Puisi- puisi Aldika Restu Pramuli Pelangi Hujan baru saja pergi Langit seperti lahir kembali Di birunya Semburat warna-warna hadir Melengkung cantik menghias langit Mengantarkan peri-peri mandi di bumi Merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu, menyatu dalam satu; Pelangi
Bintang Kejora Telah kian lama berdiri di langit Menghiasi malam-malam nan gulita Bersinar terang Kerlap-kerlip sungguh menawan Namanya kejora, Bintang kecil centil yang selalu mengerdipkan mata indahnya Mengerdipkan cahaya tubuhnya Padaku, sang gadis kecil
Wisata ke Kebun Binatang Hari Minggu, Langit cerah tak ditemani mendung Ayah mengajakku berwisata ke kebun binatang Lihat, Ada buaya bermulut seram Ular melilit menjepit mangsa Jerapah melenggak-lenggok dengan lehernya yang panjang Ada panda dari Cina Ada pula kera yang jenaka Sang harimau si raja hutan pun ada dari Sumatera Kanguru si hewan kantong datang jauh dari benua Australia Semua punya keunikan Wisata ke kebun binatang amat menyenangkan
Bocah Kecil Kereta Api Pada sebuah malam, Dalam perjalanan menuju kota hujan Rel-rel menarik gerbong-gerbong kosong Gerbong-gerbong tua yang keropos Saat itu, Tak ada penumpang lain di gerbong tua Selain Ayah, aku, dan Bunda Bau sampah tercium tajam Di mataku sampah-sampah plastik berceceran Tiba-tiba seorang bocah kecil dekil Hadir tepat di depan kami Memegang sebuah sapu lidi Sambil jongkok, diayunkannya batang-batang lidi Diusirnya sampah-sampah di bawah kaki kami Aku iba padanya, Kupandangi terus langkahnya Hingga ujung gerbong tua
Atlas Ayah memberikan buku tebal bersampul hitam Jilidnya bergambar bola dunia Ditambah foto-foto manusia seantero jagat raya Buku ini membawaku menjelajah nusantara Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Hingga Papua kujelajah dengan mata Usai Papua, kujelajah semua benua Asia, Amerika, Australia, Eropa, hingga dataran hitam Afrika Khayalanku mengapung, Ketika kutatap gambar-gambar tujuh keajaiban dunia Ketika kuamati foto-foto budaya serta kultur segala bangsa Ketika kutatap ilustrasi flora dan fauna khas setiap negara Dengan atlas, Aku serasa mengelilingi dunia Melangkah dari Borobudur hingga Pisa, Italia.
NOL Kertas soal-soal terus kupelototi Dengan mata bulat kebingungan Dari soal awal hingga akhir Tak sedikitpun yang mampu kukerjakan Bu Guru melotot, Memandang curiga pada muridnya yang bergerak kelimpungan Aku menyesal, Tadi malam termanjakan playstation semalaman “waktu habis” bu Guru berujr menarik kertasku Aku tak sempat menyelamatkan jawaban Menyelamatkan nilai Matematikaku Menyelamatkan wajahku di depan ibu guru Nol, nol, nol, nol, nol Di rumah, Bunda diam menatap kertas yang kusembunyikan di lipatan baju Mata bunda memerah marah
Ucing-ucingan “Cingciripit katulang bajing, saha nu kajepit eta ucing!” Suara anak-anak menggema di halaman desa Ketika bulan hadir dalam sepenuh wajahnya Malam pun terang, Tapi suasana tak tenang Karena anak-anak desa sebayaku berlarian di pelataran Semua berlarian, Semua berstrategi, Mengadu siasat agar tak tersentuh tangan si Ucing Hingga pukul delapan malam, Sewaktu hawa berubah menjadi dingin temaram Permainan selesai, Dan aku masih jadi ucing
Kawah Putih Kabut-kabut turun Menuruni gunung-gunung Menyapa kulit tenda kami di tanah Kawah Putih Angin malam menusuk Di tengah api unggun kecil buatan Ayah Semua menggigil, Kedinginan disapa cuaca malam Ciwidey
Sepatu Cibaduyut Hitam pekat, Berlilit tali putih bersih. Dua kaki kumasukkan Tali-tali kutarik Kubuat simpul agar kian erat Perjalanan serasa momen menyenangkan saat itu Melewati gang-gang rumah Melewati jalan-jalan kecil yang dilintasi mobil Ini sepatu baru, Sepatu hadiah ranking satu Sepatu bagus dari Cibaduyut
Kupu-kupu Kecil Baru saja lahir Kupu-kupu kecil dari sebuah kepompong mungil Sayap-sayapnya elok Kuning mencolok Berhiaskan hijau volkadot Metamorfosa telah samapi di batas titik Kepompong telah menjelma makhluk bersayap cantik Bunga-bunga pun siap jadi teman baik bagi si kupu-kupu kecil yang cantik
Puisi- puisi Nicky Cempaka K. K. JIKA HUJAN TURUN Jika hujan turun, halaman rumah menjadi basah Pohon-pohon rebah ditiup angin Cuaca pun menjadi dingin Jika hujan turun, aku tak boleh pergi keluar bermain, kata ayah lebih baik kita berkumpul di ruang tengah berbagi cerita bersama keluarga saling mengisi saling menghangatkan..
