PELAPISAN SOSIAL, KESAMAAN DERAJAT, KERAGAMAN, DISKRIMINASI DAN PENDERITAAN
Disusun Oleh
1. Nur Dwi Suci Aryanti
2015210177
2. Ade Chika Sulistyarini
2017210001
3. Awen Rifardo
2017210008
4. Fuadianty Nadhilah
2017210090
5. Shelma Fitri Ainulshidqi
2017210202
6. Citra Ayu Destari
2018212286
FAKULTAS FARMASI – UNIVERSITAS PANCASILA SEMESTER GASAL TA. 2018 - 2019
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Pelapisan Sosial, Kesamaan Derajat, Keragaman, Diskriminasi, dan Penderitaan". Penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar. Kami berharap dapat menambah wawasan dan pengetahuan, khususnya dalam bidang sosial dan kebudayaan, serta pembaca dapat menghargai keragaman dan menghindari diskriminasi dalam kehidupan sosial masyarakat. Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini, kami sangat mengharapkan kritikan dan saran dari para pembaca untuk melengkapi segala kurangan dan kesalahan dari makalah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada pihak pihak yang telah membantu selama proses penyusunan makalah ini.
Jakarta, 11 November 2018
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii DAFTAR ISI................................................................................................ iii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1 A. Latar Belakang ................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1 C. Tujuan ............................................................................................... 1 BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 2 A. Pelapisan Sosial ................................................................................. 2 B. Kesamaan Derajat .............................................................................. 4 C. Keragaman dan Kesederajatan ........................................................... 5 BAB III PENUTUP ....................................................................................... 8 A. Kesimpulan ....................................................................................... 8 B. Saran .................................................................................................. 9 PUSTAKA RUJUKAN .............................................................................. 10
iii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut kodratnya manusia adalah mahluk masyarakat. Manusia mulai dari lahir sampai mati sebagai anggota masyarakat, mereka bergaul dan saling berinteraksi satu sama lain karena mempunyai nilai-nilai, norma-norma dan prosedur yang merupakan kebutuhan bersama. Hal ini terjadi karena dalam diri manusia terdapat dorongan untuk hidup bermasyarakat. Dorongan bermasyarakat ini yang memicu manusia untuk bertindak bukan hanya untuk kepentingan dirinya sendiri. Manusia terbentuk dari individu yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda, sehingga membentuk kelompok sosial, dan oleh karenanya terciptalah suatu pelapisan masyarakat (social stratification). Sejumlah individu yang mempunyai kedudukan (status) yang sama menurut ukuran masyarakatnya berada dalam satu lapisan. Batasan pelapisan masyarakat yang dikemukakan oleh Theodorson dkk, didalam dictionary of sociology yaitu “pelapisan” masyarakat berarti jenjang status dan peranan yang terdapat didalam sistem sosial (dari kelompok kecil sampai masyarakat) didalam hal perbedaan hak, pengaruh dan kekuasaan”.
B. Rumusan Masalah 1. Apakah yang dimaksud dengan Pelapisan Sosial? 2. Apakah yang dimaksud dengan Kesamaan Derajat dan Keragaman? 3. Apakah yang dimaksud dengan Diskriminasi dan Penderitaan?
C. Tujuan 1. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar 2. Menjelaskan
definisi
Pelapisan
Sosial,
Kesamaan
Derajat,
Keragaman,
Diskriminasi, dan Penderitaan.
