BIMBINGAN KONSELING KONSEP DASAR DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR MAKALAH diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bimbingan Konseling yang diampu oleh Muhibbu Abivian, M.Pd
disusun oleh : Nama : Ade Rukmana ( 160641060 ) Meri Ulpiyani ( 160641107 ) Kelas : SD16-B1
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH CIREBON 2018
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan Konseling. Dan semoga sholawat serta salam selalu tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW. Kami mengakui bahwa kami hanyalah manusia biasa yang memiliki banyak kekurangan. Tidak semua hal dapat kami deskripsikan dengan sempurna dalam penulisan makalah ini. Kami telah melakukan semaksimal mungkin dan dengan kemampuan yang kami miliki untuk menyelesaikan makalh ini namun kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak untuk penyempurnaan makalah ini. Dengan menyelesaikan makalah ini kami berharap makalah tentang konsep dasar diagnostik kesulitan belajar ini bermanfaat bagi kita semua. Dan semoga dengan adanya makalah ini dapat membantu kita dalam memahami tentang diagnostik kesulitan belajar. Wassalamualaikum wr.wb
Cirebon, Oktober 2018
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB
I
.............................................................................
i
.........................................................................................
ii
PENDAHUUAN
.................................................................
1
A. Latar Belakang
.............................................................................
1
B. Rumusan Masalah
.............................................................................
1
.........................................................................................
1
C. Tujuan BAB II
PEMBAHASAN
.................................................................
2
A. Pengertian Diagnostik Kesulitan Belajar B. Faktor-Faktor Kesulitan Belajar C. Prosedur dan Teknik Diagnostik Kesulitan Belajar BAB III
PENUTUP
............................................................................... 9
A. SIMPULAN .........................................................................................
9
B. SARAN
9
.........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
...........................................................................
ii
10
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Di kehidupan sehari-hari tampak jelas bahwa siswa memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok antara seorang siswa dengan siswa lainnya. Prestasi belajar yang memuaskan dapat diraih oleh setiap siswa jika mereka dapat belajar secara wajar, terhindar dari berbagai ancaman, hambatan dan gangguan. Namun ancaman, hambatan dan gangguan tersebut di alami oleh siswa tertentu sehingga mereka mengalami kesulitan dalam belajar. Hal tersebut dapat menyebabkan ketidakberhasilan siswa, dengan perwujudan perolehan nilai jelek untuk sebagian atau seluruh mata pelajaran, tidak naik kelas, putus sekolah (dropout), dan tidak lulus ujian akhir. Kegagalan dalam belajar sebagaimana contoh di atas berarti rugi waktu, tenaga, dan juga biaya. Dan tidak kalah penting adalah dampak kegagalan belajar pada rasa percaya diri. Oleh karena itu upaya mencegah atau setidak tidaknya meminimalkan, dan juga memecahkan kesulitan belajar melalui diagnosis kesulitan belajar siswa merupakan kegiatan yang perlu dilaksanakan. Dari paparan di atas, nampak bahwa diagnosis kesulitan belajar memiliki peranan yang cukup penting di dunia pendidikan. Didasarkan oleh hal tersebut, maka makalah ini akan membahas lebih lanjut mengenai Diagnosis Kesulitan Belajar. B. Rumusan Masalah Adapun masalah yang dihadapi dalam makalah ini adalah : 1. Apa yang dimaksud dengan Diagnosis Kesulitan Belajar ? 2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar ? 3. Bagaimanan prosedur pelaksanaan Diagnosis Kesulitan Belajar ? C. Tujuan Tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu : 1. Mengetahui definisi dari Diagnosis Kesulitan Belajar 2. Mengetahui faktor-faktor kesulitan belajar 3. Mengetahui prosedur pelaksanaan Diagnostik Kesulitan Belajar
