyakinan tentang kesehatan lansia , maka sistem pendukung yang perlu dikaji adalah dukungan dari profesi lain dalam memecahkan masalah kesehatan serta bentuk – bentuk dari dukungan tersebut. b. Interaksi Subsistem Yang merupakan interaksi subsistem adalah lingkungan fisik, pelayanan kesehatan dan sosial ekonomi, keamanan dan transportasi, politik, komunikasi, pendidikan dan rekreasi. 1).

Lingkingan fisik meliputi perumahan yang dihuni oleh kelompok lansia , apakah penerangan, sirkulasi, dan kepadatan merupakan stressor bagi lansia.

2).

Pelayanan kesehatan meliputi jenis pelayanan yang diberikan apakah tersedia untuk melakukan deteksi dini hipertensi, sumber-sumber pelayanan kesehatan yang dapat digunakan oleh lansia jika sudah mengalami hipertensi, karakteristik pemakai, statistik , jenis fasilitas kesehatan yang tersedia dan sosial intra-ekstra komunitas.

3).

Ekonomi meliputi tingkat ekonomi komunitas secara keseluruhan apakah sesuai dengan upah minimum regional (UMR) sehingga upaya pelayanan yang dilakukan disesuaikan dengan kondisi tersebut, misalnya dalam menganjurkan diet yang sesuai dengan kondisi ekonomi, latih ketrampilan relaksasi untuk pengendalian hipertensi yang tidak memerlukan biaya.

4).

Keamanan dan transportasi : apakah ada gangguan dari

lingkungan yang dapat

menimbulkan stress, apakah lingkungan di dalam dan di luar rumah tidak menyebabkan kecelakaan atau trauma fisik. Jenis pelayanan keamanan ( polisi, pemadam kebakaran dan lainnya ), jenis transportasi

yang digunakan

masyarakat. 5). Politik , hal yang perlu dikaji antara lain apakah ada kebijakan pemerintah yang memudahkan kelompok lansia untuk mendapatkan pelayanan, termasuk di bidang kesehatan. Saat ini dikembangkan puskesmas santun lansia yang memberi kemudahan pada lansia untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. 6.) Komunikasi meliputi bagaimana informasi dikomunikasikan, sarana komunikasi yang tersedia atau yang digunakan untuk meningkatkan pengetahuan tentang 6

hipertensi dan penanganannya seperti televisi, koran, radio, papan pengumuman dan jenis pertemuan yang dilakukan. 7). Pendidikan meliputi persentase kelompok lansia yang pernah sekolah , buta huruf, apakah kelompok lansia memerlukan pengetahuan atau ketrampilan khusus untuk mengetahui dan mengatasi hipertensi ? 8). Rekreasi, apakah tersedia sarana untuk rekreasi, kapan saja, apakah biayanya terjangkau? Apakah rekreasi tersebut dapat mengurangi stress ? 2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan komunitas adalah suatu respon masyarakat terhadap masalah kesehatan , baik actual, resiko maupun potensial yang dapat diantisipasi oleh perawat. Diagnosa keperawatan tersebut ditegakkan berdasarkan tingkat reaksi komunitas terhadap stressor yang ada. Rumusan diagnosa keperawatan komunitas pada kelompok lansia dirumuskan dalam tiga komponen, yaitu : 1.

Menggambarkan masalah , tanggapan dan kondisi masyarakat.

2.

Mengidentifikasi factor etiologi dan masalah .

3.

Karakteristik , tanda dan gejala dari masalah.

3. Perencanaan Rencana keperawatan komunitas adalah kumpulan tindakan yang disusun oleh perawat bersama-sama dengan masyarakat untuk dilaksanakan dalam memecahkan masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang telah diidentifisi.Dalam merencanakan asuhan keperawatan komunitas, terlebih dahulu ditetapkan tujuan dan sasaran. Rencana tindakan dilakukan melalui tiga tingkat pencegahan, yaitu : a. Tindakan keperawatan bersifat pencegahan primer 

Pendidikan kesehatan tentang masalah hipertensi



Demonstrasi ketrampilan relaksasi untuh mengatasi stress dan menurunkan tekanan darah.

b. Tindakan keperawatan bersifat pencegahan sekunder 

Lakukan deteksi dini tanda-tanda hipertensi melalui pemeriksaan tekanan darah



Bekerjasama dengan ahli gizi untuk menetapkan diet bagi lansia yang beresiko

c. Tindakan keperawatan bersifat pencegahan tertier

7



Bekerjasama dengan aparat pemerintahan setempat untuk menciptakan lingkungan yang aman, tidak menimbulkan stressor



Lakukan rujukan bagi lansia yang mengalami hipertensi sedang – berat.

