RISET UNGGULAN STRATEGIS NASIONAL (RUSNAS) DI BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN
Oleh: Ir. Iding Chaidir, MSc
PUSAT PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PERTANIAN BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI
Disampaikan Pada: Rapat Kerja Teknis (RAKERNIS)
Pusat Riset Perikanan Budidaya, BRKP – DKP Surabaya, 29-30 November 2005
DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
3 4
I. PENDAHULUAN 1.1 1.1 Latar Belakang 1.2 Permasalahan 1.3 Tujuan
5 5 6 6
7 II. PENDEKATAN STRATEGIS 7 2.1 Pemahaman Sistem Industri Kerapu 2.2 Mengalihkan Pola Produksi dari Penangkapan ke 8 9 Budidaya. 2.3 Identifikasi Masalah Dan Pembentukan Kelompok 12 Kerja 14 2.4 Penyusunan Agenda Riset III.
TECHNOLOGY ROADMAP
22
IV. SASARAN DAN LUARAN STRATEGIS
24
V. MANAJEMEN KEGIATAN
26
VI. EXIT STRATEGY
27
LAMPIRAN
2
DAFTAR TABEL Tabel 1. Impor Ikan Kerapu Hongkong Tahun 1998. Tabel 2. Produksi Ikan Kerapu Indonesia Tahun 2001 (ton).
5 1999-
Tabel 3. Tujuan dan Agenda Riset Setiap Kelompok Kerja Rusnas Kerapu
6 13 24
Tabel 4. Rencana Kegiatan Rusnas Kerapu
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Alur kegiatan produksi dan pemasaran ikan kerapu. Gambar 2. Lokasi Penyebaran Terumbu Karang sebagai Habitat Ikan Kerapu. Gambar 3. Identifikasi Masalah dan Pembentukan Kelompok Kerja Gambar 4. ROADMAP TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH DAN INDUK KERAPU Gambar 5. ROADMAP TEKNOLOGI PRODUKSI PAKAN Gambar 6. ROADMAP TEKNOLOGI PRODUKSI VAKSIN Gambar 6a. ROADMAPPENANGANAN PENYAKIT IKAN KERAPU Gambar 7. ROADMAP TEKNOLOGI BUDIDAYA KERAPU Gambar 8. ROADMAP POKJA PEMASARAN, DAN PENGEMBANGAN USAHA
7 8 10 16 17 18 19 20 21
3
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Riset Unggulan Strategis Nasional (Rusnas) dilaksanakan oleh suatu konsorsium antar lembaga penelitian, perguruan tinggi, dan industri dan dikoordinasikan oleh “lembaga pengelola” yang ditunjuk oleh KMNRT. Untuk Rusnas Pengembangan Teknologi Kelautan (Rusnas Kerapu), lembaga pengelola yang ditunjuk sesuai dengan Keputusan Menneg Ristek Nomor: 34A/M/Kp/III/2001, tanggal 12 Maret 2001, adalah Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Budidaya Pertanian (PPP-TBP) , Kedeputian Bidang Agroindustri dan Bioteknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Dalam pelaksanaannya, lembaga pengelola berkewajiban untuk menyusun Rencana Induk yang dijadikan sebagai acuan bagi berbagai pelaku yang terlibat dalam program Rusnas Kerapu. Selanjutnya, berdasarkan Rencana Induk ini, masingmasing stakeholder (instansi litbang pemerintah, universitas, swasta) yang terlibat dapat melaksanakan peranannya secara terkoordinasi dan sinergi sehingga mencapai keunggulan inovasi di bidang agribisnis kerapu. Rencana Induk ini disusun sebagai acuan bagi pelaksanaan Rusnas Kerapu sehingga mampu mendorong pembangunan sektor perikanan, khususnya komoditi Kerapu di Indonesia. Makalah ini disusun untuk memberikan gambaran tentang perencanaan dan pelaksanaan program Rusnas yang mungkin dapat dijadikan pelajaran berharga bagi pengembangan kegiatan diset di bidang perikanan dan kelautan. Kerapu merupakan ikan-ikan yang hidup di terumbu karang, yang dalam dunia internasional dikenal dengan nama groupers atau coral reef fishes. Ikan-ikan ini memiliki nilai ekonomis tinggi dan sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Kerapu bebek atau kerapu tikus (Cromileptes altivelis), kerapu sunu (Plectopomus leopardus), kerapu macan (Ephinephelus fuscogutatus), kerapu lumpur 4
(Ephinephelus tauvina), kerapu batu dan ikan napoleon (Chelinius undulatus) adalah jenis-jenis kerapu yang banyak terdapat di perairan Indonesia. Gambaran Visual tentang jenis-jenis kerapu ini dapat dilihat pada Lampiran 1. Dengan karakteristik sebagai negara kepulauan, maka Indonesia memiliki keunggulan komparatif yang tinggi untuk komoditi ikan kerapu tersebut. Ikan kerapu diperdagangkan dalam keadaan hidup, dengan harga jual yang relatif tinggi. Harga ikan kerapu tikus di tingkat nelayan dapat mencapai US$ 20 (Rp 200.000,-) untuk setiap kilogramnya. Ikan tersebut diekspor terutama ke Hongkong dengan harga jual yang berlipat kali. Pada tahun 2000, Hongkong mengimpor 9.827 ton ikan kerapu hidup, dengan pemasok utama China, Thailand, Philipina, Indonesia, Australia dan Malaysia. Pangsa Indonesia hanya sekitar 9,39% dari semua pemasok ikan kerapu ke Hongkong. Impor kerapu di Hongkong setiap tahunnya dapat mencapai 21.000 ton. Adapun jenis serta jumlah setiap jenisnya dapat dilihat pada Tabel 1. Tingginya harga jual telah mendorong penangkapan ikan kerapu secara besar-besaran di perairan terumbu karang dan dijual dalam keadaan hidup. Penangkapan ikan kerapu tersebut pada umumnya dilakukan secara tidak terkendali. Banyak nelayan yang menggunakan bahan peledak atau racun sianida untuk menangkap kerapu, sehingga menghancurkan terumbu karang dan memusnahkan populasi ikan kerapu secara permanen. WWF melaporkan bahwa kondisi terumbu karang Indonesia hanya 6% yang masih dalam kondisi baik, 24% dalam kondisi normal, 28% dalam kondisi rusak dan 42% rusak parah. Tabel 1. Impor Ikan Kerapu Hongkong Tahun 1998. No 1 2 3 4 5 6 7 8
Spesies kerapu C. Altivelis (Kerapu Tikus) E. lanceolatus Plectopormus spp (Sunuk) Epinephelus spp (Macan) C. undulatus (Napoleon) Scaridae Centropomidae Other Coral Fishes Total
Volume (Kg) 13.714 280 640.156 4.860.318 1.796 9.984 1.346.073 13.994.042 21.066.363
Nilai (000 US$) 424 4 12.096 32.245 33 113 3.550 83.875 132.324
Sumber: Ditjen Perikanan Budidaya – DKP, 2002.
