CEMENT TREATED BASE LINGKUP PEKERJAAN a) Pekerjaan ini meliputi penyediaan, pencampuran, penghamparan dan pemadatan aggregat, semen dan air sehubungan dengan persyaratan dalam spesifikasi ini dan harus sesuai dengan dimensi dan potongan melintang yang tertera dalam gambar serta garis dan kemiringan yang ditentukan oleh Pemberi Tugas. b) Cement Treated Base harus dibuat dalam satu deretan dari lajur lajur paralel. Sambungan konstruksi memanjang harus dicetak dengan cetakan sementara yang dipasang sesuai ketinggian dan kemiringan yang dipersyaratkan sedemikian sehingga memungkinkan pemadatan dan penyelesaiannya. Cetakan samping harus dibuka sebelum lajur disampingnya dibuat. MATERIAL a) Agregat 1) Agregat yang dipakai dapat dari batu pecah atau kerikil (gravel). Material halus secara alami berasal dari pemecahan agregat sendiri. 2) Material yang berasal dari bongkaran konstruksi perkerasan yang ada, granular base ataupun struktur lainnya harus diaur ulang bila akan digunakan. 3) Pasir dapat dipakai sebagai tambahan untuk dapat memenuhi gradasi yang dipersyaratkan 4) Gravel yang dipecah maupun yang tidak dipecah harus merupakan batuan yang keras, tahan terhadap ausan, memenuhi kualitas, memenuhi gradasi dan tidak mengandung batuan pipih, memanjang, bebas dari kotoran dan material lain yang tidak layak untuk konstruksi. 5) Daur ulang dari konstruksi perkerasan yang ada hanya diijinkan maksimum 25% dari berat total. 6) Metoda yang dipakai untuk memproduksi batu pecah harus dapat menghasilkan produksi yang konsisten. Bila perlu guna memenuhi persyaratan atau mengeliminasi kelebihan partikel halus, hasil pecahan disaring dulu. 7) Semua material yang lolos saringan No. 4 hasil dari pemecahan batu,
gravel, atau hasil daur ulang dapat dicampurkan kedalam material base sepanjang memenuhi persyaratan gradasi. 8) Gradasi harus memenuhi batasan dalam tabel berikut ini apabila diuji dengan metoda ASTM C 136 dan ASTM C 117 (penyaringan basah)
9) Gradasi dalam tabel tersebut adalah batasan yang menentukan kelayakan agregat yang dapat dipakai sebagai sumber material. Gradasi akhir ditentukan berdasarkan batasan tabel tersebut dan harus merata dari kasar sampai halus. 10) Bagian dari agregat base, termasuk material yang dicampur yang lolos saringan No. 40 harus mempunyai Liquid Limit tidak lebih dari 25% dan Plasicity Index tidak lebih dari 6% apabila diuji dengan metoda ASTM D 423 dan ASTM D 424. 11) Material yang tidak layak seperti lempung, lanau, gypsum, potongan potongan kayu dan plastik harus dibuang dari agregat base. b) Semen Portland Semen Portland yang dipakai harus dari merek yang sudah lazim dipakai di Indonesia dan memenuhi persyaratan ASTM C 150 untuk semen tipe I. Dengan peersetujuan Pemberi Tugas semen dengan additive puzzolan mungkin dapat dipakai dengan syarat kandungan puzzolan tidak lebih dari 30% berat. c) Air Air yang dipakai untuk mencampur dan mengawetkan adukan harus bersih, tidak mengandung bahan bahan yang dapat mengurangi kualitas seperti lumpur, minyak, asam, bahan bahan organik, alkali, garam atau kotoran kotoran lainnya yang merugikan. KADAR SEMEN a) Sebelum pekerjaan dimulai, harus diadakan tes laboratorium terhadap contoh agregat, semen dan air untuk menentukan jumlah semen yang diperlukan guna
