[cerpen-2016] My Memory.docx

  • Uploaded by: Inayatul Fitri
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View [cerpen-2016] My Memory.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,005
  • Pages: 7
<< My Memory>>

Cuiiittt cuiitttt *suara burung gereja SekangJunior High School memang dipenuhi dengan burung gereja, kebiasaan sekumpulan burung itu tidak pernah berubah sejak tiga tahun yang lalu, mereka selalubertengger di loteng atap sekolah. Apa kau tahu tempat itu seperti apa? Apa yang kalian bayangkan ketika mendengar loteng sekolah? Hmmm, sepertinya menyenangkan pergi keloteng, namun aku memiliki kenangan gila disanadan akan lebih baik jika aku tidak membahasnya sekarang. Selain di bertengger di atap, mereka membuat sarang di luar jendela toilet wanita di lantai tigayang tidak begitu jauh dari ruang kelas ku dahulu. Pagi itu sekolah terlihat sangat sepi yang ada hanya suara chamsae *burung gereja* yang bernyanyi, suara sapu lidi di pinggir lapangan hijau dan suara gunting Ahjusshisi tukang kebun yang sedang menata rumput hias CEO Byun disekeliling lapangan. Pagi itu pula aku, Jisoo, dan Jaemin membuat kesepakatan akan suatu hal, sebenarnya hanya Jaemin seorang yang tahu apa tujuan kami berkumpul di sekolah tua itu, karena yang aku tahu mengenai SMP Sekang hanyalah seberkas kenangan masam yang tidak seharusnya di ingat. Kami benar-benar lolos dari security sekolah ini, entahlah kebanyakan para siswa SMP Sekang tidak dapat diperbolehkan memasuki area sekolah sebelum liburan chuseok*musim panen* berakhir. Namun sepertinya karena kami bukan lagi seorang siswa, dan dikarenakan ada Byun Jaemin disini, dan saat itu kami memulai bermain ‘Petak Umpet’. “Yaaaa! Jaemin-a,,coba dekati sebuah pohon, sebelah sini… belok kanan…” Teriak Jisoo yang mencoba memberi pertanda bahwa kami sedang bersembunyi dibalik pohon. “Jisoo bohong, sebelah kiri saja…” Aku mencoba mengacaukannya, namun Jisoo benar-benar ingin kalah. “Ji Ahn yang bohong, belok kanan… percayalahhh pada Jisoo” “Aishhhh, keterlaluan! Seberapa besarnya kau penasaran dengan rencana Jaemin?” Aku memukul kepalanya. “Aishhhh, memang jika kita menang apa yang akan kita dapatkan?” Jisoo mengeluh. “Jangan terlalu mempercayainya, ia sedikit aneh hari ini” bisik ku. Sementara itu di depan pintu masuk sebelah barat sekolah, Jaemin berjalan perlahan-lahan dan berkata, “Tunggulah sebentar lagi,, aku akan menemukan kalian…”Jaemin bersemangat untuk menemukan kami walau dengan mata tertutup. *** Apa kalian belum tahu siapa kami?Kami adalah alumni Sekang angkatan XX yang telah lulus tahun lalu, sepertinya kesunyiansemakin pudar saat kami bermain petak umpet di halaman utama sekolah saat itu. Ahjusshi yang selama sepuluh menit menata tanaman pun sesekali menggelengkan kepala. “Ahhh yang benar saja,, Jaemin menuju arah kita, bagaimana ini?” Aku sedikit resah “White oreo, pegang tanganku ayo kita kearah jam dua belas,” “Tunggu, kau memanggilku apa tadi?”Aku menarik tangannya dari belakang. “Kenapa? ada yang salahkah dengan ucapanku?” “Apa artinya panggilan itu?” aku sedikit penasaran. “Huff… apa kau bodoh, hal semacam itu saja kau harus bertanya padaku…” Jisoo mulai berlaga.