5
1.2 Permasalahan Pola produksi ikan kerapu melalui penangkapan di perairan terumbu karang dengan cara-cara yang merusak lingkungan seperti yang ada sekarang ini, tidak akan bertahan lama. Hal ini disebabkan karena kerapu merupakan jenis ikan yang bersifat “domestik” yaitu tinggal dan hidup di areal tertentu dan tidak mengembara, dan mempunyai siklus hidup yang lama (5-10 tahun), sehingga sangat mudah menjadi punah dan sulit untuk memulihkan kembali populasinya. Kondisi ini akan lebih parah apabila terumbu karang sebagai habitat mereka rusak akibat penggunaan bahan peledak dan sianida. Perkembangan produksi ikan kerapu melalui proses domestikasi, yaitu melalui pembenihan (hatchery) dan pembudidayaan di karamba jaring apung belum berkembang akibat belum dikuasainya teknologi. Produksi ikan kerapu masih didominasi oleh kegiatan penangkapan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2, dimana pada tahun 2001 sekitar 87,3% produksi ikan kerapu masih dihasilkan dari kegiatan penangkapan. Meskipun upaya pengembangan budidaya terus dilakukan, namun upaya tersebut belum mencapai hasil yang memuaskan. Tabel 2. (ton). No
Produksi Ikan Kerapu Indonesia Tahun Uraian
1
Budidaya
2
Penangkapan
1999
2000
2001
1999-2001 Kenaikan (%)
1.759
6.879
7.500
150,05
43.472
48.422
51.405
8,77
58.905
14,39
Jumlah 45.231 55.301 Sumber: Ditjen Perikanan Budidaya, DKP, 2002.
Riset di bidang budidaya kerapu masih dilakukan secara parsial dan cenderung tumpang tindih oleh lembaga riset maupun perguruan tingi. Rendahnya penguasaan tenologi budidaya mengakibatkan kegiatan penangkapan di laut masih terus berlangsung dan apabila pengembangan budidaya tidak dipercepat maka tidak mustahil kepunahan ikan kerapu akan terjadi dan potensi devisa melalui ekspor ikan kerapu hidup tidak akan tercapai.
1.3 Tujuan : Program Rusnas Kerapu ditujukan untuk: 6
(1). Mengakselerasi penguasaan teknologi budidaya kerapu melalui integrasi kegiatan riset oleh berbagai lembaga riset dan perguruan tinggi; (2).
Menggalang kerjasama (“linkage”) antara penyedia teknologi (lembaga riset/PT) dengan pengguna teknologi (industri/masyarakat) di bidang kerapu;
(3).
Mendorong pengembangan budidaya kerapu serta industri terkaitnya, (“technoindustrial cluster”) termasuk peran serta UKM.
II. PENDEKATAN STRATEGIS 2.1 Pemahaman Sistem Industri Kerapu Untuk dapat mengatasi permasalahan secara komprehensif maka pemahaman secara detail tentang komponen yang terlibat dalam sistem pengembangan industri kerapu perlu dilakukan. Gambaran tentang komponen yang terlibat dalam sistem pengembangan agrobisnis kerapu dapat dilihat pada Gambar 1.
PENAMPUNGAN IKAN HIDUP
PENAN GKAPA N
INDU K
TATA RUAN G
PEMELI HARAA N INDUK
BENI H
EKSPOR KERAPU HIDUP
IKAN UNDE R SIZE TRANSPORT IKAN HIDUP
PEMB E NIHAN
PEMELI HARAA N LARVA
DEVIS A
PASAR DOMEST IK
BUDIDA YA (PEMBE SARAN)
INDU K
Gambar 1. Alur kegiatan produksi dan pemasaran ikan kerapu. Produksi ikan kerapu sebagian besar masih dilakukan melalui penangkapan sebagaimana digambarkan pada alur bagian atas pada Gambar 1, yang terdiri dari penangkapan, penampungan ikan hidup dan ekspor. Penangkapan dilakukan oleh nelayan yang menggunakan pancing, bubu, 7
bahan peledak dan racun sianida. Ikan yang ditangkap tersebut dipertahankan tetap hidup untuk dijual ke panampung ikan hidup. Selanjutnya eksportir ikan hidup akan mendatangi penampungan dengan menggunakan kapal khusus, langsung ke negara tujuan ekspor (terutama Hongkong). Informasi dari International Marine Alliance (IMA) menyebutkan daerah penangkapan ikan kerapu hidup seperti di daerah perairan KTI sekitar Selayar, Spermonde, Teluk Bone, Taka Bonerate, Sinjai, Bulukumba, Takalar, Mamuju, Banggai, Togean, Minahasa, Gorontalo, Sangir Talaud, Aru, Kei, Halmahera, Seram, Banda, Biak, Padaido, Teluk Cendrawasih, Sumbawa, Flores, Komodo, Sumba dan Timor. Dalam kapasitas yang lebih kecil, penangkapan di KBI terdapat di Riau, Natuna, Anambas, Mentawai, Nias, Kalimantan, Bengkulu, Lampung, Karimunjawa Sapudi, dan Kangean. Beberapa lokasi seperti Kepulauan Seribu telah mengalami kemerosotan intensitas penangkapan karena pupulasinya telah habis. Lokasi penyebaran ikan kerapu di alam dapat dilihat dari penyebaran terumbu karang sebagaimana dapat dilihat pada Gambar berikut ini.
