Berpaling Dari Yesus Karena Cinta

  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Berpaling Dari Yesus Karena Cinta as PDF for free.

More details

  • Words: 7,665
  • Pages: 19
Berpaling Dari Yesus Karena Cinta? By : Andhika Mencintai dan dicintai adalah hak semua orang. Tentu kita semua setuju dengan hal itu. Tapi, gimana kalo cinta malah membuat kita berbelok menuju jurang maut? Bukannya kebahagiaan yang didapat, malah kematian kekal yang diraih. Iiiiihhh… amit-amit dech! Pada dasarnya Tuhan menciptakan manusia berpasangan. Itu terbukti dari Tuhan menciptakan Adam dan Hawa, nenek moyang kita. Jadi, wajar bila kita tertarik dengan lawan jenis kita (asal nggak tertarik dengan sesama jenis lho!). Cowok tertarik dengan cewek, atau sebaliknya, adalah sangat manusiawi. Saat kita SMA, orang bilang itu masa-masa paling indah yang pernah terjadi dalam hidup kita. Pada masa itu kita baru aja merasakan kedewasaan, dan di barengi oleh timbulnya perasaan kepada lawan jenis. Kita begitu muda dan begitu bebas dalam memilih pasangan kita, karena saat itu hubungan yang terjadi hanyalah sebatas hubungan pacaran biasa, nggak lebih dari itu. Pendek kata, pacaran semasa SMA tuh nothing to lose, alias nggak ada ruginya, dengan cacatan harus murni pacaran aja, nggak usah berbuat yang neko-neko. Namun saat kita beranjak dewasa, sekitar usia 23 keatas, persepsi kita mengenai pacaran akan berubah 180 derajat. Lho, kok bisa? Iya, sebab masa pubertas kita udah lewat. Mayoritas orang yang berumur sekian ini akan lebih memikirkan hubungan jangka panjang dibanding hubungan yang cuma have fun aja. Kalo cowok, dia akan bekerja banting tulang untuk menyiapkan bekal berumah tangga kelak. Nah, kalo cewek, mereka pasti harap-harap cemas! Kenapa begitu? Sebab pada usia seperti ini mereka sangat menantikan seorang pendamping hidup yang dapat mengayomi mereka. Seseorang yang sekiranya mapan dan bisa diajak untuk melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih tinggi. Sudah terbentuk paradigma atau pola pikir di masyarakat kita bahwa pada usia tertentu (yang menurut mereka sudah ‘cukup’ usia), jika seorang gadis belum menikah pada usia tersebut, maka gadis itu akan divonis nggak laku (emang martabak pake nggak laku segala?!). Memang sih nggak ada undang-undang atau peraturan pemerintah yang mengatur tentang hal ini. Tetapi, gunjingan dan omongan orang tentang hal ini lebih menyakitkan dari penyakit apapun di dunia ini. Belum lagi ditambah omongan ortu kita yang mungkin mereka malu anak gadis mereka belum kunjung mendapatkan pendamping. Maka, jadilah si gadis pusing tujuh keliling untuk mencari solusi tercepat dan mungkin bukan yang terbaik. Dalam keadaan yang kepepet seperti itulah, seorang cewek dapat main serobot tanpa memperdulikan apapun. Bahkan, banyak sekali cewek yang akhirnya melepas imannya kepada Yesus dengan memilih seorang cowok yang tidak seiman untuk dijadikan pendamping hidup. Dan yang paling penting bagi mereka adalah yang penting laku! Apa itu keputusan yang benar? Coba sedikit kita kupas.

Didalam dunia ini, hanya ada SATU Juru Selamat sejati, yaitu Tuhan Yesus Kristus. Alkitab berkata, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengkaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”. (Yohanes 3:16). Coba kita lihat yang bergaris bawah. Itu jelas menunjukkan jalan keselamatan! Banyak orang didunia ini yang mencari-cari keselamatan kesana kemari. Bahkan ada yang rela mengeluarkan uang puluhan hingga ratusan juta untuk sekedar ‘membeli’ keselamatan. Tetapi, Tuhan Yesus memberi kita keselamatan dengan CUMA-CUMA alias gratis! Tuhan cuma meminta kita untuk percaya penuh kepada-Nya. Apa susahnya sih? Masa kita akan melepas keselamatan yang begitu berharga ini? Toh Tuhan Yesus juga nggak minta uang atau harta, dan yang terpenting kasih-Nya tak berpamrih. Beda kan dengan orang dunia, yang sering mengatakan : “Aku mau menikah sama kamu, asal kamu mau masuk…..”. See, dari sini aja udah kelihatan perbedaannya. Next, didalam Kristen dikenal pernikahan untuk selamanya. Coba saudara dengar kalau pendeta sedang memberkati kedua mempelai, pasti dia akan bertanya satu dengan yang lain : “Suami/istri, apakah engkau bersedia mencintai istri/suamimu dalam suka maupun duka, muda maupun tua, sehat maupun sakit sampai maut menjemputmu?” Anda yang pernah hadir dalam pemberkatan gereja pasti tau benar akan perkataan ini. Mari kita tekankan pada kata yang bergaris bawah. Sampai maut menjemputmu alias sampai mati. Dalam pernikahan Kristen, Tuhan Yesus sudah memberi peringatan keras, “Jadi, jagalah dirimu! Dan janganlah orang tidak setia terhadap istri dari masa mudanya”. (Maleakhi 2:15). Wow, firman Tuhan sungguh dahsyat, bukan? Dari firman Tuhan itu kita bisa menyimpulkan bahwa haram bagi kita untuk mencintai, atau bahkan menikahi wanita lain selain istri kita. Dan yang dimaksud dengan istri masa mudamu adalah istri yang menikah dengan kita. Tuhan nggak main-main dengan hal yang satu ini. Makanya, didalam Kristen, nggak ada yang namanya istri dimadu. Nggak tau arti dimadu? OK, diduakan. Masih bingung juga? Artinya di POLIGAMI….! Itu lho, suami yang punya lebih dari satu istri dan yang katanya sah (?). Dalam hubungan poligami, siapa sih yang lebih dirugikan? Pastilah istri dan anak dari pernikahan yang pertama. Coba bayangin, Anda dengan berat hati meninggalkan Yesus untuk akhirnya menikah dengan cowok itu, tapi setelah itu Anda dipoligami alias dimadu tanpa dicerai, bisa bayangin sakitnya? Mungkin jika Anda sudah dalam keadaan seperti itu hati Anda akan mengatakan; lebih baik nggak kawin daripada dimadu. Iya nggak? It’s too late! Anda sudah terlanjur punya dosa yang membuat Tuhan murka! Saudara yang terkasih dalam Yesus, saya nggak akan menghakimi orang yang sudah terlanjur memilih jalan yang salah. Karena, pada dasarnya Tuhan Yesus tidak pernah memaksa kita untuk mengikut Dia. Dia hanya mengingatkan kita melalui cara-cara-Nya yang luar biasa, supaya kita beroleh hidup. Dia berkata dalam Wahyu 3 ayat 20,”Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersamasama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku”. Saya yakin, Tuhan Yesus tau segala pergumulan kita dan doa kita. Jadi, jika kita belum mendapat apa yang kita doakan, itu

mungkin disebabkan kita belum saatnya untuk menerima berkat dari Dia. Mungkin kita belum siap untuk menerima apa yang kita inginkan. Tuhan mau kita berproses dahulu, agar kita menjadi semakin kuat dalam iman. Dan terakhir, saya ingin bertanya kepada Anda, apakah Anda mau menggadaikan keselamatan Anda sehingga yang Anda peroleh nanti hanya maut, hanya demi cinta yang nggak jelas? Atau, Anda memilih Yesus dalam hidup Anda, dan menunggu Yesus memberikan yang terbaik untuk Anda? Kalau saya ditanya, maka dengan tegas saya jawab : AKU AKAN MEMILIH YESUS!!!!!!!!!!!!! Amien