4. Pelaksanaan Perawat komunitas bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tindakan yang sifatnya: 

Memberikan bantuan untuk mengatasi masalah hipertensi pada kelompok usia lanjut.



Melakukan pendidikan kesehatan tentang perilaku sehat untuk mencegah hipertensi



Memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan pada kelompok lansia.

5. Penilaian Menilai respon kelompok lansia setelah dilakukan intervensi keperawatan atau terhadap program kesehatan yang telah dilakukan bersama masyarakat. Mencatat adanya kasus baru hipertensi dan kasus yang dirujuk ke rumah sakit.

HASIL PENGKAJIAN A. Profil Wilayah Desa Cimahi Utara RW I termasuk dalam wilayah Desa Cimahi Utara yang terdiri dari 2 RT yakni RT 01 dan RT 02. Sebelah utara dibatasi oleh RW III, selatan dibatasi persawahan, disebelah timur dibatasi oleh komplek Cipageran dan sebelah barat dibatasi oleh persawahan. RW 01 memiliki berbagai fasilitas umum terdiri dari sebuah masjid, memiliki satu p[osyandu balita dengan kader 3 orang, dan satu posbindu lansia yang sudah berjalan tiap bulan dengan kader yang masih bersatu dengan kader posyandu. RW 01 terdiri 150 KK, dan 674 Jiwa, yang terdiri dari 60 anak usia balita, 78 anak usia sekolah, 91 orang remaja, 365 orang usdia produktif (dewasa), dan 80 orang usia lansia. B. Hasil Pengkajian dan Analisa Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 1 sampai dengan 3 November 2004 di Kelurahan Kemiri Muka dengan fokus utama masalah kesehatan. Metoda pengumpulan data yang digunakan yaitu melalui penyebaran angket, wawancara, whinshield survey, observasi, dan studi dokumentasi. Pada tahap pengumpulan data diperoleh data-data sebagai berikut :

8

Diagram 3.1. Distribusi Responden (Lansia) Menurut Umur dan Jenis Kelamin Di Kelurahan KemiriMuka Depok Bulan November Tahun 2004. 40% 30%

30,55%

29,17%

27,77%

Laki-laki Perempuan

20% 10%

6,95%

4,51% 1,39%

0% 60 - 70 Tahun > 70 - 80 Tahun > 80 Tahun

Analisa : Diagram di atas menggambarkan sebagian besar (59,72%) responden berusia antara 60 – 70 tahun dan sebagian besar (61,1%) lansia yang menjadi responden berjenis kelamin perempuan. Diagram 3.2. Distribusi Responden (Lansia) Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Di Kelurahan Kemiri Muka Depok Bulan November Tahun 2004

Analisa: Berdasarkan diagram di atas terlihat hampir setengahnya (48,5%) responden berlatar belakang pendidikan SD dan 41,7% responden tidak sekolah. Latar belakang pendidikan yang rendah akan berpengaruh terhadap kurangnya penerimaan lansia terhadap informasi-informasi, khususnya informasi yang berkaitan dengan kesehatan pada lansia. Grafik 3.3 Distribusi Lansia Berdasarkan Status Bekerja di Kelurahan Kemiri Muka Depok Bulan November Tahun 2004

9

BEKERJA = 12.5 % TDK BEKERJA = 87.5 %

Analisa : Diagram di atas menunjukkan mayoritas (87,5%) lansia sudah tidak bekerja, hal tersebut dapat disebabkan karena kondisi fisik yang sudah mengalami penurunansehingga tidak mampu lagi untuk bekerja. Diagram 3.4. Distribusi Responden (Lansia) Berdasarkan Masalah Kesehatan di Kelurahan Kemiri Muka Depok Bulan November 2004

Analisa : Berdasarkan diagram di atas terlihat bahwa masalah kesehatan yang terbanyak dialami oleh lansia(70,83%) adalah hipertensi. Angka kesakitan hipertensi tersebut lebih tinggi dari angka kesakitan penyakit jantung dan pembuluh darah secara nasional yaitu 29,5 % . Adapun yang termasuk lain-lain pada diagram tersebut adalah asma, gastritis, dan jatuh.