MISTERI PENTAS Sebentar lagi aku tampil Peluh dingin menetes di keningku Nafas pun tinggal satu-satu Jantung berdetak kencang Misteri apa gerangan yang ada di balik pentas? Hingga aku dibuat demam panggung seperti ini Buyar sudah apa yang ada di kepala Entah apa yang harus kulakukan Arghhhhh…!!
PARISJ VAN JAVA Disini kota kembang kota priangan Kotaku damai, indah, dan megah Dimana petik kecapi menari-nari Dimana pukul kendang menggoyang-goyang Disini bandung, kota priangan Kota sejarah, indah, dan megah Dimana semangat asia-afrika senantiasa membakar menyala-nyala Parisj van java Parisj van java Sejarah indah ranah sunda..
FOTO Di album biru itu, aku diajak bercerita Tentang kenangan yang tak pernah hilang Tentang masa lalu yang tak pernah beku Tentang hari kemarin yang kita lalui Di album biru ini, cinta kasih menebar salam Lewat senyum ayah-ibu Lewat canda adik-kakak Lewat tawa teman kawan Foto mengabadikan kisah kita Disini senyum punya nyawa Disini marah punya nyala Disini kenangan menjadi arti
KISAH IKAN SALMON Ada sebuah ikan di kolam paman Bergerak lincah kesana kemari Warnanya hitam, mulutnya jelek Kalau berenang, egal-egol seperti bebek Salmon dewasa suka bertualang Menerjang arus menuju samudra Meninggalkan kolam tercinta Tapi salmon tak lupa keluarga Setahun sekali ia pulang menengok saudara Sama halnya seperti kita Pulang kampung jika lebaran telah tiba
MEMBERSIHKAN LEMARI Hari libur telah tiba! Mari kita merapikan lemari pakaian Disana baju menumpuk Disini celana bertumpuk Belum lagi kecoak yang berlari Hiyyyy ngeri… Merapikan kembali lemari pakaian Tak hanya membuat isi lemari menjadi bersih Tapi kita pun diajak bersyukur Mengingat lagi… apa yang telah Tuhan beri jangan lupa sisihkan baju yang telah kekecilan celana yang sudah kesempitan sumbangkan sebagian untuk mereka, orang-orang yang tak seberuntung kita hari ini…
PANGALENGAN Pangalengan…pangalengan… Wisata alam Bandung Selatan Pernahkah kesana, kawan? Pernah? Yang pernah tentu tau, Di pangalengan udara begitu sejuk dan dingin Orang-orang berjaket tebal lalu lalang Membeli segelas bajigur dan jahe wedang Boleh juga susu coklat hangat Jika sore tiba, ibu-ibu pemetik teh pulang ke rumah Disinilah daun teh yang biasa kita minum diolah Kebunnya terhampar di setiap penjuru mata angin Hijau..hijau..dimana-mana dingin
ALAT MUSIK NUSANTARA Tau gitar? Kenal biola? Bisa piano? Tentu tau. Pasti kenal. Yakin bisa! Tapi.. Taukah kolintang? Kenal dengan kecapi? Bisa main panting? Harus tau. Harus kenal. Harus bisa! Kolintang dari Menado Kecapi dari Sunda Panting dari Banjarmasin Itu baru sebagian, kawan! Masih baaa………nyak lagi, alat musik tradisional negeri ini
PERAPIAN Dimana harus kucari ibu jika subuh tiba? Sedang hari masih gelap dan diluar begitu senyap? “Ibu ada di dapur, Nak.” “Merebus air dan membuat serabi hangat untukmu..” “Sini sayang, mari sini..” Dan ibu akan memelukku, sambil bertanya, “Lelapkah tidurmu tadi malam?” “Banyak nyamuk menggigit?” “PR-nya sudah selesai semua?” “Mau serabi rasa apa, sayang?” “coklat, strawberry, susu, oncom, srikaya?” Aku menggeleng. Bolehkah aku meminta, selamanya, setiap pagi, serabi rasa ‘ibu’ yang senantiasa hangat seperti hangat perapi di subuh ini?
