Ca Mammae.docx

  • Uploaded by: Dya Madiani
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ca Mammae.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,246
  • Pages: 13
KATA PENGANTAR Puja dan puji syukur yang dihanturkan kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa karena atas rahmat-Nya karya tulis ini dapat diselesaikan sesuai rencana dan tepat waktu. Makalah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam menempuh mata kuliah Reproduksi 1 yang berjudul “ Tren dan Issue Pengaruh Mahkota Dewa Terhadap Kanker Payudara ” Dalam penyusunan makalah ini kami mengalami beberapa kendala atau kesulitan, namun berkat kerja keras dan adanya bantuan dari berbagai pihak kesulitan-kesulitan dapat diatasi. Oleh karena itu, sangat diharapkan adanya kritik dan saran dari para pembaca demi sempurnanya makalah ini pada masa yang akan datang.

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii BAB I ...................................................................................................................... 1 PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 3 1.3 Tujuan ......................................................................................................... 3 BAB II ..................................................................................................................... 4 PEMBAHASAN ..................................................................................................... 4 2.1 Definisi Ca Mammae .................................................................................. 4 2.2 Epidemiologi ............................................................................................... 4 2.3 Klasifikasi ................................................................................................... 5 2.4 Trend Dan Issue Pengaruh Buah Mahkota Dewa Terhadap Penyembuhan Kanker Payudara ................................................................................................. 6 BAB III ................................................................................................................... 9 PENUTUP ............................................................................................................... 9 3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 9 3.2 Saran ............................................................................................................ 9 DAFTAR PUSTAKA

ii

iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tahun terdapat 7 juta penderita kanker payudara dan 5 juta orang meninggal karena kanker payudara. Profil Kesehatan Indonesia 2008 dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia menyebutkan bahwa penyakit kanker payudara memiliki urutan pertama dari 10 penyakit kanker pada pasien rawat inap di RS tahun 2004 - 2007. Kanker payudara merupakan salah satu penyakit yang paling mengancam kehidupan kaum perempuan, yang tidak hanya berdampak pada fisik akan tetapi juga psikis, seperti stress (Santrock, 2002). Kehilangan maupun kelainan pada payudara sangat memberikan dampak negatif terhadap psikologi pasien. Penelitian yang dilakukan oleh Hadjam (2000) terhadap pasien kanker menemukan bahwa respon pasien pertama kali mendengar dinyatakan kanker memperlihatkan adanya stres yang ditunjukan dengan perasaan sedih, putus asa, pesimis, merasa diri gagal, tidak puas dalam hidup, merasa lebih buruk dibandingkan dengan orang lain, penilaian rendah terhadap tubuhnya, dan merasa tidak berdaya. Survei yang dilakukan WHO dinyatakan 8-9 persen wanita mengalami kanker payudara. Hal itu membuat kanker payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita (American Cancer Society, 2008). Berdasarkan Profil Kesehatan Republik Indonesia tahun 2008. Tiga peringkat utama adalah neoplasma ganas payudara disusul neoplasma ganas serviks uterus dan neoplasma ganas hati dan saluran intra hepatik. Kanker payudara terus meningkat selama 4 tahun tersebut dengan kejadian 5.297 kasus di tahun 2004, 7.850 kasus di tahun 2005, 8.328 kasus di tahun 2006, dan 8.277 kasus di tahun 2007. Prevalensi kasus kanker payudara di Provinsi Jawa Tengah mengalami peningkatan dari 0.02% pada tahun 2005 menjadi 0.04% pada tahun 2006 dan pada tahun 2007 tetap sebesar 0.04 %. Kasus penyakit kanker tahun 2007 yang ditemukan di Provinsi Jawa Tengah sebesar 22.167 kasus, terdiri dari kanker servik 7.715 kasus (34,61%), kanker payudara 11.310 kasus (51,04%), kanker hati 2.130 kasus (9,61%), dan kanker paru-paru 1.006 kasus (4,54%)