Gambar 2. Lokasi Penyebaran Terumbu Karang sebagai Habitat Ikan Kerapu.
8
Jalur produksi kerapu yang kedua adalah jalur budidaya sebagaimana digambarkan pada alur bagian bawah Gambar 1. Di dalam sistem produksi melalui budidaya paling tidak meliputi komponen tata ruang, penyediaan induk, pembenihan (hatchery), pemeliharaan larva, pembesaran, penanganan pasca panen / transportasi, dan pemasaran. Khusus untuk subsistem produksi, diperlukan dukungan penelitian dan pengembangan (litbang) yang merupakan perhatian utama Program Rusnas Kerapu.
2.2 Mengalihkan Pola Penangkapan ke Budidaya.
Produksi
dari
Sampai dengan saat ini alur produksi melalui jalur penangkapan masih mendominasi produksi kerapu nasional. Untuk menyelamatkan sumberdaya perikanan kerapu dari kepunahan, maka perlu dilakukan pengalihan usaha penangkapan ke budidaya. Namun, usaha budidaya masih belum berkembang terutama disebabkan oleh belum dikuasainya teknologi pembenihan maupun pembesaran dan belum tertariknya investor untuk membudidayakan karena dalam jangka pendek usaha penangkapan lebih menguntungkan dibandingkan budidaya. Kegiatan budidaya merupakan upaya mengembangbiakan ikan kerapu melalui proses pembenihan (hatchery) dengan menangkar induk-induk dalam bak “pemijahan”, kemudian menghasilkan larva dan benih yang siap dipelihara dalam Karamba Jaring Apung (KJA) hingga ukuran konsumsi. Dewasa ini di Indonesia baru terdapat 5 pembenihan kerapu milik pemerintah (Lampung, Situbondo, Takalar, Batam dan Gondol), dan beberapa pembenihan milik swasta di Lampung. Sampai dengan saat usaha pembenihan ini masih menghadapi masalah, terutama rendahnya tiungkat hidup (survival rate) sehingga diperlukan dukungan iptek. Untuk mendorong terjadinya pengalihan pola produksi dari budidaya ke penangkapan, maka diperlukan upaya yang memudahkan para investor dan petani ikan melakukan budidaya, termasuk pembenihannya. Upaya tersebut antara lain melalui penyediaan teknologi yang menurunkan tingkat kematian (mortality rate) ikan yang dipelihara, pengembangan alternatif segmen usaha (seperti penggelondongan) yang memberikan keuntungan yang memadai dalam waktu yang tidak terlalu lama, serta 9
dukungan jaminan keamanan dan melalui penerbitan peraturan daerah.
kelangsungan
usaha
2.3 Identifikasi Masalah Dan Pembentukan Kelompok Kerja Untuk dapat mengatasi hambatan yang dihadapi dalam pengembangan budidaya kerapu, maka diperlukan acuan yang jelas, tentang apa masalah yang dihadapi dan bagaimana mengatasi masalah tersebut. Untuk itu, berdasarkan pemahaman tentang komponen sistem agribisnis kerapu, dilakukan identifikasi permasalahan yang dihadapi pada setiap subsistem. Permasalahan tersebut dikelompokkan sedemikian rupa sehingga dapat ditangani oleh kelompok-kelompok kerja yang terdiri dari para pakar dari berbagai institusi yang memiliki latar belakang keilmuan yang sama atau saling menunjang, dan diarahkan untuk memecahkan permasalahan yang telah dirumuskan dalam setiap kelompok kerja tersebut. Berdasarkan permasalahan yang dihadapi dalam setiap subsistem pengembangan agribisnis kerapu,dan pertimbangan kelompok kepakaran yang ada, maka dibentuklah 7 kelompok kerja sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok
Kerja Kerja Kerja Kerja Kerja Kerja Kerja
Lingkungan dan Tata Ruang; Benih dan Induk Nutrisi dan Pakan Penyakit Ikan Budidaya Pasca Panen dan Transportasi Pemasaran dan Pengembangan Usaha
Anggota kelompok kerja terdiri dari para pakar dari berbagai lembaga penelitian pemerintah, universitas dan swasta.