Diagram 3.5. Distribusi Lansia Berdasarkan Masalah Psikososial di Kelurahan Kemiri Muka Depok Bulan November 2004

10

27,84%

30,00% 25,00%

21,65%

20,00%

16,49% 16,49%

15,00% 10,00% 5,00%

3,09%

0,00% MERASA MERASA KESEPIAN MERASA MALU TIDAK KRN TIDAK MENERIMA TIDAK TUABERGUNA MEMP. PERUBAHAN MASALAHFISIK PSIKOSOSIAL

Analisa : Diagram di atas menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil saja (3,09%) lansia yang tidak mempunyai masalah psikososial, sedang yang lain mempunyai masalah psikososial antara lain merasa kesepian, malu karena tua, merasa tidak berguna dan tidak mau menerima perubahan perubahan yang dialaminya. Dari diagram di atas terlihat bahwa merasa kesepian merupakan masalah psikososial yang lebih banyak di alami oleh lansia. Menurut hasil wawancara dengan kader, hal tersebut dikarenakan keluarga belum optimal dalam memberikan perhatian pada lansia. Diagram 3.6. Distribusi Lansia Berdasarkan Perilaku Yang Berkaitan dengan Kesehatan di Kelurahan Kemiri Muka Depok Bulan November 2004

Analisa : Dari Diagram di atas 19,38% Lansia mempunyai kebiasaan makan banyak santan, 18,36 % merokok dan 15,31% mempunyai kebiasaan makan tinggi garam. Kebiasaan/perilaku tersebut dapat mendukung terjadinya penyakit hipertensi pada lansia atau penyakit-penyakit degeneratif yang lainnya. a. Lingkungan Fisik / Perumahan Kelurahan Kemiri Muka termasuk pemukiman yang padat, jarak antara satu rumah dengan rumah yang lain berdekatan namun pada beberapa RW seperti RW 02, RW 03, RW 04, RW 05 dan RW 14 masih ada lahan / tanah yang kosong. Sebagian besar perumahan penduduk tipe permanen, tetapi masih ada beberapa yang tipe semi permanen. Jalan sebagian tanah, apabila hujan licin dan becek, dibeberapa 11

RW jalan tidak mendatar tetapi naik-turun atau mendaki. Hal tersebut tentunya kurang aman bagi lansia yang mempunyai masalah kesehatan untuk pergi sendiri. b. Pelayanan Kesehatan dan Sosial Pelayanan kesehatan yang terdapat di Kelurahan Kemiri Muka yaitu : Puskesmas Kemiri Muka, dokter praktek swasta, rumah bersalin, dan klinik yang mempunyai lokasi dapat dijangkau oleh penduduk dengan berjalan kaki, naik ojek, atau angkutan umum. Pos pelayanan tepadu bagi balita, ibu hamil ada 20 posyandu dan terdapat di setiap RW. Jumlah kader yang aktif di posyandu sebanyak 89 orang. Pos pembinaan terpadu ( posbindu ) atau posyandu lansia hanya terdapat di 7 ( tujuh ) RW, yaitu di RW 01, RW 02, RW 03, RW 06, RW 12, RW 14, dan RW 18. Sebagian besar RW belum memiliki posbindu, berdasarkan hasil wawancara dengan penanggung jawab kesehatan lansia Puskesmas Kemiri Muka, hal tersebut disebabkan oleh kurangnya peran serta masyarakat dan dukungan dana dari masyarakat. Kader posbindu bergabung dengan kader posyandu, belum ada kader lansia khusus yang betul-betul dapat menangani masalah kesehatan lansia. Kader yang sudah dilatih tentang posbindu ada 1- 2 orang di setiap posbindu. Penanggung jawab program lansia di puskesmas melakukan pembinaan pada kelompok-kelompok lansia yang sudah ada. Penduduk lansia dan keluarga cenderung menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang terdekat dan murah untuk memeriksakan kesehatannya, jika ada biaya baru berobat ke dokter. Untuk mengetahui pemeriksaan kesehatan yang dilakukan lansia dapat dilihat pada diagram di bawah ini :