MAKAM YESUS DITEMUKAN? Tulisan: Herlianto. Penulis adalah Dosen Kajian Perjanjian Baru di STT Jakarta. Sebenarnya dari seorang doktor yang pakar Perjanjian Baru diharapkan keluar produk ilmiah yang obyektip, tetapi kajian yang dikemukakan lebih bersifat perpanjangan stereotip imani yang subyektip dari sensasi dan fiksi sains yang dipromosikan Jesus Seminar, James Tabor, dan sutradara film fiksi James Cameron. Ini bisa mengecoh para mahasiswa dan menurunkan kredibilitas institusi kondang yang diwakilinya. Menarik membaca ‘Kontroversi Temuan Makam Keluarga Yesus’, yang ditulis sdr. Ioanes Rachmat, hanya perlu dikoreksi karena banyak informasinya tidak lengkap dan akurat. Disebutkan bahwa Mariamene e Mara adalah Maria Magdalena, ini asumsi prematur, soalnya tidak ada buktinya. Memang dalam Kisah Filipus ada nama Mariamne, tapi disitu disebut bahwa ia saudara Filipus, ikut menginjil dan membaptis dan menganut sekte yang asketik, dan melakukan selibat, jadi beda. Ini menunjukkan bahwa tulisan ini langsung dibangun di atas landasan asumsi yang dipercaya penulisnya sebelum terbukti. Mengenai Matius disebut antara lain ada dalam silsilah Yesus. dalam silsilah ada nama Matan/Matat, kalau ini yang dimaksud berarti kakek dari Yusuf. Ini artinya kuburan itu sudah ada sebelum Yesus, jadi kalau sudah punya kuburan keluarga mengapa dikuburkan ke kuburan Yusuf dari Arimatea? Kalau disebut Matius anak Alfeus dan menurut James Tabor (Jesus Dynasty) adalah Alfeus saudara Yusuf, apa buktinya? Kalau Matius dikuburkan disitu mengapa Alfeus tidak? James Tabor termasuk dalam konspirasi Cameron dan Jacobovici, yang pendapatnya tidak diterima umumnya masyarakat arkeologi Alkitab. Menurut penelitian DNA, disebutkan “tidak ditemukan adanya hubungan persaudaraan material antara “Yesus” dan “Maria Magdalena”. ... Bisa jadi Maria Magdalena adalah

isteri sah Yesus, dan bisa jadi “Yudas anak Yesus” adalah anak Maria Magdalena juga.” Disini jelas juga bahwa penulis membangun satu asumsi rekaan berdasarkan asumsi rekaan sebelumnya. Test DNA (kalau memang benar) tidak menunjukkan apa-apa kecuali bahwa tulang yang diperkirakan tulang Yesus dan Mariamene bukan bersaudara, ada banyak kemungkinan untuk menghasilkan kesimpulan. Bisa juga Mariamene isteri Matius, Yusuf, atau Yudas atau tidak dengan satupun (mengapa tidak dilakukan test DNA?), kesimpulan ini sudah digiring dari asumsi bahwa Yesus anak Yusuf itu Yesus dari Nazaret dan Mariamene itu Maria Magdalena yang jadi isteri dan beranak Yudas. Ditulis bahwa “Prof Goren menyatakan bahwa dua huruf dari nama “Yeshua” (Yesus) pada inskripsi Aramaik di osarium Yakobus itu terdapat lapisan Patina asli yang berusia tua. Dengan demikian, keseluruhan frase “saudara dari Yesus” pada osuarium Yakobus iu harus dinyatakan asli.” Ini kesimpulan distortif. Yuval Goren mengakui ada dua huruf yang diduga asli namun kesimpulan keseluruhan asli adalah kesimpulan Hershel Shanks. Goren adalah orang terdepan yang menyatakan bahwa osuari itu tua, tetapi inskripsi itu pemalsuan modern. Di sisi lain osuari ada relief Rosetta yang kabur, tapi inskripsi tulisan “Yesus anak Yusuf, saudara Yakobus” masih tajam, bentuk syntax huruf meniru foto huruf pada artifak kuno dari buku-buku Arkaeologi. Oded Golan tidak ditangkap karena inskripsi ‘saudara Yesus” tetapi ia ditangkap dengan tuduhan selama belasan tahun melakukan pemalsuan barang antik termasuk ‘Jehoash Insciption’ (inskripsi palsu dikaitkan Bait Salomo untuk mendongkrak harga), ini skandal besar bisnis arkeologi. Ketika digeledah, di ruang kerja Golan ditemukan alat-alat dan berbagai tahap pemalsuan oleh otoritas Israel (IAA). Disebutkan bahwa menurut “Tabor dan Jacobovi ada kemungkinan satu osuari yang hilang dari Talpiot itu osuarium Yakobus.” Kedua osuari itu berbeda ukuran (yang satu 60 yang lain 50 cm panjangnya), demikian juga Amos Kloner pemimpin ekspedisi penemu makam Talpiot menyebutkan bahwa osuari ke-10 sama sekali tidak memiliki inskripsi sebelum hilang. Osuari Yakobus diakui oleh Golan berasal dari Silwan dan sudah diperolehnya pada tengah tahun 1970-an sebelum tahun 1978 dimana keluar peraturan semua penemuan arkaeologis menjadi milik negara, bekas tanah dikedua osuari itu berbeda, demikian juga relief keduanya beda. Laboratorium FBI menyebutkan bahwa foto osuari yang diambil dari ruangan Golan berasal tahun 1970-an. Makam Talpiot ditemukan tahun 1980. Mengenai patina Yakobus dan Tapiot yang dianggap sama jadi disimpulkan Yakobus berasal Tapiot, Ted Koppel dalam bukunya ‘The Lost Tomb of Jesus – A critical Look’ mendapat pernyataan tertulis dari direktur Suffolk Crime Laboratory, bahwa dalam laporan mereka tidak disebut ada kesamaan patina itu, Ahli forensik yang memeriksa DNA secara tertulis juga menyangkal menyimpulkan bahwa Mariamene isteri Yesus anak Yusuf. Ini kembali menunjukkan adanya manipulasi informasi seorang sutradara film fiksi. Kombinasi nama Yusuf, Maria, Yesus, Mariamene (yang diasumsikan sebagai Magdalena) disebutkan oleh Feuerverger memiliki kemungkinan 1:600, dan kalau Yakobus dimasukkan, angkanya 1:30.000. Kembali ini didasarkan asumsi bahwa 4/5 nama itu sekeluarga. Kalau kita hilangkan asumsi Mariamene dan Yakobus, angkanya

menjadi 1:puluhan saja, inipun kalau asumsi bahwa Yose itu Yusuf ayah Yesus dari Nazareth, Maria itu isteri Yusuf dan Yesus anak Yusuf adalah Yesus dari Nazareth. Nama di Israel biasa dikaitkan nama ayah atau asal, tidak lazim dikaitkan saudara. Feuerverger menyebut nama-nama itu umum di Israel dan nama ‘Yesus anak Yusuf’ perbandingannya 1:190, tapi kita tidak tahu apakah Yesus anak Yusuf itu Yesus orang Nazareth (dalam Injil nama terakhir ini yang biasa disebut). Dalam situsnya ‘Dear Statistical Colleague’ (4 Maret 2007), Feuerverger menulis: “I now believe that I should not assert any conclusions connecting this tomb with any hypothetical one of the NT family.” Di Israel banyak ditemukan osuari dengan inskripsi ‘Yesus anak Yusuf’ antara lain bisa dilihat fotonya dalam ‘The Interpreter’s Dictionary of the Bible, vol.3, 1962, hlm.611’, yang ditemukan jauh sebelum dicetaknya buku itu. Menyebut Yesus menikah dengan Maria Magdalena dan punya anak kembali menunjukkan asumsi yang imani yang tidak ada rujukannya dalam sejarah, dan menggunakan ayat ‘murid yang dikasihi’ yang digambarkan bersandar di dada Yesus disebelah kanannya pada waktu Perjamuan sebagai anak Yesus kembali merupakan asumsi imani (dalam the Da Vinci Code ditafsirkan sebagai Maria Magdalena). Mengenai kritik bahwa tak mungkin Yusuf yang miskin dari Nazaret memiliki kuburan keluarga di Yerusalem, disebutkan dalam artikel bahwa Yohanes Pembaptis dibuatkan kuburan oleh pengikutnya dan Yesus juga, kembali ini merupakan asumsi yang mengadaada, soalnya kalau benar itu kuburan keluarga Yesus mengapa saudara-saudara Yesus tidak dikubur disitu (Yose ditafisr panggilan Yusuf dan bukan saudara Yesus), padahal disitu ada nama lain yang tidak jelas memiliki hubungan keluarga dengan Yesus dari Nazaret. Kalau para murid bisa menyediakan makam untuk keluarga Yesus bukankah otoritas Yahudi/Romawi kala itu tinggal mengumumkan bahwa kuburan Yesus ada di Talpiot dan bukannya mengeluarkan isu ‘mayat Yesus dicuri’? Dari berbagai asumsi yang belum jelas secara ilmiah itu Ioanes Rachmat mau membangun kesimpulan bahwa asumsi-asumsi itu kejadian sejarah obyektif sedangkan kebangkitan adalah metafora. Ini kembali adalah asumsi yang perlu dibuktikan, maka sayang kalau bukti belum jelas sudah dikeluarkan hipotesa yang demikian.