10
Gambar 3. Identifikasi Masalah dan Pembentukan Kelompok Kerja PENAN GKAPA N
SISTEM PRODU
INDU K
TATA RUAN G
MASAL AH
KELOMPO K KERJA
PENAMPUNGAN IKAN HIDUP
IKAN UKURAN
BENI H
PEMEL I HARAA
PEMB E NIHA
BELUM TERSEDIA TATA RUANG LAUT UTK
MUTU INDUK RENDAH, TERJADI INBREEDIN
KEMATIAN TINGGI, PAKAN ALAMI YG SESUAI BLM DITEMUKAN
POKJA LINGKU NGAN & TATA RUANG
POKJA BENIH & INDUK
POKJA NUTRISI & PAKAN
TRANSPOR T IKAN HIDUP
IKAN UNDER SIZE
PEMELI HARAAN LARVA
KEMATIAN TINGGI, SERANGAN PENYAKIT
POKJA PENYAKI T IKAN
EKSPOR KERAPU HIDUP
BUDIDAY A (PEMBE SARAN)
BELUM ADA STANDAR OPERATIN G
BIAYA TRANSPOR T IKAN HIDUP MAHAL
POKJA BUDIDA YA
PASCAPA NEN &
POKJA
TRANSPO R TASI
PASAR DOMEST IK
JALUR PEMASARA N DIKUASAI “MAFIA”
POKJA PEMASAR AN & PENGEMB . USAHA
11
Rumusan permasalahan yang dihadapi dan perlu dipecahkan oleh setiap kelompok kerja adalah sebagai berikut: Lingkungan dan Tata Ruang Permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan tata ruang adalah belum tersedianya peraturan daerah yang tegas yang mengatur tata ruang kawasan budidaya laut. Hal ini menyebabkan keengganan bagi investor untuk melaksanakan investasi. Selain itu belum ada pemetaan secara rinci tentang lokasi budidaya kerapu yang sesuai di setiap daerah dan belum diketahui daya dukungnya terhadap pengembangan budidaya kerapu. Benih dan Induk Dalam subsistem penyediaan induk ikan kerapu, permasalahan yang dihadapi adalah belum adanya kesadaran para pembenih untuk memilih induk yang secara genetik unggul. Kurangnya perhatian terhadap mutu induk menyebabkan benih yang dihasilkan bermutu rendah. Penurunan mutu antara lain disebabkan karena induk yang digunakan hanya 2-3 ekor sehingga tidak terjadi pengkayaan genetik. Nutrisi dan Pakan Dalam subsistem pembenihan juga dihadapi masalah rendahnya tingkat kelulusan hidup (survival rate) ikan kerapu yang dikembangbiakkan. Jenis kerapu yang telah sukses dibenihkan adalah kerapu macan dan kerapu tikus dengan tingkat kelulusan hidup 5%. Untuk jenis-jenis kerapu napoleon, sunu, kertang dan sebagainya belum mampu dikembangbiakkan secara buatan. Belum berhasilnya pembenihan ini terutama disebabkan belum ditemukannya jenis pakan alami atau formula pakan buatan yang sesuai dengan kebutuhan larva ikan. Penyakit Ikan Dalam bidang pembenihan dan budidaya masih dihadapi masalah penyakit yang sering menjangkiti ikan kerapu sehingga mengakibatkan kematian massal. Untuk itu perlu dilakukan pengkajian cara-cara pencegahan dan penanganan penyakit baik melalui pengembangan imunostimulan maupun vaksin. 12
Budidaya Selain itu diperlukan peralatan dan mesin untuk pembenihan dan budidaya, termasuk rancangbangun karamba jaring apung. Dalam budidaya juga masih dihadapi masalah belum adanya prosesur baku untuk budidaya kerapu, baik menyangkut padat penebaran, pemberian pakan dal sebagainya. Pasca Panen dan Transportasi Ikan kerapu dijual dalam keadaan hidup, sehingga dalam proses penjualan diperlukan teknologi untuk mempertahankan agar ikan tetap bertahan hidup selama proses pengangkutan. Karena harus dalam keadaan hidup maka biaya
13
pengangkutan ikan kerapu relatif mahal. Untuk itu diperlukan teknologi untuk mempertahankan ikan dalam keadaan hidup selama pengangkutan dengan biaya yang murah. Selain itu dapat dikembangkan disain kapal pengangkut ikan hidup yang efisien. Pemasaran dan Pengembangan Usaha Di samping riset-riset yang bersifat teknis, juga diperlukan dukungan riset yang berkaitan dengan masalah teknoekonomi, riset pasar dan riset sosial budaya yang mendukung berkembangnya usaha budidaya kerapu di tanah air. Hasil riset ini diharapkan dapat memberikan masukan tentang skala usaha, segmentasi usaha, strategi pemasaran dan model kemitraan. Dari agenda riset yang telah disusun tersebut dapat dilihat bahwa sebagian topik-topik riset telah dilaksanakan oleh berbagai instansi seperti BPPT melalui program unggulan, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya dan berbagai Universitas.
2.4 Penyusunan Agenda Riset Permasalahan yang dihadapi dalam rantai suplai teknologi untuk mendukung industri kerapu nasional adalah masih tersebarnya kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang) baik di lembaga litbang departemen, LPND, Universitas dan swasta. Sering ditemukan kenyataan bahwa antara satu simpul dengan simpul lainnya nyaris tidak saling berkomunikasi, sehingga tidak jarang ditemukan kegiatan penelitian yang saling tumpang tindih, duplikasi dan cenderung terpilah-pilah tanpa ada institusi yang mampu mempersatukannya. Kondisi ini tidak memungkinkan untuk menciptakan hasil iptek yang mampu menjawab tantangan dunia usaha, karena kegiatan litbang masih diorientasikan pada produksi kertas kerja atau makalah untuk disajikan dalam majalah ilmiah. Rusnas kerapu menghimpun berbagai lembaga penelitian milik pemerintah, universitas dan swasta yang telah dan sedang melaksanakan kegiatan riset yang berkaitan dengan pengembangan agribisnis kerapu. Melalui serangkaian 14
diskusi baik dalam kelompok kerja maupun secara keseluruhan maka disusunlah agenda riset yang dijadikan sebagai acuan bersama dalam mengatasi permasalahan pengembangan agribisnis kerapu. Agenda riset dari masingmasing kelompok kerja diorientasikan pada tujuan spesifik masing-masing kelompok kerja, yang secara keseluruhan mengacu pada tujuan bersama yaitu menguasai teknologi budidaya perikanan kerapu. Tujuan dan agenda riset masingmasing kelompok kerja dapat dilihat pada Tabel 3. Diantara agenda risert tersebut ada yang telah dilaksanakan oleh lembaga para pelaku riset di tanah air.
15
Tabel 3. Tujuan dan Agenda Riset Setiap Kelompok Kerja Rusnas Kerapu LINGKUNGAN & TATA RUANG Tujuan: Menguasai informasi lokasi budidaya kerapu & daya dukung kawasan potensial. potensial.
BENIH DAN INDUK Tujuan: Menguasai teknologi pembenihan kerapu tikus, napoleon & sunuk
NUTRISI DAN PAKAN
PENYAKIT IKAN
Tujuan: Mengembangka n formula pakan kerapu induk, benih dan pembesaran. pembesaran.
Tujuan: Mengembangka n formula mengatasi penyakit endemik kerapu
BUDIDAYA
PASCA PANEN
PASAR & PENG. USAHA
Tujuan: Menguasai teknologi budidaya KJA, Tambak & Bak terkontrol. terkontrol.
Tujuan: Menguasai teknologi transportasi ikan hidup yang efektif & efisien
Tujuan: Mengembangka n model usaha yg menarik minat investor & petani ikan.
