TEKNOLOGI LIQUID ( (SUSPENSI DAN SYRUP) )
PRODI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
DEFINISI SUSPENSI
Sistem dua fasa terdistribusi / terdispersi sebagai partikel padat didalam fasa kedua atau fase kontinyu (cair) Fasa terdispersi disebut fase kontinyu (cair). Fasa sebagai fasa dalam. Fasa kontinyu disebut sebagai fasa luar Ukuran fasa terdispersi (fasa sebagai fasa luar. Ukuran fasa terdispersi (fasa dalam) 0,5 um atau lebih (USP XXVII, 2004)
SISTEM DISPERSI ∗ MERUPAKAN CAMPURAN ANTARA ZAT TERLARUT DAN ZAT PELARUT ∗ ZAT TERLARUT = FASA TERDISPERSI = FASA ZAT TERLARUT FASA TERDISPERSI FASA DALAMÆ JUMLAHNYA LEBIH SEDIKIT DARIPADA ZAT PERLARUT ∗ ZAT PELARUT = FASA KONTINYU = MEDIUM PENDISPERSI = FASA LUAR
SISTEM DISPERSI Fasa Terdispersi Solid
Liquid Gas
Medium Dispersi Solid Liquid Solid dalam basis Suspensi salep Solid dalam basis tipis polimer Cairan dalam basis Emulsi salep Udara dalam busa Busa plastik padat (foam)
Gas Aerosol Solid
Aerosol Cairan
Suspension
Continuous phase (Dispersion medium)
Dispersed phase
6
KEUNTUNGAN 1. Baik digunakan untuk pasien yang sukar g p y g menerima tablet / kapsul, terutama anak‐anak. 2. Homogenitas tinggi 3. Lebih mudah diabsorpsi daripada tablet / kapsul (karena luas permukaan kontak antara zat aktif dan saluran cerna meningkat). 4 Dapat menutupi rasa tidak enak / pahit obat 4. D t t i tid k k / hit b t (dari larut / tidaknya)
KEKURANGAN 1. Kestabilan rendah (pertumbuhan kristal jika jenuh, estab a e da (pe tu bu a sta j a je u , degradasi, dll) 2. Jika membentuk “cacking” akan sulit terdispersi kembali sehingga homogenitasnya turun. 3. Alirannya menyebabkan sukar dituang 4. Ketepatan dosis lebih rendah daripada bentuk sediaan larutan 5 Pada saat penyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan 5. Pada saat penyimpanan kemungkinan terjadi perubahan sistem dispersi (cacking, flokulasi‐deflokulasi) terutama j jika terjadi fluktuasi / perubahan temperatur. j /p p 6. Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk memperoleh dosis yang diinginkan.
Sifat Fisik Untuk Formulasi Suspensi yang Baik(Aulton, hlm. 269) 1 Suspensi harus tetap homogen pada suatu perioda 1. Suspensi harus tetap homogen pada suatu perioda, paling tidak pada perioda antara pengocokan dan penuangan sesuai dosis yang dikehendaki. 2. Pengendapan yang terjadi pada saat penyimpanan harus mudah didispersikan kembali pada saat pengocokan. 3. Suspensi harus kental untuk mengurangi kecepatan pengendapan partikel yang terdispersi. Viskositas tidak boleh terlalu kental sehingga tidak menyulitkan pada saat penuangan dari wadah. 4. Partikel suspensi harus kecil dan seragam sehingga 4 p g gg memberikan penampilan hasil jadi yang baik dan tidak kasar (gritty texture=berpasir)
MACAM MACAM SUSPENSI MACAM‐MACAM SUSPENSI
Berdasarkan Penggunaan (FI IV, 1995) 1 S 1. Suspensi Oral Æditujukkan untuk penggunaan i O l Ædit j kk t k gg oral. 2 Suspensi Topikal Æditujukkan untuk 2. penggunaan pada kulit. p p ditujukkan untuk j 3. Suspensi Optalmik Æ penggunaan pada mata.