Kontroversi Penemuan Makam Yesus

Written by Bagus Pramono DE’BULTMAN’ISASI MITOS PASKAH “Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu, Ia telah bangkit. Ia tidak ada disini. Lihat! Inilah tempat mereka membaringkan Dia.” (Markus 16:6) Hari Paskah adalah hari peringatan kebangkitan Yesus, karena itu kubur itu kosong. Berbagai usaha dilakukan orang untuk menjelaskan fenomena ini. Ketika rasionalisme melanda umat manusia, mereka yang terpengaruh berusaha menjelaskan bahwa

kebangkitan tidak memenuhi kriteria hukum alam yang dianggap dapat menjelaskan semua realita di dunia ini termasuk soal mujizat yang diceritakan dalam Alkitab. Diawali dengan teori pencurian mayat oleh para murid Yesus yang dilontarkan pemuka Yahudi (Matius 28:13), sepanjang sejarah selalu ada usaha untuk menyangkal kebangkitan Yesus itu. Dalam kitab Gnostik ‘Second Treatise of the Greath Seth’ disebutkan Yesus tidak disalib, tetapi digantikan orang lain yang dipaku di salib (The Nag Hammady Library, hlm.365). Ide ini mirip yang ditulis dalam Al Quran dimana dikatakan bahwa Yesus tidak disalib tetapi digantikan orang yang serupa wajahnya (QS.4:157), sedangkan Injil Barnabas (217) menyebut Yesus digantikan oleh Yudas untuk disalib. Lain dengan ini, aliran Ahmadyah menyebut bahwa Yesus disalib tetapi tidak mati dan hanya pingsan, sesudah siuman Ia pergi ke India dan akhirnya meninggal dengan kuburannya ada di Srinagar, Kashmir. Para teolog liberal terpengaruh konsep rasionalisme menolak kebangkitan sebagai melawan hukum alam. Banyak yang kemudian melakukan studi Kristologi (terutama abad-18/19) yang didasari asumsi rasionalisme bahwa mujizat dan hal supranatural dalam Alkitab tidak mungkin terjadi terutama soal kebangkitan Yesus, penolakan ini dimulai oleh H.S. Reimarus dan G.E. Lessing yang diikuti K.F. Bahrt, K.H. Venturini, H.E.G. Paulus, K.H. Hasse, dan Bruno Baur kemudian memuncak dalam karya Albert Schweitzer berjudul 'The Quest of the Historical Jesus.' Buku terkenal lainnya adalah 'Life of Jesus' karya D.F. Strauss, dan J.E. Renan. Karya Strauss menolak samasekali sifat sejarah hal-hal yang bersifat supra alami dalam Alkitab demikian juga dalam tulisan Renan. Arthur Drews dalam buku 'The Christ Myth' menganggap kitab Injil sebagai fiktif. Adolf von Harnack dalam 'What is Christianity' menurunkan Yesus hanya manusia yang memiliki damai dan membaginya kepada orang lain. Pandangan yang menurunkan Yesus sekedar menjadi manusia etis dan menjadikan 'Etika sebagai Jantung Agama' adalah Albrecht Ritschl. Puncak pemikiran liberal yang menolak mujizat Alkitab terutama kebangkitan Kristus diwakili Rudolf Bultman. Istilah Demitologisasi dipopulerkan Rudolf Bultmann (18841976), menurutnya kitab Injil seharusnya dianalisis lebih lanjut dalam berbagai bentuk yang dibuat oleh gereja awal sebelum ditulis. Bentuk-bentuk ini tidak banyak menjelaskan kepada kita tentang apa yang sebenarnya dilakukan dan dikatakan Yesus, melainkan tentang 'apa yang dipercayai oleh gereja awal tentang Yesus'. Di tahun 1926 Bultmann menulis buku 'Jesus' dimana dikatakan bahwa yang penting bukan apa yang obyektip tentang Yesus, tetapi bahwa 'kebenaran itu akan timbul dalam tanggapan iman yang subyektip dari para pengikut.' Dalam karyanya berjudul 'New Testament and Mythology' (1941) ia mengemukakan bahwa seluruh pola pikir masa Perjanjian Baru terutama kosmologinya bersifat mitologi yang merupakan faham pra-ilmiah yang berasal dari faham Gnostik pra-Kristen (seperti misalnya soal surga-bumi-neraka, kekuatan spiritual, kekuatan supranatural yang menerobos alam nyata, dan perlunya manusia ditebus) (New Testament & Mythology, dalam Karygma & Myth, hlm. 1 dst.). Mengenai Mitologi, tepatnya dikatakan:

"Seluruh konsep dunia yang dikemukakan dalam kotbah Yesus seperti yang dijumpai dalam Perjanjian Baru bersifat mitologis; yaitu: konsep mengenai dunia yang terdiri dari tiga lapis, surga, bumi dan neraka; konsep campur tangan kekuatan-kekuatan supranatural pada kejadian-kejadian di bumi; dan konsep mujizat terutama konsep mengenai campur tangan supra-natural dalam kehidupan dalam dari jiwa, konsep bahwa manusia dapat digoda dan dirusak oleh iblis dan dirasuk roh-roh jahat" (Jesus Christ & Mytheology, hlm.15) Menurut Bultman, konsep itu disebut mitologi karena berbeda dengan konsep dunia yang dibentuk dan dikembangkan oleh ilmu pengetahuan yang diterima orang modern. Menurutnya, dalam konsep dunia, hubungan sebab-akibat bersifat azasi. Yang sekarang dibutuhkan adalah 'demitologisasi kekristenan' yaitu 'melepaskan dan mengartikan kembali kenyataan sebenarnya lepas dari kerangka mitologi tersebut sehingga Injil dapat diberitakan dalam kemurniannya.' Dalam bukunya Bultmann juga mengatakan: "... ucapan mitologis secara keseluruhan mengandung makna yang lebih dalam yang dikemas dalam bungkus mitologi. Bila demikian, tepatnya, kita membuang konsep mitologi karena kita ingin menemukan artinya yang lebih dalam. Cara penafsiran demikian yang berusaha mengungkap artinya yang lebih dalam dibalik konsep mitologi saya sebut sebagai demitologisasi ... Maksudnya bukannya untuk meniadakan pernyataan yang bersifat mitologis tetapi menafsirkannya kembali" (Jesus Christ & Mythology, hlm. 18). Pada prinsipnya Kritik Historis dan studi tentang Yesus Sejarah dan Kitab Injil menunjukkan 'keraguan akan sifat sejarah kitab-kitab Injil, menolak hal-hal yang bersifat supranatural, dan menjadikan Yesus hanya sebagai tokoh moral atau politis saja,' dan lebih lanjut menurut Bultmann, tugas manusia adalah melepaskan manusia dari kerangka mitos yang tidak ilmiah itu (demitologisasi) atau melepaskan 'Yesus Sejarah' dari 'Yesus Iman.' Konsep ini jelas menolak kematian Yesus sebagai juruselamat dan penebus, dan kebangkitannya sebagai kemenangan atas maut ditolak sebagai bukan bagian sejarah. Jesus Seminar yang dirintis a.l. oleh John Dominic Crossan di tahun 1985 mewarisi penolakan akan sifat supranatural berita Injil. Bagi mereka Yesus seorang pemberontak Yahudi yang mati disalib dan kemungkinan mayatnya dimakan anjing atau binatang pemangsa lain yang berkeliaran di bawah salib sebagai shock therapi untuk menakuti para pengikutnya. Pengikut Jesus Seminar lainnya berteori bahwa Yesus hanya mati suri kemudian sadar kembali dan diwaktu kemudian mati dan dikuburkan disuatu tempat. Menarik menyaksikan perkembangan budaya dunia dimana era modern (abad-17-20) yang sekular dan materialistis ternyata membuat manusia mengalami kekosongan rohani, dan sejak era 1960-an kembali mencari nilai supranatural dan transendental yang selama ini dibungkam rasionalisme. Era posmo ditandai kembalinya manusia membuka diri akan masalalu dan banyak yang kembali melongok ke agama-agama mistik. Dalam kekristenan mulai ada kegairahan kembali akan mujizat ilahi terutama di kalangan Kharismatik dan Jesus People. Masyarakat umum kembali membuka diri kepada yang paranormal yang menurut The Journal of Parapsychology (2006), diartikan sebagai:

“semua gejala yang dalam satu dan banyak hal melampaui batas apa yang secara fisik dianggap mungkin menurut perkiraan ilmu pengetahuan masakini”. Encarta memasukkan paranormal dalam kategori Psychical Research, yaitu penelitian ilmiah akan gejala yang terjadi tetapi berada diluar jangkauan teori fisika, biologi, maupun psikologi konvensional. Ensiklopedi Britannica menyebut paranormal sebagai gejala parapsikologi (PSI) yang menyangkut kejadian yang tidak dimengerti hukum alam atau ilmu pengetahuan biasa yang hanya terjangkau oleh pancaindera. Pendekatan gejala paranormal melalui perspektif penelitian sulit, bukan karena gejala itu tidak benar, tetapi sulit dijelaskan menggunakan ukuran teori dan hukum yang ada. Karena itu gejala paranormal terjadi diluar konvensi yang normal. Apakah paranormal itu realita yang lain dari realita tiga dimensi yang bisa diamati dan dirasakan oleh kelima pancaindera manusia? Ataukah paranormal bisa disebut bagian dari realita supra-natural yang lebih luas dari realita natural dan mencakup dimensi ke-empat? Sedini tahun 1882, di Inggeris sudah dibentuk Society of Psychical Research, dan salah satu tokohnya, J.B. Rhine (1895-1980), di tahun 1930-an mulai menggunakan pendekatan eksperimen untuk meneliti gejala-gejala yang termasuk paranormal atau psikik. Pada tahun 1957 dibentuklah Parapsychological Association yang kemudian berafiliasi dengan American Association for the Advancement of Science, jadi paranormal sekarang masuk dalam hitungan sains! Charles Fort (1874-1932) adalah kolektor anekdot paranormal yang mengumpulkan 40.000 gejala paranormal yang sukar untuk dijelaskan menurut hukum alam yang selama ini kita ketahui. Kejadian ganjil/aneh yang dikumpulkannya termasuk gejala poltergeist (roh ribut), jatuhnya katak/ikan/benda-benda dari langit dalam area yang luas, suara-suara dan ledakan yang tidak jelas penyebabnya, kehadiran api yang tiba-tiba, kondisi melayang, bola api, UFO, penampakan yang misterius, roda cahaya di lautan, penampakan binatang diluar habitatnya, penampakan maupun menghilangnya manusia tanpa kejelasan, dll. Keterbukaan akan paranormal bisa dilihat dari hasil survai Gallup Poll yang pada tahun 2005 menemukan di Amerika Serikat, fakta bahwa 73% responden angketnya pernah mengalami setidaknya salah satu dari 10 gejala paranormal berikut: - Indera keenam (ESP, 41%); - rumah hantu (37%); - hantu (32%); telepati (31%); - melihat jarak jauh (26%); - astrologi (25%); - hubungan dengan orang mati (21%); - dukun sihir (21%); - reinkarnasi (20%); - pawang (9%).

Penelitian lain yang dilakukan Monash University di Australia pada tahun 2006 kepada 2000 responden mengungkapkan fakta bahwa 70% responden mengalami gejala paranormal yang tidak bisa dimengerti tetapi telah mengubah kehidupan mereka. Di Amerika Serikat ada serial TV yang menguak kejadian-kejadian paranormal, yaitu ‘Miracle Research Center’ yang mengumpulkan dan menyelidiki peristiwa-peristiwa demikian di seluruh dunia. Realita yang lain itu yang tidak diragukan lagi dan jelas keberadaannya itu diberi nama bermacam-macam. Selain supranatural dan paranormal, ada nama-nama lain yang kita kenal. Mercia Eliade pakar sejarah agama itu sudah lama menyebut realita lain itu sebagai ‘The Sacred’ (yang dibedakan dengan ‘the Profane’). Terobosan realita the Sacred ke the Profane oleh Mercia Eliade disebut ‘Hierophany’ yaitu penampakan yang suci. Biasanya hierophany menggunakan media orang suci, kitab suci, gunung, pohon besar atau tempat-tempat khusus lainnya sebagai jendela antar realita untuk menyatakan diri. Buku The World of the Paranormal (1995) menunjukkan secara skriptural dan visual bahwa gejala-gejala paranormal adalah normal banyak terjadi di alam ini disana-sini. Pendahuluan buku itu menyebutkan: “Dunia baru yang mengagumkan nyaris terungkap didepan mata saudara. Sebuah dunia yang mencengangkan para ahli ilmu pengetahuan dan para skeptik. Sebuah dunia yang menggugah rasa ingin tahu kita. Sebuah dunia yang menantang penjelasan rasional.” Dalam buku lain berjudul Paranormal Files (1997) yang memaparkan secara gamblang banyak gejala paranormal, menyebutkan, bahwa: “Sejak masa kuno yang tidak diingat manusia, semua bentuk kejadian yang aneh, berlawanan dengan hukum alam seperti yang kita mengerti, telah mencengangkan umat manusia. ... reaksi kita atas kejadian-kejadian yang semula kelihatan sangat tidak mungkin tidak seharusnya diwarnai dengan ketidakpercayaan yang mutlak. Tujuannya seharusnya selalu diarahkan untuk tetap menerimanya dengan pikiran terbuka (open mind)”. Buku ‘Marvels & Mysteries of the Unexplained’ (2006) mengungkapkan kenyataan mutakhir gejala paranormal diseluruh dunia. Ketiga buku ini menunjukkan bahwa Paranormal adalah gejala riel namun belum dimengerti oleh keterbatasan sains dan hukum alam yang selama ini dikenal. Kenyataan ini mendorong kita untuk membuka diri terhadap hal-hal yang supra-natural baik sebagai sesuatu yang dibedakan dengan yang natural atau memasukannya dalam kategori natural karena memang terjadi. Kenyataan ini juga membuka wawasan kita bahwa hal-hal supranatural dan mujizat yang banyak menghiasi halaman Alkitab memang terjadi dalam alam nyata ini dalam konteksnya masing-masing. Berdasarkan kenyataan Paranormal dan supranatural yang membuka wawasan, kita dapat melihat bahwa setengah abad sesudah Bultman mengucapkan ‘demitologisasi’nya, kita melihat bahwa ucapannya menjadi kuno dan teori masa lalu. Konsep dunia tiga lapis (dunia, surga dan neraka) menjadi terbuka dalam paranormal, adanya campur tangan yang paranormal pada yang normal sudah tidak diragukan lagi karena banyak kasus paranormal membuktikannya. Mujizat juga adalah biasa dalam dunia paranormal, apalagi