16
Agenda Riset:
Agenda Riset:
•Pengembanga
•Pemetaan
n model daya dukung lingkungan budidaya; •Survel lokasi budidaya potensial •Survey distribusi spatial kerapu; •Survel kawasan spawning ground;
genetik (karekterisasi) ikan kerapu; •Pemuliaan induk melalui penyilangan (cross breeding) • Penguasaan teknik pembenihan napoleon. •Penguasaan teknik pembenihan kerapu sunuk; •Penguasaan teknik pembenihan kerapu tikus dan macan;
Agenda Riset:: •Pengembanga
n formula pakan induk; •Pengembanga n formula pakan benih; •Pengembanga n formula pakan pembesaran; •Pengembanga n pakan alami untuk benih napoleon dan sunuk; •Pengembanga n formula pakan ramah lingkungan (environment friendly)
Agenda Riset:
Agenda Riset:
Agenda Riset:
Agenda Riset:
•Pengembanga
•Perumusan
•Pengembanga
•Studi Lingkup
n vaksin dan metoda vaksinasi untuk patogen tertentu; •Pengembanga n imunostimulan dan metoda imunisasi; •Pengembanga n metoda penanganan kualitas air untuk mengindarkan penyakit; •Pengembanga n induk bebas patogen (SPF) dan tahan
SOP Budidaya kerapu di KJA; •Pengkajian budidaya kerapu di tambak; •Pengkajian budidaya kerapu di bak terkontrol; •Pengembanga n Konstruksi KJA Tahan Lama; •Rancangbangu n automatic feeder; •Pengembanga n sistem kontrol otomatis bak pemeliharaan; •Penembangan sistem sirkulasi air tertutup budidaya;
n teknik imotilasi karapu hidup; •Pengembanga n kontainer pengangkut ikan hidup; •Pengembanga n biofiltrasi untuk penampungan kerapu bhidup;
dan Skala Usaha •Kajian model kemitraan; •Studi kebijakan tataniaga; •Studi dinamika pasar;
17
III.
TECHNOLOGY ROADMAP
Technology roadmap adalah suatu diagram yang menggambarkan keterkaitan antara perkembangan aplikasi produk (produk, proses produksi dan jasa) di suatu sektor produksi, dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang diperlukan untuk mendukung pengembangan dan produksi aplikasi tersebut. Dalam kasus pengembangan industri kerapu, maka technology roadmap kerapu akan terdiri dari beberapa roadmap, sesuai dengan kelompok kerja yang mencerminkan klaster teknologi dan produk yang perlu dikembangkan dalam mendukung pengembangan industri kerapu secara keseluruhan. Roadmap teknologi untuk produksi induk unggul digambarkan pada Gambar 4. Pada diagram ini dapat dilihat bahwa produk akhir yang ingin dihasilkan adalah Induk-induk unggul yang mampu menghasilkan benih yang tahan terhadap penyakit, pertimbuhan pesat dan keunggulan lainnya. Kegiatan riset yang dilakukan adalah karakterisasi terhadap induk-induk dan ikan yang terdapat di 3 lokasi pembenihan milik pemerintah, yaitu di Lampung, Situbondo dan Takalar. Melalui karakterisasi ini maka akan dapat dilakukan peningkatan mutu melalui proses breeding secara selektif, atau melakukan pengkayaan genetika melalui cross breeding. Dari hasil breeding tersebut akan diperoleh populasi dasar (base population). Dari pupulasi dasar ini akan dapat dihasilkan keturunan kedua yang merupakan populasi yang lebih baik (advance) mutunya. Roadmap teknologi untuk produksi pakan digambarkan pada Gambar 5. Dalam diagram tersebut digambarkan roadmap tentang pengembangan industri pakan untuk kerapu. Produk pakan untuk kerapu hingga saat ini belum ditemukan di pasaran, sehingga diperlukan penelitian dan pengembangan. Langkah-langkah pengembangan diawali dengan proses analisa terhadap formula pakan ikan yang ada di pasaran. Selanjutnya dilakukan analisis kebutuhan nutrisi ikan kerapu dan pengembangan ingridients sesuai dengan kebutuhan ikan kerapu. Pengembangan formula pakan yang cocok dilakukan melalui ujicoba pemberian pakan. Pengembangan pakan ini
18
diarahkan pada produk pakan larva, pakan induk dan pakan pembesaran. Gambar 6 menggambarkan Roadmap untuk teknologi produksi vaksin Vibrio, dan 6a menggambarkan Roadmap penanganan penyakit yang ditujukan untuk menguasai teknologi produksi vaksin, immunostimulant, manajemen kualitas air, produksi induk bebas penyakit dan metoda treatment penyakit. Gambar 7 menjelaskan tentang Roadmap teknologi budidaya kerapu yang secara umum diarahkan untuk menguasai teknologi produksi ikan kerapu yang memiliki pertumbuhan cepat, mortalitas rendah, dan tekstur daging baik. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan riset yang berhubungan dengan budidaya kerapu di KJA, budidaya di tambak dan budidaya di bak terkontrol. Riset yang dilakukan meliputi disain konstruksi KJA, padat penebaran (density), jenis dan frekuensi pemberian pakan, penggunaan shelter, seleksi benih dan riset sistem biofilter untuk sistem sirkulasi tertutup. Kelompok kerja pemasaran dan pengembangan usaha mengembangkan roadmap riset dalam rangka pengembangan paket usaha yang menguntungkan pelaku usaha, jaringan tata niaga dan strategi pengembangan pasar ikan kerapu. Riset yang dilakukan oleh kelompok kerja ini lebih berupa penelitian ekonomi dan pemasaran yang sifatnya memberikan masukan bagi kebijakan pengembangan agribisnis kerapu.