memenuhi persyaratan. b) Kadar semen berkisar antara 3% sampai 6% dari berat kering agregat. c) Spesimen tes dibuat dengan kadar semen berbeda beda dan dipadatkan sesuai ASTM D 1557 metoda D dan kadar air optimum ditentukan untuk setiap kadar semen. Sampel yang dipadatkan pada OMC akan ditentukan kuat desaknya (compressive strength) sesudah 6 hari dan direndam selama 24 jam. Kadar semen yang akan dipakai adalah kadar semen terhadap berat yang menghasilkan karakteristik kuat desak laboratorium pada 7 hari tidak kurang dari 4481 kPa, berdasarkan tes terhadap sekurang kurangnya 6 silinder. Karakteristik kuat desak ditentukan dengan rumus X6 – 1 x Sd6 dimana X6 = rata rata dari 6 tes Sd6 = standar deviasi dari 6 tes METODA PELAKSANAAN a) Batasan Cuaca Cement Treated Base tidak boleh dihampar pada waktu hari hujan. b) Pekerjaan di Pit dan Quarry Material diperoleh dari borrow pit, quarry atau daur ulang material yang telah disetujui. Material harus diambil dan ditangani sedemikian sehingga material yang didapat seragam dan sesuai dengan yang diharapkan c) Peralatan 1) Semua peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini harus dalam kondisi baik dan harus sudah disetujui oleh Pemberi Tugas sebelum pekerjaan dimulai. 2) Kontraktor harus menyediakan air dilokasi dalam jumlah yang cukup untuk pelaksanaan pekerjaan ini. 3) Peralatan untuk melaksanakan pekerjaan ini harus mempunyai kapasitas yang cukup untuk mencampur material/agregat + semen dan air dengan proporsi sedemikian sehingga dapat dihasilkan cement treated base course dengan gradasi dan konsistensi sesuai persyaratan d) Cetakan dan Penghamparan 1) Penghamparan Cement Treated Base dapat dilaksanakan dengan
menggunakan penghampar
cetakan
atau
dengan
menggunakan
alat tanpa cetakan samping. 2) Bila menggunakan cetakan kayu atau metal, panjang minimum adalah 3 meter dan harus mempunyai ketebalan sama dengan tebal padat base course dan dapat menghasilkan alignment yang bagus. Cetakan harus ditempatkan sesuai dengan garis, elevasi dan kemiringan sesuai gambar rencana. 3) Agar ketinggian dan kemiringan sesuai persyaratan dan gambar dapat terpenuhi, lapisan teratas dari cement treated baseharus dihampar dengan menggunakan mechanical paver. 4) Lapisan dibawah lapisan teratas dapat dihampar dengan menggunakan motor grader, power shovel atau peralatan yang sejanis. 5) Bila Kontraktor menggunakan alat penghampar, peralatan dan suppy material harus mampu menghampar dan memadatkan dalam ketebalan dan kontur yang memenuhi persyaratan. 6) Persiapan Lapisan Bawah Hamparan (Underlying Course) 1) Sebelum cement treated base dihampar, lapisan dibawahnya harus disiapkan sesuai yang dipersyaratkan. 2) Lapisan bawah ini harus sudah disetujui oleh Pemberi Tugas sebelum penghamparan dimulai. 3) Pengecekan ketinggian dan kemiringan hamparan dapat dilakukan dengan grade stakes, steelpins, atau mal (forms) yang ditempatkan berupa lajur lajur sejajar dengan sumbu dari perkerasan (landasan, taxiway, jalan dsb), dalam interval sedemikian sehingga memungkinkan benang benang dapat direntang daiantara stakes, pins, atau mal tersebut 4) Untuk melindungi lapisan bawahnya (underlying course) dan agar drainase berfungsi dengan baik, penghamparan CTB harus dimulai dari tengah pada perkerasan yang berbentuk punggung (crowned)