FOTOGRAFER Aku mau menjadi seorang fotografer! Menenteng kamera seperti senapan Membidik objek jauh di depan Menjadi fotografer sering jalan-jalan Mengabadikan pemandangan tak bosan-bosan Senang pikiran sehatlah badan Jepret sana jepret sini Kau bergaya dan aku berhitung, Satu..dua..tiga..
KELILING INDONESIA Negeriku ini sangatlah luas Daratannya tak cukup dijelajah hanya semalam Lautannya tak cukup diarungi hanya sehari Indonesiaku sangatlah kaya Tamasya yang tiada habisnya Siapa mau menonton Reog di Ponorogo? Siapa mau ke danau Toba di pulau Sumatera? Siapa mau mendaki gunung Jayawijaya? Aku mau..aku mau..!! Aku mau keliling Indonesia!!
BULAN PURNAMA DI DESA O kawan, lihatlah bulan purnama! Bulat dan terang menyinar desa Seperti bola lampu raksasa Cayanya benderang melawan gulita Hai kawan, ayo gegas keluar dan bermain! Berkumpul di halaman bersama teman Bernyanyi-nyanyi dan menari Bermain petak umpet dan lompat tali Berkejar-kejaran kesana kemari Ayo..ayo..jangan bingung Crek dung..crek dung..crek crek dung! Ayo..ayo jangan malu Lalahu..lalahu..hulala..halalu..!
DONGENG Dongengi aku, Ibu Malam ini aku tak bisa tidur Ingin rasanya lekas pergi ke alam mimpi Dan kembali ke sekolah di esok hari Dongengi aku ibu Tentang naga bergigi emas Tentang kancil di hutan buas Tentang lumba-lumba di samudra luas Jangan dulu beranjak sebelum aku terlelap Dongengi saja hingga mata ini terpejam Lalu kau kecup keningku sambil mengucap ‘selamat malam’
DI DESAKU Di desaku, gunung menjulang begitu tinggi Sungai mengalir begitu deras Hutan bernyanyi begitu hijau Langit membentang begitu lapang Di desaku, anak-anak bermain tak henti Melompat-lompat seperti kera sudah jatuh tak jera-jera Di desaku sorak-sorai begitu ramai Menyemangati si Gareng mengadu kelereng Meneriaki si Aman bermain layangan Menyoraki siapapun tiada ampun Haha.. Yang penting kami bahagia Setiap hari selalu canda Setiap hari selalu tawa Haha.. Hahaha..
Puisi-puisi Yostiani Noor A. Hujan Turun hujan turun airnya mengenai wajahku setiap titiknya terasa bagai jarum-jarum yang mencubit pipiku kuberlari sambil telanjang kaki sepatu di tangan kiriku baju putihku jadi transparan rok merahku jadi gelap hujan turun semakin deras setiap titiknya terasa bagai tamparan tamparan di pipiku selokan dekat rumahku menggelegak, airnya keluar mirip coklat leleh yang lumer ke mana-mana
Tanah Nenek tiba-tiba aku dipaksa berkenalan dengan anak yang rambutnya mirip mie goreng dan Matanya mirip telor ceplok namanya sulit diingat dia bersekolah di Tanah Abang ku sebut namaku lalu aku bilang, sekolahku di Tanah Nenek seketika dia berlari ke pangkuan ibunya yang sedang ngobrol dengan ibuku lalu dia bertanya, “Ibu, Tanah Nenek itu ada di mana?” argh, rupanya dia begitu bodoh! tentu saja, sekolahku itu dekat rumah nenek…
Global Morning, Global Worning Belakangan ini sering sekali ku dengar Orang berkata tentang bahaya, Namanya global morning Ah bukan, global worning Di sekolah, ibu guru juga ikut-ikutan bicara Katanya, global worning itu bahaya Kata ibu guru, global worning itu akibat efek rumah kaca Sepulang sekolah, aku merengek Ku pinta mama dan papa melepas semua kaca di rumahku Mama dan papa tidak mau Argh, aku jadi kesal sendiri Padahal kata ibu guru, nanti es di kutub mencair Dan bumi akan tenggelam Oh, sungguh mengerikan Aku tak bisa lagi bertemu teman-teman Tak bisa lagi bermain…. Argh, siapa sih yang rumahnya terbuat dari kaca? gara-gara dia, bumi akan tenggelam!