19
20
Gambar 4. ROADMAP BENIH – INDUK UNGGUL PASAR (Marke t) PRODU K (Produ ct)
BENIH UNGGUL F2 INDUK F1 HASIL
BENIH F2 HASIL SELEKSI
PERSILANGAN ANTAR COHORT
ALUR TEKNOLOGI (Technology Paths)
RISET & PENGEMBAN GAN (R & D)
INDUK KERAPU PENGHASIL BENIH
BENIH UNGGUL F3
BENIH F3 HASIL SELEKSI
INDUK F2 HASIL
PERSILANGAN ANTAR COHORT
PENANGKARAN SELEKTIF F2 DI 3 LOKASI
PENANGKARAN SELEKTIF F1 DI 3 LOKASI ANALISIS DNA
INDUK F3 HASIL
POPULASI HASIL PERBAIKAN LANJUT (F3) DI 3 LOKASI
ANALISIS DNA
KARAKTERISASI KARAKTERISASI
ANALISIS INTERAKSI G-E
ANALISIS PEWARISAN GENETIK
KOLEKSI DAN PEMELIHARAAN STOK ALAM : 3 LOKASI (LAMPUNG, SITUBONDO, TAKALAR) Tahun
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
21
2009
2010
2011
Gambar 5. ROADMAP TEKNOLOGI PAKAN IKAN KERAPU Environmentally Trend Pasar Produk & Proses Produksi
Artificial Diet
Diet for Brood stock Moist -
Friendly Diet
Diet for Growing
Less Pollutant Diet
Diet for Extrusi on
Compres sed
Micro Diet
1st
Alur Teknologi
Mixing 2
Mixing 1 st
1
2nd Pellet
Mixing 3
Mixing 4
Diet Formula of Grouper
2nd Diet Formula of Grouper
Formula Pakan Jenis Ikan Lain
Riset dan Pengembanga n Tahun 2006
Analisis Kebutuhan Nutrisi ikan Kerapu
Low phosphorus or Ash Ingredients;
Pengembangan Ingredients
2003
Riset Manajemen Pemberian Pakan
2004
2005
2007
22
Gambar 6. ROADMAP VIBRIO PASAR (Market)
PRODUKSI VAKSIN VAKSIN VIBRIO UTK
PRODUK (Product)
ALUR TEKNOLOGI (Technology Paths)
Vaksin Polivalen Antigen H dan O Pembuatan Antigen H dan O Uji Patogenisit as Uji Postulat Koch
RISET & PENGEMBANGAN (R & D) Tahun
VAKSIN VIBRIO
Calon Vaksin
Uji Vaksinasi di Laboratori um Uji Imunogeni sitas
Uji coba vaksin di lapangan (multilokasi)
Evaluasi kekebalan spesifik non Sosialisasi (Demplot)
Uji pengemasan & penyimpanan vaksin
Karakterisas i dan Identifikasi Isolasi Bakteri Penyebab Vibriosis
2003
2004
2005
23
Gambar 6 a. ROADMAP TEKNOLOGI PENANGANAN PENYAKIT IKAN KERAPU
24
Gambar 7. ROADMAP TEKNOLOGI BUDIDAYA KERAPU
PRODUCT & PRODUCTI
PRODUKSI KERAPU HIDUP 500-1300 GRAM DGN PERTUMBUHAN CEPAT, MORTALITAS RENDAH TEKSTUR DAGING BAIK
TEKNOLOGI PRODUKSI KERAPU DI KARAMBA JARING APUNG)
TECHNOLO GY PATHS
PRODUKSI KERAPU DI BAK TERKONTROL
TEKNOLOGI PRODUKSI KERAPU DI TAMBAK AIR PAYAU
UJI COBA BUDIDAYA KERAPU DI KJA, TAMBAK AIR PAYAU DAN BAK TERKONTROL DISAIN KONSTRUKSI KJA
RISET & PENGEMBAN GAN
RISET PADAT PENEBARAN RISET PENGGUNAAN SHELTER
RISET SELEKSI BENIH UNGGUL RISET CARRYING CAPACITY
RISET JENIS & FREKUENSI
TAHUN
0
1
2
RISET SISTEM SIRKULASI
3
4
5
25
Gambar 8. ROADMAP POKJA PEMASARAN, DAN PENGEMBANGAN USAHA
O U T P U T
Model Pengembanga n
TAHUN
Peta potensi Permintaan dan penawaran
Stategi Ekspansi pasar
Sistem Informasi kerapu
Survey Lapangan/Study Literatur/Pilot Project
METODE
P E N G K A J I A N
Jaringan dan Regulasi tataniaga yang Efektif dan efisien
Alternatif Paket usaha yang Efektif dan efisien
Studi Analisis Skala dan Lingkup Usaha
Studi pola kemitraan dan kelayakan
Studi Karakterisasi Struktur Biaya
1
Studi Karakteristik pasar
Studi Kebijakan Tataniaga
2
Studi dinamika Keseimbanga n
Studi Pengembangan Jaringan Sistem informasi
3
4
5
26
IV. SASARAN DAN LUARAN STRATEGIS Secara umum sasaran dan luaran strategis dari kegiatan Riset Unggulan Strategis Nasional Kerapu dalam jangka panjang adalah: (1). Dikuasainya teknologi budidaya kerapu yang meliputi penataan ruang budidaya, pembenihan, penyediaan pakan, penanagan penyakit, standard operasional prosedur budidaya, pasca panen dan transportasi ikan hidup integrasi kegiatan riset oleh berbagai lembaga riset dan perguruan tinggi; (2).
Terciptanya kerjasama erat antara penyedia teknologi (lembaga riset/PT) dengan pengguna teknologi (industri/masyarakat) di bidang kerapu;
(3).
Berkembangnya industri budidaya kerapu serta industri terkaitnya, termasuk peran serta UKM secara berkelanjutan.