atau pada bagian tertinggi pada perkerasan yang miring kesatu arah. e) Pencampuran 1) Cement Treated Base harus dicampur di mixing plant sentral, dapat sistem batching maupun menerus (continous). Perbandingan agregat dan semen dapat berdasrkan berat ataupun volume. 2) Agregat untuk CTB harus dipisahkan paling tidak dalam dua ukuran dan setiap ukuran harus disimpan terpisah. Satu tempat berisi agregat yang tertinggal diatas saringan No. 4 dan tempat satunya lagi berisi agregat yang lolos saringan No. 4 3) Dalam semua mesin pengaduk proporsi air dapat berdasarkan berat atau volume. Peralatan pencampur ini harus dilengkapi dengan alat pengukur sehingga Pemberi Tugas dapat mengecek jumlah air per batch atau debit aliran pada continous plant. Air tidak boleh dituang sebelum agregat masuk kedalam mixer. 4) Bagian dalam mixer harus selalu dibersihkan sehingga tidak ada sisa campuran yang mengeras yang tertinggal didalamnya. 5) Apapun plant yang digunakan, semen harus dituangkan sedemikian sehingga dapat terdistribusi merata dalam agregat selama pencampuran (mixing). 6) Pemasukan material kedalam batching plant atau tingkat pemasukan (rate of feed) dalam continous mixer tidak boleh melebihi kapasitas mixing plant. 7) Waktu mixing dalam continous plant tidak boleh kurang dari 30 detik, kecuali bila dapat dibuktikan bahwa dengan waktu kurang dari 30 detik persyaratan kadar semen dan kuat desak dapat dicapai secara konsisten. f) Penempatan 1) Penggunaan mixer dengan cara penuangan yang diluncurkan (chute) diijinkan bila dengan cara ini dapat dijamin tidak terjadi segragasi. 2) Pada lapisan bawahnya (underlying course) sudah tidak terdapat
alur
alur atau bagian bagian yang lunak. Apabila permukaannya kering maka harus dibasahi secukupnya akan tetapi tidak boleh sampai menyebabkan lapisan bawah tersebut menjadi lumpur pada saat campuran akan diletakkan 3) Truk untuk transport campuran base course ini harus dilengkapi dengan tutup pelindung (protective cover). Kapasitas truk sekurang kurangnya 10 ton. 4) Material base harus dihampar diatas underlying course yang telah disiapkan dengan ketebalan sedemikian sehingga bila dipadatkan permukaannya sesuai dengan ketinggian dan dimensi yang dipersyaratkan. 5) CTB harus dibuat secara berlapis lapis dengan ketebalan sesudah dipadatkan tidak lebih dari 250 mm. Batasan ini dapat diabaikan bila Kontraktor dapat membuktikan dengan tebal lebih dari 250 mm dapat dicapai kepadatan yang diminta. 6) Bila pembuatan CTB dilaksanakan secara berlapis lapis, maka permukaan lapisan terbawah harus dikasarkan dengan garu agar terjadi ikatan yang kuat dengan lapisan diatasnya. Lapisan kedua dan seterusnya dapat dihampar dan dipadatkan 24 jam sesudah lapisan terbawah. Sebelum meletakkan lapisan berikutnya, lapisan yang akan ditumpangi harus dibasahi secukupnya agar terjadi ikatan yang kuat. 7) Tenggang waktu antara mixing dan penghamparan tidak boleh lebih dari 30 menit. 8) Peralatan untuk menghampar material base harus dapat menghasilkan lapisan base dengan ketelitian, ketepatan serta keseragaman tebal dan lebar. g) Pemadatan 1) Segera sesudah dihampar, material base harus harus dipadatkan dan tenggang waktu antara penghamparan dan penyelesaian rolling terakhir