1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Diagnostik Kesulitan Belajar Dalam pengertian diagnosis kesulitan belajar terdapat dua istilah yang perlu dipahami terlebih dahulu yaitu istilah diagnosis dan kesulitan belajar. Banyak para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian diagnosis. 1. Menurut Thorndike dan Hagen dalam buku Munawir Yusuf (2009 : 132), diagnosis dapat diartikan sebagai berikut : a. Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness, disease) apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang seksama mengenai gejala-gejalanya (symtoms). b. Studi yang seksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial. c. Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang saksama atas gejala-gejala atau fakta-fakta tentang suatu hal. 2. Menurut Webster, diagnosis diartikan sebagai proses menentukan hakikat kelainan atau ketidakmampuan dengan ujian, dan melalui ujian tersebut dilakukan suatu penelitian yang hati-hati terhadap fakta-fakta yang dijumpai, yang selanjutnya untuk menentukan permasalahan yang dihadapi. Dari beberapa pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa diagnosis yaitu penentuan suatu masalah, kelainan atau ketidakmampuan dengan meneliti latar belakang penyebabnya atau melalui pengujian dan studi yang seksama mengenai gejala-gejalanya. Selanjutnya pengertian kesulitan belajar. Kesulitan belajar adalah suatu gejala yang nampak pada peserta didik yang ditandai dengan adanya prestasi belajar yang rendah atau dibawah norma yang telah ditetapkan. 1. Blassic dan Jones mengatakan bahwa kesulitan belajar itu menunjukkan adanya suatu jarak antara pretasi akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik yang dicapai oleh peserta didik (prestasi aktual). 2. Prayitno (1995/1996: 1-2), kesulitan belajar adalah suatu kondisi dalam proses belajar mengajar yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu
2
untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Jenis hambatan ini dapat bersifat psikologis, sosiologis dan fisiologis dalam keseluruhan proses belajar mengajar. Setelah kita mengetahui definisi diagnosis dan kesulitan belajar, maka diagnosis kesulitan belajar dapat diartikan sebagai proses menentukan masalah atau ketidakmampuan peserta didik dalam belajar dengan meneliti latar belakang penyebab dan atau dengan cara menganalisis gejala-gejala kesulitan atau hambatan belajar yang nampak pada diri siswa. Syahril (1991 : 45) mengemukakan bahwa “Diagnosis kesulitan belajar itu merupakan usaha untuk meneliti kasus, menemukan gejala, penyebab dan menemukan serta menetapkan kemungkinan bantuan yang akan diberikan terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar.” B. Faktor-Faktor Kesulitan Belajar Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinjerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku (misbehavior) siswa seperti kesukaan berteriak-teriak di dalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah, dan sering kabur dari sekolah. secara garis besar, factorfaktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam, yaitu : 1. Faktor Intern Siswa Faktor intern siswa yaitu hal-hal atau keadaan-keadaan yang berasal dari dalam diri sendiri. Diantaranya faktor intern siswa yang meliputi gangguan dan kekurang mampuan psikofisik siswa, yakni: a. Yang bersifat kognitif ( ranah cipta ), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual atau inteligensi siswa b. Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap c. Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alatalat indera penglihatan dan pendengar (mata dan telinga). 2. Faktor Ekstern Siswa Faktor ekstern siswa yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri siswa. Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan
3
sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor ini dapat dibagi tiga macam, yaitu: 1. Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga; 2. Lingkungan perkampuan atau masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh (slum area), dan teman sepermainan (peer group) yang nakal. 3. Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah. Selain faktor-faktor yang bersifat umum diatas, ada pula faktor-faktor lain yang juga menimbulkan kesulitan belajar siswa. Diantara faktor-faktor yang dapat dipandang sebagai
faktor khusus ini ialah sindrom psikologis
berupa
learning disability (ketidakmampuan belajar). Sindrom yang berarti satuan gejala yang muncul sebagai indikator adanya keabnormalan psikis (Reber, 1988) yang menimbulkan kesulitan belajar, diantaranya yaitu :
Disleksia (dyslexia), yakni ketidakmampuan belajar membaca.