Diagram 3.7. Distribusi Lansia Berdasarkan Pemeriksaan Kesehatan Berkala yang dilakukan di Kelurahan Kemiri Muka Depok Bulan November 2004

Analisa : Diagram di atas menunjukkan bahwa lebih dari separuh lansia (51,4%) melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur satu bulan sekali.. Sebagian besar lansia melakukan pemeriksaan 12

kesehatan di Posbindu, bagi para lansia yang ditempat tinggalnya belum ada posbindu 81,6% menyatakan perlu adanya posbindu di tempat tinggalnya. Hasil wawancara dengan kader dan penanggung jawab Kesehatan Lansia, kegiatan Posbindu belum optimal dalam mengatasi masalah kesehatan pada lansia 48,6% lansia belum memeriksakan kesehatannya secara teratur, hal tersebut disebabkan karena merasa dirinya sehat sehingga tidak perlu pemeriksaan kesehatan secara teratur, dan faktor keuangan atau tidak memiliki biaya. Diagram 3.8 Distribusi Lansia Berdasarkan Pendapatnya Tentang Keberadaan Posbindu di Kelurahan Kemiri Muka Pada Bulan November Tahun 2004

PERLU = 86.1%

Diagram 3.9 Distribusi Lansia Berdasarkan Penggunaan Transportasi ke Puskesmas di Kelurahan Kemiri Muka Pada Bulan November Tahun 2004

KENDARAAN PRIBADI=15.3% KENDARAAN UMUM = 38.9% OJEK = 27.8% LAIN-LAIN = 18.1%

e. Politik dan Pemerintahan Kelurahan Kemiri Muka di bawah tanggung jawab seorang Lurah. Lurah mempunyai mitra kerja BPD yang bertugas memantau

pelaksanaan kegiatan kemasyarakatan yang dipimpin oleh Lurah. Lurah

mengadakan pertemuan rutin dengan 20 RW yang ada di bawah tanggung jawabnya setiap sebulan sekali untuk membahas masalah-masalah yang terjadi di wilayahnya, termasuk masalah kesehatan. Penduduk Kemiri Muka bebas untuk mengikuti kegiatan politik, seperti sebagai pengurus atau anggota partai.Penggerakan masyarakat dilakukan secara insidental untuk kegiatan-kegiatan tertentu , misalnya perayaan kemerdekaan, atau kerja bakti. 13

f. Pendidikan Hampir setengahnya (48,6%) lansia yang menjadi responden berpendidikan SD, hal ini tentunya akan mengurangi kemampuan dalam menyerap informasi, khususnya informasi tentang kesehatan lansia. Sarana pendidikan yang ada di wilayah Kelurahan Kemiri Muka ada 18 sekolah meliputi TK, SD, SMP , dan Pesantren. Kegiatan UKS disekolah-sekolah tersebut belum berjalan dengan baik. g. Komunikasi dan Informasi Komunikasi yang dilakuakan oleh kelompok lansia adalah melalui pengajian rutin yang dilakukan dua kali dalam satu bulan. Di luar pengajian para lansia lebih banyak berinteraksi dengan keluarganya, namun kadang-kadang komunikasi antar anggota keluarga kurang efektif karena lansia mengalami gangguan pendengaran sehingga sulit untuk memahami informasi yang diterimanya . Informasi tentang masalah kesehatan pada lansia sangat penting untuk dapat mendeteksi dini, mencegah, dan mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi lansia. Dari hasil pengisian angket, hampir setengahnya ( 34,18%) para lansia mendapatkan informasi dari kader. Informasi yang didapat dari kader tentang pelayanan posbindu, dan cara menjaga kesehatan lansia. Sedangkan para lansia sangat membutuhkan sekali informasi kesehatan yang berkaitan dengan masalah kesehatan yang sering dihadapinya. Untuk mengetahui informasi kesehatan yang dibutuhkan lansia dapat dilihat pada diagram di bawah ini :

Diagram 3.10. Distribusi Lansia Berdasarkan Informasi yang diperlukan di Kelurahan Kemirimuka Depok Bulan November Tahun 2004

5,73%

22,13%

41,80%

34,18%

Analisa : 14

HIPERTENSI & PERAWATNYA REUMATIK & PERAWATANNYA ANEMIA & PERAWATANNYA

Diagram menunjukkan bahwa sebanyak 41,8 % lansia masih ingin mendapatkan informasi tentang penyakit hipertensi dan perawatannya sedang yang berkaitan dengan gizi, hanya 5,74 % lansia yang ingin mendapatkan informasinya. Dll....................