konsep kerasukan setan sudah menjadi bagian yang banyak terjadi dan diamati dalam dunia paranormal. Ada dua kesalahan pokok dalam pola pikir Bultman, yaitu: (1) Bultman melakukan generalisasi dimana semua gejala paranormal dalam Alkitab seperti kosmologi Perjanjian Lama sampai mujizat Perjanjian Baru digeneralisasikan sebagai mitologi; (2) Bultman juga melakukan generalisasi dengan menganggap yang disebutnya mitologi/mitos itu sebagai pemikiran pra-ilmiah yang tidak benar terjadi. Karena itu, berdasarkan perkembangan sains masakini yang terbuka akan gejala paranormal / supranatural, kita bisa yakin bahwa penebusan darah (semua agama kuno memiliki ritual kurban darah), dan mujizat dan kebangkitan Yesus adalah realita yang bisa terjadi, percaya atau tidak. Konsep de’mitologi’sasi Bultman sekarang perlu digantikan de’bultman’isasi mitos, maka dengan men-de’bultman’isasi-kan mitos Paskah, kita menyaksikan realita Paskah sebenarnya, yaitu Yesus yang Bangkit dalam sejarah! Penampakan Yesus sesudah bangkit oleh lebih dari 500 orang menunjukkan Yesus bangkit secara tubuh karena ia bisa disentuh Thomas, dan bisa berdialog dan makan ikan bersama para murid. Mereka yang menolak mujizat menganggap penampakkan itu sekedar halusinasi. Kita harus sadar bahwa ketika Yesus mati para murid ketakutan dan bersembunyi, justru kenyataan kebangkitan mendorong mereka mengalami perubahan hidup yang radikal dan mendorong terjadinya ledakan agama, dan mereka rela mati sebagai martir (mustahil Polycrapus rela menjadi martir kalau Yesus meringkuk di kuburan) dalam menyambut ‘Amanat Agung Penginjilan’ yang mereka terima dari Yesus secara kasat mata. Para penulis Injil telah diubahkan hidupnya oleh Tuhan dan jelas punya motivasi tanpa pamrih dan tulus daripada teolog skeptik yang mencari popularitas dan uang, dan jangan berharap yang terakhir ini rela berkorban bagi Kristus karena mereka terobsesi untuk mengorbankan Kristus. Kalau Yesus tidak bangkit dan dikubur di Talpiot, bukankah pemuka Yahudi dengan mudah menunjukkan lokasi kuburan Yesus daripada menyebarkan gosip bahwa mayat Yesus dicuri? Ingat bahwa pada abad pertama banyak saksi mata masih hidup dan mengaminkan fakta kebangkitan Yesus, sebab kalau tidak tentu mereka akan menunjukkan dimana kuburan Yesus waktu itu dan bukan menunggu abad-21. Hal terakhir yang perlu direnungkan adalah soal perubahan Hari Sabat Sabtu yang begitu ketat dijalankan dalam agama Yahudi (sehingga Yesus sering dituduh melanggarnya) menjadi Hari Minggu (Mat.28:1; Yoh.20:19; Kis.20:7) sebagai kenangan kebangkitan Yesus dan yang kemudian menjadi hari pertemuan Kristen, merupakan fakta sejarah yang tidak mungkin terjadi kalau Yesus mati dan mayatnya dikuburkan. Hari Minggu disebut Hari Tuhan (dominggos) yang merupakan sorak kemenangan Yesus atas maut dan kebangkitan-Nya memberikan pengharapan pada umat manusia sampai saat ini. Akhirnya, mau kita percaya atau tidak, kehadiran Yesus dibumi dan kematian dan kebangkitan-Nya tetap diberitakan kepada umat manusia sampai hari Paskah ini, dan mau

kita beriman tulus atau beriman skeptik, umat Kristiani pada hari Paskah sama-sama mengaku dan memuji Tuhan Yesus yang telah mati bagi kita dan telah bangkit dari antara orang mati. Amin!

UMUR ALAM SEMESTA Oleh: DR. Winardi Sutantyo Dosen pada Departemen Astronomi, Institut Teknologi Bandung. Berapakah umur alam semesta? Berbagai disiplin ilmu pengetahuan seperti astronomi, biologi, geofisika, geologi, paleontologi semua menunjukkan bahwa umur alam semesta sudah milyaran tahun. Hal ini sudah diterima secara umum dan tidak diperdebatkan lagi. Berikut ini beberapa bukti astronomis tentang umur alam semesta. 1.Teori yang bisa menjelaskan pemancaran energi oleh matahari (dan bintang lainnya) adalah rangkaian reaksi nuklir yang menyatukan empat inti hidrogen menjadi satu inti helium. Reaksi ini membebaskan energi yang besar. Reaksi proton-proton yang mengawali rangkaian ini mempunyai cross section (laju reaksi) yang sangat kecil. Beruntunglah kita karena reaksi ini sangat lambat. Kalau tidak, semua bintang akan segera meledak begitu reaksi itu terjadi, dan kita tidak pernah ada! Reaksi ini bisa berlangsung stabil selama milyaran tahun (untuk matahari sekitar 10 milyar tahun). Kita tahu massa matahari (dari gerak orbit planet). Kita juga tahu komposisi kimia matahari (secara spektroskopi). Maka kita dapat membuat simulasi dengan komputer bagaimana matahari berkembang (ber-evolusi). Untuk mencapai tahap keadaan matahari sekarang diperlukan waktu lima milyar tahun. Jadi umur matahari sekarang sekitar 5 milyar tahun. Umur matahari akan mencapai 10 milyar tahun. Nantinya matahari akan menjadi bintang raksasa merah (seperti bintang Antares di rasi Scorpio) dan akhirnya menjadi bintang katai putih. Apakah ada bukti yang mendukungnya? Ya, ada! Para ahli geologi dan paleontologi menemukan umur geologis yang juga berorde milyaran tahun. Adanya fosil-fosil yang berumur milyaran tahun juga menunjukkan bahwa di bumi milyaran tahun yang lalu sudah ada kehidupan. Berarti milyaran tahun yang lalu matahari sudah ada dan keadaannya tak jauh berbeda dari sekarang (kehidupan, bagaimana pun sederhananya memerlukan matahari yang keadaannya tidak berbeda dengan matahari sekarang). 2. Ditemukannya galaksi-galaksi pada jarak milyaran tahun cahaya menunjukkan bahwa umur alam semesta ini sudah milyaran tahun (cahaya dari galaksi-galaksi itu memerlukan waktu milyaran tahun untuk mencapai bumi). Sebuah galaksi yang berjarak 60 juta tahun cahaya 3. Hubble menunjukkan bahwa galaksi-galaksi saling menjauhi (lihat bawah). Dengan menelusur balik dari kecepatan menjauh ini dapat ditentukan umur alam semesta sekitar 15 milyar tahun.

Alam semesta bermula dengan suatu ledakan besar (big bang). Bukti terjadinya big bang ini ditemukan pada tahun 1965 oleh Penzias dan Wilson yang menemukan radiasi latar belakang gelombang mikro yang bertemperatur 3 derajat Kelvin (minus 270 derajat Celcius). Radiasi latar belakang ini merupakan sisa radiasi yang berasal dari big bang. Penzias dan Wilson memperoleh hadiah Nobel Fisika tahun 1978 untuk penemuannya ini. Penemuan ini dikokohkan oleh pengamatan oleh satelit COBE milik NASA pada tahun 1992. Setelah terjadinya big bang alam semesta mengembang. Pengembangan alam semesta ini pertama kali diperlihatkan oleh Edwin Hubble pada tahun 1929 dengan mengamati pergeseran garis-garis spektrum pada galaksi-galaksi yang jauh. Hubble mendapatkan bahwa galaksi-galaksi bergerak saling menjauhi, makin jauh jaraknya, makin besar kecepatannya. Teori big bang menyatakan bahwa pada saat terbentuknya, alam semesta didominasi oleh radiasi atau energi. Pada fase pengembangan berikutnya terbentuklah mula-mula quark, kemudian proton dan neutron, lalu helium dan deuterium, atom, dan selanjutnya: materi antar bintang, bintang, galaksi dan seterusnya. Unsur berat dibentuk di pusat bintang, dan oleh ledakan supernova di cerai beraikan dalam alam semesta. Dari big bang hingga proses terbentuknya bintang-bintang dan galaksi terentang waktu ratusan ribu sampai milyaran tahun. Penciptaan menurut Kitab Kejadian a) Urutan penciptaan Perhatikan Kejadian 1:3, “Berfirmanlah Allah: ‘Jadilah terang.’ Lalu terang itu jadi.” Ini adalah hari pertama penciptaan. Lalu perhatikan Kejadian 1:14, “Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam.” Ini pada hari keempat. Ini sungguh aneh. Orang-orang pada waktu itu – seperti kita juga sekarang – tahu bahwa terang di bumi berasal dari matahari, bulan dan bintang-bintang. Mengapa ditulis bahwa terang diciptakan lebih dahulu daripada sumbernya? Tetapi coba kita bandingkan dengan teori big bang. Pada mulanya, ketika ledakan besar itu terjadi, alam semesta didominasi oleh radiasi. Terang atau cahaya adalah suatu bentuk radiasi. Jadi pada mulanya memang teranglah yang terjadi. Alangkah cocoknya dengan Kejadian 1! Matahari dan bintangbintang baru terbentuk lama, lama sekali, yaitu ratusan ribu sampai milyaran tahun setelah big bang. Tetapi, seperti akan didiskusikan di bawah, kita juga harus hati-hati dalam menerima kecocokan itu. b) Waktu penciptaan Kitab kejadian mengisahkan bahwa Allah menciptakan alam semesta dalam enam hari, sedang ilmu pengetahuan menyimpulkan bahwa alam semesta telah mengalami proses selama milyaran tahun. Lalu bagaimana kita menyikapinya? Kita tidak bisa menyimpulkan bahwa satu hari di Kejadian 1 adalah 24 jam kita sekarang. Berikut ini beberapa argumen alkitabiah untuk menafsirkan bahwa hari-hari penciptaan dalam Kejadian 1 sebagai waktu yang panjang dan bukan hanya sekedar 144 jam. 1. Perspektif waktu Tuhan jauh berbeda dengan manusia (Mazmur 90:4; 2 Petrus 3:8).