Tukang Patri Matahari memanggangnya Mulai dari kepala, tubuh, dan kakinya kini nyaris matang Keringat meliuk di tubuhnya Mengucur bak air tumpah yang langsung menguap di padang pasir Tumpukan seng dibunyikan Sambil berteriak “Patri, patri... Tambal panci, katel…” dengan suaranya yang serak Keriput di wajahnya mirip peta yang menunjukkan betapa jauhnya dia lalui hidup Tumpukan seng kembali dibunyikan sambil teriak “Patri, patri... Tambal panci, katel…” dengan suaranya yang serak dan hampir pecah
Perosotan Naga Tubuh meliuk seiring lekuk Pesorotan naga berwarna merah menyolok Kelak keloknya curam Kelopak mata menahan katup Nafas tertahan Deguk jantung dak dik duk ria Aku meluncur Sedetik ku melayang di udara dan jatuh dalam hangatnya pelukan air kolam
Memancing Ikan Di hari libur, aku dan ayah memancing Kami akan memancing ikan yang gendut-gendut Tapi tak ada satupun ikan yang terpancing Memakan umpanku dan tersangkut Ayah memberiku umpan cacing Tapi aku malah takut Hatiku girang Ternyata ada yang tersangkut Ku tarik pancing dengan riang Sambil berteriak pada ayah agar ikut membantu. Ku terpaku, ternyata yang kupancing karung goni yang penuh lumpur dan lumut
Ketika Lampu Memberi Rambu Merah kuning hijau Bertiang setinggi pohon kelapa Entah mengapa semua kendaraan patuh pada setiap warna
Merah menyala Kuning dan hijau meredup Semua kendaraan merapat Berhenti, berbaris di garis putih Pejalan kaki mulai menyebrang Kuning menyala Merah dan hijau meredup Kewaspadaan dan kehati-hatian pengendara dan penyebrang ditingkatkan Hijau menyala Merah dan kuning meredup Bagai di arena lomba Kendaraan saling serang angin Dengan kecepatan, menuju tujuan Merah kuning hijau Ketika lampu pemberi rambu dilanggar, tak jarang undang kematian
Perut Nenekku Aku suka sekali tidur di pangkuan nenekku Tubuhnya yang tambun membuatku nyaman Tubuhnya terasa hangat dan empuk mirip kapuk yang baru dipetik Suatu hari, aku merasakan gempa Kepalaku berguncang-guncang Saat kubuka mata perut nenekku lah yang bergoyang-goyang Ternyata nenek sedang tertawa Sambil menonton lawak di televisi Ah, untunglah itu bukan gempa sungguhan…
Si Belang Belang-belang warnanya Runcing-runcing kukunya Tajam-tajam taringnya Ngeong-ngeong suaranya Cobalah terka, binatang apa namanya? Dia kesayanganku Warnanya abu-abu Telinganya rebing-rebing Karena sering berkelahi di atas genting
Ayah Jika bisa ku pinta sesuatu pada malam Akan ku pinta sebuah pertemuan, dengan Ayah Jika bisa ku pinta sesuatu pada siang Akan ku pinta senyum seseorang, senyum Ayah Jika bisa ku pinta sesuatu pada pagi Akan ku pinta Ayah bersamaku lagi
Bukan si Tom dan si Jerry Di rumahku ada tikus, tapi bukan si Jerry Di rumahku ada kucing, tapi bukan si Tom Di rumahku, tikus itu lima kali besar si Jerry Di rumahku, kucing itu tak berani mengejar, bahkan tak mau mengganggu si Jerry Tak ada kejar-kejaran Tak ada cakar-cakaran Tak ada musuh-musuhan Mereka hidup berdampingan
Wortel Berdarah Wortel yang ku pegang berdarah Sama merahnya dengan darahku Di pisau yang ku genggam juga ada darah Tapi sakitnya terasa di jempolku Aku menangis, jempolku teriris Tapi, setiap kali ku iris sayuran dan buah-buahan mereka tak pernah menangis atau meringis Setiap kali, ku rebus atau kugoreng ayam dan sapi mereka tak pernah marah Tuhan, apakah mereka juga kesakitan?