Suspensi optalmik, sediaan cair steril yang mengandung Suspensi optalmik sediaan cair steril yang mengandung partikel‐partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata. Syarat suspensi optalmik : a. Obat dalam suspensi harus dalam bentuk termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi dan atau goresan pada kornea. t d k b. Suspensi obat mata tidak boleh digunakan bila terjadi massa yang mengeras atau penggumpalan
4. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan disuntikan secara intravena atau kedalam saluran spinal. 5. Suspensi untuk injeksi terkontinyu adalah sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai d t k i d b h b i untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai. 6 Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair yang 6.Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair yang mengandung partikel‐partikel halus yang ditujukkan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.
External use (Topical ) Oral administration Ophthalmic Otic
Parenteral suspensions
Berdasarkan Sifat Partikel Penyusunnya :
1. Suspensi Deflokulasi a. Susunan yang terbentuk merupakan ikatan yang kuat g g b. Tidak mudah memisah dari endapannya apabila dikocok c. Sulit tersuspensi kembali d Dapat membentuk caking d. D t b t k ki g ∗ Keunggulannya : sistem deflokulasi akan menampilkan dosis yang relatif homogen pada waktu yang lama karena kecepatan sedimentasinya yang lambat. ∗ Kekurangannya : apabila sudah terjadi endapan sukar sekali k bl h k k l diredispersi karena terbentuk masa yang kompak
2. Suspensi Flokulasi a. Susunan yang terbentuk merupakan ikatan yang S g t b t k k ik t g lemah (Van der Waals) b Cepat memisah kembali apabila dikocok perlahan b. c. Mudah membentuk suspensi yang homogen kembali d. Tidak membentuk caking ∗ Keunggulannya : sedimen pada tahap akhir penyimpanan akan tetap besar dan mudah diredispersi. ∗ Kekurangannya : dosis tidak akurat dan produk tidak elegan karena kecepatan sedimentasinya tinggi.
Agregasi dan Pengendapan ∗ Suspensi harus membentuk jaringan yang longar “flocks” yang dapat mengendap dengan cepat tetapi tidak membentuk “cakes” dan harus mudah diresuspensikan lagi. ∗ Pengendapan dan agregasi dapat disebabkan oleh adanya cakes (suspension) yang mana akan menyebabkan suspensi sulit diredisperskan lagi atau akan terjadinya phase separation (emulsion)
flock
cake
PREFORMULASI MELIPUTI : ∗ Organoleptis O l i ∗ Kemurnian ∗ Ukuran partikel ∗ Kelarutan ∗ Kecepatan melarut ∗ Koefisien partisi ∗ dll
KOMPONEN FORMULA SUSPENSI ∗ Drug ∗ Suspending agent ∗ Wetting agent ∗ Buffer ∗ Preservative P ti ∗ Also, coloring, sweetening, and flavoring agents
Formulasi suspensi ∗
2. Bahan Tambahan Pertimbangan pemilihan bahan tambahan : a. Kompatibilitas dengan zat aktif b. Stabilitas pada pH dan temperature p p p c. Kompatibilitas dengan bahan tambahan lain d. Biaya produksi
SUSPENDING AGENTS (VISCOSITY MODIFIERS) ∗ Meingkatkan viskositas air dengan mengikat atau dengan menjebak molekul air diantara rantai intertwined macromolecular Æ sehingga menghambat pergerakan air ∗ Viskositas meningkat Æ mengendalikan sedimentasiÆstabilitas fisik meningkat