<< My Memory>>

“Aishhh! Kecilkan suaramu…” aku sedikit jengkel dengannya. “Ji Ahn-a, sebenarnya aku…” saat itu aku langsung memotong perkataannya. “Fair! Kalau begitu kau adalah Black oreo,” aku menunjuk tepat di dahinya. Sepertinya dia menerima julukan itu dan kembali menjalankan idenya tadi. Jisoo memimpin dari depan sementara aku dibelakangnya, namun mataku terlalu fokus mengamati gerak gerik Jaemin di arah kanan tanpa melihat jalan yang aku lalui. PRANGG!!! Tak sengaja aku menendang kaleng bekas yg tergeletak. “Ahaa! Kalian tertangkap... kalian telah bersuara, aku mendengarnya hahahaha,” saat itu juga Jaemin dengan cepat bisa menemukan keberadaan kami, ia langsung berjalan menuju arah timur. Sepertinya ia tertawa sangat puas, namun dengan cepat ia terdiam. “Upss! Sorry,” saat itu entah kenapa aku menyesal dan Jisoo dengan cepat berbalik lalu menyingkirkan kaleng bekas itu, namunn…… HUAPPP! HUAPPP! Jaemin telah melakukan latihan yang cukup baik untuk menangkap seseorang, meski ia tidak melihat dimana orang itu berada ia mengamati keberadaan kami dengan pendengaran super tajamnya. Entahlah bagaimana bisa Jaemin dengan sangat cepat telah berada dibelakang Jisoo, karena yang aku tahu jarak aku terjatuh dengan jaraknya sekitar 10 meter. “Yuhuuuu~! Aku menangkapmu! Siapakah yang kutangkap, hmmmm… Ji Ahn kah?” Itu menggelikan, Jaemin mengotak-atik rambut Jisoo dan mencubiti pipinya. “Hey… hentikan! Ini aku Jisoo, kau tak bisa menangkap Ji Ahn!”Sebenarnya yang akan tertangkap oleh Jaemin itu adalah aku,namun Jisoo sengaja mengambil alih posisi ku agar Jaemin menangkapnya. “Ji Ahn tidak semudah itu kau dapatkan…” Kata Jisoo sambil mencoba keluar dari pelukan erat Jaemin. *** Jaemin menang! Ini pertanda yang sedikit mengecewakan untukku namun berbeda dengan Jisoo yang benar-benar penasaran. Jaemin memenangkan ronde pertama pagi ini, kau tahu apa kejutan yang akan diberikan Jaemin kepada ku dan Jisoo? Aku harap suatu keajaiban akan datang hari itu. Sepertinya hanya Jaemin dan Park Ahjusshi yang mengetahuinya. Park Ahjusshi mengetahuinya? Hmmm, sebentar. Aku mempunyai feeling saat itusejak pukul 07.30 sebelum kami bermain, aku tidak berada didekat Jaemin karena ada panggilan alam selama 5 menit. Entah hal apa yang membuat kami diperbolehkan masuk ke area sekolah. Sudah ku jelaskan tadi jika kalian bertanya-tanya, aku sendiri tak bisa menjawabnya. Ya benar! Permainan ini adalah ide Jaemin, aku pun sempat bingung mengapa dia membawa kami ke sekolah hanya untuk bermain petak umpet di pagi hari. Anehnya sekolah terlihat menyeramkan sehingga tak biasanya tubuhku menggigil, karena aku bukan tipe wanita yang lemah terhadap dingin. “Aku tau kau akan menang, lalu apa yang akan kau lakukan setelah ini?” tanya ku. “Aku hanya ingin mengamati suatu tempat, ayo kita kelantai tiga…” Jawab nya. “Apakah kejutannya ada diatas?” Jisoo bertanya.