1

(Anggorowati, 2013). Berdasarkan data penelitian Harianto dkk di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo tahun 2005, faktor risiko kanker payudara di antaranya adalah riwayat keluarga dengan penderita kanker payudara, menarche dini, nullipara dan pemakaian pil yang mengandung estrogen jangka panjang. Selain itu, juga terdapat faktor risiko lain yang diduga berpengaruh terhadap kejadian kanker payudara yaitu menopause terlambat, riwayat pemberian ASI, dan obesitas. Akan tetapi, hormon juga bisa menyebabkan gangguan abnormal pada payudara wanita. Salah satu akibat negatif dari hormon estrogen adalah dapat menimbulkan terjadinya fibroadenoma mammae yaitu tumor jinak payudara yang sering ditemukan pada usia reproduksi yang disebabkan oleh beberapa kemungkinan yaitu akibat sensitivitas jaringan setempat yang berlebihan terhadap esterogen sehingga kelainan ini sering digolongkan dalam mammary displasia. Penyakit ini terjadi secara asimptomatik pada wanita dan sering terjadi pada usia awal reproduktif dan puncaknya adalah antara usia 15 sampai 35 tahun (Brave jurnal, 2009). Pernyataan Caleste yang dikutip oleh Harianto (2005), bahwa usia melahirkan anak pertama di atas 30 tahun dilaporkan dapat meningkatkan risiko perkembangan kanker payudara. Hal ini dikarenakan periode diantara usia menarche dan usia kehamilan pertama terjadi ketidakseimbangan hormon dan jaringan payudara sangat peka terhadap hal tersebut, sehingga periode ini merupakan permulaan dari perkembangan kanker payudara (Chlebowski, 2009). Upaya pengobatan yang ada saat ini, seperti pembedahan,

kemoterapi,

radiasi,

hormonal

dan

terapi

imunologik

pembedahan, kemoterapi, radiasi, hormonal dan terapi imunologik (Budiman dkk., 2013) selain menghambat perkembangbiakan sel kanker juga memiliki dampak terhadap sel normal penderita dan menimbulkan efek samping yang membuat kondisi pasien menjadi tidak nyaman (Lisdawati, 2009). Selain itu pengobatan dengan menggunakan tanaman obat merupakan langkah efektif tanpa menimbulkan efek samping, tanaman obat (buah mahkota dewa) yang mengandung senyawa flavonoid. Flavonoid memiliki kemampuan dalam menangkap radikal bebas yang dapat menyebabkan kanker (Sudaryono, 2011).

2

1.2 Rumusan Masalah 1.2.1. Bagaimana trend dan isu pengaruh buah mahkota dewa terhadap penyembuhan kanker payudara ? 1.3 Tujuan 1.3.1. Mampu menjelaskan pengaruh buah mahkota dewa terhadap penyembuhan kanker payudara

3

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Ca Mammae Ca mammae (carcinoma mammae) adalah keganasan yang berasal dari selkelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara. Ca mammae adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara. (Medicastore, 2011) Carsinoma mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normalmammae dimana sel abnormal timbul dari sel sel normal, berkembang biak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah. (Sofian,2012) Kanker payudara merupakan penyakit yang disebabkan karena terjadinya pembelahan sel-sel tubuh secara tidak teratur sehingga pertumbuhan sel tidak dapat di kendalikan dan akan tumbuh menjadi benjolan tumor (kanker) sel (Brunner dan Suddarth, 2005 ). Kanker payudara adalah suatu penyakit seluler yang dapat timbul dari jaringan payudara dengan manifestasi yang mengakibatkan kegagalan untuk mengontrol proliferasi dan maturasi sel (Brunner dan Suddarth, 2005 ). Kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal dari parenkim, stoma areola,dan papila mamae (Nugroho, 2011). 2.2 Epidemiologi Kanker payudara adalah kanker pada jaringan payudara. Ini adalah jenis kanker paling umum yang diderita kaum wanita. Kaum pria juga dapat terserang kanker payudara, walaupun kemungkinannya lebih kecil dari 1 di antara 1000. Pengobatan yang paling lazim adalah dengan pembedahan dan jika perlu dilanjutkan dengan kemoterapi maupun radiasi. Kanker payudara terjadi karena adanya pertumbuhan abnormal sel pada payudara. Organ-organ dan kelenjar dalam tubuh (termasuk payudara) terdiri dari jaringan-jaringan, berisi sel-sel. Umumnya, pertumbuhan sel normal mengalami pemisahan, dan mati ketika sel menua sehingga dapat digantikan sel-sel baru. Tapi, ketika sel-sel lama tidak mati, dan sel-sel baru terus tumbuh (padahal belum diperlukan), jumlah sel yang 4