2. Kata-kata Ibrani yom, 'ereb, dan boqer (hari, petang dan pagi) mempunyai penggunaan yang luwes dan bukan hanya bagian dari 24 jam. Juga jumlah hari tidak selalu merujuk kaku pada selang waktu 24 jam. [lihat no.5] 3. Hari ke-tujuh berlangsung mulai Perjanjian Lama, Baru dan seterusnya ke masa depan (Ibrani 4:1-11). 4. Waktu antara penciptaan Adam dan Hawa dalam Kejadian 2 tampak memerlukan selang yang jauh melebihi 24 jam. Misalnya Kejadian 2:20 menyebut bahwa manusia (Adam) memberi nama pada semua hewan. Ahli biologi Linnaeus memerlukan waktu puluhan tahun untuk mengklasifikasi semua jenis species yang diketahui di Eropa pada abad ke-18. 5. Dalam Kejadian 2:4 kata untuk "hari," yom, merujuk pada seluruh waktu penciptaan. Ini untuk memperlihatkan keluwesan penggunaannya (lebih jelas bila dibaca pada Alkitab versi KJV: "These are the generations of the heavens and of the earth when they were created, in the day that the LORD God made the earth and the heavens,") Kesimpulan Kesimpulan pertama yang bisa diambil, Kejadian 1 tidak seharusnya ditafsirkan secara literal. G.L. Archer dalam bukunya “Encyclopedia of Bible Difficulties” (Zondervan, 1982) mengatakan: “To be sure, if we were to understand Genesis 1 in a completely literal fashion – which some suppose to be the only proper principle of interpretation if the Bible is truly inerrant and completely turstworthy – then there would be no possibility of reconciliation between modern scientific theory and the Genesis account. But true and proper belief in the inerrancy of Scripture involves neither a literal nor a figurative rule of interpretattion.” (Jelasnya, bila kita harus memahami Kejadian 1 secara literal sepenuhnya – yang oleh sementara orang dianggap sebagai satu-satunya prinsip penafsiran yang tepat bahwa Alkitab benar-benar tidak salah dan bisa dipercaya sepenuhnya – maka tidak mungkin ada rekonsiliasi antara ilmu pengetahuan modern dengan kisah di Kejadian. Tetapi keyakinan yang benar dan tepat tentang kebenaran Alkitab tidak harus dengan menafsirkannya secara literal maupun figuratif.) Lalu bagaimana kita harus memahami Kejadian 1? Dalam diskusi dengan beberapa ahli dan pengamat teologi dalam suatu milis, penulis berkesimpulan: 1. Isunya bukan soal mencocok-cocokkan dua paradigma (Alkitab dan ilmu pengetahuan), namun menerima kedua paradigma pada horisonnya masing-masing. Perlakuan terhadap teks Alkitab dan perlakuan terhadap teks yang dihasilkan ilmu pengetahuan tidak perlu dan tidak boleh sama. Kosmologi Kejadian 1 hanya jembatan menuju refleksi kita mengenai kosmogoni. Bahwa ada satu pencipta yang mencipta semesta dalam keteraturan (harmoni). Bagaimana detailnya, lantas menjadi tugas ilmu pengetahuan. Bisa saja teori big bang, bisa saja yang lain. Memperlakukan Alkitab dengan sikap ilmiah, dengan cara mencari detail jelas keliru. Mereka yang melakukan ini butuh kepastian terlebih dahulu bahwa Alkitab harus inerrant (tidak salah) dalam hal ilmu pengetahuan juga. Namun kalau kita menolak inerrancy (ketidak salahan) dan menerima infallibity (ketidak penyesatan) Alkitab, artinya, menerima pesan utama teks Kejadian 1,

maka tidak ada masalah sama sekali dengan bagaimana data, detail dan fakta diungkapkan oleh ilmu pengetahuan. 2. Kejadian 1 adalah narasi mengenai perubahan dari ketidakteraturan menuju keteraturan, dari chaos menuju cosmos, menuju keseimbangan; dimana yang disoroti di sana bukanlah berlangsungnya proses itu sendiri melainkan peran Tuhan dalam kerangka ruang dan waktu, yang pada gilirannya melahirkan konsep "Tuhan yang hadir dalam sejarah".

Mengapa Tuhan datang sebagai manusia Adalah seorang laki-laki yang tidak percaya akan Tuhan, dan ia tidak ragu-ragu memperlihatkan pada orang lain perasaannya tentang agama dan hari libur agama, misalnya Hari Natal. Namun isterinya, adalah orang percaya, ia membesarkan anakanaknya yang juga percaya pada Tuhan dan Yesus. Pada suatu malam Natal yang bersalju, isterinya mengajak anak-anaknya ke kebaktian malam Natal di komunitas pertanian tempat mereka tinggal. Ia mengajak suaminya ikut namun ia menolak. “Cerita itu omong kosong!” katanya. “Mengapa Tuhan mau merendahkan diriNya datang ke dunia sebagai manusia? Ini aneh!” Maka si isteri itu berangkat bersama anak-anaknya dan sang suami tinggal di rumah. Sesaat kemudian angin bertiup makin kencang dan salju turun makin lebat. Orang itu menengok keluar jendela namun hujan salju menyebabkan ia tidak melihat apa-apa. Malam itu ia duduk santai dekat perapian. Kemudian ia mendengar suara ketukan keras di jendela. Sesuatu telah menumbuk jendela itu. Lalu terdengar lagi ketukan. Ia melihat keluar namun tidak bisa melihat lebih dari beberapa inci. Ketika hujan salju agak mereda ia pergi keluar untuk melihat apa yang telah menumbuk jendelanya. Di ladang dekat rumahnya ia melihat sekelompok angsa liar. Tampaknya mereka terbang ke selatan menghindari musim dingin namun terperangkap dalam badai salju dan tak dapat terus. Mereka tersesat dan berada di ladangnya tanpa makanan maupun tempat bernaung. Mereka hanya mengepakkan sayapnya dan terbang rendah mengitari ladangnya, buta dan tanpa tujuan. Tampaknya beberapa darinya menumbuk jendelanya. Orang itu merasa kasihan pada angsa-angsa itu dan bermaksud menolong mereka. Lumbung tentu merupakan tempat yang nyaman bagi mereka, ia berpikir. Di situ hangat dan aman; tentunya mereka bisa tinggal semalam di situ dan melanjutkan perjalanannya setelah badai berlalu. Maka ia pergi ke lumbung dan membuka pintunya lebar-lebar, lalu ia mengawasi dan menunggu, berharap angsa-angsa itu melihat lumbung yang terbuka itu dan masuk ke dalamnya. Namun angsa-angsa itu tetap terbang berkeliling tanpa tujuan dan tampaknya tidak memperhatikan lumbung itu dan menyadari apa artinya bagi mereka. Orang itu mencoba menarik perhatian angsa-angsa itu, tetapi tampaknya malah menakutkan mereka dan mereka makin menjauh. Ia masuk kerumah mengambil beberapa roti, memecah-mecahkannya, dan remah-remahnya ia tebarkan ke arah lumbung. Tetapi angsa-angsa itu tetap tidak mau mengerti. Orang itu menjadi bingung. Ia lari kebelakang