Suspending agents Carboxypolymethylene (carbopol/carbomer) (sintetik polimer) ∗ Co‐polimer dari acrylic acid dan allyl sucrose ∗ Penggunaannya 0,5% ∗ Untuk topikal suspensi, dapat juga digunakan untuk oral suspensi ∗ Larut dalam air, bersifat asam Æ viskositas rendah ∗ Peningkatan pH 6‐11 Æ Viskositas tinggi
Suspending agents
Colloidal silicon dioxide (aerosil) ∗Larut dalam air ∗Penggunaan sampai 4% ∗Untuk sediaan suspensi topikal
Suspending agents Polysaccharides and gums a. Acacia gum (gum arabic) Bahan alam, kurang bagus sebagai suspending agents, perlu jumlah besar, bisa juga sebagai protectid coloid (meningkatkan kekuatan lapisan dengan ikatan hidrogen), biasanya dikombinasi p g g ), y dengan tragakan b. Tragacanth Menghasilkan sifat tixotrophic dan pseudoplastic sebagai thickening agent (pengental) lebih baik daripada acacia dapat thickening agent (pengental) lebih baik daripada acacia, dapat digunakan sebagai sediaan peroral atau topikal Stabil pada pH 4‐7,5
Suspending agents c. Alginate (asam alginic) ∗ Polimer darid‐mannuronic acid Æ mirip tragakan ∗ Mucilago M il alginan l i tid k b l h di tidak boleh dipanaskan lebih dari 60 k l bih d i 6 ⁰C Æ terjadi depolimerisasiÆ viskositas menurun ∗ sangat kental setelah pembuatan, viskositas menurun sangat kental setelah pemb atan iskositas men r n dan konstan setelah 24 jam ∗ Penambahan CaCl₂ Æ Penambahan CaCl Æ ca‐ ca alginate ÆViskositas meningkat
Suspending agents
d starch/amilum d. starch/amilum ∗ Dikombinasi dengan tragakan atau na CMC ∗ Sodium starch glycollate (explotab, primojel )Æ derivat amilum kentang
Suspending agents Water soluble cellulose (cellulose derivate) a. Methylcellulose (celacol) 9Semisintesis polisakarida, 9Lebih mudah larut dalam air dingin daripada air panas 9Didispersikan dalam air hangat kemudian didinginkan dengan pengadukan yang konstan. 9Non ionik stabil pada pH 3‐11 9Pemanasan pada 50⁰C Æ gel
Suspending agents b. hydroxyethylcellulose (natrosol 250) Disukai karena melarut pada air panas maupun dingin, pemanasan tidak menyebabkan menjadi gel g c. Sodium carboxymethylcellulose (edifas, cellosize) Ex : Na CMC d. Microcrystalline cellulose (avicel) ÆPenggunaan 8‐11%
Suspending agents ∗ Hydrate silicate (clays) Bentonite (2‐3% untuk topikal), veguum (5%) hectorite (1‐2% untuk topikal dan peroral) Hydrasi mudah, dapat menyerap air 12 x beratnya mudah dapat menyerap air 12 x beratnya terutama bila suhu dinaikkan Gel yang terbentuk menghasilkan aliran thixotropic
SUSPENDING AGENT ∗ ∗ ∗ ∗ ∗ ∗ ∗
Akasia/Gom Arab (2,5 %) Tragacanth (1 – 2 %) Na Alginat (1 2 %) Na Alginat (1 – Metilselulosa (0,5 – 2 %) Na CMC (0 25 – 2 %) Na CMC (0,25 Bentonit (2 – 5 %), untuk eksternal Veegum (0,5 – g ( , 2,5 %) , ) ∗ Veegum + air 16 kalinya ∗ Sering dikombinasi dengan CMC 1 % dan veegum 0,5 % ∗ CMC (0,5 – 2 %)
WETTING AGENT ∗ Tween 80 ∗ Spa Span ∗ Alkohol ∗ Propilenglikol
u tu sed aa untuk sediaan oral
∗ Dioktil Na Sulfosuksinat ∗ Na Lauril Sulfat
untuk obat luar
WETTING AGENTS Solvent : gliserin, propilen glikol, polietilen glikol Surfaktan : Anionik : sodium lauryl suphate, dioctyl sodium sulphosuccinate Æ topikal Non ionik : polysorbate (tween), sorbitan ester (span) Æ oral Kerugian surfaktan Æ Foam, defloculated system