berlebihan bisa berkembang tidak terkendali sehingga membentuk tumor. Akan tetapi, tidak semua tumor merupakan kanker, terutama pada payudara. Ada jenis tumor jinak (non kanker), ada juga yang ganas (kanker). Di seluruh dunia ca mammae merupakan kanker terbanyak kedua pada perempuan sesudah kanker mulut rahim. Menurut data GLOBOCAN 2008, insidens ca mammae di seluruh dunia adalah 1.385.523 kasus atau 22,9% dari seluruh insidens kanker yang terjadi pada perempuan, sedangkan angka kematian akibat ca mammae di seluruh dunia adalah 458.367 kasus atau 13,7% dari seluruh angka kematian akibat kanker yang terjadi pada perempuan. Di Indonesia ca mammae merupakan kanker terbanyak pertama pada perempuan. Menurut data GLOBOCAN 2008, insidens ca mammae di Indonesia adalah 39.831 kasus atau 25,5% dari seluruh insidens kanker yang terjadi pada perempuan. Sedangkan angka kematian akibat ca mammae di Indonesia adalah 20.052 kasus atau 19,2% dari seluruh angka kematian akibat kanker yang terjadi pada perempuan (Globocan, 2008) 2.3 Klasifikasi Pembagian stadium menurut Portman yang disesuaikan aplikasi klinik yaitu: A. Stadium I Tumor teraba dalam payudara, bebas dari stadium jaringan sekitarnya, tidak ada fixasi/ infiltrasi ke kulit dan jaringan yang di bawahnya (otot). Besar tumor 1-2 cm dan tidak dapat terdeteksi dari luar. Kelenjer getah bening regional belum teraba. Perawatan yang sangat sistematis diberikan tujuannya agar sel kanker tidak dapat menyebar dan tidak berlanjut pada stadium selanjutnya. Pada stadium

ini, kemungkinan

penyembuhan pada penderita adalah 70%. B. Stadium II Tumor terbebas dalam payudara, besar tumor 2,5-5 cm, sudah ada atau beberapa kelenjer getah bening axila yang masih bebas dengan diameter kurang dari 2 cm. Untuk mengangkat sel-sel kanker biasanya dilakukan operasi dan setelah operasi dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak

5

ada lagi sel-sel kanker yang tertinggal. Pada stadium ini, kemungkinan sembuh penderita adalah 30-40%. C. Staium III A Tumor sudah meluas pada payudara, besar tumor 5-10 cm, tapi masih bebas di jaringan sekitarnya, kelenjar getah bening axila masih bebas satu sama lain. Menurut data Depkes, 87% kanker payudara ditemukan pada stadium ini. D. Stadium III B Tumor melekat pada kulit atau dinding dada, kulit merah, ada edema (lebih dari sepertiga permukaan kulit payudara) ulserasi, kelenjar getah bening axila melekat satu sama lain atau ke jaringan sekitarnya dengan diameter 2-5 cm. Kanker sudah menyebar pada seluruh bagian payudara, bahkan mencapai kulit, dinding dada, tulang rusuk dan otot dada.

E. Stadium IV Tumor seperti pada stadium I,II,III tapi sudah disertai dengan kelenjar getah bening axila supra-klafikula dan metastasis jauh. Sel-sel kanker sudah merembet menyerang bagian tubuh lainnya, biasanya tulang, paru-paru, hati, otak, kulit, kelenjar limfa yang ada di batang leher. Tindakan yang harus dilakukan adalah mengangkat payudara. Tujuan pengobatan pada palliative bukan lagi kuratif(menyembuhkan). 2.4 Trend Dan Issue Pengaruh Buah Mahkota Dewa Terhadap Penyembuhan Kanker Payudara Populasi (P) : Penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus putih galur Sprague dawley berumur 5 minggu yang diperoleh dari laboratorium Balai Penelitian Veteriner (BALITVET) Bogor.

6

Intervensi (I) : Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan metode acak terkontrol dengan pola post test-only control group design. .Kelompok I sebagai kontrol normal, hanya yang diberi aquades dan pakan protein 14% untuk riset. Kelompok II sebagai kontrol patologis, diinduksi DMBA dengan dosis 30 mg/kgBB. Kelompok III adalah kelompok yang telah diinduksi DMBA 30 mg/kgBB dan diberikan ekstrak mahkota dewa dosis 24 mg, kelompok IV telah diinduksi dmba 30 mg/kgBB dan diberikan ekstrak mahkota dewa dengan dosis 48 mg, dan kelompok V telah diinduksi DMBA dan diberikan ekstrak mahkota dewa dengan dosis 96 mg. Proses pembuatan ekstrak buah mahkota dewa dalam penelitian ini menggunakan etanol sebagai pelarut, ekstrak etanol 70% mahkota dewa memiliki kandungan flavonoid tertinggi, yaitu sebesar 5,734 μg/mg. Semakin tinggi kadar flavonoid ekstrak daging buah mahkota dewa, maka aktivitas antioksidannya semakin besar. Pembuatan ekstrak etanol buah mahkota dewa dilakukan sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Sulistianto dkk pada tahun 2004. Kelompok 2 yang diinduksi dengan DMBA tanpa pemberian ekstrak mahkota dewa memiliki jumlah asinus yang lebih banyak di sekitar duktus intra lobular dan bentuk asinus serta lumennya yang tidak beraturan, yang disebut adenosis. Adenosis adalah sebuah perubahan yang ditandai dengan peningkatan jumlah asinus dan pelebaran duktus intra lobular, sehingga meningkatkan diameter keseluruhan unit lobular. Outcome (O) : Pada penelitian ini, hasil menunjukkan bahwa pada pemberian ekstrak mahkota dewa terjadi beberapa penurunan jumlah asinus pada kelompok tikus yang diberi mahkota dewa pada dosis 24 dan 96 mg, sedangkan pada kelompok dengan pemberian ekstrak mahkota dewa 48 mg penurunan jumlah asinus tidak terjadi secara signifikan dengan jumlah asinus lebih dari kelompok 24 dan 48 mg. Time (T) : Lakukan setiap 3x sehari. Cara penggunaan buah mahkota dewa yaitu dengan memotong atau mengiris tipis buah mahkota dewa yang sudah masak, kemudian di keringkan hingga kadar airnya hilang. Mahkota dewa kering ditimbang sebanyak 50 gram kemudian direndam dalam etanol 70%