Analisa Data dan Masalah Data Kemungkinan Penyebab Masalah - Data 72 lansia 52 orang mengalami -Kebiasaan lansia yang -Tingginya angka kehipertensi.(70,83%) mendukung terjadinya sakitan hipertensi pa- Hasil wawancara dengan kader hipertensi. da lansia dan penanggung jawab kesehatan -Kurangnya informasi ten lansia di Puskesmas Kemiri tang masalah hipertensi dan cara Muka : masalah kesehatan yang mengatasinya. terbanyak pada lansia adalah hipertensi. - Kebiasaan- kebiasaan lansia yg mendukung hipertensi, yaitu merokok 18,36%; mengkonsumsi makanan tinggi lemak 10,20%; makanan ting gi garam 15,31%; makanan banyak santan 19,38%; makan dalam porsi yang lebih 5,10%. -- 28,36% lansia mengatasi hipertensi dengan menggunakan obat warung. - % lansia membiarkan / tidak mengatasi hipertensi . - 41,80 % lansia membutuhkan informasi tentang hipertensi & perawatan - Kelurahan Kemiri Muka terdiri Kurangnya pemeliharaan dari 20 RW dan hanya 7 RW yg kesehatan pada lansia sudah memiliki Posbindu, sedang- Belum terbentuknya Pos kan13RW lainnya belum. bindu di sebagian besar - Setiap Posbindu memiliki 2 kader RW yang aktif. - Dari hasil wawancara , kader sudah mengikuti pelatihan Posbindu & kader merasakan perlu informasi2 masalah kesehatan lansia & cara menanganinya. - 48,6% lansia tidak melakukan 15

- Resiko terjadinya peningkatan angka kesakitan pada lansia.

pemerik saan kesehatan secara teratur sebulan karena merasa sehat dan tidak ada biaya. Data Kemungkinan Penyebab - 70,8% keluarga lansia mempunyai - Kurangnya informasi ten penghasilan lebih kecil dari tang masalah psikososial pengeluaran. dan cara mengatasinya. - 83,3% keluarga tidak memiliki dana kesehatan. - 27,8% lansia tidak dapat melakukan kegiatan sehari - hari karena sakit-sakitan - 61,1% Reumatik; 48,60% ISPA; 43,83% Anemia; 43,05 % Penglihatan tidak jelas;33,33% Pendengaran menurun; 4,16% Kelumpuhan; 19,44 % sulit mengendalikan Bak;22,22% sulit Bab - Keluarga & lansia merasakan kurangnya informasi tentang masalah - masalah kesehatan pada lansia.

Masalah - Resiko terjadinya peningkatan masalah psikososial pada lansia

- Masalah psikososial yang dihadapi lansia:21,65% merasa kesepian 27,84% merasa malu karena sudah tua 14,44% merasa tidak berguna 16,49% lansia tidak menerima terhadap perubahan fisik - Hampir setengahnya lansia membiarkan masalah psikososial yang dialaminya. - Keluarga dan lansia kurang mendadapatkan informasi tentang masalah psikososial pada lansia dan cara mengatasinya. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas 1. Tingginya angka kesakitan hipertensi pada lansia berhubungan dengan kebiasaan lansia yang mendukung terjadinya hipertensi. Dan kurangnya informasi tentang masalah hipertensi dan cara perawatannya. 2. Resiko terjadinya peningkatan angka kesakitan pada lansia berhubungan dengan pemeliharaan kesehatan pada lansia dan belum terbentuknya posbindu. 16

kurangnya

3. Resiko terjadinya peningkatan masalah psikososial pada lansia berhubungan dengan kurangnya informasi tentang masalah psikososial pada lansia dan cara mengatasinya.

