Calon Suami Islami Seperti apakah lelaki sebagai calon suami yang layak diterima pinangannya? Ada beberapa syarat, yaitu: A. Syarat-syarat Primer 1. Keimanan dan Akhlak Keimanan dan akhlak adalah aspek-aspek terpenting yang harus diperhatikan dalam mencari calon suami. Dua aspek inilah yang biasanya dapat menjadikan seorang suami memiliki akidah yang kuat, ketakwaan yang cukup sempurna, kesucian batin, terhindar dari kemaksiatan, dan penyimpangan. Suami yang beriman dan berakhlak baik [InsyaAllah] tidak akan menzalimi istri dan anak-anaknya. Ia takut kepada Allah Swt. untuk melakukan itu. 2. Kemampuan dan Kesanggupan Mencari Nafkah Secara tegas Islam menuntut suami untuk bertanggung jawab dalam hal urusan finansial. Dengan demikian, seorang laki-laki harus mampu melakukan hal itu dan memiliki pekerjaan untuk memperoleh nafkah yang halal. Untuk mendapatkan suami yang seperti itu, calon istri yang cerdas harus menerima pelamar yang berasal dari keluarga yang baik, terdidik, dan tidak mempunyai rasa gengsi [dalam berusaha / bekerja]. "Sembilan puluh sembilan" persen keadaan finansial keluarga mempengaruhi keharmonisan rumah tangga. B. Syarat-syarat Sekunder 1. Keilmuan dan Status Sosial Kita tidak mungkin menafikan aspek keilmuan dan status sosial laki-laki. Aspek keilmuan dan kebudayaan laki-laki tidak mendatangkan kebahagiaan suami-istri secara mutlak. Hal yang terpenting adalah keuletan dan kecerdikan mengolah kehidupan suami-istri. Sebab, berumah tangga adalah seni kehidupan. 2. Kekayaan Aspek ekonomi adalah penting dalam memilih suami. Namun, Islam menganjurkan agar tidak menolak pemuda yang memiliki sifat-sifat keimanan dan akhlak yang tinggi tetapi sederhana dalam harta. Tidak ada gunanya suami yang sangat kaya tetapi ia tidak memiliki rasa kemanusiaan. 3. Ketampanan dan Keindahan Ketampanan dan keindahan merupakan dua hal yang dituntut dalam pernikahan. Keduanya memberikan pengaruh yang jelas pada generasi baru. Namun, perlu diingat, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa laki-laki yang tampan secara fisik adalah suami yang ideal. Bahkan, tidak jarang seorang istri merasa stres gara-gara suaminya banyak yang mengagumi karena ketampanannya. Lain halnya dengan benda kurang bagus dan tidak 'bermodel' : cukup jarang peminatnya. Lamaran yang Layak Diterima dan yang Harus Ditolak Ketika seorang laki-laki mengajukan lamaran kepda seorang wanita, maka tanyakanlah pada laki-laki tersebut tentang tujuannya menikah. Lalu, tanyakan kepadanya mengapa ia melamar? Mintalah jawabannya dengan jujur : Tidak dibuat-buat! Apakah karena kecantikannya, status sosial, kekayaan ayahnya, atau kecentilan-nya? Ataukah tujuannya adalah kekayaan ruhaniah dan spiritual, menginginkan kemuliaan dan kemanusiaan, atau ia tidak mempedulikan masalah-masalah ini? Ayah dan kerabat lainnya harus dilibatkan dalam "mengkaji" keadaan pelamar dari seluruhnya aspeknya. Setelah itu, barulah ia dapat mengambil keputusan akhir yang harus benar-benar terhindar dari "sentimen rasa" dan subjektivitas. Pelamar yang harus ditolak secara tegas oleh calon istri yang cerdas adalah pemuda yang lemah iman dan pencandu minuman keras. Harus ditolak pelamar yang tidak memiliki kepedulian, tidak bisa dipercaya, dan tidak mau bertanggung jawab. Harus ditolak juga pelamar yang seluruh wataknya bertolak belakang dengan watak dan akhlak wanita itu, yang memaksa untuk menerapkan pemikirannya, dan tidak membuka peluang untuk berdiskusi. Selanjutnya, pelamar yang boleh ditolak adalah yang memiliki perbedaan usia yang sangat jauh karena hal itu kadang-kadang menimbulkan masalah-masalah yang berpengaruh terhadap keturunan yang akan datang.