<< My Memory>>

“Sepertinya begitu…” Aku mencoba untuk yakin. “Jeogiyo *permisi*Ahjusshi,, bisakah kami meminjam kunci gerbang unit-F3?”Tanya Jaemin sambil berjalan mendekati Park Ahjusshi, sementara aku dan Jisoo berada 3 meter dibelakang mereka. Namun hal yang aneh terjadi lagi, bukankah tukang kebun tidak semestinya memiliki jam tangan emas ditangan kiri? Dari situ aku sedikit mengamati percakapan mereka. Jaemin melanjutkan… “Ada barang-barang yang harus kami ambil disana, jika Ahjusshi tak percaya silahkan tanyakan langsung pada Guru Kim sekarang.” Jelas Jaemin. “Guru Kim? Apa kau bercanda Jaemin?” Bisik Jisoo. “Sepertinya dia mengeluarkan suatu trick,” timpal ku sambil sedikit tertawa. “Baiklah Jaemin-sshi, ambillah kunci ini aku percaya pada kalian,” Kata Ahjusshi. “Jaemin-sshi?” tanyaku heran terhadap kata yang digunakan si tukang kebun. “Ahjusshi kau seharusnya tidak melakukan itu, ckckc” bisik Jisoo kedua kalinya. “Gamsahamnida *terima kasih* Ahjusshi,” akhirnya Jaemin mendapatkan kunci itu. Jaemin menghampiri kami dan ekspresinya sedikit aneh menurutku. “Apa kau mengenali si tukang kebun itu?” tanyaku pada Jaemin. “Huff… apakah itu penting untuk mu?” jawabnya. “Biarkanlah, tidak perlu dipermasalahkan.” Timpal Jisoo Pandanganku, Jaemin memang nakal kepada orang tua yang terlihat lugu dan berpenampilan kumuh, maka dari itu aku merasa aneh jika Jaemin memiliki hubungan dengan orang seperti itu. Mungkin aku adalah gadis yang selama lebih dari 3 tahun, aku tidak pernah bertegur sapa dengan tukang kebun. O! Ya, dan akhir-akhir ini aku mulai alergi dengan unggas.Lalu Jisoo, dia benar-benar tidak pernah peduli dengan hal apapun, namun dia selalu membuatku jengkel dan kesal. Jika Jisoo saat itu bermain dengan benar maka Jaemin tidak akan mendapatkan kunci gerbang. Namun sudah ku duga akan seperti ini, setiap keinginan Jaemin pasti terkabulkan. Kalian tak mengetahuinya? Marga Jaemin adalah Byun, dan marga itu sama dengan nama kepala sekolah SMP Sekang. Jujur akupun baru mengetahuinya di kelas 2, saat itu ada incident gila sehingga banyak yang mengacuhkanku dan mengusirku layaknya burung gereja yang selalu hadir bertengger di jendela kelas dan membuat suara bising sehingga para siswa mengusirnya.Hahaha, hal itu takkan ku lupakan begitu saja. *** Kami berjalan masuk melewati pintu sebelah barat. Disana ada 2 tangga menuju lantai atas, kami memilih tangga sebelah kiri. “Jaemin-a, ini sedikit keterlaluan tapi….” Jisoo terlihat gelisah. “Tapi setidaknya ini akan menjadi kejutan yang tak bakal aku lupakan, hanya untuk hari ini!” Tegas ku. “Jangan berimajinasi terlalu tinggi, karena mungkin akan ada air asin yang menetes tiga puluh menit lagi,” Jaemin merangkai kalimat anehnya. Itulah Jaemin! Aku tidak pernah bisa mencerna perkataannya dalam 2 kali penyulingan. Ada hal yang menurutku aneh darinya namun Jisoo tidak pernah percaya ketika aku bercerita tentang Jaemin. Tepat dilantai tiga, dimana ruang kelas kami ada disana. Kami berjalan menuju koridor unit F-3 di sebelah kanan.

<< My Memory>>

“Sini, biarkan aku yang membukanya,kau lamban sekali” Jisoo mengambil alih kunci dari tangan Jaemin. Koridor dan kaca jendela kelas-kelas yang kami lalui terlihat berdebu, mungkin karena libur chuseok sehingga menyebabkan para petugas kebersihan sekolah bermalas-malasan membersihkan sekolah tua itu. “Heyy… apa yang terjadi dengan sekolah ini? Apa kita masuk ke alam yang berbeda?” Ucapku heran. “Apa kalian membawa penerang?” Jisoo bertanya. “Hmmm, aku dan Jaemin membawa ponsel, lalu kau?” Ucapku. “Maaf, keadaanku akhir-akhir ini berbeda dengan kalian” itu pertanda Jisoo tidak memiliki ponsel. “Tak apa kau denganku saja,, ” aku merangkul tangannya dan kami berjalan dibelakang Jaemin. “Ayolahhh dipercepat,, ini akan menjadi pertunjukan special untukJi Ahn, ahhh tidak, pertunjukan special untuk kalian” Jaemin merangkai kalimat lagi. Di koridor itu, ada sesuatu yang janggal menurutku. Toilet wanita yang dulunya terletak di sebelah kanan, saat kami melewatinya ternyata telah dipindahkan ke sebelah kiri. Aku berbisik kepada Jisoo yang berada disampingku, namun Jisoo benar-benar lupa tentang hal itu karena dia jarang menggunakan toilet wanita. Tapi sudahlah lagi pula itu bukan urusanku. Sekitar 30 meter kami berjalan menjauhi toilet itu, kami terhenti di ruang kelas 3-2. Saat itu tidak seharusnya aku meninggalkan mereka berdua, namun sepertinya tidak ada pilihan lain. Perutku sejak pagi itu terasa mual dan ini yang kedua kalinya aku pergi ke toilet. “Maafkan aku JaeJi-ya *panggilan akrab gabungan dari Jaemin-Jisoo* , tapi kali ini perutku mulas lagi, aku harus ke toilet, maafkan aku” “Ji Ahn, kau memangnya sarapan dengan apa?” Jisoo bertanya “Tunggulah sebentar, ini tidak akan memakan waktu lama” “Tapi Ji Ahn-a…, “ kata terakhir yang aku dengar saat itu adalah ucapan Jisoo. “Tunggu, sepertinya aku melihat Ji Ahn memakan roti pemberianmu,kan?” Jisoo mulai mengingat “A-apa? Roti apa? Sejak kapan?” Jaemin sedikit gugup. “Hey! Katakan dengan jujur, aku melihatnya di dalam mobil sebelum sampai ke sekolah” Jisoo seperti mengintrogasinya. “Bukannya selama perjalanan kau tertidur pulas?” “Huff, kau masih mengelak. Aku memang tidur, namun aku harus selalu mewaspadaimu jika kau bersama dengan Ji Ahn.” “Lalu, kenapa? Apa aku salah memberinya sebungkus sandwich?” Jaemin memberi alasan. “Ahh? Sandwich? Kau memberinya sandwich? Apa yang ada di dalamnya, kau memberi dia danging apa?” Jisoo mulai khawatir dengan hal itu. “Tunggu, apa kau mencurigaku,huh?! Itu sandwich buatanku sendiri, aku menambahkan daging ayam didalamnya,” “Aishhh!,, Hey bodoh! Adakah sandwich isi ayam?”