C. Perencanaan 1. Diagnosa keperawatan no. 1 1) Tujuan Umum yang ingin dicapai adalah setelah dilakukan intervensi keperawatan angka kejadian hipertensi pada lansia di Kelurahan Kemiri Muka menurun ; 2) Tujuan Khusus yang ingin dicapai stelah dilakukan intervensi selama 3 minggu meliputi, a) meningkatnya pengetahuan kader posbindu tentang hipertensi dan perawatannya, b) meningkatnya pengetahuan lansia dan keluarga tentang hipertensi dan perawatannya, c) Menurunnya perilaku/kebiasaan lansia yang mendukung terjadinya hipertensi, d) Meningkatnya kemampuan kader dan lansia dalam mengatasi / mengendalikan hipertensi melalui latihan relaksasi, e) terlaksananya pembinaan pada lansia yang hipertensi setiap bulan. Rencana intervensi : 1) Bersama kader lakukan identifikasi lansia yang mengalami hipertensi di Kelurahan Kemiri Muka dan buat peta lansia yang hipertensi untuk memudahkan dalam penentuan intervensi dan monitoring; 2) Berikan pendidikan kesehatan pada kader dan lansia tentang hipertensi dan 3) Latih kader dan lansia ketrampilan relaksasi untuk mengendalikan hipertensi, 4) Lakukan pembinaan dan pemantauan pelaksanaan latihan relaksasi pada lansia yang hipertensi dengan menggunakan kartu latihan relaksasi dan kartu nasihat oleh kader dan petugas puskesmas. 5) Lakukan pemeriksaan kesehatan dan tekanan darah secara teratur minimal sebulan sekali 2. Diagnosa keperawatan No.2, 1) Tujuan Umum : tidak terjadinya peningkatan angka kesakitan pada lansia di Kelurahan Kemiri Muka; 2) Tujuan Khususnya meliputi : a) terbentuknya posbindu di setiap RW, b) Meningkatnya jumlah kader yang aktif pada masing-masing posbindu lebih dari dua orang, c) Meningkatnya pengetahuan kader tentang posbindu dan masalah-masalah kesehatan lansia yang ada di Kemiri Muka serta cara penanganannya, 17

d) Meningkatnya pengetahuan keluarga dan lansia tentang masalah-masalah kesehatan pada lansia dan cara penanganannya, e) Meningkatnya jumlah lansia yang melakukan pemeriksaan fisik secara teratur setiap bulan dari

%

menjadi 60 %, f) Terbinanya lansia yang mempunyai masalah kesehatan minimal satu bulan sekali. Rencana Intervensi : 1) Galang dukungan untuk pembentukan posbindu dari masyarakat, pemerintah dan instansi terkait, 2) Identifikasi sumber-sumber di masyarakat ( tempat, sarana, sumber daya ) untuk terbentuknya posbindu 3) Rekruitmen calon kader dan lakukan pelatihan kader tentang posbindu dan masalah-masalah kesehatan ( reumatik, anemia, ISPA, gangguan penglihatan dan pendengaran,dll) pada lansia dan cara penanganannya 4) Bekerjasama dengan pihak puskesmas untuk melakukan pemeriksaan fisik pada kelompok lansia setiap bulan 3. Diagnosa keperawatan no 3, 1) Tujuan Umum : setelah dilakukan intervensi tidak terjadinya peningkatan masalah psikososial pada lansia di Kelurahan Kemiri Muka; 2) Tujuan Khusus yang ingin dicapai setelah dilakukan intervensi selama 3 minggu meliputi, a) meningkatnya pengetahuan kader posbindu tentang masalah psikososial pada lansia dan cara mengatasinya b) meningkatnya pengetahuan lansia dan keluarga tentang masalah psikososial pada lansia dan cara mengatasinya c) Meningkatnya kemampuan kader dan keluarga dalam mengidentifikasi lansia yang mengalami masalah psikososial, d) terlaksananya pembinaan pada lansia yang mengalami masalah psikososial setiap bulan. Rencana intervensi : 1) Berikan pendidikan kesehatan pada kader dan lansia tentang masalah psikososial pada lansia dan cara mengatasinya, 2) Bersama kader dan keluarga lakukan identifikasi lansia yang mengalami masalah psikososial di Kelurahan Kemiri Muka untuk memudahkan pembinaan dan monitoring; 18

3) Lakukan pembinaan dan pemantauan pada lansia yang mengalami masalah psikososial dengan menggunakan kartu nasihat oleh kader dan petugas puskesmas. PLAN OF ACTION N0 1.