tidak boleh lebih dari 45 menit agar dapat dicapai kepadatan optimum. 2) Alat pemadat (roller) harus tersedia dalam jumlah dan kapasitas yang cukup agar spesifikasi terpenuhi. 3) Rute peralatan pemadatan harus direncana secara seksama untuk menghindari terjadinya alur alur akibat jejak roda kendaraan atau traktor. 4) Bilamana perlu, sesudah pemadatan material base dirapikan (trimmed) dengan motor grader sesuai dengan ketinggian yang tertera dalam gambar. 5) Penyelesaian harus sampai permukaan lapisan sesuai dengan gambar potongan melintang dengan toleransi ± 10 mm diatas atau dibawah permukaan rencana dan bila diuji dengan batang lurus sepanjang 3 meter yang diletakkan sejajar atau tegak lurus terhadap sumbu perkerasan, tidak boleh ada perbedaan tinggi sebesar 6 mm pada setiap titik. 6) Tes kepadatan lapangan harus dilakukan sekurang kurangnya satu kali untuk setiap 1.000 m luas cement treated base. Kepadatan yang dipersyaratkan adalah 98% dari kepadatan laboratorium pada OMC. Kepadatan lapangan ditentukan dengan metoda ASTM D 1556. 7) Semua peralatan dan kendaraan yang menurut pendapat Pemberi Tugas dapat merusak CTB atau material curing tidak diijinkan melewati base course yang sudah jadi dalam 24 jam pertama dari waktu curing. h) Pre-cracking Pemecahan (precracking) lapisan CTB dimaksudkan untuk menghindari terjadinya pecah karena susut yang tidak terkendali. Setiap lapisan CTB harus dipecah (precrack) menjadi kotak-kotak berukuran 3,50 x 3,50 m2.Metoda pemecahan dapat dipilih dari beberapa metoda berikut: a. Menggergaji setelah CTB mengeras · b. Membuat retakan pada CTB yang belum mengeras dengan menggunakan vibratory plate dan pembuat retakan. c. Memotong sambungan pada CTB yang belum mengeras
dengan
menggunakan
cutting
wheel.
Apabila Kontraktor memilih membuat retakan pada saat CTB belum mengering, baik itu dengan vibratory plate maupun dengan cutting wheel, retakan buatan tersebut harus diisi dengan aspal emulsi untuk menghindarkan retakan tersebut menyambung kembali karena pekerjaan pemadatan atau sebab lainnya. Aspal yang diisikan harus dicampur dengan air dengan perbandingan satu bagian aspal dan dua bagian air. Retakan yang dibuat harus sekurang kurangnya sepertiga tebal dari lapisan. i) Sambungan Konstruksi (Construction Joint) 1) Setiap hari pada akhir penghamparan, sambungan konstuksi melintang (tranverse construction joint) harus dibuat dengan suatu header atau memotong kembali material yang sudah dipadatkan untuk membentuk potongan melintang yang vertikal. 2) Permukaan ini harus ditutup dengan tanah basah, material lain yang layak atau metoda lain yang disetujui. 3) Proteksi terhadap construction joint memungkinkan penempatan, penghamparan dan pemadatan material base course tanpa merusak pekerjaan yang dilaksanakan sebelumnya. 4) Bila longitudinal construction joint diperlukan; pada bagian lebar konstruksi, dapat digunakan cetakan samping atau dibentu dengancara memotong tegak lurus material yang sudah dipadatkan. 5) Pelaksanaan pemadatan pada tempat tempat yang berdampingan dengan construction joint harus sedemikian sehingga pamadatan merata pada seluruh lapisan. 6) Sebelum meletakkan material baru menyambung konstruksi yang sudah padat, permukaan joint harus dibersihkan dan dibasahi. j) Proteksi dan Curing 1) Sesudah lapisan cement treated base selsai dilaksanakan sesuai spesifikasi, maka konstruksi ini harus dilindungi dari pengeringan selama 7 hari dengan cara membasahi dengan air. Bahan yang dapat menahan air