angsa-angsa itu dan menggusahnya ke arah lumbung, tetapi mereka makin takut dan terbang menyebar dan bukannya ke arah lumbung. Tak ada yang dapat ia lakukan untuk membawa angsa-angsa itu ke lumbung tempat yang hangat dan aman bagi mereka. “Mengapa mereka tidak mau mengikutiku?!” ia mengeluh. “Apakah mereka tidak melihat bahwa itu satu-satunya tempat dimana mereka dapat selamat dari badai?” Ia berpikir sejenak dan menyadari bahwa angsa-angsa itu tidak akan mengikuti manusia. “Kalau saja aku seekor angsa, aku dapat menyelamatkan mereka,” ia berkata keras. Ia mendapat akal. Ia pergi ke lumbung, mengambil salah satu angsanya, dan membawanya berkeliling di belakang angsa-angsa liar itu. Lalu ia melepaskannya. Angsa itu terbang di antara angsa-angsa liar itu dan langsung menuju ke lumbung – dan satu persatu angsaangsa liar itu mengikutinya menuju ke keselamatannya. Orang itu sesaat berdiri dalam keheningan ketika kata-kata yang baru ia ucapkan beberapa menit yang lalu mengiang kembali di telinganya. “Kalau saja aku seekor angsa, aku dapat menyelamatkan mereka!” Lalu ia teringat katakata yang ia ucapkan pada isterinya sore tadi, “Mengapa Tuhan berkenan menjadi seperti kita? Ini aneh!” Tiba-tiba semuanya menjadi jelas. Itulah yang Tuhan lakukan. Kita seperti angsa-angsa liar itu – buta, sesat dan menuju kehancuran. Tuhan menjadikan AnakNya seperti kita hingga Ia dapat menunjukkan pada kita jalan dan menyelamatkan kita. Inilah arti Hari Natal, ia menyadari. Ketika angin dan hujan salju berlalu, pikirannya menjadi tenang dan ia terhanyut dalam pikiran yang indah itu. Tiba-tiba ia mengerti arti Hari Natal dan mengapa Kristus telah datang. Tahun-tahun penuh keraguan dan ketidak percayaan lenyap seperti badai yang telah berlalu itu. Ia pun berlutut di atas salju, dan mengucapkan doanya yang pertama, “Terima kasih Tuhan, Engkau telah datang sebagai manusia melepaskan aku dari badai!” [Bandingkan kisah di atas dengan kisah di Matius 17:6, murid-murid Yesus yaitu Petrus, Yakobus dan Yohanes jatuh tersungkur ketika mendengar suara Tuhan dari balik awanawan karena sangat ketakutan; tetapi mereka merasa akrab ketika berhadapan dengan Yesus.] -------Markus 9: 23 Jawab Yesus: "Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!" 24 Segera ayah anak itu berteriak: "Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!" MENJAJAKAN FIRMAN ALLAH Written by Bagus Pramono

Well, ternyata zaman dulu dan zaman sekarang sama-saja. Ada hamba Allah yang melayani jemaat dengan motivasi "cari uang", ada juga yang tulus. Ayat yang dikutip diatas, sengaja saya berikan beberapa versi terjemahan, agar kita bisa mengerti dan membandingkan makna ayat tersebut. Itu adalah kesaksian Paulus bahwa dirinya tidak sama dengan banyak orang lain (hamba Allah yang lain, pengajar-pengajar palsu, lihat 2 Korintus 11:4, 12-15). Terjemahan LAI TB, menulis "mencari keuntungan", (Yunani, 'kapêleuô', yang artinya 'memperdagangkan, menjajakan, menawarkan dagangan dengan berkeliling' dari firman Allah. Orang Jawa mungkin paham betul arti kata "jaja/ jojo" (menggelar barang dagangan). Kata yang satir ini dipakai Rasul Paulus dalam menggambarkan perbedaan pelayanannya dengan pelayanan guru-guru palsu yang mengeruk keuntungan dari firman Tuhan. Dan kalau kita perhatikan, rupanya praktek semacam ini belum berakhir hingga sekarang. Kesaksian Fenomenal : Banyak diantara kita yang seringkali mengejar-ngejar kisah dari seseorang yang katanya mengalami 'pengalaman rohani' yang luar biasa untuk kita tanggap untuk menceritakan kisah-kisahnya yang heboh itu dari seorang mantan ini dan mantan itu, mantan pemeluk agama lain, mantan dukun/ paranormal, mantan artis, dan seterusnya. Tentu saja kita harus menyambut baik setiap "mantan a, b, c, e, f" yang kemudian masuk ke lingkungan Kristiani, dimana ia telah memproklamirkan dirinya menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya dengan suka-cita dan hati terbuka. Namun kita seringkali melupakan bahwa kita-kitalah juga yang mendorong para "mantan-mantan" itu untuk menjadi seorang "selebritis rohani". Barangkali banyak diantara kita memang kita demen nonton artis, jadinya suka kalau ibadah kita dikunjungi "artis". Dan merekapun menjadi "penginjil dadakan" dengan modal ceritanya yang heboh itu sebelum ia memiliki dasar yang lebih mendalam akan nilai-nilai Kristianitas yang Tuhan Yesus ajarkan. Dimana para "mantan" yang masih perlu banyak bimbingan dalam kerohaniannya ini, sekonyong-konyong kita sulap mereka menjadi pengajar-pengajar atau pengkhotbahpengkhotbah di mimbar dan arena KKR. Seseorang yang baru mengenal Tuhan, ibaratnya ia masih menjadi bayi, masih perlu disusui, dibimbing sampai dalam taraf kedewasaan rohani yang matang. Namun dalam banyak kasus kita mempunyai andil untuk para "mantan" yang baru mengenal Kristus itu, yang kemudian dalam tempo cepat dijadikan 'penginjil instan'. Akibatnya banyak dikemudian hari baru kita menyadari bahwa kesaksiannya itu bohong/ fabrikasi belaka. Bahkan kita lihat ada "mantan" yang sudah digiring ke macam-macam KKR, bersaksi kemana-mana, kemudian ia kembali lagi kepada habitatnya yang lama, ini sungguh menyedihkan. Atau memang banyak diantara kita yang suka "dibohongi", sehingga melahap apa saja kesaksian orang asalkan ceritanya menarik, fenomenal, heboh. Cara seperti itu ibarat acara TV American Idol atau Indonesian Idol, AFI, KDI, dst. Acara seperti American Idol, tentu saja adalah acara yang bagus dan menarik untuk ditontom. Namun acara ini memberikan satu "mimpi", bahwa orang yang mulanya bukan artis/ musisi, yang mulanya 'awam' dalam bidang ini, ia bisa secara instan bagaikan artis penyanyi profesional dan sekonyong-konyong menjadi terkenal. Ya, memang satu dua orang bisa menjadi "Idol" seperti Delon atau Clay Aiken. Namun tentu saja tidak semua orang bakal bernasip seperti Delon.