Disgrafia (dysgraphia), yakni ketidakmampuan belajar menulis.
Diskalkulia (dyscalculia), yakni ketidakmampuan belajar matematika. Akan tetapi, siswa yang mengalami sindrom-sindrom diatas secara umum
sebenarnya memiliki potensi IQ yang normal bahkan diantaranya ada yang memiliki kecerdasan diatas rata-rata. Oleh karenanya, kesulitan belajar siswa yang mengalami sindrom-sindrom tadi mungkin hanya disebabkan oleh adanya minimal brain dysfunction, yaitu gangguan ringan pada otak (Lask, 1985: Reber, 1988). C. Prosedur dan Teknik Diagnostik Kesulitan Belajar Salah satu tugas lembaga pendidikan formal adalah menciptakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada setiap siswa untuk mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan kemampuan, bakat, minat dan potensi diri yang dimilikinya, dan sesuai pula dengan lingkungan yang ada. Kenyataan masih juga dijumpai, bahwa ada sementara siswa yang memperoleh prestasi hasil belajarnya jauh di bawah ukuran rata-rata (average) atau norma yang telah ditetapkan bila dibandingkan dengan teman-teman dalam kelompoknya. Banyak pula dijumpai sejumlah siswa, secara potensial diharapkan memperoleh hasil yang
4
tinggi, akan tetapi prestasinya biasabiasa saja, bahkan mungkin lebih rendah dari teman lain yang potensinya lebih kurang dari dirinya. Untuk mengetahui potensi seorang siswa, dapat dilihat dari prestasi sebelumnya dengan melakukan observasi atau akan lebih teliti bila digunakan tes psikologis, misalnya lewat tes inteligensi atau tes bakat. Apabila ada indikasi, bahwa mereka mengalami kesulitan dalam aktivitas belajarnya, maka mereka membutuhkan bantuan secara tepat dan dapat dilakukan dengan segera. Bantuan yang diberikan itu, akan berhasil dan dapat dilaksanakan secara efektif apabila kita secara teliti dapat memahami sifat kesulitan yang dialami, mengetahui secara tepat faktor yang menyebabkannya serta menemukan berbagai cara mengatasinya yang relevan dengan faktor penyebabnya. Prosedur atau langkah-langkah melaksanakan diagnosis kesulitan belajar, yaitu sebagai berikut: 1. Identifikasi Kasus Beberapa langkah yang dapat ditempuh dalam mengidentifikasi siswa yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar yaitu dengan cara- cara sebagai berikut : a. Menandai siswa dalam satu kelas atau dalam suatu kelompok yang diperkirakan mengalami kesulitan dalam belajar baik yang sifatnya umum maupun sifatnya lebih khusus dalam bidang studi tertentu. b. Teknik yang dapat ditempuh bermacam-macam antara lain dengan:
Meneliti nilai ujian
Menganalisis
hasil
ujian
dengan
melihat
tipe
kesalahan
yang
dibuatnya
Observasi pada saat siswa dalam proses belajar mengajar
Memeriksa buku catatan pribadi yang ada pada petugas bimbingan
Melaksanakan sosiometris untuk melihat hubungan sosial psikologis yang terdapat pada para siswa. Kesulitan belajar itu dapat kita deteksi dari observasi pada saat proses
kegiatan belajar. Agar observasi dapat mendeteksi kasus kesulitan belajar secara tepat, maka pada observasi ini dilakukan kegiatan pencatatan hal-hal sebagai berikut: a. Cepat lambatnya (berapa lama) menyelesaikan pekerjaan (tugasnya)
5
b. Ketekunan atau persistensi dalam mengikuti pelajaran (berapa kali tidak hadir; alpa, sakit, izin) c. Partisipasi dan konstribusinya dalam pemecahan masalah atau mengerjakan tugas kelompok (bagan partisipasi) d. Kemampuan