LANDASAN TEORI WETTING
Tahap kritis pembuatan suspensi adalah pencampuran partikel padat untuk mendapatkan dispersi yang stabil Pembasahan (wetting) partikel padat adalah pengusiran udara pada permukaan partikel oleh cairan
Proses pembasahan melibatkan surfaces dan interfaces ∗ Umumnya serbuk yang sedikit lyophobic/hydrophobic tidak menimbulkan banyak masalah dan mudah dibasahi ∗ Sedangkan serbuk yang sangat S d gk b k g g t lyophobic/hydrophobic dapat mengambang dipermukaan pembawa air karena energi interfasial antara serbuk dan pembawa
Wetting agent Spreading wetting ∗ Cairan yang kontak dengan substrat/zat padat menyebar dan menggantikan udara di permukaan substrat/zat padat ∗ Bila cairan menggantikan kedudukan seluruh udara dari permukaan, maka dikatakan cairan membasahi permukaan dengan sempurna
Wetting agent
Critical surface tensions C iti l f t i ∗ Umumnya surface tensions cairan sama atau lebih kecil dari critical surface tension partikel padat ∗ Dengan diketahui critical surface tension dari partikel padat Æ membantu pemilihan wetting agent ∗ Bahan yang memiliki critical surface tension dibawah 30 dynes/cm2 memerlukan wetting agents
Wetting agent Pada proses pembasahan terjadi: ∗ Penurunan tegangan permukaan cairan ∗ Pernurunan tegangan interfacial cairan/zat padat ∗ Penambahan surfaktan ke dalam air akan menurunkan tegangan permukaan air/zat padat sehingga menghasilkan nilai koefisien penyebaran yang positif. itif
BUFFER ∗ Buffer digunakan sebagai dapar ∗ Bahan aktif asam atau basa lemah ∗ Dapar bentuk garam Æ floculating agents (surfaktan , elektrolitÆ trisodium phosphat, aluminum pottasium phospat, aluminum chloride, sodium chloride) h l hl d d hl d ) ∗ Pemilihan : 1. Kapasitas dapar sesuai dengan range pH yang diinginkan 2. Aman secara biologis 3. Tidak mengganggu stabilitas sediaan 4. Tidak mengganggu flavor, fragrance atau warna sediaan
HUMECTANTS AND CO SOLVENT HUMECTANTS AND CO‐SOLVENT ∗ Mencegah kristalisasi bahan terlarut dalam suspensi ∗ Co‐solventÆ Co solventÆ meningkatkan kelarutan molekul elektrolite lemah dan non polar (pengawet, antioksidan flavor fragrance) antioksidan, flavor, fragrance) ∗ Yang sering digunakan alkohol, propilenglikol polietilenglikol 1 3 butilenglikol propilenglikol,polietilenglikol, 1,3‐butilenglikol
PRESERVATIVE (pengawet) ∗ Metil paraben (Nipagin) : 0,12 – Metil paraben (Nipagin) : 0 12 0,18 % 0 18 % (antibakteri) ∗ Propil paraben (Nipasol) : 0,05 % (antijamur) ∗ Asam benzoat
: 0,1 %
∗ Na benzoat
: 0,1 %
ZETA POTENSIAL Perbedaan potensial antara permukaan lapisan ion ion yang terikat kuat pada permukaan zat ion‐ion yang terikat kuat pada permukaan zat padat dan bagian elektronetral dari larutan ∗ Terbentuk pada partikel yang tersuspensi b k d k l oleh l h karena ionisasi pada permukaan zat padat, adsorpsi molekul surfaktan d l k l f k pada permukaan zat d k padat
ZETA POTENSIAL ∗ Muatan partikel akan meningkatkan potensial p g p permukaan, potensial permukaan akan turun menjadi nol bila ada counter ion dalam fase luar. ∗ Dimana lokasi muatan permukaan disebut elektrikal double layer Æ lapisan pertama terikat k d kuat pada permukaan zat padat dan lapisan k d d l i kedua lebih bebas ∗ Zeta potensial>25 mVÆ Z t t i l 25 VÆ defloculasi d fl l i ∗ Zeta potensial <25 mV Æ floculasi