2.

KEGIATAN Pendidikan kesehatan ttg manfaat pelayanan kes. dlm pengendalian hiper-tensi pd kelompok lansia, melalui : -Penyuluhan pd kel. pengajian lansia -Pemasangan poster -Pembagian leafleat Koordinasi dg puskesmas untuk memberikan pel. kes. pada kel. lansia (wilayah

yang

tidak

TUJUAN Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pd kelompok lansia hipertensi untuk memanfaatkan fasilitas pela- yanan kesehatan

METODE Pendidikan kesehatan

WAKTU Minggu ke 3

SUMBER Puskesmas Mahasiswa

Mempermudah akses terhadap pelayanan kes. bagi kelompok lansia yang diwilayahnya tidak terdapat posbindu dan jauh dari puskesmas.

Partnership

Minggu ke 4

Puskesmas Pokjakes Mahasiswa

Membentuk wadah kegiatan bagi lansia untuk mengatasi masalah hipertensi dan memelihara kesehatannya

Partnershif dan pembentukkan kelompok

Minggu ke 6

Puskesmas Pokjakes Mahasiswa Kel. lansia

Meningkatkan pengetahuan kader posbindu / kelompok peminat hipertensi pada lansia

Pendidikan kesehatan

Minggu ke 6

Dinas kesehatan Puskesmas

memiliki posbindu)

3.

4.

- negosiasi dgn puskesmas - secara bersama-sama ditentukan lokasi, jadwal, dan petugas - Bersama puskesmas dan kader melakukan pel. kes. secara berkala 1 bulan serkali Pembentukan posbindu dan kelompok peminat hipertensi di salah satu RW: - Bekerjasama dg pokja kes dan puskesmas untuk pembentukan posbindu - Koordinasi dengan pokjakes dan kel. lansia untuk menentukan lokasi / tempat dan jadwal pelaksanaan. Pelatihan kader posbindu / kelompok peminat hiperten si dengan materi : - Posbindu dan kelompok peminat hipertensi - Hipertensi dan cara penanganannya - Pengaturan makan pada lansia hipertensi - Manajemen stress - Olah raga pada lansia

19

5.

Pendidikan kesehatan tentang pengaturan makan , manajemen stress, dan olah raga dalam upaya pengendalian hipertensi melalui penyuluhan, demonstrasi, pemasangan poster, dan pembagian leaflet pada: - Kelompok lansia hipertensi - Kelompok lansia hipertensi yg bekerja - Anak sekolah

Meningkatkan pengetahuan tentang pengaturan makan, manajemen stress, dan olah raga untuk pengendalian hipertensi sebagai upaya preventif dan promotif.

Pendidikan kesehatan

Minggu ke 7

Mahasiswa dan kader

6.

Pembinaan keluarga dgn anggota keluarga lansia hipertensi: - Penjaringan lansia dengan hipertensi. - Pemetaan keluarga dengan lansia hipertensi - Kunjugan rumah – askep keluarga

Meberikan bantuan kepe-rawatan pada kelg dgn lansia hipertensi agar keluarga dpt mandiri dlm menyelasaikan masalah yang dihadapi

Home visit

Mg 3 – mg 12

Mahasiswa Kader

7.

Pelaksanaan kegiatan secara berkala di posbindu : - Pemeriksaan kesehatan I bulan sekali. - Konseling terkait faktor resiko hipertensi (pola makan, stress, dan olah raga) - Olah raga bersama 2 kali seminggu

Meningkatkan upaya pemeliharaan kesehatan lansia dengan hipertensi secara berkala.

8

Evaluasi pelaksanaan kegiatan

Menilai perkembangan dan keberhasilan thp kegiatan yang telah dilakukan

20

Mahasiswa Kader Kelompok lansia

Wawancara Observasi Pemeriksaan TD

Minggu 12

Puskesmas Kader Mahasiswa

Related Documents

Contoh Proposal
May 2020 22
Contoh Proposal
May 2020 20
Contoh Proposal
June 2020 17
Contoh Proposal
August 2019 50
Contoh Proposal Sekolah.docx
December 2019 19

More Documents from "Dimas Bagus"