atau karung karung goni dapat digunakan untuk keperluan ini 2) Metoda curing harus segera dimulai dan tidak boleh lebih dari 12 jam sesudah penyelesaian pekerjaan CTB. Dalam kondisi apaun permukaan CTB yang baru diletakkan dan dipadatkan tidak boleh menjadi kering. k) Kuat Desak Lapangan 1) Kontraktor harus mengambil sampel dengan core drill sebanyak 4 buah untuk setiap 2.000 m2 dari cement treated base yang sudah berumur 7 hari guna menentukan kuat desaknya. Lokasi core ditentukan oleh Pemberi Tugas secara acak 2) Kuat desak 7 hari dari 3 sampel harus tidak kurang dari 5 N/mm2 sedangkan satu sampel lainnya tidak kurang dari 3,5 N/mm2 . 3) Bila hasil tes sampel tidak memenuhi persyaratan butir 2 tersebut diatas, area tersebut harus diganti oleh Kontraktor atas biayanya sendiri. Tambahan sampel mungkin diperlukan untuk menentukan luas area yang harus diperbaiki. METODA TES DAN SPESIFIKASI Berikut adalah persyaratan tes dan material a) Standar Metoda Tes ASTM C 3 Membuat silinder ASTM C 39 Compressive Strength Cylinders ASTM C 42 Field Cores ASTM C 88 Soundness of Aggregate ASTM C109 Strength of Cement ASTM C 117 Wet Sieving ASTM C 131 L.A. Abration ASTM C 136 Sieve Analyses ASTM C 295 Aggregate for Concrete ASTM D 75 Sampling Aggregate ASTM D 423 Liquid Limit ASTM D 424 Plastic Limit ASTM D 558 Moisture-Density Relation of Soil-Cement Mixture ASTM D 1556 Density of Soil in Place ASTM D 1557 Moisture-Density Relation (Method D) b) Standar Spesifikasi Material ASTM C 150 Portland Cement ASTM C 595 Blended Hydraulic Cements ASTM D 977 Emulsified Asphalt (anionic) ASTM D 2028 Cutback Asphalt ASTM D 2397 Emulsified Asphalt (cationic)
Jurnal Jalan dan Jembatan 9 Volume 26 No. 2, Agustus 2009 Untuk mengevaluasi nilai struktur( Structural Number , SN) dan nilaiekonomis biaya konstruksi yangdiperlukan untuk lapis pondasi agregatdan lapis pondasi yang distabilisasi semenmaka diambil asumsi tebal lapis pondasi20 cm (8 inci).Mengacu terhadap data koefisienkuatan relatif untuk masing-masing jenislapis pondasi sesuai pada Tabel 3 dantebal asumsi lapis pondasi sebesar 20 cmmaka seperti terlihat pada Tabel 4 nilaistruktur lapis pondasi agregat yangdistabilisasi semen lebih tinggi. Namundemikian, apabila mengkaji terhadap biaya pekerjaan masing-masing jenis lapis pondasi dengan menggunakan ProgramAnalisa Harga Satuan (PAHS) pekerjaan jalan dari Bina Marga dan harga bahanTahun 2008 dan yang berlaku di
daerahPropinsi Jawa Barat. Hasil kajianmenunjukkan harga pekerjaan lapis pondasi yang distabilisasi semen lebihmahal (lihat Table 4). PEMBAHASAN Berdasarkan data koefisien kekuatanrelatif, data nilai struktur ( Structural Number , SN) serta rasio biaya pekerjaan pada Tabel 4. Pada Tabel 4 diperoleh bahwa: • Membandingkan antara koefisienkekuatan relatif lapis pondasidistabilisasi semen dengan lapis pondasi agregat, baik pondasi atasmaupun pondasi bawah, diperoleh bahwa pondasi bersemen memilikikoefisien kekuatan reltif lebih tinggi. • Dengan acuan biaya dan acuan nilaistruktur adalah lapis pondasi agregat, baik untuk lapis pondasi atas maupunlapis pondasi bawah, maka lapis pondasi atas`yang memiliki rasio biayatertinggi adalah CMRFB (2,53), CTB (1,63) dan CTRB (1,24). Sedangkanuntuk lapis pondasi bawah adalah CTSB (1,28) dan CTRSB (1,25).Apabila membandingkan antara rasio biaya dan rasio nilai struktur (SN) untuklapis pondasi agregat yang distabilisasisemen diperoleh rasio biaya lebih tinggidibandingkan dengan rasio nilai strukturatau kurang ekonomis. Namun apabilamemperhatikan keuntungan lainnya,yaitu: • Lapis pondasi agregat yang distabilisasisemen relatif tidak sensitif terhadap pengaruh air (lihat Tabel 1) sehingganilai strukturnya relatif stabil padamusim panas atau musih hujan. • Untul lapis pondasi CTRB , CMRFB dan CTRSB agregat yang digunakansebagian besar agregat lama ( existing ),untuk itu mencegah kerusakanlingkungan.