Secara lebih spesifik, sasaran dan keluaran strategis dalam jangka jangka pendek dan menengah adalah sebagai berikut: Jangka Pendek
Program yang terintegrasi diantara para stake holder baik instansi pemerintah,universitas maupun swasta/pengusaha dan nelayan. FORKERI dapat menjadi wadah untuk meningkatkan kordinasi pelaksanaan program bagi para stake holder Data keragaman genetik ikan kerapu yang ada di beberapa panti benih maupun yang berasal dari tangkapan di alam Populasi dasar calon panti benih
induk hasil budidaya di beberapa
Strategi seleksi calon induk ikan kerapu Model untuk mengetahui daya dukung kawasan budidaya di teluk Hurun, Lampung Situs kerapu.com dapat menjadi sarana komunikasi, informasi dan pemasaran produk bagi para stake holder
27
Data base hasil penelitian, kajian , kebijakan dan potensi pasar ikan kerapu Kebijakan pemerintah dalam pengaturan perdagangan langsung dari para nelayan, eksportir kepada pembeli dari luar negeri. (misal: peraturan kapal-kapal asing yang membeli langsung kepada para nelayan/penampung di laut/lokasi)
Jangka Menengah
Terbentuk kawasan pusat kerapu (percontohan)
pengembangan
perikanan
Terbentuk jaringan kemitraan antara industri, lembaga penelitian dan perguruan tinggi yang terkait dengan kegiatan produksi dan pemasaran Data kawasan potensial untuk pengembangan budidaya kerapu sebagai bahan untuk pembuatan RUTR pemerintah daerah FORKERI menjadi organisasi yang mandiri sebagai wahana para stake holder mengembangkan industri perikanan kerapu Model untuk penentuan daya dukung kawasan KJA dalam budidaya ikan kerapu
Benih dengan keragaman genetik tinggi
SOP pembentukan Induk ikan Kerapu
Calon induk ikan kerapu (F1)
Tersedia beberapa formula pakan buatan ikan kerapu
Jangka Panjang
Pemantapan kawasan pusat pengembangan perikanan kerapu Pemantapan jaringan kemitraan antara industri, lembaga penelitian dan perguruan tinggi yang terkait dengan kegiatan produksi dan pemasaran Induk ikan kerapu unggul dengan karakter spesifik
28
29
V. MANAJEMEN KEGIATAN Pusat Pengkajian dan Penerapan teknologi Budidaya Pertanian, Kedeputian Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi BPPT ditetapkan oleh Kementerian Riset dan Teknologi sebagai Lembaga pengelola Rusnas Kerapu. Untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut maka disusunlah struktur organisasi pengelolaan sebagaimana dapat dilihat pada diagram berikut ini. LEMBAGA MITRA LIITBANG: Dit. TPSA - BPPT Balai Budidaya Laut Lampung Balai Budidaya Pantai – Situbondo Balai Besar BD Air Payau Jepara Balai BD Pantai Takalar - Sulsel Loka Budidaya Pantai Gondol Pusat Riset Budidaya -DKP Dit. Perbenihan- DKP Dit. Budidaya - DKP Faperikan IPB LON - LIPI Faperta -UGM, UNIBRAW DLL
KETUA TIM PENGELOLA
Koordinator Adm / Keuangan
Koordinator Program Riset
Tenaga Pendukung
Tenaga Pendukung
LEMBAGA MITRA AGRIBISNIS: PT Meta Epsi Lampung PT Kyorisa - Batam Forum Ekonomi Kelautan Asosiasi Budidaya Ikan (ASBUDI) HNSI
POKJA TATA RUANG POKJA BENIH & INDUK POKJA NUTRISI / PAKAN POKJA PENYAKIT IKAN
Loka karya Tahunan; Raapat Pokja Forum Kerapu Indonesia Manajemen Website
POKJA BUDIDAYA POKJA PASCA PANEN POKJA PEMASARAN & BANG USAHA
Komersialisai Produk Pilot Proyek Teaching Industry Pengembangan Technoindustrial Cluster
Gambar 3. Struktur organisasi pengelolaan Rusnas Kerapu. Ketua tim pegelola (Ex. Officio Direktur Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Budidaya Pertanian) dibantu oleh Koordinator Administrasi Keuangan dan Koordinator Program Riset yang masing-masing dilengkapi tenaga pendukung. Koordinator Adm/Keu akan berhubungan dengan Pokja dalam 30
hal administrasi keuangan, disamping mengkoordinir kegiatan Lokakarya, Rapat Pokja, Forum Kerapu dan pengelolaan website. Sedangkan Koordinator Program Riset berhubungan dengan Pokja dalam hal perumusan dan pelaksanaan kegiatan riset, selain melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan komersialisasi produk, pilot proyek, teaching industry dan pengembangan Technoindustrial Cluster. Anggota pokja terdiri dari Mitra Lembaga Litbang maupun Mitra Agribisnis. Program Rusnas Kerapu dilaksanakan oleh suatu konsorsium antar lembaga penelitian, perguruan tinggi, dan industri dan dikoordinasikan oleh “lembaga pengelola” yaitu Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Budidaya Pertanian (PPP-TBP) , Kedeputian Bidang Agroindustri dan Bioteknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Dalam pelaksanaannya, lembaga pengelola menghimpun berbagai pelaku yang terlibat dalam agribisnis kerapu untuk secara bersama-sama merumuskan “technological road map” dan membentuk “techno industrial cluster” di bidang agribisnis kerapu. Selanjutnya, berdasarkan technological roadmap yang telah tersusun, masing-masing stakeholder (instansi litbang pemerintah, universitas, swasta) yang terlibat dapat melaksanakan peranannya secara terkoordinasi dan sinergi sehingga mencapai keunggulan inovasi di bidang agribisnis kerapu. Dalam mensinergikan berbagai kemampuan dan potensi pengembangan teknologi budidaya kerapu, yang perlu pertama kali dilakukan adalah identifikasi dan pemetaan aktivitas berbagai lembaga penelitian dan perguruan tinggi maupun kegiatan bisnis pihak swasta/pengusaha. Beberapa instansi diketahui telah melakukan kajian teknologi budidaya kerapu secara terpisah, diantaranya Balai Budidaya Laut Lampung, Balai Budidaya Air payau Situbondo, Balai Riset Perikanan Pantai Gondol dan Balai Besar Budidaya Air payau Jepara. Selain Lembaga-lembaga di atas yang sebagian besar dibawah lingkungan Departemen Kelautan dan Perikanan, BPPT mempunyai program unggulan dalam kaitannya dengan pengembangan teknologi budidaya kerapu. Cakupan penanganan permasalahannya cukup koprehensif dan sesuai dengan sumberdaya yang dimiliki, BPPT telah menetapkan untuk menangani dari budidaya sampai pascapanen dengan kajian-kajian secara tekno-ekonomi. 31