Setiap Aku Ulang Tahun Detik, menit, dan jam Berlalu bagai lagu Hari, minggu, dan bulan Bergantian menyusun tahun Setiapku ulang tahun, Aku berdoa, semoga aku dapat membuat mama bahagia
Ksatria Bulan Akulah sang ksatria bulan! Siapapun yang menyakiti hati mama akan ku lawan!
Puisi-puisi Seli Desmiarti Mencium Kota Hari Ini Asap-asap terbang ke angkasa bukan hanya dari dapur ibu Kendaraan, pabrik-pabrik, hingga pembakaran sampah dengan angkuh berlomba mewarnai langit yang pernah biru Mengenalkan parfum terbaru untuk kota ini Kawan, aku menawarkan kenangan Tentang segarnya pepohonan, aroma masakan ibu, dan putihnya awan maukah kau pejamkan matamu, lalu kita pura-pura mencium kesegaran kota hari ini 2008
Senandung Katak Dari kolam, ribuan katak lompat Menantang pawang penangkal hujan Mereka menari sambil bernyanyi
do…do…mi…do…mi…do… do…do…mi…do…mi…do… Dari langit hujan jatuh, berlomba Mecapai tanah Sang pawang jatuh air matanya Katak-katak masuk lagi ke kolam, lalu Renang gaya punggung
do…do…mi…do…mi…do… do…do…mi…do…mi…do…. 2008
Salam Untuk Ibu Selamat pagi, Seragam putih merah masih tergantung lemari Aku belum mandi, biasanya ibu mencubiti pipi Selamat siang, Tak ada makanan di meja makan Aku tidur saja, semoga perut tak kenal lapar lagi Selamat sore, Di tanah lapang, teman-teman bermain lompat tali Aku tak beranjak dari pintu rumah, tersenyum dalam hati Selamat malam, Ibu, seperti apa rupamu? Apa kini kau telah menjadi bidadari? Coba Tuhan membiarkanmu memelukku 2008
Libur Sekolah Ayo, siapkan perbekalan Jangan cuma makanan, tapi bebegig* Pesanan paman Tidak perlu memakai sepatu ataupun sandal Liburan kali ini kita akan bertelanjang kaki Ayo, siapkan perbekalan Jangan lupa topi wajib kita kenakan Cuaca panas atau hujan Kawan, bersiaplah Sawah milik paman menunggu kita di ujung desa Liburan kali ini kita akan menanam padi
2008 *orang-orangan sawah (Sunda)
Puisi- puisi Andalusia N. P. Sepucuk Surat Kutitipkan sepucuk surat setiap malam Pada Pak Budi yang sedang menghitung uang Dan nomor undian Hingga lupa setumpuk tugas matematika yang harus diperiksa Kutitipkan sepucuk surat setiap malam Pada Bu Nani yang sedang tak juga beranjak Dan mengerjapkan mata Dari sinetron Intan dan Cahaya Hingga lalai pada memeriksa huruf tegak bersambung Yang kukumpulkan Kutitipkan sepucuk surat setiap malam Pada Pak Iwan yang kerap dikerok karena masuk angin Karna cuaca yang tak menentu Setiap kali meng-ojek sampai malam Sampai lupa pada tugas gambar pemandangan yang harus diapresiasinya Kutitipkan sepucuk surat setiap malam Pada Bu Siti yang sibuk mengupas kentang, Memotong wortel, dan mengiris bawang Untuk bala-bala hangat setiap masuk kelas Sampai lupa pada tugas menulis huruf Arab yang harus dinilainya Kutitipkan pada malam, sepucuk surat, Surat cintaku pada semua guru: ”Bu, Pak, jangan lupakan kami...” Bandung, 17 Mei 2008
Larangan Bertanya Bu Guru, aku ingin bertanya, Tapi, jawabmu adalah ”ya...pelajaran cukup sampai di sini..” Pak Guru, aku ingin bertanya, Dan, jawabmu adalah ”jika sudah besar kau akan mengerti...” Bu Guru, lagi kuingin bertanya, Dan, jawabmu selalu ”belajarlah sopan santun, dan selalu taati gurumu...” Pak Guru, izinkan aku bertanya, Dan, aku akan mendengar ”apa yang bapak katakan, apa yang ada dalam buku, itulah yang benar...” Bandung, 17 Mei 2008