Jurnal Jalan dan Jembatan 10 Volume 26 No. 2, Agustus 2009 Tabel 4 .Rasio umur pelayanan dan biaya bahan lapis pondasi NO Jenis pondasiKoefisienkekuatanrelatifStructuralnumber (SN)RasioSN BIAYAI PONDASI (BASE) 1 Agregat Kelas A a 2 = 0,140 1,10 1,00 1,002 CTB (Cement Treated Base )a 2 = 0,200 1,57 1,43 1,633 CTRB ( Cement Treated Recycling Base )a 2 = 0,170 1,34 1,21 1,244 CMRFB ( Cold Mix Recycling Foam Bitumen )a 2 = 0,250 1,97 1,79 2,53II PONDASI BAWAH (SUBBASE)1 Agregat Kelas B a 3 = 0,130 1,02 1,00 1,002 CTSB ( Cement Treated Sub-Base )a 3 = 0,180 1,42 1,38 1,283 CTRSB ( Cement Treated Recycling Sub-Base )a 3 = 0,145 1,14 1,12 1,25 KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan makadapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: • Koefisien kekuatan relatif lapis pondasidistabilisasi semen, baik pondasi atasmaupun pondasi bawah, lebih tinggidibandingkan dengan koefisienkekuatan relatif lapis pondasi agregat. •
Lapis pondasi atas`yang memiliki rasio biaya dan rasio nilai struktur tertinggi berturut-turut adalah CMRFB, CTB danCTRB. Sedangkan untuk lapis pondasi bawah adalah CTSB dan CTRSB. • Apabila membandingkan antara rasio biaya dengan rasio nilai struktur (SN)maka untuk seluruh lapis pondasi yangdistabilisasi semen, baik untuk lapis pondasi atas maupun untuk lapis pondasi bawah, diperoleh rasio biayamasih lebih tinggi atau kurangekonomis dari segi biaya. • Apabila memperhatikan ketahananterhadap pengaruh air (kondisi drainasedan curah hujan) maka lapis pondasidistabilisasi semen lebih tahan pengaruh air. Khusus untuk lapis pondasi agregat distabilisasi semendengan teknologi recycling memilikinilai tambah karena sebagian besarmenggunakan agregat lama ( existing )sehingga dapat menghemat penggunaanagregat baru. Saran Meskipun kinerja lapis pondasi agregatyang stabilisasi semen cukup baik,namun apabila ditinjau dari tingkatkemudahan kerjanya maka untuk pondasi bersemen memerlukan ketelitian dankedisiplinan yang tinggi, terutama pada pelaksanaan, terutama kehomogenancampuran. Untuk itu, keberhasilan pondasi agregat yang distabilisasi sementergantung terhadap keberhasilan pada pelaksanaan dan perawatan. DAFTAR PUSTAKA Bina Marga, 2008. Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan (BukuV) , Jakarta: Bina Marga.Giovanni Parmeggiani, 2000. ThreeDimensional Asphalt Mix Design ,
Jurnal Jalan dan Jembatan 11 Volume 26 No. 2, Agustus 2009 World of Asphalt Pavements 1 ST International Conference . Sydney.Departemen Pekerjaan Umum, 2002:ARRB. Pedoman PerencanaanTebal Perkerasan Lentur . Pt T-01-2002-B, Jakarta: DepartemenPekerjaan Umum.Pusat Litbang Jalan dan Jembatan, 2007. Spesifikasi Khusus tentang CementTreated Recycling Base andSubbase (CTRB & CTRSB) Dicampur di Tempat (Mix inPlace)
, Bandung: Pusjatan.Pusat Litbang Jalan dan Jembatan, 2007. Spesifikasi Khusus tentang DaurUlang Campuran Beraspal Dingin Lapis Pondasi Dengan Foam Bitumen ( Cold Mix Recycling Base By Foam Bitumen , CMRFB Base ), Bandung: Pusjatan.