Acara semacam American Idol juga disukai anak-anak. Namun ada dampak yang kurang baik dari acara ini, misalnya bisa menjadikan anak-anak bakal ogah untuk susah-susah berlatih piano, mereka ogah berlatih biola dll. Karena mereka akan berfikir : ngapain susah susah latihan sekarang jika nanti secara "over-night" bisa menjadi "a rock star". Padahal pada usia 6-12 tahun itu adalah usia-usia yang sensitif dan penting bagi anak dalam menentukan apa yang ia sukai, bakat dan kemampuan yang ia punyai, yang menjadikannya dasar ketika nanti ia dewasa. Saya bersyukur mempunyai ibu yang sangat memperhatikan apa kira-kira yang menjadi bakat anak-anaknya. Seorang musisi besar seperti Ryuichi Sakamoto, tidak hadir secara tiba-tiba, demikian juga yang legendaris seperti W.A. Mozart, dan penyanyi/komposer Indonesia yang beranjak dewasa seperti Sherina. Mereka berlatih sejak kecil untuk menjadi yang terbaik, bukan instant. Orangorang seperti ini lahir dari investasi yang panjang dengan bimbingan orang-tuanya. Dan inilah yang sedang terjadi dalam balantika rohani dalam dunia Kekristenan ini. Kita senang mendengar yang heboh, mendengar pengalaman spiritual seseorang yang fenomenal. Kita mendorong-dorong "para mantan" itu untuk bercerita, 'bersaksi', akibatnya kita membuat mereka berusaha untuk menyajikan cerita-cerita yang menarik sedap didengar untuk konsumsi jemaat yang senang akan macam-macam jenis kesaksian untuk kepentingan telinga dan emosi jemaat, tepuk tangan dan sorak riuh menanggapi "kisahnya' yang luar biasa itu. Akibatnya, ia mungkin secara sadar atau tidak sadar ia akan menempatkan "kisahnya" itu sebagai "komoditi/ barang dagangan yang dijajakan". Barangkali pikirnya : "Ah.... rupanya dengan cara 'berceritera pengalaman hidup' seperti ini, aku bisa dapat uang, pujian, dan nama yang terkenal". Alhasil "balantika rohani" tak ubahnya seperti entertaiment dalam dunia sekuler : popularitas, kekayaan dan hormat bisa diperoleh dari kegiatan-kegiatan gerejawi. Barangkali secara tidak sadar kitapun adalah satu diantara mereka atau yang menjadikan mereka berbuat seperti ini. Kita aktif datang ke KKR untuk memburu untuk mendengar dan menyaksikan kesaksian/ mujizat. Kita rajin ke gereja juga untuk mendengar kesaksian, melihat "mujizat", sehingga pengurus gereja-pun ikut sibuk menyusun acara, berusaha menyajikan acara-acara menarik. Misalnya : minggu ini mengundang artis/ mantan-artis A, minggu depan mengundang mantan dukun B, besok kamis ibadah doa malam mengundang pembicara C yang mempunyai 'karunia' nubuat, kemudian mengundang hamba Tuhan D yang mempunyai 'karunia' kesembuhan, dan seterusnya. Kita harus mengerti, ada perbedaan "menjual kesaksian" yang penuh dengan pengalaman yang luar biasa, dengan "memberitakan Kristus". Baiklah sekarang kita menilai dengan bijaksana, apakah dalam suatu kesaksian, bobot "cerita-heboh" itu lebih penting dari berita tentang Kristus?. Firman untuk uang : Itu bahasan dari "penginjil dadakan" yang bisa saja dengan tanpa sengaja kita jadikan mereka menjadi pelaku "penjual-penjual firman". Namun hal tersebut tidak terbatas pada yang tipe instan saja. "Penginjil dedengkot" yang berkharisma dan sudah terkenal juga mempunyai kemungkinan untuk menjadi penjaja-penjaja firman, "mengambil keuntungan" dari firman. Salah satu contoh yang paling mudah kita lihat misalnya, di satu sisi menggalang kesetiaan jemaat untuk membayar persepuluhan, dengan menggunakan ayat Alkitab bahwa yang tidak setia membayar itu sesungguhnya "merampok hak Allah" -- di lain sisi --- ia menggunakan ayat itu untuk kepentingan pribadinya. Uang yang dihasilkan dari "penjajaan firman Tuhan" tadi digunakan untuk

diri sendiri, untuk emporium gereja yang dikelola olehnya sekeluarga atau orang-orang dekat sendiri. Tidak ada pos-pos yang cukup berarti untuk kegiatan-kegiatan diakonia misalnya, atau untuk kepentingan kemaslahatan masyarakat sekitar gereja. Sehingga gereja menjadi kaya sendiri tanpa peduli lingkungan. Dalam banyak contoh juga kita lihat, keluarga bapak gembala sebagai owner gereja, mereka kaya sendirian, rumah, tanah, vila, apartemen, mobil mewah, diamon, fashion bermerek, sementara para pekerja di gereja itu hidup pas-pasan, belum tercukupi kebutuhan keluarganya, belum mempunyai rumah sendiri. Seorang yang telah terjun dalam pelayanan firman, bukan mustahil menjadi 'hamba uang yang mencintai uang' ('philarguros', Lukas 16:14) daripada menjadi hamba Allah yang sesungguhnya. Ayat-ayat yang baik, yang sekiranya untuk mengajar itu di-abuse untuk kepentingan diri sendiri. Tentang abusement firman Allah ini-pun juga pernah dibahas Rasul Paulus dengan bahasa yang cukup keras dalam Roma 16:18 : " Sebab orang-orang demikian tidak melayani Kristus, Tuhan kita, tetapi melayani perut mereka sendiri. Dan dengan kata-kata mereka yang muluk-muluk dan bahasa mereka yang manis mereka menipu orang-orang yang tulus hatinya". Mementingkan Allah dan melayani Allah tidak harus berarti sibuk dalam pekerjaan gereja, berkhotbah, bersaksi, menyanyi, bermain musik di gereja atau KKR. Pekerjaanpekerjaan gerejawi itu malah sering hanya merupakan urusan duniawi, yang digunakan sebagai cara untuk mendapatkan kedudukan, tujuan, ambisi kekuasaan, ambisi utuk tampil/ popularitas dan nafkah pribadi seseorang. Hal ini menunjukkan siapa yang sesungguhnya mereka layani, mereka bukan melayani Allah sebagai tuan, namun kekayaan (Mamon) sebagai tuan, ambisi sebagai tuan, kedudukan sebagai tuan dst. Mementingkan Allah berarti memberikan cukup waktu di hadapan Allah untuk mempelajari prioritas yang dimiliki-Nya bagi hidup umatNya. Gaya hidup dari orangorang yang mengaku melayani ini, ditentukan oleh komitmennya kepada Kristus. Ada teladan dari Rasul Paulus yang dapat kita renungkan, Paulus meski mempunyai pengalaman yang luar biasa, ia memfokuskan pelayanannya untuk kemuliaan Allah yang dilayaninya. Motivasinya murni. Ia tidak bermaksud mencari keuntungan apapun dari pelayanannya (lihat 2 Korintus 2:17). Semua semata-mata untuk kemuliaan Allah. Jika Paulus ingin mengejar harta (imbalan khotbah, kesaksian dan tulisan, dll), maka ia tidak perlu melepaskan haknya untuk menerima tunjangan hidup dari gereja di Korintus selama ia melayani di sana (1 Korintus 9:18, 2 Korintus 11:7). Ia juga tidak perlu bersusah payah bekerja sebagai tukang pembuat tenda untuk mencukupi kebutuhannya dalam pelayanan (Kisah 18:4). Ia juga tidak perlu pergi memberitakan Injil kepada orang-orang Makedonia yang secara ekonomi mereka lemah, karena itu membebani keuangan pribadinya. Paulus juga tidak mengejar popularitas, dengan menjual kesaksian-kesaksiannya yang sangat penuh dengan pengalaman yang luar biasa. Namun ia lebih banyak memberitakan Kristus yang justru membuatnya mengalami banyak kesengsaraan, dipenjara, mengalami kesusahan karam kapal, terkatung-katung di laut, dipukuli, ancaman dibunuh dan bahkan sampai mengalami penghukuman mati. Ia tidak mencari kenikmatan hidup dari ayat-ayat Alkitab yang ia kuasai. Ia melayani Allah dengan sungguh, dan semua ia melakukan sebagai 'privilege' (hak istimewa) dalam melayani Allah yang benar-benar menjadi Tuannya. Melayani Allah dengan segala yang ia punya adalah suatu kehormatan. Karena Mamon bukan tuan-nya. Sehingga pada akhirnya ia dengan puas dan bangga mengatakan

"Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman" (2 Timotius 4:7).

Related Documents