<< My Memory>>

“Jika tidak ada, lalu kenapa? Di dapurku tidak ada daging sapi, jadi aku menggantinya dengan ayam” Jaemin berusaha mengatakan yang sebenarnya kepada Jisoo. *** Yaaa, memang percakapan mereka tidak begitu terdengar olehku karena saat itu juga aku berlari dan sambil memegang perutku menuju toilet wanita. Ketika aku berbalik arah maka toilet wanita itu seharusnya ada di sebelah kiri karena telah dipindahkan, namun aku merasa sosok diriku dikala menjadi seorang siswi berseragam hadir saat itu. Sehingga tanpa ku sadari aku berbelok ke arah kanan yang sebenarnya adalah ruang kelas 2-1. Sesuatu yang aneh muncul di ruang kelas itu, aku seperti memasuki time machine era 2014. Tujuan awalku tiba-tiba berubah dan seketika ada seekor burung gereja bertengger di jendela kelas. Aku tahu bahwa akhir-akhir ini aku alergi pada unggas, namun entah kenapa rasa penasaranku tidak pernah hilang selama ini. Aku menghampirinya dan berusaha membuka jendela yang telihat berkarat, aku mencoba mencari alat untuk membantuku membukanya namun disaat itu jariku tergores oleh besi berkarat yang menancap di jendela. Itu tak menjadi penghalangku, aku tetap berusaha membuka jendela itu. Setelah 2 menit berlalu akhirnya jendela terbuka, lalu apa yang ku dapatkan? Tidak lain hanyalah sarang burung gereja dan telurnya. Burung yang bertengger sejak tadi sudah terbang dan sepertinya burung gereja itu terbang ke atas. Sesekali aku bersin dan penglihatanku sedikit kabur. “Telur burung gereja? Mengapa bersarang ditempat ini?” Ya, memang ada suatu hal yang harus aku cari tahu saat itu dan aku mencoba menjelajahinya, aku menengadah ke langit-langit kelas, seperti ada suara sekumpulan burung yang terjebak di atas. Saat aku melangkahkan langkah keempat, suara bising burung gereja terdengar olehku dan sepertinya suara itu mendekatiku, ketika aku berbalik kebelakang ternyata memang ada seekor burung gereja di jendelah, ia seola-olah menatapku. Aku mencoba mendekatinya, kemudian burung gereja itu terbang ke arah jam 12. “Ohh?! Apa ini? Pertanda macam apa ini? Haruskah aku mengikutinya?” seperti ada isyarat dari seekor burung itu. Rasa mulasku tadi seperti hilang begitu saja, mungkin karena efek penasaran biasanya aku gadis yang akan selalu mendahulukan hal-hal menarik seperti itu. Aku keluar dari ruang kelas, belok ke arah kiri dan berlari menuju loteng sekolah. Saat itu aku tidak bisa berfikir panjang, sepertinya ada yang berbisik padaku untuk ikuti saja burung gereja itu. Kalian tahu burung gereja kan…? Burung gereja tidak hanya berhabitat di atap gereja saja, tapi mereka pada umumnya berkeliaran di daerah perkotaan, khususnya di sekolah tua itu. Tepat sebelum aku menaiki 4 anak tangga menuju pintu loteng sekolah, aku terhenti disebabkan oleh kertas-kertas merah muda yang berserakan di lantai, aku mencoba mengambilnya dan membaca tulisan didalamnya. JI AHN-A, BUKALAH PINTU DIHADAPANMU SECARA PERLAHAN! “Apa-apaan ini?” aku benar-benar semakin tidak mengerti. Aku mendekati pintu dihadapanku, dan membukanya perlahan-lahan sesuai perintah dari seseorang, ketika pintu itu terbuka seketika pandanganku kabur oleh cahaya matahari layaknya seorang public figure yang dikerumuni oleh paparazzi. Aku mencoba menutupi silaunya cahaya dengan telapak tangan kananku, namun karena telapak tangan ini tidak begitu besar, aku sedikit mengintiplewat sela-sela renggangan jari bahwa ada banyak burung gereja yang menyambutku. “Ji Ahn-a, kemarilah.. ini surprise-ku untuk mu!!!” Teriak Jaemin yang kurang lebih berjarak 20 meter di depanku. “Hey, bodoh! Mana surprise untukku juga?” Jisoo sedikit tersinggung.