Cerita tentang Temanku Ibu, aku punya cerita Tentang seorang anak perempuan berkucir dua Dia ceria dan lincah Senang menari, menyanyi, membaca, dan menulis Dia sering sekali mengajakku bermain boneka, Selalu tersenyum setiap kali menyapaku, Namanya...siapa ya...oh ya Ani!! Namanya Ani,bu!! Dia jarang menangis, selalu tertawa Setiap kali kalah main, tidak sepertiku, dia tetap tertawa karena itu dia punya banyak teman Dia juga pintar, bu Matematikanya sembilan, bahasa Indonesia dan Inggrisnya delapan, IPAnya juga sembilan, menggambarnya saja yang dapat tujuh setengah, Dia rangking satu bu, Ibu dengarkan aku kan? Aku ingin bercerita, Biar ya bu, aku bercerita Karena di sekolah, aku hanya boleh menghitung. Pasirjati, 17 Mei 2008
Karangan Liburan Kemarin, kami disuruh menulis karangan Tentang liburan Temanku Angie, yang selalu berpakaian rapi, Berkaus kaki putih bersih, dan selalu diantar pakai mobil Menulis dengan judul ”Liburanku ke Singapura” Ada juga, temanku Sri yang selalu berbicara pelan, Seperti putri Solo, kulitnya hitam manis, dan selalu diantara motor, Menulis karangan yang berjudul ”Kisah Liburan di Solo dan Yogya” Lalu, temanku Andi yang pakai kacamata, Dan selalu serius, tak pernah tersenyum, Menulis, ”Liburanku dengan Buku dan Komputer” Terus, temanku yang bernama Ani, Gemuk, putih, dan tembem, Menulis ”Memasak dengan Mama selama Liburan” Kami senang sekali, setiap harus menulis, Karena kami merasa ada dalam diri kami, Terimakasih ya Bu Guru, masih memperbolehkan kami menulis... Bandung, 17 Mei 2008
Jangan!! Bunda, Bu guru berkata padaku ”jangan nakal!” Karena itu aku tidak mau Berbuat dan berkata, jika bukan ibu guru yang menyuruh Bunda, Bu guru berkata padaku lagi, ”jangan nakal!” Karena aku hanya ingin tahu, Kenapa kakak kelasku bisa membuat miniatur planet Bunda, Bu guru bilang padaku lagi, ”Jangan nakal!” Hanya karena aku membaca, membaca buku yang tidak disuruh oleh ibu guru Bunda, Lagi-lagi, di sekolah kudapat ”Jangan!!” Bandung, 13 Mei 2008
Anak Jalanan
Cekercek...cekercek... Suara botol aqua yang diisi dengan batu Terdengar di jalanan ramai Dua tangan kecil memainkannya dengan lincah sambil bernyanyi lagu ”munajat cinta” milik Ahmad Dhani Cekercek...cekercek... Satu persatu tempat didatangi Tanpa kenal lelah Tak peduli cuaca yang panas Dengan debu yang beterbangan Cekercek...cekercek... Lima tempat disinggahi, Berhasil dikantongi Uang lima ratus rupiah yang dibelikannya roti Sebagai pengisi perut pagi hari untuk dibagi dua bersama adiknya Cekercek...cekercek... Dengan botol aqua dan jalanan mereka telah belajar ilmu kehidupan yang sebenar-benarnya Bandung, 27 Mei 2008
Terbesar Apa hal terbesar yang kau punya? Hal yang tak akan membuatmu takut Untuk menghadapi apa pun? Melindungimu dari berbagai masalah? ”aku tidak takut masalah besar apa pun, Karena aku punya yang lebih besar, Yaitu TUHAN” Pasirjati, 1 Juni 2008
Misteri Hujan Ada bau aneh setiap kali hujan Menyengat Terkadang melenakan Menyusup hingga ke hati Bau kehidupan yang indah Ada bunyi aneh setiap hujan Tik..tok..tik..tok... Begitu bunyinya jika beradu dengan genting rumah Nenek membuat nada yang harmoni nada kehidupan yang tulus ada cahaya aneh, jika hujan beradu dengan panas cahaya yang memantul hingga tujuh warna warna yang nyata warna kehidupan yang kompleks bau tanah, bunyi rintik, dan pelangi misteri hujan yang Tuhan ciptakan untukku dan yang lain Pasirjati, 4 Juni 2008
Keluarga Ayah, ibu, Adik, kakak, Paman, bibi, Nenek, kakek, Sepupu, keponakan, Uyut, : harta pemberian Tuhan yang tak kan tergantikan oleh apa pun Sumedang, 1 Juni 2008