AGERGATION AND CAKING ∗ Suspensi adalah sistem yang secara termodinamik tidak stabil, bila tidak dikocok dalam waktu lamaÆ partikel‐ partikel mengalami agregasi dan pengendapannya membentuk caking g ∗ Caking merupakan permasalahan yang harus diatasi pada formulasi suspensi dengan flokulasi yaitu partikel bergabung dengan ikatan yang lemah dan longgar Æ dengan menambahkan flocculant g ((surfaktan ,, elektrolitÆ trisodium phosphat, aluminum pottasium phospat, aluminum chloride, sodium chloride)
TEKNIK UNTUK MENDAPATKAN SUSPENSI YANG STABIL ∗
∗
∗
Memperkecil ukuran partikel ‐ suspending agent ‐ penggerusan ‐ wetting agent Menaikkan viscositas medium dispersi yaitu : Menaikkan viscositas medium dispersi, yaitu : ‐ suspending agent ‐ Menurunkan tegangan permukaan e u u a tega ga pe u aa ‐ suspending agent ‐ wetting agent Pengendalian sedimentasi ‐ suspending agent
Formula baku Acetaminophen Oral Suspension
Acetaminophen Suspension
Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations:Compressed Semi Solid Products
Amoxacillin Powder for Suspension
Evaluasi sediaan ∗ Penampilan : bentuk, bau, rasa p ∗ Penentuan pH sediaan ∗ Penentuan volume sedimentasi ∗ Sediaan dimasukkan kedalam gelas ukur, di k diamkan ∗ Volume sedimentasi merupakan volume endapan setelah pendiaman e dapa sete a pe d a a ((Vu) dibagi u) d bag volume sediaan awal (Vo) ∗ V=Vu/Vo ∗ Pemeriksaan ukuran partikel P ik k tik l ∗ Penentuan viscositas
Evaluasi sediaan Parameter Viskositas
pH St bilit fifisik Stabilita ik St bilit kkadar Stabilita d
Hal yg hrs diperhatikan Disesuaikan sehingga tidak mudah memisah tapi masih cukup mudah untuk dituang dlm range pH stabilita T40 selama l 3b bulan l penampilan masih baik T40 selama l 3b bulan, l masih ih memenuhi syarat
DRY SYRUP/RECONSTITUABLE SUSPENSION/ORAL SUSPENSION ∗ Bentuk kering (serbuk/granul)Æ ditambahkan air ketika akan digunakan ∗ Digunakan untuk bahan zat aktif yang Di k k b h k if tidak tahan lama berada di lama dalam air (±2 minggu) i ( i ) ∗ Lebih tahan terhadap perubahan temperature
Karakteristik dry syrup ∗ Campuran serbuk harus homogen p g ∗ Rekonstitusi Æ mudah dan cepat terdispersi dalam pembawa ∗ Redidpersi dan penuangan mudah p bentuk, bau dan rasa , ∗ Aseptable Untuk mendapatkan karakteristik yang diinginkan maka digunakan dispersing agent yang cepat terdispersi
Bahan aktif ∗ Amoxicillin ∗ Ampicillin ∗ Cephalexin ∗ Dicloxacillin ∗ Erythrimycin ∗ Penicilin v potassium
Bahan tambahan ∗ Suspending agent ∗ Wetting agent ∗ Sweetener ∗ Preservative ∗ Flavour ∗ Buffer ∗ Color
∗ Anticacking agent ∗ flocculating agent ∗ Granul disintegrant ∗ lubricant
Suspending agent ∗ Mudah terdispersiÆ dikocok dengan tangan Example: ∗ Acacia A i ∗ CMC‐Na ∗ Iota Carragenan ∗ Microcrystalline cellulose with CMC‐Na ∗ Povidone ∗ Propilenglikol alginate ∗ Silicon dioxide colloidal ∗ Sodium starch glycolate ∗ Tragacanth
sweetener ∗ Sukrosa Æ Pemanis, pengisi, pembawa Pemanis pengisi pembawa minyak menguap ∗ Manitol, dextrose, sodium saccharin, aspartame Æ tidak tahan panas