1
BAB II PEMBAHASAN A. Pelapisan Sosial Masyarakat merupakan suatu kesatuan yang didasarkan ikatan-ikatan yang sudah teratur dan stabil maka dengan sendirinya masyarakat merupakan suatu kesatuan yang dalam pembentukannya mempunyai gejala yang sama. Masyarakat tidak dapat dibayangkan tanpa individu, seperti juga individu tidak dapat dibayangkan tanpa adanya masyarakat. Individu dan masyarakat adalah komlementer yang dapat dilihat dari kenyataan bahwa: Manusia dipengaruhi oleh masyarakat demi pembentukan pribadinya. Individu mempengaruhi masyarakat dan bahkan dapat menyebabkan (berdasarkan pengaruhnya) perubahan besar masyarakat. Istilah stratifikasi (stratification) berasal darikata strat atau stratum yang berarti lapisan.olehkarena itu, social stratification sering diterjemahkan dengan pelapisan masyarakat. Sejumlah individu yang mempunyai kedudukan (stratus) yang sama menurut ukuran masyarakatnya berada dalam satu lapisan. Berdasarkan Pitirim A Sorokin pelapisan masyarakat adalah perbedaan penduduk atau msyarakat dalam kelas – kelasyang tersusun secara bertingkat (hierarkis). Lebih lengkapa lagi batasan yang diungkapkan oleh Theodorson dkk di dalam Dictionary of Sociology yaitu pelapisan masyarakat berarti jenjang status dan peranan peranan yang relatif permanen yang terdapat didalam sistem sosial (dari kelompok kecil sampai masyarakat) didalam perbedaan hak, pengaruh, dan kekuasaan. Didalam organisasi masyarakat primitif yang belum mengenal tulisan, pelapisan masyarakat itu sudah ada. Hal ini berwujud berbagaibentuk sebagai berikut: Adanya kelompok berdasarkan jenis kelamin dan umur dalam pembedaan hak dan kewajiban; 1. Adanya kelompok kelompok pemimpin suku yang berpengaruh dan memiliki hak-hak istimewa; 2. Adanya pemimpin yang paling berpengaruh; 2
3. Adanya orang orang yang dikecilkan di luar kasta dan orang yang diluar perlindungan hukum ( cutlaw men ) 4. Adanya pembagian kerja dalam suku itu sendiri; 5. Adanya pembedaan standar ekonomi dan di dalam ketidaksamaan ekonomi itu secara umum. Terjadinya Pelapisan Sosial: 1. Terjadi dengan sendirinya Pengakuan tumbuh dengan sendirinya tanpa disengaja. Pada pelapisan yang terjadi dengan sendirinya , kedudukan seseorang secara otomatis berada pada suatu strata atau pelapisan misalnya karena usia tua ,pemikiran / kepandaian yang berlebih, atau kerabat pembuka tanah, seeorang yangmemiliki bakat seni, atau orang sakti. 2. Terjadi dengan disengaja Sistem pelapisan yang disusun dengan sengaja ditujukan untuk mengejar tujuan yang sama. Didalam sistempeapisan ditentukan dengancara yang jelas dan tegas mengenai adanya wewenang dan kekuasan yang diberikan pada seseorang. Sistem pelapisan yang dibentuk dengan sengaja ini dapat kita lihat misalnya di dalam organisasi pemerintahan, organisasi partai politik, perusahaan besar, perkumpulan-perkumpulan resmi, dan lain-lain. Pendek kata di dalam organisasi formal. Didalam system organisasi yang disusun dengan cara ini mengandung dua system, ialah: Sistem fungsional: merupakan pembagian kerja kepada kedudukan yang tingkatnya berdampingan dan harus bekerjasama dalam kedudukan yang sederajat, misalnya saja di dalam organisasi perkantoran ada kerjasama antara kepala-kepala seksi dan lain-lain. Sistem saklar: merupakan pembagian kekuasaan menurut tangga atau jenjang dari bawah ke atas (vertical). Ukuran yang biasa dipakai dalam menggolong-golongkan anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial ialah: ukuran kekayaan, ukuran kekuasaan, ukuran kehormatan, dan ukuran ilmu pengetahuan. 3
Menurut sifatnya pelapisan sosial terbagi menjadi dua, yaitu : 1. Sistem Pelapisan masyarakat yang tertutup Didalam sistem ini perpindahan anggota masyarakat ke lapisan yang lain baik ke atas maupun kebawah tidak mungkin terjadi, kecuali ada hal-hal yang istimewa. Satu satunya jalanuntuk menjadi anggota dai suatu lapisan dalammsyarakat adah keahiran. Contoh sistem pelapisan ini adalah sistem kasta di negara India dan pada pemerintahan di Afrika Selatan yang masih melakukan politik apartheid atau perbedaan warna kulit yang disahkan undang undang. 2. Sistem pelapisan masyarakat yang terbuka Didalam sistem ini memungkinkan seseorang untuk memiliki kesempatann untuk jatuh ke lapisan yang ada dibawahnya atau naik ke lapisn yang diatasnya. Sistem ini dapat ditemukan di dalam kehidapan masyarakat di Indonesia. Setiap orang memiliki kesempatan untuk menduduki segala jabatan bila ada kesempatan dan kemampuan. Sebaliknya, seseoarang juga dapat turun dari jabatannya bila dia tidak mau mempertahankanya. Status yang berdasarkan usaha sendiri disebut dengan achieved status.