Ibu Ada jutaan warna kehidupan Terlahir dari satu pengorbanan yang sama Ketika urat dan darah, bahkan nyawa Jadi taruhan untuk sebuah kehidupan Banyak yang terlupa akanmu Bahwa kaulah manusia terindah untuk setiap kehidupan Untuk semua makhluk Yang telah Tuhan titipkan kehidupannya Padamu Ibu, Kaulah matahari dan jagat rayaku Bandung, 2 Juni 2008
Puisi-puisi Dheka Dwi Agusti N. Aku dan Puisi Mungkin waktu akan mengubah semua hal yang saat ini ada Jadi aku ingin merekamnya Aku menuliskannya Lewat puisi Puisi ini yang akan menuntunmu pada perjalanan hidupku Aku dan puisi Menjadi sahabat yang tak usang oleh waktu Seumur hidupku aku ingin menulis Menulis seluruh dunia yang ingin kutulis 22 November 2007
Jangan Bilang Aku Nakal Orang bilang aku nakal Ibu bilang aku tak mau diam Mata orang-orang sering melotot ke arahku Jari telunjuk mereka simpan di depan mulut Kemudian SSsssttt... Huh.. Padahal aku tak nakal Aku hanya senang berlari, berputar-putar, dan loncat-loncat Lalu naik-naik kalau ada tiang Tapi aku bisa mengerjakan tugasku sampai selesai Lalu orang bilang “Bagus-bagus!” Ya, baguskan? Lalu kenapa kalian lebih suka menyebut aku nakal? Kenapa bagusnya tak pernah diomeli tapi nakalnya sering disebut? 15 Oktober 2007
Belajar dari Pengamen Belajar Belajar Belajar Belajar
permisi bernyayi berdiri di terik matahari mencari rizki
5 Pebruari 2007
Bapak tua itu adalah Bapakku juga Sayang, kau lihat Bapak tua itu Ia yang duduk di samping roda tua Dengan napas yang terengah-engah Rupanya dia kelelahan mendorong gerobaknya Gerobak besar yang penuh sampah. “Kenapa dia sendiri?” “Kemana anak-anaknya?” “Kemana keluarganya?” Sayang, kita inilah keluarganya Bukankah kita lahir dalam jalur darah yang sama Keturunan Adam. Jadi… Bapak tua itu adalah Bapakku juga 24 Nopember 2007
Presidenku banyak Umurku baru 10 tahun Dan kata Ayah presiden kita sudah berganti 5 kali 29 mei 2008
Wahana di Jakarta Jakarta banjir lagi Rumahku basah lagi, terendam lagi Airnya banyak Seperti susu coklat encer yang suka kubeli Di depan sekolah SD Hujannya tumpah Airnya banyak Kayak kolam renang penuh wahana Di kanan kiri ada tebing Ada suara teriak-teriak Takut terkena ombak Aku Aku sendiri naik ember warna merah Seperti arung jeram rasanya Tapi ayah melarangku mendayung Tangan kulipat dan kusimpan saja di depan dada Sambil menggigil aku terhantam-hantam Yang kutubruk bukan batu Melainkan tembok rumah, pagar, dan tiang listrik Karena rumahku ada di gang sempit Inilah wahana berkala yang selalu ada di Jakarta Yang katanya ibukota negara 1 Februari 2008
LARON Berputar-putar mengitar putar Mengaktifkan seluruh otot di tubuhnya Terus berputar, mencoba lagi Berdiri dan berusaha terbang Ia mengepakkan sayap kecilnya untuk sekadar berdiri Agar setelah berdiri bisa berlari Terbentur tembok Kejeduk lantai Coba lagi, terus berputar lagi Angkat tubuhmu lagi, Teman.. Ayo, perlahan, gerakkan. Ya, coba lagi. Jangan menyerah, kau pasti bisa! Omku bilang katanya kau akan mati malam ini Tapi tak perlu kau pedulikan Nyatanya kau masih bisa berdiri Dan berbuat untuk saat ini Perkara nanti biar Tuhan yang menghendaki. 4 Desember 2007
Bandung-Kebumen Kereta mulai merayap Lewati rumah yang dindingnya bertumpuk-tumpuk Ada sawah tapi sekejap Tersekat benteng Di belakangnya rumah-rumah besar seperti dalam sinetron Lewat terowongan ciut tidak gelap tidak terang Kanal setengah jadi menganga menyambut hujan melumurinya Ternyata ada sawah lagi Masih ada sawah terbentang seperti karpet hijau di mushola dekat rumahku Beberapa petani menungging seperti sedang ruku, shalat Tangannya sibuk menyabut rumput mungkin sambil dzikir dan menyebut nama Allah Tuhanku yang mahabaik Kamis, 07 Februari 2008