<< My Memory>>

“Diamlah! Kau, ada bagiannya nanti…” ucap Jaemin. Mereka terlihat bahagia disebelah sana, namun apa yang terjadi denganku? Sepertinya aku mulai bersin dan terus bersin. Hal itu tidak menjadi penghalang, aku berjalan perlahan menuju mereka akan tetapi ketika aku mulai berdekatan dengan sekumpulan burung gereja di sekelilingku entah apa yang terjadi padaku ketika aku bersin yang keempat kalinya, yang keluar adalah darah segar dari dalam hidungku. Darah itu menetes dengan cepat sehingga aku tak bisa menyembunyikannya. “Ji Ahn-a, apa kau baik-baik saja?” Jisoo mulai menyadari akan kondisiku saat itu. “Ke-kenapa? A-ada apa? Ji Ahn kenapa?” Jaemin benar-benar bergetar. Kurang lebih 2 gram darah dari hidungku menetes, rasanya kepalaku begitu pusing dan langit seperti berputar-putar di atas kepalaku. Entah apa yang terjadi padaku, sepertinya alergiku kambuh diwaktu yang bisa dikatakan tidak tepat. “Ji Ahn-aaaa!!” Jisoo dengan cepat berlari menuju ke arahku, sekumpulan burung gereja di sekelilingku dengan cepat pula berterbangan kearah yang tak menentu. Ia dengan cekatan menangkap tubuhku yang mulai tumbang seperti diterpa angin. “Ahhhh…. Bagaimana ini??! Apa yang harus aku lakukannn?? Ji-Ahn-aaa,,” Jaemin seperti tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Yang terakhir kali aku dengar adalah suara teriakan Lee Jisoo,, ia berada tepat disampingku melindungi kepalaku agar tidak terbentur ke bawah saat tubuhku tumbang. “Ji-Ahnnnn!!! Kim Ji Ahn!!!,, sadarlahh Ji Ahn-a!!!” Maafkan aku Jaemin aku tidak bisa berpartisipasi dalam kejutanmu pagi itu, aku mencurigaimu sejak awal kita datang ke sekolah tua itu. Maafkan aku Jisoo aku berbuat kasar padamu ketika bermain, aku tidak tahu akan terjadi hal aneh semacam ini pada akhirnya. Seketika itu aku pingsan diatas lengan Jisoo. *** Sore hari, tepatnya di dalam klinik SMP Sekang, aku terbangun setelah kejadian di pagi hari tadi. Saat mataku terbuka rasanya tubuhku seperti terisi kembali layaknya ponsel yang telah terisi full oleh battery. Perutku terasa mual secara mendadak dan mulutku seperti ingin mengeluarkan sesuatu dari dalam perut ini. Untungnya seorang dokter stand by didekatku sepertinya ia menyambutku dari tidur. Ia lantas memberiku tempat khusus untuk membuangnya. “Terima kasih, Dokter Jung” Ucapku dengan nada lemas. “Sama-sama Kim Ji Ahn, apa kau sedikit bertenaga kali ini?” Dokter Jung bertanya. “Hmmm.. sepertinya aku sudah bisa berdiri, ahhh.. lalu dimana kedua temanku, Jaemin dan Jisoo?” Saat itu juga, suara pintu ruangan yang ku temati terbuka pertanda ada orang yang masuk untuk menjengukku dan itulah mereka. “Dengarkan dok, tolong jangan beritahu mereka sekarang bahwa aku telah sadar dan biarkan mereka masuk.” Aku memberi aba-aba padanya “Baiklah jika itu kemauanmu,,” Dokter Jung hanya tersenyum kepada mereka dan pergi dari kamar pasien. Aku berpura-pura berbaring di ranjang pasien dan tak bergerak sama sekali, yang bekerja hanyalah pendengaranku.

