Chinta Dewi Syahputri_d0415010_utsthi.docx

  • Uploaded by: Chinta Syahputri
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Chinta Dewi Syahputri_d0415010_utsthi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,092
  • Pages: 6
ANALISIS KASUS GLOBALISASI DAN TERORISME GLOBAL MENGGUNAKAN TEORI LIBERALISME DAN TEORI RADIKALISME

Oleh : Chinta Dewi Syahputri D0415010

HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2016

UTS Teori Hubungan Internasional Liberalis Teori liberal merupakan teori yang sangat dominan dalam mewarnai pembangunan ekonomi di dunia. Peletak dasar teori liberal antara lain Adam Smith, David Ricardo, T.R. Malthus dan kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh para pengikutnya seperti W.W.Rostow, Harold dan Dommar serta lainnya. (Gunawan, 2012) Menurut Robert Jackson dan Georg Sorensen dalam bukunya yang berjudul Pengantar Study Hubungan Internasional : Teori dan Pendekatan (Edisi Kelima) Teori ini muncul sebagai kritik atas merkantilisme, yang dianggapnya akan menghalangi tercapainya kesejahteraan masyarakat negara (Jackson & Sorensen, 2009:235). Radikalis Radikalisme merupakan sebuah ideologi yang menjunjung tinggi kesetaraan tanpa adanya pembagian kelas dalam masyarakat, buah pemikiran dari Karl Marx.

GLOBALISASI Kasus : Bersaing di MEA, Pekerja RI tak kalah dengan Negara lain (Liputan6.com, Maret 2016) Liputan6.com, Jakarta - Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri meminta masyarakat untuk optimistis menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Meskipun persaingan dunia ketenagakerjaan akan lebih ketat, dia menilai tenaga kerja Indonesia memiliki peluang yang besar untuk dapat bersaing dengan tenaga kerja dari negara lain. "MEA kita lihat secara optimistis. Kita tetap melihat ini sebagai peluang dalam rangka meningkatkan daya saing tenaga kerja kita," ujarnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (9/3/2016). Menurut Hanif, implementasi MEA sejak akhir 2015 merupakan salah satu bentuk keterbukaan arus keluar masuk barang, jasa, dan investasi di kawasan Negara-negara anggota ASEAN. Era pasar bebas ini melibatkan 10 negara anggota ASEAN, yaitu Brunei Darussalam, Filipina, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand, Vietnam, dan Indonesia. Penerapan MEA tersebut merupakan kelanjutan dari implementasi Komunitas ASEAN (ASEAN Community) yang didasari oleh tiga pilar, yaitu politik dan keamanan, sosial dan kultural, serta ekonomi. Hanif juga meminta masyarakat untuk tidak perlu takut dengan keberadaan tenaga kerja asing (TKA) dengan

diberlakukannya MEA. TKA yang datang ke Indonesia merupakan TKA yang telah memenuhi persyaratan ketat. Selain itu, tidak semua posisi dan ruang kerja dapat diisi oleh TKA. "Saat ini banyak banyak pandangan yang kurang tepat di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Beranggapan bahwa liberalisasi dalam MEA ini akan membuka peluang bagi TKA untuk mudah masuk ke Indonesia dan bekerja di semua sektor," kata dia. Dalam konteks persaingan kompetensi tenaga kerja, Hanif berpandangan tenaga kerja Indonesia tidak kalah kompetitif dari tenaga kerja negara-negara lain. Ia mencontohkan tester tembakau yang melakukan penilaian terhadap kualitas tembakau. Tester tembakau tersebut memiliki kompetensi untuk menilai kualitas tembakau berdasarkan pengalaman mereka. Namun, secara kualifikasi mereka dinilai kurang profesional karena tidak memiliki sertifikat profesi tester tembakau. Berbeda halnya di negara-negara lain, tester merupakan salah satu jabatan profesi yang prestisius. “Petani tembakau di Temanggung dan Wonosobo misalnya, dengan nyentuh dan nyium daun tembakau saja mereka sudah tahu kualitasnya. Mereka punya kompetensi di situ, hanya saja tidak tersertifikasi,"

jelasnya.

Oleh karena itu, Hanif mengimbau masyarakat agar terus berupaya meningkatkan kompetensi kerjanya. Salah satunya adalah meningkatkan kemampuan bahasa asing. "Namun masyarakat juga tidak boleh terlena dan lupa untuk terus mengembangkan diri dan meningkatkan kompetensi yang dimiliki, ditunjang dengan pembentukan etos kerja yang profesional dan peningkatan kemampuan berbahasa asing, guna meningkatkan daya saing baik di tingkat nasional maupun internasional," tandasnya. (Dny/Ndw)