Wetting agent ∗Polysorbate 80 P l b t 8 ∗Sodium lauryl sulfate
Bahan tambahan lain ∗Pengawet : Na benzoate ∗Dapar : sodium citrat ∗Sukar larut tidak direkomendasikan seperti asam sorbat nipagin seperti asam sorbat, nipagin, nipasol
Pembuatan dry syrup ∗ Power blend : bahan dengan jumlah sedikit dicampur dengan dua tahap Æ tahap pertama dicampur dengan sebagian sucroseÆ tahap kedua dicampur dengan bahan tambahan lain supaya homogen ∗ Granulasi ∗ CombinasiÆ bahan yang tidak tahan panas ditambah setelah pengeringan granul
Granulasi 1. Menurunkan ukuran partikel g dengan mesh ukuran g ∗ Bahan bentuk serbuk dimilling tertentu, dilengkapi dengan ayakan ∗ Parameter kritis : kecepatan milling dan ukuran mesh 2. Pencampuran suspending agent, wetting agent dan antifoaming ∗ Wetting agent Æ suspending agents ditambahkan perlahan ∗ Parameter kritis : kecepatan pengadukan, waktu pengadukan
Granulasi 3. Pencampuran bahan zat aktif ∗ Bahan yang sudah dimmiling dicampurkan pada bahan nomor 2 Æ aduk sampai homogen ∗ Parameter kritis : kecepatan pengadukan, waktu Parameter kritis : kecepatan pengadukan waktu pengadukan 4 Granulasi 4. Granulasi ∗ Pada campuran nomor 3 dilakukan pembentukan granul b t k g l (dengan cairan pembentuk (d g i b t k granul)
Granulasi
55. Pengeringan Pengeringan ∗ Granul hasil langkah 4 dikeringkan ∗ Parameter : temperature, waktu pengeringan 6. Milling : hasil pengeringan Æ distribusi ukuran partikel p 7. Final blend : pencampuran akhir
SIRUP
Definisi Syrup
FI Ed III, hal 31 ∗ Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa, kecuali dinyatakan lain, ∗ kadar sakarosa, tidak kurang dari 64,0% dan tidak lebih dari 66 0% 66,0%. Pembuatan Sirup p dibuat sebagai g berikut : ∗ Kecuali dikatakan lain,, sirup ∗ Buat cairan untuk sirup, panaskan, tambahkan gula, jika perlu didihkan hingga larut. Tambahkan air mendidih secukupnya k hi hingga di diperoleh l h b bobot b t yang dikehendaki, dik h d ki buang busa yang terjadi.
DEFINISI SYRUP FI Ed IV, hal 15 ∗ Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain dengan kadar tinggi. Larutan sukrosa hampir jenuh dalam air dikenal sebagai Sirup atau Sirup Simpleks. BP, 2002, hal 1881-1883 ∗ Merupakan larutan yang mengandung air dan memiliki karakteristik rasa yang manis dan konsistensi viskositas ∗ Mengandung sukrosa 45% b/b, aromatik dan pewarna ∗ Biasanya penghitungan Dosis dengan menggunakan sendok takar 5 ml
SIRUP ∗ Sirup memiliki konsentrasi yang tinggi, larutan Sirup memiliki konsentrasi yang tinggi larutan air gula atau subtrat gula mengandung flavouring agent traditional seperti cherry syrup, cocoa syrup, orang syrup, dll ∗ Sirup yang tidak mengandung flavouring agent memiliki komposisi sukrosa 85%
MACAM MACAM SIRUP MACAM‐MACAM SIRUP ∗ Sirup simpleks mengandung 65% gula dalam larutan nipagin 0,25% b/v. ∗ Sirup obat, mengandung satu atau lebih jenis obat Sirup obat mengandung satu atau lebih jenis obat dengan atau tanpa zat tambahan dan digunakan untuk pengobatan. p g ∗ Sirup pewangi, tidak mengandung obat tetapi mengandung zat pewangi atau penyedap lain. Tujuan pengembangan sirup ini adalah untuk j p g g p menutupi rasa tidak enak dan bau obat yang tidak enak (Anief, 1986).