<< My Memory>>

“Jisoo-ya, katakan padaku apa yang menyebabkan Ji Ahn seperti ini?” “Ini semua ulahmu! Mengapa kau tidak berterus terang padaku tentang kedatangan sekumpulan burung itu? Apa kau bodoh tidak pernah tahu tentang Ji Ahn dan unggas?”Jisoo mempertegas nada bicaranya. “Yah, aku memang tidak bisa secara langsung mendekatinya. Entah apa yang membuatnya selalu menghindariku, aku hanya mencoba berlaku baik padanya” “Ji Ahn alergi terhadap unggas! Akupun tidak tahu secara detail seperti apa gejalanya, dia selalu menutupnutupi masalah itu dari kita, sekarang kau sudah mengetahuinya! Camkan itu! Bahwa ini salahmu…” tegas Jisoo. “Sebenarnya pagi itu aku ingin membuat Ji Ahn mengatakan bahwa dia bisa memaafkanku, aku selalu membuat dirinya menderita sejak kelas 2 SMP” jelas Jaemin dengan merendah. “Apa kau masih tidak tahu dimana letak kesalahnmu padanya, huh?! Ingatkah kau tentang kejadian di kelas 2, saat kau bertindak gila dengan menyatakan rasamu pada Ji Ahn lewat pengeras suara sekolah? Jika kau menghentikan tindakan konyolmu sebelum kau menyebutkan identitasmu yang sebenarnya, Ji Ahn tidak akan mendapat perlakuan buruk oleh seluruh siswi di sekolah ayahmu!” Jisoo memperjelas hal tersebut tepat dihadapan Jaemin sambil memegang kedua pundaknya. “Aku memang gila! Yah, aku bodoh! Aku yang salah, semua salahku. Karena baru pertama kalinya aku menyukai seorang gadis dalam hidupku, aku tak tahu harus berbuat apa. Lalu mengapa kau tidak mengarahkanku bagaimana yang seharusnya aku lakukan??” Jaemin berbalik mempertanyakan Jisoo. “Tenanglah kawan, dalam hal ini akupun terlibat, maafkan aku karena aku tidak pernah peduli kepada orang bodoh sepertimu.” “Aku memang bodoh, namun seharusnya kau tidak perlu menyebutku dengan panggilan seperti itu…” Percakapan mengharukan yang aku dengar dengan seksama yang terjadi didekatku itu sangat sangat membuat mata ini sulit terbuka karena saking banyaknya air mata yang mengalir dari kantung mataku. Sesekali jari ini mengerutkan ranjang disampingku sehingga telihat sedikit kusut dibanding sebelumnya. Dipertengahan pembicaraan mereka telingaku sudah mulai panas dan hidungku memerah layaknya rebusan air yang mulai mendidih, pertanda bahwa aku sudah tidak kuasa lagi mendengar percakapan itu lebih lanjut. Aku tidak ingin isi hatiku yang sebenarnya diwakili oleh orang lain, curahan hatiku selama ini aku titipkan pada Jisoo karena aku percaya padanya, namun saat kejadian itu terjadi Jisoo telah membeberkan semuanya secara ringkas dalam durasi 5 menit saja. Aku tak ingin 3 tahun perasaan yang ku pendam dari dulu dikeluarkan saat itu juga. Kau tahu karena apa? Karena aku menyukainya! Aku menyukai Byun Jaemin! “ARRGGGHHHHHENTIKAN!!!”

Related Documents

My
May 2020 33
My
August 2019 65
My
August 2019 61
My
May 2020 45
My
August 2019 52
My
May 2020 23

More Documents from ""