B. Kesamaan Derajat Hubungan antara manusia dan llingkungan masyarakat ada umumnya adalah secara timbal balik. Artinya,setiap orang sebagai anggota masyarakat mempunyai hak dan kewajiban , baik terhadap masyarakat maupun pemerintah dan negara. Beberapa hak dan kewajiban ditetapkan dalam undang-undang ( konstitusi ) sebagai hak dan kewajiban asasi. 1. Persamaan Hak Persamaan hak dicantumkan pada pernaytaan sedunia Hak-Hak Asasi Manusia tahun 1948 dalam pasal pasalnya, seperti dalam pasal 1, pasal 2 ayat1 dan pasal 7. 2. Persamaan Derajat di Indonesia Empat pokok hak-hak asasi manusia di Indonesia di atur dalam empat pasal Undang Undang 1945 sebagai berikut :
4
Pokok pertama, pada pasal 27 ayat 2 tentang persamaan kedudukan dan kewajiban warga negara di dalam hukum dan di muka pemerintahan.
Pokok kedua, dalam pasal 28 ditetapkanbahwa “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan oleh Undang-Undang.”
Pokok ketiga, dalam pasal 29 ayat 2 dirumuskan kebebasan asasi untuk memeluk agama bagi penduduk yang dijamin oleh negara.
Pokok keempat, adalah pasal 31 yang mengatur hak asasi mengenai pengajaran yang berbunyi (1) Tiap tiap warga negara berhak mendapat pengajaran, dan (2) Pemerintahan mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang.
C. Keragaman dan Kesederajatan Struktur masyaraat Indonesia yang majemuk dan dinamis, ditandai oleh keragaman suku bangsa, agama, ras, bahasa dan kebudayaan. Keragaman tersebut merupakan kekayaan budaya yang membanggakan, pada sisi lain megandung potensi masalah. Indonesia merupakan negara pluralis mendiami sekitar 17.667 pulau, 239 bahasa, dan 962 suku. Potret keanekaragaman budaya memberikan suasana Kebhinekaan Tunggal Ikaan yaitu kesatuan dalam keberagaman. Dinamika heterogen dan pluralism berbagai suku bangsa, budaya, etnis dan agama menyatu dalam ikrar Sumpah Pemuda 1928 dengan satu unsur kesepakatan Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa, yaitu Tanah Air Indonesia, Bangsa Indonesia dan Bahasa Indonesia. Pengalaman setiap bangsa membangun pluralisme beragam. Bangsa Indonesia terdiri dari suku, bahasa, ras, agama, merupakan bagian dari satu kesatuan yang bulat dalam arti luas. Suku Bangsa dan Ras. Ras adalah populasi sebuah jenis, yang berbeda dengan populasi-populasi lain dari jenis yang sama dalam frekuensi varian dari satu atau beberapa grup. Masalah sosial yang sering muncul ke permukaan berkaitan dengan itu adalah rasisme. Rasisme adalah doktrin superioritas yang menyatakan superioritas kelompok yang satu atas kelompok yang lain. 5
Pancasila adalah satu-satunya falsafah serta ideologi bangsa dan negara yang mengarahkan bangsa untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran. Perbedaan paham ideologi wajar dalam demokrasi, karena demokrasi tidak mengenal penyeragaman sistem politik warga negaranya. Negara demokratis memiliki ruang untuk mencari jalan tengah dalam memecahkan persoalan yang dihadapi warganya. Pluralisme harus dikelola dengan baik sebagai kekuatan sekaligus titik lemah. Pancasila menjadi alat pemersatu tanpa adanya perbedaan. Sedangkan tantangan pluralisme harus dikelola dengan baik untuk menjaga perdamaian dan kerukunan. Ideologi Pancasila