7

sebanyak 500ml dalam beaker glass 1L selama 5 hari.Disaring dengan kain saring. Penguapan pelarut dengan penguap vakum berputar suhu 60°C.Sampai kurang lebih 10%- nya (uap tidak menetes lagi) Hasil ekstrak ditimbang dan diukur volumenya. Ekstrak dicampur dengan dekstrin (1:2), dan dikeringkan dengan pengering vakum suhu 60°C selama 30 menit. Campuran ekstrak dan dekstrin yang sudah dikeringkan merupakan 30% dari keseluruhan berat sampel, kemudian dicampur dengan bahan pengisi lainnya (gula pasir). Kemudian diayak, dihomogenisasikan dan dikemas dalam bentuk kapsul. Dengan cara ini memudahkan konsumen untuk mengkonsumsinya, selain mudah untuk dikonsumsi juga mudah untuk diminum dan rasanya tidak pahit. Buah mahkota dewa juga mudah untuk didapat dan harganya pun cukup terjangkau daripada pengobatan medis. Dosis efektif yang aman dan bermanfaat belum diketahui secara tepat. Untuk obat yang diminum biasanya digunakan beberapa irisan buah kering (tanpa biji). Selama beberapa hari baru dosis ditingkatkan sedikit demi sedikit, sampai dirasakan manfaatnya. Untuk penyakit berat seperti kanker dan psoriaris, dosis pemakaian kadang harus lebih besar agar mendapat manfaat perbaikan. Efek samping yang timbul harus diperhatikan (Dalimartha, 2004).

8

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Ekstrak buah mahkota dewa mempunyai peranan dalam penyembuh kanker payudara karena mahkota dewa mengandung antihistamin alkaloida, sebab daun maupun buahnya agak pahit, mengandung senyawa triterpen, saponin dan polifenol (lignan). Kulit buahnya juga mengandung alkaloida, triterpen, saponin dan flavonoida. Flavonoid memiliki kemampuan dalam menangkap radikal bebas yang dapat menyebabkan kanker. Senyawa alkaloid adalah suatu molekul nitrogen organik yang ada pada tanaman, bersifat basa, mempunyai kemampuan menghambat perkembangan sel kanker tanpa mengakibatkan kerusakan pada sel normal. Hambatan perkembangan tersebut diakibatkan karena adanya pembentukan kompleks alkaloid-kanker DNA yang membuat replikasi DNA sel kanker tidak terjadi. 3.2 Saran Diharapkan untuk para wanita lebih menjaga kebersihan, mengubah pola hidup menjadi lebih sehat dan melakukan pemeriksaan dini terhadap berbagai jenis penyakit terutama pafa kanker payudara.

9

DAFTAR PUSTAKA

Anggorowati, L. (2013). Faktor Resiko Kanker Payudara Wanita. Jurnal Kesehatan Masyarakat : 121-126. Dalimartha, S. (2004). Deteksi Dini Kanker & Simplisia Antikanker. Jakarta: Penebar Swadaya. Globocan. (2008). Estimated cancer Incidence, Mortality, Prevalence and Disability-adjusted life years (DALYs) Worldwide in 2008. Lisdawati, V. (2009). Kajian Terhadap Prospek Pengembangan Bahan Bioaktif Buah mahkota dewa (P macrocarpa) sebagai Kandidat New Chemical entity (NCE) untuk Pengobatan Kanker (Sitostatika). Buku Penel Kesehatan (37) : 23-32. Nugroho, T. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas,Anak, Bedah, dan Penyakit Dalam . Yogyakarta: Nuha Medika. Sudaryono, A. (2011). Uji Aktivitas Senyawa Flavonoid Total Dari Gynura segetum (Lour) Terhadap Peningkatan dan Penurunan Leukosit. Jurna exacta, 9:2.

Related Documents

Ca
November 2019 55
Ca
May 2020 41
Ca
November 2019 72
Ca
June 2020 33
Ca
December 2019 45
Ca
May 2020 29

More Documents from ""