VI. EXIT STRATEGY Exit strategy menunjukkan pada tahapan mana dan kapan program RUSNAS harus dihentikan karena industri perikanan kerapu yang didukung oleh program ini telah memasuki tahap komersialisasi. Pada kasus RUSNAS Kerapu, exit strategi akan berbeda untuk setiap klaster teknologi. Perbedaan tersebut ditentukan oleh karakteristik kegiatan yang dilakukan. Sebagai contoh, pada klaster teknologi produksi induk dan benih unggul, diperlukan waktu hingga 8 tahun, sesuai dengan “roadmap” yang telah disusun. Lamanya waktu yang diperlukan untuk “exit” dari program tersebut disebabkan karena untuk menghasilkan induk unggul, maka diperlukan 2- 3 generasi, dimana masing-masing generasi membutuhkan waktu 2-3 tahun. Exit strategy untuk setiap klaster teknologi ditetapkan oleh masing-masing kelompok kerja yang tersusun dalam agenda riset yang akan dievaluasi setiap tahunnya pada saat Lokakarya. Exit strategy tersebut akan menjadi standard yang built in dengan kegiatan R&D dan bertumpu pada kesiapan pasar mengadopsi produk dan teknologi baru yang dihasilkan oleh RUSNAS. Beberapa hasil kajian yang diperoleh, pada tahap awal akan disosialisasikan kepada kelompok sasaran pengguna, baik melalui public expose menggunakan selebaran, media masa 32
termasuk didalamnya electronic news (e-news) via web site www.kerapu.com maupun demplot berupa pelatihan dsbnya. Dalam penerapannya akan disesuaikan dengan kondisi yang ada (bentuk kerjasama atau lainnya), tergantung pada kesiapan penggunanya (kemampuan finansial, SDM, dsb). Beberapa produk, proses produksi yang dapat dihasilkan antara lain: N O
1 2 3
4 5 6
7 8
JENIS KELUARAN
PENGGUNA SASARAN penyediaan Panti benih
SOP manajemen induk Induk ikan kerapu karakter tertentu
dengan Panti benih, pengusaha, masyarakat Jenis pakan alami dan Formulasi Panti benih, pakan buatan pengusaha dan masyarakat nelayan Penentuan Lokasi Budidaya KJA Pemda, dan Model pendugaan daya pengusaha dukung perairan SOP budidaya ikan kerapu di KJA Pengusaha, masyarakat nelayan Formulasi pakan Panti benih, pengusaha, nelayan, petambak, industri pakan Teknologi transportasi ikan hidup Eksportir, panti benih Paket usaha Budidaya Kerapu Pengusaha, masyarakat nelayan
TARGET WAKTU 4 – 6 tahun 7 –10 tahun 4 – 5 tahun
3 – 5 tahun 3 – 5 tahun 3 – 5 tahun
3 tahun 3 – 5 tahun
Lampiran 1. Diskripsi fisik jenis-jenis ikan kerapu yang banyak diperdagangkan di Indonesia. Cromileptis altivelis Humpback or Polka dot grouper (Kerapu Tikus atau Kerapu Bebek) Ephinephelus. fuscoguttatus 33
Brown marbled grouper (Kerapu Macan) Epinephelus tauvina Green grouoper (Kerapu Lumpur) Epinephelus malabaricus Estuarine grouper (Kerapu Malabar) Plectopomus leopardus Spotted coral grouper (Kerapu Sunu)
Chelinius undulatus Napoleon wrasse (Ikan Napoleon) Epinephelus lanceolatus Giant grouper (Kerapu Ketang)
Lampiran 2. Daftar Impor Ikan Kondumsi Hidup di Hong Kong (kg) 1999
2000
Negara Volume Australia Benin R Brunei Cambodia Canada
%
Volume
429.406
3,87
11.924 20.394
0,11 0,18
605.061 338 4.745 32.4320,33 103
% 6,16 0,00 0,05 0.00
34
Fiji France Iceland India Indonesia Japan Kenya Kiribati Korea China Malaysia Maldives Marocco Mynmar Namibia Nauru Papua New Guinea Philippines Seychelles Singapore South Afrika Srilanka Taiwan Thailand Togo Vietnam
200 4.040
0,00 0,04
10.832 1.100.964 743
0,10 9,91 0,01
15.000 3.215 3.148.746 780.890 66.500 97 8.272
0,14 0,03 28,35 7,03 0,60 0,00 0,07
657.834
5,92
41.892
0,38
726 1.081.141 3.533.974
0,01 9,73 31,82
187.327
1,69
Total 11.106.930 Sumber : IMA Hong kong Februari 2001
456
0,00
922.896 43.2330,44 200
9,39
1.792 3.164.172 409.979 19.500
0,02 32,20 4,17 0,20
550 955 282 90 1.035.446 25.000 11.761 245
0,01 0,01 0,00 0,00 10,54 0,25 0,12 0.00
941.410 2.462.122 840 143.279
9,58 25,05 0,01 1,46
0,00
9.827.427
Lampiran 3. Volume Impor Konsumsi Hidup di Hongkong asal Indonesia
1997 1998 1999 1.889.002 Kg 1.855.447 Kg 1.100.964 Kg Sumber : IMA Hong Kong, Februari 2001
2000 922.896 Kg
35
Lampiran 4. Daftar Harga Ikan Makanan Hidup di Hong Kong, 1970 – 2000 (US$ /Kg)
1970
1975
1982
1992
1998
2000
Jenis Ikan W
W
C
W
C
W
Red Grouper (E. akaara)
14
14
11
43
33
Green Grouper (E. Coides)
10
11
-
28
23
23
Red Coral Trout (Plectropomus leop.)
-
-
-
25
-
Humphead Wrasse (Checlinus Undulatus)
-
-
-
-
Highfinned Grouper (Cromilepter altivelis)
-
-
-
Tiger Grouper (E.fuscoguttatus)
-
-
-
C
W
C
W
C
19
17
12
14
11
26
-
38
-
28
-
-
63
-
63
-
60
-
63
-
63
-
-
-
60
-
15
-
-
-
28
23
26
21
30
Sumber : IMA Hong Kong, Februari 2001
36