SIRUP ∗ Pemilihan bahan pembawa sirup harus mempertimbangkan sifat fisikakimia bahan tambahan maupun zat aktif ∗ Seperti cherry syrup dan orange syrup memiliki sifat asam oleh karena itu zat aktif yang larut dalam asam atau zwitterionic dapat menyebabkan pengendapan g zat aktif ∗ Penggunaan syrup yang bersifat asam dapat menurunkan stabilitas kimia pada zat aktif yang tidak stabil terhadap asam
Komponen syrup ∗ Zat aktif q ∗ Aquadest ∗ Sugar (sucrose) atau substrate (pemanis buatan)) 9Beberapa formula menggunakan basis selain p gg gula dengan mengganti syrup traditional p g y g 9paling banyak digunakan adalah larutan sorbitol 64% b/b sorbitol
∗ Akhir‐akhir ini banyak produk sirup bebas gula (sugar free syrup) karena sifat glycogenetic dan kariogenik dari sukrosa. ∗ Syrup yang dirancang untuk pemberian pada anak‐anak y py g g p p dan pasien diabetes harus bebas gula. ∗ Oleh karena itu, pengganti sirup harus memberikan rasa manis yang setara, viskositas dan menjaga dengan sirup asli. Untuk mencapai sifat ini : ∗ pemanis buatan (biasanya natrium sakarin, aspartam), ∗ modifikasi viskositas non‐lycogenetic modifikasi viskositas non lycogenetic (misalnya metilselulosa, hidroksietilselulosa) ∗ pengawet (misalnya natrium benzoat, asam benzoat dan ester benzoat parahydroxy).
Syrup ∗ Tekanan osmotik sirup yang mengandung 85% gula dapat menurunkan pertumbuhan bakteri ∗ Sirup dapat mengandung konsentrasi gula yang rendah tetapi perlu dtambahkan p y polyhidric alchohol seperti sorbitol, glycerol p ,gy atau propilenglikol untuk menjaga tekanan osmotik, mencegah kristalisasi dan mempertahankan kelarutan dari bahan tambahan
Bahan pengawet ∗ Bahan pengawet tidak diperlukan dalam sirup t di i tradisional yang mengandung konsentrasi l d k t i sukrosa yang tinggi ∗ dalam sirup bebas gula, sukrosa diganti oleh alkohol polihidrat dan sirup tradisional yang mengandung konsentrasi sukrosa yang lebih rendah perlu penambahan pengawet p p p g
Pengawet Contoh umum dari pengawet yang diigunakan antara lain: ∗ Campuran dari ester parahydroxybenzoate (biasanya methylhydroxybenzoate dan propylhydroxybenzoate dalam rasio 9:1). Rentang konsentrasi 0 1‐0 Rentang konsentrasi 0,1 0,2 % b / v 2 % b / v ∗ Pengawet lain yang digunakan meliputi asam benzoat (0,1‐0,2%) atau natrium benzoat (0,1‐0,2%).
Flavours ∗ Zat tambahan perasa yang berasal dari alam (misalnya peppermint, lemon, bumbu dan rempah rempah) dan tersedia sebagai dan rempah‐rempah) dan tersedia sebagai minyak, ekstrak, larutan . ∗ Zat tambahan perasa sintetis menawarkan keunggulan dibandingkan zat tambahan perasa alami dalam hal kemurnian perasa alami dalam hal kemurnian, ketersediaan, stabilitas dan kelarutan.
Pewarna Zat tambahan pewarna yang digunakan menyesuaikan zat tambahan perasa Misal rasa mint diberikan warna hij hijau, rasa pisang diberi warna i g dib i kuning, dll
Pembuatan sirupus simplex (Fornas, 1978, hal 273) Sirop Gula Komposisi : ∗ Tiap 100 ml mengandung : Saccharum album Methylis parabenum Air murni hingga
65 g 250 mg 100 ml (%b/v)
Untuk meningkatkan kecepatan proses melarut : (Ansel, hal 316‐317)
∗ Menggunakan gg panas p p perlu diperhatikan p kestabilan senyawa terhadap panas ∗ Mengurangi ukuran partikel zat terlarut (menghaluskan) peningkatan luas permukaan terhadap pelarut ∗ Menggunakan bahan pembantu pelarut contohnya siklodekstrin, gliseril monostearat, lesitin, dan asam stearat ∗ Pengadukan
TERIMA KASIH