kerjasama
dan
penyelesaian
sosialnya
(disenangi
atau
menyenangi orang lain secara sosiometris dapat diketahui) dan sebagainya. 2. Melokalisasi Letak Kesulitan Belajar Setelah kita menemukan kelas atau individu siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar, maka pesoalan selanjutnya yang perlu kita telaah, yaitu (1) dalam mata pelajaran (bidang studi) manakah kesulitan itu terjadi, (2) pada kawasan tujuan belajar (aspek prilaku) yang manakah ada kesulitan itu terjadi, (3) pada bagian (ruang lingkup bahan) yang manakah kesulitan itu terjadi, (4) dalam segi kesulitan belajar manakah kesulitan itu terjadi. Untuk itu dilakukan analisis letak kesulitan belajar siswa dengan cara sebagai berikut: a. Mendekati kesulitan belajar pada bidang studi tertentu. Dapat dilakukan dengan cara membandingkan angka nilai prestasi individu siswa untuk semua bidang studi.untuk membuat jelas hal ini sebaiknya dibuat grafik yang berisi semua mata pelajaran/bidang studi lengkap dengan nilainya. b. Mendeteksi pada kawasan tujuan belajar dan bahagian ruang lingkup bahan pelajaran dimanakah kesulitan terjadi. Dapat dilakukan dengan menganalisis jawaban siswa terhadap soal-soal setiap mata pelajaran. Dari jawaban itu dapat diketahui pada bagiam mana siswa mendapat kesulitan. c. Analisis terhadap catatan mengenai proses belajar. Analisis yang dimaksud disini adalah analisis terhadap kemampuan menyelesaikan tugas-tugas, soalsoal saat proses belajar berlangsung, kehadiran atau ketidakhadiran saat proses belajar berlangsungsi untuk setiap mata pelajaran, penyesuaian diri dengan temannya. 3. Menentukan Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Mengacu pada bahasan sebelumnya yaitu meneliti faktor internal dan faktor eksternal peserta didik. Faktor internal bersumber pada aspek fisik yaitu kesehatan, atau kecacatan tubuh. Dan aspek psikologis yaitu, kecerdasan, bakat,minat, kemampuan, kemauan,perhatian maupun dorongan,konsentrasi dll. Sedangkan
6
faktor eksternal bersumber pada aspek lingkungan, yaitu lingkungan sosial dan non-sosial yang berupa alam, dan aspek instrumen atau fasilitas dan juga pengajar yang terkait. Untuk mengenal kesemua faktor diatas dapat dipergunakan berbagai cara dan alat, baik yang dapat dibuat oleh guru, maupun yang telah dikerjakan orang lain yang tersedia disekolah. Cara dan alat itu antara lain : a. Test kecerdasan b. Test bakat khusus c. Skala sikap baik yang sudah standar maupun yang secara sederhana bisa dibuat guru. d. Inventory e. Wawancara dengan siswa yang bersangkutan. f. Mengadakan observasi yang intensif baik dalam maupun di luar kelas g. Wawancara dengan guru dan wali kelas, dan dengan orang tua atau teman-teman bila dipandang perlu. 4. Memperkirakan Alternatif Bantuan Apabila kita telaah tentang letak kesulitan yang dialami siswa, jenis dan sifat kesulitan, latar belakangnya, faktor-faktor yang menyebabkannya, maka kita akan dapat memperkirakan beberapa hal berikut : a. Apakah siswa tersebut masih mungkin ditolong untuk mengatasi kesulitannya atau tidak. b. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan yang dialami siswa tertentu. c. Kapan dan dimana pertolongan itu dapat di berikan. d. Siapa yang dapat memberikan pertolongan. e. Bagaimana
cara
menolong
siswa
agar
dapat
dilaksanakan
secara
efektif. f. Siapa
sajakah
yang
harus