mengamanahkan kesejahteraan sosaial dan ekonomi tercipta. Kesenjangan ekonomi dan sosial dapat menimbulkan ketegangan anterkelompok yang akhirnya memicu konflik. Untuk membentuk masyarakat plural upaya penegakkan sangat penting maknanya. Hubungan antarumat beragama dapat ditelusuri melalui pengakuan pluralitas kehidupam masyakaat beragama, bermasyarakat, bernegara dan kehidupan global dengan berlomba-lomba berbuat kebajikan, keadilan serta perlakuan sama tanpa diskriminasi. Ada tiga pengertian istilah “pluralisme agama” yaitu pertama, umat beragama itu majemuk. Kedua, pluralisme dalam konotasi politik memiliki sinonim dengan sekularisme. Ketiga, pluralisme merujuk kepada suatu teori bahwa suatu agama pada akhirnya menuju pada suatu kebenaran. Hal yang terpenting, membangun pluralisme harus dilandasi prinsipprinsip demokrasi, toleransi dan kesetaraan. Mereka yang banyak memiliki sesuatu yang dihargai dianggap oleh masyarakat sebagai orang yang menduduki lapisan atas. Sebaliknya, mereka yang hanya sedikit memiliki atau ahkan sama sekali tidak memiliki sesuatu yangdiahrgai,dianggap oleh masyarakat sebagai orang orang yang menempati lapisan bawah dan berkedudukan rendah. Penempatan seseorang kedalam suatu pelapisan di dalam sistem pelapisan sosial bukanlah menggunakan dasar yang tunggal, melainkan bersifat kumulatif. Misalnya orang kaya akan mudah sekali mendapatkan tanah,kekuasaan, dan kehormatan. Problematik Diskriminasi dalam Mayarakat, yaitu setiap manusia tidak menginginkan adanya diskriminasi. Setiap individu mempunyai hak untuk melawan praktek diskriminasi. Tiap warga Negara memiliki kedudukan yang setara, tanpa membedakan etnisitas, budaya, agama, kepercayaan serta ras. Itulah ciri negara demokratis. 6
Proses integrasi antar suku bangsa itu dilakukan dalam membangun hubungan harmonis antar penduduk asli dengan pendatang. Integrasi adalah proses sosial yang cenderung kepada harmonisasi dan penyatuan bermacam-macam kesatuan yang berbedabeda dari individu atau kesatuan sosial yang lebih besar. Proses seseorang yang tadinya tidak sama menjadi sama dengan kelompok lain disebut asimilasi yang melalui dua cara: yaitu pihak yang mengintegrasi dan pihak yang diintegrasi. Kebhinnekaan etnolinguistik penduduuk Indonesia dimulai sejak lama. Pengaruh sejarah kebudayaan yang beragam itu telah terjadi cukup lama di nusantara. Kontak kebudayaan itu terjadi melalui proses perkawinan, perdagangan, pendidikan yang menyebabkan membaurnya kebudayaan lokal dengan kebudayaan bau yang berasimilasi. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika merupakan potret keanekaragaman sosio-kultural dalam masyarakat. Keberagaman ini dapat dan telah memicu terjadinya konflik, keberagaman juga berpotensi sebagai kekuaatan untuk membangun masyarakat beradab. Manusia berusaha mengubah dirinya sendiri menjadi makhluk yang beradab. Mereka mulai hidup dalam masyarakat yang memiliki tingkat dan taraf hidup lebih baik untuk memperluas daya kreasi dengan cepat. Teori menunjukkan lahirnya peradaban sebagai akibat dari pembagunan sistem irigasi yang tumbuh menjadi lembaga pemerintahan. Selain itu, perlu adanya suatu bentuk kekusaan dari pemerintah untuk