Analisi menggunakan teori Liberal Sebuah bentuk kebebasan memberikan oengaruh positih bagi objeknya, karena dengan memberikan kebebasan tanpa kekangan akan mewujudkan inovasi – inovasi baru yang tidak terprediksi sebelumnya. Pembukaan pasar bebas untuk masuk ke Indonesia memberikan banyak peluang terhadap objek – objek dalam negeri yang dapat mendongkrak keuntungan – keuntungan yang mungkin dapat dihasilkan. Keuntungan – keuntungan pasar bebas bagi Indonesia sangatlah banyak, contohnya investor yang akan menanamkan modal di Indonesia akan membuka lapangan pekerjaan dan mengurangi pengangguran di Indonesai. Investor dari luar negeri tersebut pasti membawa inovasi baru terhadap perkembangan iptek di dunia. Dari hal tersebut masyarakat akan termotivasi

terhadap tehnologi – tehnologi tersebut yang akan menghasilkan tehnologi yang lebih bar. Selain keuntungan yang dihsilkan oleh investor asing, keuntungan lain datang dari masuknya berbagai macam produk ke Indonesia akan menghasilkan produk baru yang lebih bagus. Analisis menggunakan teori radikal Munculnya pasar bebas di ASEAN mewujudkan penerapan dunia tanpa kelas sosial, dengan pasar bebas semua lapisan masyarakat dan negara dapat mencari keuntungan tanpa harus merasa terkucilkan. Pasar bebas membuat terwujudnya aspirasi masyarakat dan mewujudkan kesetaraan kelas sosial. Dengan pasar bebas masyarakat akan TERORISME GLOBAL Kasus : Peristiwa World Trade Centre (WTC) di New York, Amerika Serikat pada tanggal 11 September 2001, dikenal sebagai “September Kelabu”, yang memakan 3000 korban. Analisis menggunakan teori Liberalis Terorisme terjadi karena masyarakat perasaan terkekang seseorang atas hukum yang berlaku di daerahnya, mereka merasa bahwa pemerintah terlalu mengekang mereka dengan aturan – aturan yang di buat oleh pemerintah. Terorisme adalah sebuah bentuk aksi protes terhadap aturan – aturan tersebut. Karena mereka sudah jenuh terhadap setiap kekangan yang di hasilkan oleh pemerintah. Analisis menggunakan teori Radikalisme Perpecahan yang menyebabkan teror terjadi karena adanya perbedaan kelas sosial yang berlaku di kehidupan bermasyarakat. Kaum elite atau kaum penguasa merasakan kebahagiaan terhadap apa yang telah mereka miliki (kekayaan). Sedangkan kaum yang menjadi budak hidup menderita, atas kesenajngan sosial yang terjadi di antara 2 kaum tersebut akan muncul sebuah pemberontakan yang salah satunya berupa aksi terorisme. Penyerangan di Amerika tersebut terjadi karena di Amerika toleransi anatar umat beragama terlalu kecil yang mengakibatkan tidak di hormatinya warga beragama disana yang menimbulkan suatu gerakan terorisme. Konklusi Baik teori liberal maupun teori radikal keduanya menjunjung tinggi hak individu dan kebebasan berpendapat. Hal ini terbukti dari persepsi dasar teori tersebut. Globalisasi dan terorisme merupakan sebuah bentuk dari liberalisme dan radikalisme. Bedanya dalah globalisasi memiliki efek yang positif terhadap kehidupan sedangkan terorisme memberi dampak bhuruk terhadp kesatuan di masyarakat. Globalisasi merupakan sebuah bentuk repon positif terhadap suatu bentuk kebebasan

dalam kehidupan, sedangkan terorisme merupakan respon negatif dari adnya liberalisme. Ternyata dalam prakteknya teori liberalisme saja tidak cukup untuk mewujudkan suatu kehidupan yang harmonis, teori radikal juga diperlukan untuk mewujudkan sebuah kehidupan tanpa perbedaan kelas sosial yang hanya menimbulkanperaasaan iri terhadap satu sam lain. Radikalisme menginginkan kehidupan yang sam antar umat, tak ada yang perlu di beda – bedakan. Pada dasarnya kebebasan yang terlalu bebas juga tidak baik bagi kehidupan bermasyarakat karena tiap individu tidak memiliki batasan terhadap apa yang mereka akan lakukan. Yang hal tersebut juga akan menimbulkan kerusakan dunia yang lebih parah.

Referensi Adams, I. (2004). Ideologi Politik Mutakhir Konsep,Ragam, Kritik dan Masa Depan. Yogyakarta : CV. Qalam. Agustin, I. (2013). Pendekatan Utama dalam Ekonomi Politik Internasional : Merkantilisme, Liberalisme dan Marxisme. Website : http://indira-a--fisip10.web.unair.ac.id/artikel_detail-74676Ekonomi%20Politik%20InternasionalPendekatan%20Utama%20dalam%20Ekonomi%20Politik%20Internasional:%20Merkantilisme,%2 0Liberalisme,%20dan%20Marxisme.html Gunawan,

M.

(2012).

Pendekatan

Teori

Liberal.

Website

:

http://masnigunawan.blogspot.co.id/2012/03/pendekatan-teori-liberal.html Jackson, R., & Sorensen, G. (2013) Pengantar Studi Hubungan Internasional Teori dan Pendekatan (Edisi Kelima). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Related Documents

Dewi Dewi
November 2019 47
Dewi
April 2020 32

More Documents from "Jitendra Patel"