dilibatsertakan
dalam
menolong
siswa
tersebut. 5. Penetapan kemungkinan cara mengatasinya Langkah ini menentukan bantuan atau usaha penyembuhan apa yang diperlukan peserta didik. Perlu pula dikomunikasikan atau didiskusikan dengan
7
berbagai pihak yang sekiranya akan terlibat dalam memberikan bantuan. Program bantuan misalnya remedial atau pengajaran perbaikan, layanan bimbingan dan konseling, program referral yaitu mengirimkan peserta didik kepada ahli yang lebih berkompeten dalam mengatasi kesulitan belajar. 6. Tindak Lanjut Kegiatan tindak lanjut adalah kegiatan melakukan bantuan, bimbingan, arahan atau pengajaran paling tepat dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar, cara ini dapat berupa : a. Melaksanakan bantuan berupa melaksanakan pengajaran remidial pada mata pelajaran yang menjadi masalah bagi siswa tertentu. Remidial dapat dilakukan oleh guru, atau pihak lain yang dianggap dapat menciptakan suasana belajar siswa yang penuh motivasi. b. Membagi tugas dan peranan kepada orang-orang tertentu dalam memberikan bantuan pada siswa. c. Senantiasa mencek dan ricek kemajuan terhadap siswa yang bermasalah baik pamahaman mereka terhadap bantuan yang diberikan berupa bahan, maupun mencek bahan tepat guna program remedial yang dilakukan untuk setiap saat diadakan revisi dan improvisasi. d. Mentransfer atau mengirim (roferral case) siswa yang menurut perkiraan tidak dapat ditangani oleh guru kepada orang atau lembaga lain (psikologi, psikiater, lembaga bimbingan, lembaga psikoligi dan sebagainya) yang diperkirakan akan lebih dapat dan lebih tepat membantu siswa tersebut.
8
BAB III PENUTUP
A. Simpulan 1. Diagnosis
kesulitan
belajar
yaitu
proses
menentukan
masalah
atau
ketidakmampuan peserta didik dalam belajar dengan meneliti latar belakang penyebab dan atau dengan cara menganalisis gejala-gejala kesulitan atau hambatan belajar yang nampak pada diri siswa. 2. Faktor- faktor kesulitan belajar dibagi menjadi dua yaitu (1) faktor intern siswa merupakan keadaan-keadaan yang berasal dari dalam diri sendiri diantaranya yang meliputi gangguan dan kekurang mampuan psikofisik siswa (2) faktor ekstern siswa yakni hal-hal yang datang dari luar diri siswa yang meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. 3. Prosedur atau langkah-langkah melaksanakan diagnosis kesulitan belajar, yaitu sebagai berikut : (1) identifikasi kasus (2) melokalisasi letak kesulitan belajar (3) menentukan faktor penyebab kesulitan belajar (4) memperkirakan alternatif bantuan (5) Penetapan kemungkinan cara mengatasinya (6) tindak lanjut. B. Saran Dalam upaya meminimalisir kegagalan dalam belajar yang mengakibatkan rugi waktu, tenaga, dan juga biaya seorang guru harus melaksanakan diagnosis kesulitan belajaar dan memperhatikan peserta didiknya yang mengalami kesulitan belajar untuk dibimbing lebih agar siswa tersebut dapat mengikuti pelajaran dengan baik.
9
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan bagi anak berkesulitan belajar. Jakarta: Rineka Cipta Entang. 1983. Diagnosis Kesulitan Belajar dan Pengajaran Remedial. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Munawir yusuf. 2009. Pendidikan bagi anak denga problema belajar. Bandung: Tiga Serangkai Aeni, Yuni Nur. 2015. http://yuninuraeniyna.blogspot.com/2015/06/konsep-dasar diagnostik-kesulitan.html [ 21 Oktober 2018 ]
10