mengorganisasikan perdagangan serta keterbatasan lingkungan sosial yang menyatakan peradaban lahir karena penduduk terkepung oleh gunung, lautan atau populasi manusia lain sehingga tidak ada tempat bagi mereka untuk menyebar dan demikian mereka mulai bersaing. Pluralisme kultural merupakan interaksi sosial dan politik antara individu-individu yang beragam karakter baik gaya hidup dan cara berfikir dalam masyarakat. Secara universal, pluralisme kebudayaan adalah interaksi sosoial dan politik dalam masyarakat manusia yang sama dengan cara hidup dan berpikir yang berlainan. Anggota masyarakat hidup berdampingan dengan saling pengertian. Keberagaman juga memunculkan fanatisme, primordialisme sempit, prasangka serta rasisme dapat meruntuhkan peradaban manusia modern. Problem pluralisme kebudayaan ini terkait dengan etnosentrisme yang merupakan sikap atau pandangan yang berpangkal pada masyarakat dan kebudayaan sendiri yang disertai sikap dan pandangan yang meremehkan masyarakat dan kebudayaan lain. 7
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dalam kehidupan masyarakat ada sesuatu yang dihargai, yaitu kekayaan, kekuasaan, ilmu pengetahuan, dan sebagainya. Hal itu merupakan awal terbentuknya pelapisan sosial. Pelapisan sosial dapat terjadi dengan sendirinya, itu sesuai dengan kondisi anggota masyarakat yang aktif dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan benasib baik. Orang orang macam itu akan menempati lapisan sosial atas. Sebaliknya, bagi anggota masyarakat yang malas dan nasibnya krang menguntungkan, mereka biasanya menempati lapisan sosial bawah. Lapisan sosial juga dapat terjadi dengan sengaja. Lapisan sosial ini bertujuan mengejar sesuatu. Hal itu ergantung pada sistem sosial masyarakat. Contoh ,orang yng menepati jabatan dalam DPR, ketua OSIS, dan Ketua RT. Kriteria yang digunakan untuk menggolongkan anggota masyarakat dalam lapisan masyarakat, antara lain adalah sebagai berikut: ukuran kekuasaan, ukuran kekayaan, ukuran kehormatan, ukuran ilmu pengetahuan dan pendidikan. Kriteria tersebut tidaklah bersifat mutlak karena masih ada kriteria lainnya. Akan tetapi, kriteria itu paling banyak digunakan sebagai dasar pembentukan pelapisan sosial. Namun, meskipun terdapat pelapisan sosial di dalam masyarakat, warga negara indonesia mempunyai kesamaan hak dan kewajiaban yang diatur di dalam UndangUndang. Ini menjelaskan bahwa meskipun seseorang yang berada pada lapisan bawah dalam pelapisan sosial di masyarakat, memiliki kesempatan yang sama dalam beragama, memiliki penghidupan yang layak, menjunjung hukum dan pemerintahan, mengeluarkan pendapat, dan mendapatkan pengajaran.
8
B. Saran Dalam kehidupan bermasyarakat hal-hal seperti kekayaan, kekuasaan, ilmu pengetahuan,sangat dihargai maka dari itu untuk menjaga pandangan tersebut. Agar terbentuk lapisan sosial yang bertujuan untuk kemajuan dalam bermasyarakan tetapi tidak lupa untuk menjaga keseimbangan pendangan kita dalam bermasyarakat
9
PUSTAKA RUJUKAN
Ahmadi, Abu. 2009. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineka Cipta. Drs.Mawardi, Ir.NurHidayati,Ilmu Alamiah Dasar,Ilmu Sosial Dasar,Ilmu Budaya Dasar, Bandung : CV.Pustaka Setia, 2009, Hal 244.
10