Jangan dulu hujan Tuhan, ikat dulu awanmu Jangan biarkan hujan turun dulu Sebentar saja Sampai ayah pulang kerja Sampai di rumah 27 mei 2008
Betadin dan Hansaplas Kemarin aku jatuh di jalan waktu mau ke rumah teman Malu rasanya Dua kali Dan ibu-ibu menertawai Bukan cuma malu Tapi juga berdarah Aku diobati pakai betadin, setetes. Lalu ditutup pakai plester hansaplas seribu tiga Akupun berhenti menangis. Ada yang menangis juga diujung sana, apa ia juga terjatuh sepertiku Bukan, ia menangis ditinggal ibu. Kawan, apa kau juga terluka? mau kuteteskan betadin? Atau mau juga kupasangkan hansaplas? Tapi bagaimana caranya? Bagaimana kalau kita cari ibumu Kita tanya saja pada ibumu Bagaimana cara memakai betadin dan hansaplas di hatimu 9 Februari 2007
Aku berhutang banyak padamu Aku berhutang banyak padamu Aku berhutang pada angin Angin yang selalu bisikkan bahwa hari ini indah Aku berhutang pada mentari Mentari yang menemaniku ke sekolah pergi jalan kaki Aku berhutang pada pohon Pohon yang melindungiku ketika dicegat musuh sepulang sekolah Aku berhutang pada sore Sore yang mengganti langit terang menjadi gelap Aku berhutang pada malam Malam yang mengatupkan mataku dan memimpikan dunia yang belum pernah kukunjungi Aku berhutang pada fajar Aku berhutang pada embun Aku berhutang pada semesta Aku berhutang pada sang pencipta Sejudku memohon agar aku dapat berhutang lagi esok hari. 3 maret 2008
Aku dan Hujan adalah Teman aku dan hujan adalah teman Gerimis yang merayu pohon Dan aku yang bermanja pada awan Lihat pelangi itu Adalah dawai dengar gemercik itu Adalah resonansi Aku dan hujan adalah teman Yang menyatu dalam alam Alam yang bermanja pada Tuhan 23 Des 2007
Ayah Ibu Ibu belikan aku pulpen dan pensil baru Pulpen yang kemarin sudah habis, pensilnya juga sudah kecil Ayah belikan aku buku tulis baru Buku tulis yang kemarin sudah penuh kutulisi cerita baru Ibu belikan aku buku bacaan baru Buku bacaan yang kemarin sudah tamat kubaca lima kali Ayah belikan aku buku yang kemarin baru saja kubeli Buku itu aku sangat suka tapi sudah lecek tergilas badanku setiap malam Ibu belikan aku kain sprei baru untuk kasurku Kain spreiku sudah penuh corat-coret pensil dan tinta pulpen yang tak hilang walau sudah dicuci. Ayah, ibu, biarkan setiap malam aku tidur bersama mereka Mereka semua bilang senang bisa menemaniku Meski kadang mereka protes dan teriak-teriak kalau aku menindihnya ketika tengah malam tiba Pagi-pagi lalu kulihat mereka sepertinya pegal-pegal Ada yang menggulung, terlipat-lipat, bahkan sobek. Maafkan aku kawan Tadi malam pasti aku menindihmu lagi 4 Juni 2008
Rumah Binatang Rumah Binatang Dheka Tiket masuk bayar 500 Kertas pengumuman itu kutempel di kaca depan rumahku Tapi ibuku tak suka dan mencabutnya Padahal maksudku ingin membantu ibu Mencari uang untuk sekolahku yang mahal ini Biar saja orang-orang datang, tapi mereka harus bayar 500 Lalu mereka bisa lihat tikus di rumah kita. Ada juga kecoa, semut-semut di dinding, di meja makan Ulat-ulat, juga ada yang sudah jadi kepompong, Kucing-kucing yang suka beratraksi di atas genting Cicak dan tokek di dinding kamarku, laba-laba yang sedang membuat sarang Kalau malam ada banyak laron di bawah bohlam temaram di teras depan rumah, Ada nyamuk, ada lalat, ada juga kutu di rambut adikku dan di kepalaku, Kita juga punya ikan di dalam toples untuk diperlihatkan, dia cantik, ada juga cacing di dalam pot kembang ibu banyak bukan binatang di rumah kita? 4 Juni 2008